Anda di halaman 1dari 4

STRUKTURALISME

1. PENGANTAR.

Sejak abad ke 4 SM sampai sekarang, telah muncul adanya 4 orientasi sastra berdasarkan urutan sejarah dan dialektikanya.
Seperti dikemukakan oleh Abrams (1981: 36-37; 1976: 6-7).
1. orientasi mimetic
2. orientasi pragmatic
3. orientasi expressive
4. orientasi objective
berdasarkan orientasi sastra tersebut, maka terjadilah empat tipe
kritic mimetic yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam dan kehidupan. Kriteria karya sastranya adalah semakin karya
sastra menyerupai alam kehidupan yang senyatanya, karya sastra semakin tinggi nilainya.
2. kritic pragmatic yang menganggap karya sastra sebagai alat (sarana) untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca.
Oleh karena itu, karya sastra semakin banyak berisi pendidikan, maka karya sastra semakin bernilai tinggi.
3. kritik exspresive yang menganggap karya sastra sebagai luapan perasan dan pikiran pengarang. Oleh karena itu karya sastra
makin banyak mengandung kepribadian pengarangnya, yaitu perasaan dan pikirannya, maka makin bernilai tinggi.
4. kritic objective, kritik ini tidak mengakui orientasi ketiga kritik. Kritik ini berorientasi pada karya sastranya sendiri, yaitu
bahwa karya sastra adalah sesuatu yang mandiri (otonom) terlepas dari tiruan, pendidikan, ataupun pengarangnya. Karya sastra
harus dianalisis struktur dalamnya (inner Structure).
 Kritik objective ini muncul awal abad ke 20 yaitu berkisar tahun 1920 di Amerika Serikat yg terkenal sebagai
kritik baru (New Criticism)
2. GAGASAN STRUKTUR
Karya sastra adalah sebuah struktur, penurut Piaget (1995: 4-12) struktur itu mengandung tiga gagasan:
1. Gagasan keseluruhan ( The Idea of Wholeness)
2. Gagasan Transformasi (The Idea of transformation
3. Gagasan pengaturan diri (The Idea of
4. self Regulation)
a) Sebuah karya sastra merupakan keseluruhan yang utuh , antara bagian-bagiannya saling berkoherensi
(berjalinan dengan erat)
b) Struktuk karya sastra dapat di transformasikan berdasar system dan aturan karya sastra itu sendiri.
c) Struktur mengandung gagasan pengaturan diri sendiri (self regulation) yaitu bila salah satu berubah, maka
bagian yang lain mengatur dirinya sesuai dengan perubahan tersebut.
 3. TEORI STRUKTURALISME
Karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang kompleks. Dalam pengertian struktur, struktur itu
adalah susunan atau tata unsur-unsur yang saling berhubungan antara bagian satu dengan yang lain. Sebuah unsur
tidak mempunyai makna atau arti sendiri bila dipisahkan dengan unsur-unsur yang lain dan keseluruhannya
(Hawkes, 1978: 17 -18) unsur karya sastra adalah unsur fungsional, yaitu tiap-tiap unsur mempunyai fungsi dalam
hubungannya dengan unsur lain dan keseluruhannya.
Analisis berdasarkan strukturalisme ini adalah analisis structural yang menghendaki tiap-tiap unsur
karya sastra itu tidak boleh berdiri sendiri-sendiri atau perpisah secara mutlak. Dalam kritik karya sastra, kritik
structural merupakan tugas prioritas (Teeuw, 1984 :61) sebelum y7ang lain-lainnya. Hal ini disebab oleh
pentingnya kritik ini untuk menganalisis karya sastra untuk mencapai makna yang optimal,seperti dikemukakan
oleh Teeuw. Sbb:
“……analisis struktur karya sastra yang ingin di teliti dari segi manapun juga merupakan
prioritas, pekerjaan pendahuluan. Sebab karya sastra sebagai “dunia dalam kata” (Dresden, 1965)
mempunyai kebulatan makna intrinsic hanya dapat kita gali dari karya ini sendiri. dalam arti ini kita
“tergantung pada kata” (Teeuw, 1980….makna unsur-unsur karya sastra itu hanya dapat kita pahami dan kita
nilai sepenuhnya-penuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.
Jadi, menurut pendapat saya, analisis struktur adalah suatu tahapan dalam penelitian sastra yang sukar kita
hindari, sebab analisis semacam ini baru memungkinkan pengertian yang optimal…..

Anda mungkin juga menyukai