SEKOLAH PASCASARJANA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
C. Tujuan
D. Manfaat
a. Teoretis
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu mahasiswa, guru dan praktisi
pendidikan mengenai teori strukturalisme dalam pengkajian karya sastra.
b. Praktis
Mahasiswa, guru, dan praktisi pendidikan meningkatkan keterampilan untuk
mengaplikasikan teori strukturalisme dalam mengkaji karya sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara historis pendekatan ini dapat ditelusuri pada zaman Aristoteles dengan
pertimbangan bahwa sebuah tragedi terdiri atas unsur-unsur kesatuan, keseluruhan,
kebulatan, dan keterjalinan. Organisasi atas keempat unsur itulah yang kemudian
membangun stuktur puisi. Pendekatan struktural dengan demikian memusatkan perhatian
semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis
yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti
aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokultural lainya, termasuk biografi.
Oleh karena itulah, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis ergocentric,
pembacaan mikroskopi (Ratna, 2004: 73).
Secara definitif strukturalis memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya.
Setiap karya sastra, baik karya sastra dengan jenis yang sama maupun berbeda, memiliki
unsur-unsur yang berbeda. Di samping sebagai akibat ciri-ciri inheren tersebut, perbedaan
unsur juga terjadi sebagai akibat dari perbedaan proses resepsi pembaca. Dalam hubungan
inilah karya sastra dikatakan memiliki ciri-ciri yang khas, otonom, tidak bisa
digeneralisasikan.
Sesuai dengan teori Abrams, pendekatan strukturalisme disebut dengan pendekatan
objektif, yaitu melihat karya sastra sebagai struktur otonom, berdiri sendiri, terlepas dari
unsur yang berada di luar dirinya. Telaah sastra dalam pendekatan ini melihat karya sastra
sebagai sesuatu yang terlepas dari unsur sosial budaya, pengarang, dan pembacanya.
Karena itu, semua hal yang berada di luar karya, seperti biografi pengarang, psikologi,
sosiologi, dan sejarah, tidak diikutsertakan dalam analisis. Menurut Teeuw (2003: 111),
yang diperlukan dalam pendekatan ini adalah close reading, yaitu pembacaan secara
mikroskopis atas karya sastra sebagai ciptaan bahasa. Aristoteles (dalam Teeuw,
2003:100-102), mengenalkan strukturalisme dalam konsep wholeness, unity, complexity,
dan coherence, yang memandang bahwa keutuhan makna bergantung pada keseluruhan
unsur. Wholeness atau keseluruhan; unity, berarti semua unsur harus ada; complexity,
berarti luasnya ruang lingkup harus memungkinkan perkembangan peristiwa yang masuk
akal; coherence, berarti sastrawan bertugas untuk menyebutkan hal-hal yang mungkin atau
yang harus terjadi sesuai konsistensi logika cerita.
Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas
yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Di satu pihak,
struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua
bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama membentuk kebulatan yang
indah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2012: 36). Di pihak lain struktur karya sastra juga
menyarankan pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal-balik,
saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan
yang utuh. Secara sendiri, terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian
terseut tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi berarti dan
penting setelah ada dalam hubungannya dengan bagian-bagian lain, serta bagaimana
sumbangannya terhadap keseluruhan wacana (Nurgiyantoro, 2012: 36).
Setiap penilaian akan memberikan hasil yang berbeda. Meskipun demikian perlu
dikemukakan unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya,yaitu: prosa,
puisi, dan drama.
Unsur-unsur prosa, di antaranya: tema, peristiwa atau kejadian, latar atau seting,
penokohan atau perwatakan, alut atau plot, sudut pandang,dan gaya bahasa.
Unsur-unsur puisi, di antaranya: tema, stilistika atau gaya bahasa,imajinasi atau daya
bayang, ritme atau irama, rima atau persajakan,diksi atau pilihan kata, simbol, nada, dan
enjambemen.
Unsur-unsur drama, dalam hubungan ini drama teks, di antaranya:tema, dialog, monolog,
latar, dan peristiwa.
Pada perkembangannya, teori strukturalisme akan membentuk cabang yaitu:
strukturalisme (klasik), strukturalisme genetik, dan strukturalisme
BAB III
PENUTUP
Terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangan teori strukturalisme, teori ini telah
memberikan arti penting bagi perkembangan analisis (kajian) karya sastra. Hal ini
didasarakan pada kenyataan bahwa secara umum analisis (kajian) terhadap karya sastra
diawali dengan analisis struktur (unsur) karya sastra. Untuk itulah penting bagi para pengkaji
karya sastra untuk senantiasa berusaha memahami secara mendalam teori strukturalisme agar
pada saat mengaplikasikannya tidak mengalami banyak kesulitan.
Tanpa merendahkan teori lain dalam analisis karya sastra, teori strukturalisme
mendapat tempat cukup berpengaruh bagi perkembangan pengkajian sastra. Salah satu yang
dapat diunggulkan adalah keobjektifan saat menganalisis karya sastra dengan teori
strukturalisme. Secara umum, strukturalisme adalah landasan bagi pengkajian karya sastra
dalam berbagai teori. Keobjektifan analisis sebagai dasar dalam melakukan kajian karya
sastra tentunya tetap diutamakan meskipun karya sastra bersifat poliinterpretabel.
Bagi penikmat karya sastra, dianjurkan untuk melakukan kajian karya sastra dengan
mengaplikasikan teori strukturalisme untuk kemudian berlanjut pada teori lain agar terampil
dan mampu mengambil hikmah dan amanat karya sastra secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imran dan Farida Nugrahani. 2017. Pengkajian Sastra, Teori dan Aplikasi.
Surakarta: Djiwa Armata
de Saussure, F. 1983. Course in General Linguistics, trans. by Harris, R. Chicago, IL: Open
Court Classics
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
University
Pradopo, Rachmat Djoko dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita
Graha Widya
Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Robert Stanton, (terj). Sugihastuti. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra : Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya
Zaimar dan Okke KS. 1991. Menelusuri Makna Ziarah Karya Iwan Simatupang. Jakarta: Inter
massa