Npm : 2088201048
Soal
1. Uraikan makna kritik sastra sesuai dengan aktivitas yang dilakukan kritikus
dalam menghadapi karya sastra!
4. Uraikan apa sumbangan teori sastra pada kritik sastra dan sebaliknya!
Jawaban
Menempatkan diri dalam karya sastra itu. Dalam hal ini mau tidak mau, diakui
atau tidak, ia terpengaruh oleh unsur-unsur yang melahirkan karya itu serta unsur
-unsur tata nilai dimana karya itu dilahirkan.
2. Berdasarkan bentuknya:
1. Kritik teoritik adalah jenis kritik sastra yang berusaha menetapkan istilah-
istilah dan kategori-kategori yang akan digunakan dalam menganalisis dan
mematikan karya sastra. Artinya kritik teoritik belum berbicara tentang suatu
karya sastra yang konkret.
2. Kritik praktikal adalah kritik terhadap suatu karya sastra yang sudah
dikerangka menggunakan konsep-konsep yang ditetapkan dalam kritik teoritik
sebelumnya.
1. Kritik judisial adalah kritik terhadap suatu karya dengan membandingkan karya
tersebut dengan karya lain yang secara konvensional dianggap sebagai standar
umum kehebatan dan keindahan sastra.
3. Kritik induktif adalah analisis sebuah karya sastra berdasarkan fenomena yang
terjadi dalam karya tersebut secara objektif, baik dari segi isi, ide, maupun segi
kebahasaan melalui teori sastra.
1. Kritik mimetik merupakan kritik yang berfokus kepada hubungan karya sastra
dengan realita atau kenyataan.
2. Kritik pragmatik adalah kritik yang berfokus pada tanggapan pembaca dan
dampak karya sastra tersebut kepada pembaca.
4. Kritik objektif adalah kritik yang berfokus pada karya itu sendiri atau analisis
secara unsur intrinsik saja.
* Kritik objektif memandang karya satra hendaknya tidak dikaitkan dengan hal-
hal di luar karya sastra itu. Ia harus dipandang dsebagai teks yang utuh dan
otonom, bebas dari hal-hal yang melatarbelakanginya, seperti pengarang,
kenyataan, maupun pembaca. Objek kritik adalah teks satra: unsur-unsur
interinsik karya tersebut.
4. Ketika akan mengkritik puisi misalnya, kita pasti membutuhkan bantuan teori
sastra. Melalui teori sastra kita mengetahui unsur-unsur pembangun puisi itu,
yang antara lain terdiri dari diksi (pilihan kata), bahasa kiasan (metafora,
perumpamaan, personifikasi, metonimia, dan sinekdoks), citraan, persajakan
serta ulangan bunyi dalam puisi yang estetis. Di samping itu, dari teori sastra kita
juga mengetahui ada berbagai jenis puisi. Dalam hal ini puisi tersebut masuk
dalam jenis yang mana.
Begitu sebaliknya Ketika akan menyusun teori tentang puisi misalnya, maka
teoretikus membutuhkan bantuan kritik sastra. Hal ini karena kritik sastralah
yang telah berhadapan dan membahas secara langsung puisi-puisi yang telah
ada. Dari kritik sastra yang dibuat para kritikus kita dapat mengetahui adanya
puisi yang memiliki konvensi-konvensi tertentu, yang mungkin telah berbeda
dengan konvensi puisi sebelumnya. Ketika puisi Indonesia masih berupa pantun
dan syair misalnya, dulu kita mengetahui teori bahwa puisi adalah jenis karya
sastra yang terikat oleh jumlah suku kata tiap baris, jumlah baris tiap bait, juga
persajakan akhir baris. Akan tetapi, ketika kemudian muncul puisi-puisi Chairil
Anwar yang bebas (tidak terikat lagi) atau puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri
yang tipografinya bermacam-macam dan sering mengabaikan tanda baca
(pungtuasi), maka teori puisi yang lama tidak berlaku lagi. Selanjutnya, harus
dirumuskan lagi teori puisi yang baru. Untuk itu, maka data-data dari kritik sastra
dapat dimanfaatkan oleh para teoretisi sastra dalam merumuskan teori sastra
yang baru.