Anda di halaman 1dari 2

TEORI SASTRA STRULTURAL

Studi sastra struktural pada mulanya dikembangkan dari ilmu bahasa (linguistik)
struktural yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure. Ilmu bahasa ini mencoba
menemukan sistem bahasa (langue) yang mengatur setiap ujaran tertentu (parole)
yang diucapkan manusia. Objek kajian dalam sastra struktural yaitu sistem sastra
yang melandasi setiap karya sastra yang ada. Sistem sastra adalah seperangkat
aturan, kaidah, atau konvensi yang abstrak dan bersifat umum, yang mengatur
hubungan berbagai unsur sastra. Unsur tersebut saling berkaitan dalam membentuk
keseluruhan makna yang utuh. Hubungan antarstruktur di dalam karya sastra
terjalin secara logis dan kronologis.

Pendekatan sastra struktural berawal dari pendekatan objektif yang tertuang dalam
tulisan M.H. Abrams pada buku The Mirror and the Lamp, sebagai suatu
pendekatan sastra secara tradisional. Pendekatan tersebut berkembang menjadi
pendekatan struktural dalam sastra yang dipelopori oleh Formalisme Rusia (Roman
Jacobson) dan Strukturalisme Praha-Ceko (Jan Mukarovsky). Kaum formalis Rusia
dianggap sebegai peletak dasar ilmu sastra modern.

Pendekatan struktural sering dinamakan juga sebagai pendekatan objektif,


pendekatan formal, serta pendekatan analitik. Strukturalisme mengembangkan
gagasan bahwa teks sastra merupakan sebuah struktur yang kesemua unsurnya
saling terkait dan saling memengaruhi, karena merupakan satu kesatuan utuh
Semua unsur memiliki peran yang penting, sehingga adanya perubahan pada satu
unsur akan berdampak adanya perubahan hubungan antarunsurnya.

Apabila pendekatan objektif melihat karya sastra sebagai karya kreatif yang
otonom dari unsur intrinsik saja, maka struktural mulai diperkuat oleh unsur di luar
karya sastra atau unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang bersama-sama
membangun struktur cerita dalam karya sastra. Struktural berpendapat bahwa mutu
karya sastra ditentukan oleh kemampuan penyair atau pengarangnya dalam
menjalin hubungan antarkomponen yang terdapat dalam unsur tersebut. Sedangkan
kebulatan makna cerita ditentukan oleh pengkaji atau pembacanya, dengan cara
menghubung-hubungkan dan menginterpretasi antarunsur tersebut.

Struktur Pembangun Sastra

Karya sastra dibangun oleh sebuah struktur yang terdiri atas unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Kedua unsur tersebut pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. Keduanya berkaitan
erat dan saling mendukung dalam membangun suatu struktur cerita.

Berikut ini video yang menjelaskan mengenai unsur intrinsik pada puisi
Rangkuman

Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar 1 ini meliputi:
teori sastra struktural dan struktur pembangun karya sastra. Teori struktural
merupakan pengembangan dari pendekatan objektif, yang melihat karya
sastra secara otonom hanya dari unsur intrinsik. Struktural juga menganggap
penting dukungan dari unsur ekstrinsik cerita, karena unsur tersebut ikut
memengaruhi keutuhan makna karya sastra.

Karya sastra dibangun oleh sebuah struktur yang terdiri atas unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam
karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang turut mendukung cerita
dari luar karya tersebut. Unsur ekstrinsik yang banyak memengaruhi terciptanya
karya sastra antara lain unsur: latar belakang pengarang dan pandangan hidup
pengarang, kemasyarakatan, latar belakang cerita, dan latar belakang penciptaan
yang menggambarkan sejarah, situasi dan kondisi saat penciptaan, serta kapan
karya sastra itu dicipta.

Unsur ekstrinsik yang memengaruhi karya sastra, berbentuk sama pada tiga genre
sastra, namun unsur intrinsik dalam puisi, prosa fiksi, dan drama terdapat
perbedaan. Misalnya dalam genre drama terdapat unsur intrinsik yang berbeda
dengan genre lainnya, yaitu adanya unsur intrinsik babak, adegan, dialog, dan
notasi.

Anda mungkin juga menyukai