Cetakan Pertama:
Oktober 2012
Sanksi Pelanggaran Pasal 72, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta.
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
BENTUK KATA
DALAM BAHASA INDONESIA
Widada Hadisaputra
SARANA KOMUNIKASI
1. Ragam Lisan LAFAL
Ragam lisan nasional
Ragam lisan nasional resmi
Ragam lisan nasional tak remi
Ragam lisan regional
Ragam-ragam lisan lokal
2. Ragam Tulis EYD
1
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
SIFAT PENGGUNAAN
1. Bahasa baku = bahasa resmi
kalangan terdidik
karya ilmiah
suasana resmi
surat resmi : surat-menyurat dinas
perundang-undangan
karangan teknis
2. Bahasa tak baku = bahasa tak resm
KATA
Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan tentang kata:
1. bentuk
2. makna
3. pemakaian
1. BENTUK KATA
UNSUR SERAPAN DARI BAHASA ARAB
Bunyi /q/ /k/
Contoh: taqwa takwa
istiqamah istikamah
aqal akal
Bunyi /t/ /h/
Contoh: amanat amanah
amanat
barakat berkah
berkat
Bunyi /o/ /a/
Contoh: solat salat
musola musala
rido rida
Bunyi /kh/ /kh/ atau /k/
Contoh: akhir akhir atau ahir/akir
2
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
3
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
Huruf awal kata dasar /k, p, t, dan s/ luluh, kecuali yang berupa
bunyi klaster /kl, kr, pr, pl, tl, tr, dan sebagainya/.
Contoh:
a. Bunyi /k/ luluh
kampanye => mengampanyekan
koordinasi => mengordinasikan
konsumsi => mengonsumsi
konsultasi => mengonsultasikan
b. Bunyi /t/ luluh
terjemah => menerjemahkan
tasbih => menasbihkan
teladan => meneladani
c. Bunyi /p/ luluh
peduli => memedulikan
parkir => memarkir
posisi => memosisikan
penjara => memenjarakan
d. Bunyi /s/ luluh
setara => menyetarakan
sejajar => menyejajarkan
setuju. => menyetujui
4
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
FUNGSI KLITIKA
inklitik: -ku, -mu, -nya
proklitik : kau-
BENTUK MAJEMUK
Ciri :
Tidak dapat disisipi unsur lain
Mempunyai arti baru
Contoh:
orang tua (‘orang yang sudah tua)
orang tua (‘ayah ibu’)
- Antar antarbangsa – international
- Nir nirlaba – nonproperty
nirgelar – nondegree
niraksara – illetery
- Pasca pascasarjana – postgraduate
pascajual
- Pramu pramugari
Pramuwisata
MAKNA KATA
1. Denotasi makna yang ditunjuk
2. Konotasi makna tambahan
3. Polisemi banyak maknanya
(dalam tataran kata)
5
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
HOMONIM
Homo = sama
nem = bentuk
Contoh:
a. dalam tataran kata
buku: “alat tulis, alkitab”
“ruas jari, tebu,dsb”
muka: “wajah”
“depan”
b. dalam tatanan morfem
ber- “memiliki”
“mengeluarkan”
“naik”
ke-an “dikenai….(hujan)”
“terlalu…...(besar)”
“tempat….(camat)”
ber- : “memiliki” pada beribu
ber- : “mengeluarkan” pada bersuara
KONOTASI
Selalu berkembang sesuai dengan zamanya.
Contoh: - kakus - pelacur
jamban tuna susila (WTS)
WC PSK
kamar kecil
toilet
6
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
BENTUK PANGKAS
flu influensa
info inormasi
prof profesor
lab laboratorium
mik mikrofon
7
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
AKRONIM
· tilang bukti pelanggaran
· valas valuta asing
· lapas lembaga pemasyarakatan
· rudal peluru kendali
· dugem dunia gemerlap
ANALOGI
Analogi adalah proses pembentukan kata berdasarkan bentuk
yang telah ada.
Contoh:
tinju bertinju petinju
senam (bersenam) pesenam
silat (bersilat) pesilat
catur (bercatur) pecatur
terjun (beterjun) peterjun
*) - pramugari pra + mugari
pramu + gari
- pramuwisma pramu + wisma
- pramusiswi pramu + siswi
- pramuria pramu + ria
- pramuniaga pramu + niaga
· standard standardisasi
· modern modernisasi
· legal legalisasi
- *kuningisasi penguningan
- *lelenisasi pelelean
- *swastanisasipenswastaan
8
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
9
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
10
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
1. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang sudah meng-
ungkapkan pikiran secara utuh. Kalimat tersusun dari kata atau
kelompok kata (frase) yang masing-masing memiliki fungsi ber-
beda. Kalimat dapat bersifat lisan atau tulis. Pada bentuk lisan
kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan untuk mence-
gah terjadinya asimilasi bunyi. Saat diucapkan, kalimat dilafalkan
dengan suara naik turun, keras lemah, dan diselai jeda. Pada
bentuk tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Di dalamnya
disertakan berbagai tanda baca, seperti tanda koma, tanda ku-
rung, tanda hubung. Tanda titik, tanda tanya, tanda seru sepadan
dengan intonasi akhir. Tanda baca yang lain menggambarkan
bagaimana penulis menata satuan-satuan gagasannya.
Karena merupakan satuan bahasa terkecil yang sudah meng-
ungkapkan pikiran secara utuh, kalimat tidak menjadi bagian
dari kalimat yang lain. Dengan kata lain, kalimat merupakan
satuan sintaktik terbesar. Di dalam wujud yang paling sederhana,
kalimat dapat berunsur dua kata atau kelompok kata yang ma-
sing-masing berfungsi sebagai subjek (S) dan predikat (P), seperti
terlihat pada contoh berikut.
11
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
12
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
2. Ciri Kalimat
Selain didasarkan pada adanya intonasi, tanda baca, atau
ketakterikatannya pada konstruksi lain yang lebih besar; kalimat
juga ditandai oleh kemungkinan diubahnya susunan. Di dalam
hubungan itu, pengubahan harus tidak mengakibatkan terjadinya
perubahan makna. Perhatikan contoh berikut.
(7) anak // yang rajin (berarti ’anak yang tidak malas’)
(7a) yang rajin // anak (berarti ’yang rajin bukan orang tua’)
(8) anak yang rajin itu // sedang belajar (berarti ’anak yang
rajin itu tidak sedang tidur’)
(8a) sedang belajar // anak yang rajin itu (berarti ’sedang tidak
tidur anak yang rajin itu’)
Karena pengubahan susunan yang tidak mengakibatkan
perubahan makna terjadi pada (8), konstruksi yang merupakan
kalimat ialah konstruksi (8). Sebaliknya, konstruksi (8) hanya
merupakan frase.
3. Unsur-Unsur Kalimat
Selain berunsur subjek dan predikat, kalimat dapat disusun
dari unsur yang lebih kompleks. Hal itu dapat dilihat pada contoh
berikut.
(9) Ayah // selalu mengirimi // kami // uang // pada setiap
S P O Pl. K
awal bulan.
13
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
3.1 Subjek
Subjek adlah unsur kalimat yang diperikan (diperkatakan)
dalam sebuah kalimat. Subjek memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. merupakan jawaban atas pertanyaan siapa atau apa;
2. dapat disertai kata ini atau itu (penanda takrif);
3. tidak didahului kata depan (preposisi);
4. dapat berupa kata/kelompok benda atau kelas kata yang
lain yang dapat memiliki salah satu ciri subjek.
3.2 Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang menerangkan subjek.
Keterangan itu berhubungan dengan apa, berapa, mengapa, atau
bagaimana subjek. Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. merupakan jawaban atas pertanyaan apa, berapa, mengapa,
atau bagaimana;
2. dapat disertai kata pengingkar tidak atau bukan;
3. dapat disertai adverbia seperti hendak, sedang, akan;
4. dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan;
5. dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kata atau
kelompok kata sifat, kata atau kelompok kata benda, atau
kata atau kelompok kata nomina.
3.3 Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau
yang menderita akibat perbuatan subjek. Objek memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1. terdapat pada kalimat berpredikat verba transitif;
2. langsung mengikuti predikat;
3. tidak didahului kata depan atau preposisi;
14
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
3.4 Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang menerangkan
predikat, tetapi tidak dikenai perbuatan subjek. Pelengkap
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. melengkapi makna kata kerja (predikat);
2. terdapat dalam kalimat berpredikat kata kerja intransitif;
3. langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek
di dalam kalimat itu;
4. tidak didahului kata depan;
5. tidak menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya;
6. cenderung tidak dapat dilesapkan;
7. tidak dapat diganti dengan bentuk –nya;
8. berupa kata/kelompok kata benda; kata/kelompok kata
sifat, atau klausa.
3.5 Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan infor-
masi lebih lanjut mengenai hal yang dinyatakan di dalam kalimat.
Keterangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. memberikan informasi tentang, di antaranya, waktu, tempat,
tujuan, cara, sebab;
2. memiliki keleluasaan letak/posisi (dapat di awal, akhir, atau
menyisip di anatar subjek dan predikat);
3. tidak bersifat wajib;
4. didahului kata depan, seperti di, ke, dari, pada atau kata hubung
(konjungsi) jika berupa anak kalimat, seperti karena, jika, maka,
ketika;
5. tanpa kata depan jika berupa kata seperti kemarin, sekarang,
tadi, nanti;
6. dapat berupa kata, frase, atau klausa.
15
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
16
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
6. Jenis-Jenis Kalimat
Kalimat dapat dijeniskan berdasarkan berbagai kategori.
Misalnya, berdasarkan jenis hubungan peran setiap unsur atau
jumlah unsur pembangun. Berdasarkan jenis hubungan peran,
kalimat diperinci menjadi (a) kalimat aktif (subjek sebagai pe-
laku), (b) kalimat pasif (subjek sebagai sasaran), (c) kalimat
resiprokal (subjek secara bergantian sebagai pelaku dan sasaran),
(d) kalimat refleksif (subjek sebagai penerima hasil tindakan
predikat). Berdasarkan jumlah unsur pembangun, kalimat
diperinci menjadi (a) kalimat tunggal (kalimat yang berunsurkan
satu klausa) dan (b) kalimat majemuk (kalimat yang berunsurkan
dua klausa atau lebih). Berikut paparan lebih lanjut mengenai
jenis kalimat berdasarkan jumlah unsur pembangun.
17
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
18
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
19
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
20
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
21
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
“klausa anak”. Pada KMB klausa yang berupa klausa anak adalah
klausa yang didahului oleh konjungsi atau perangkai. Karena
harus memiliki klausa induk, salah satu klausa pada KMB harus
tidak didahului konjungsi. Secara tata urut, posisi atau distribusi
klausa anak (sesuai dengan fungsi informasinya yang bersifat tam-
bahan) akan mengakhiri kalimat. Namun, karena keperluan pem-
fokusan atau pementingan, distribusi klausa anak sering dibalik
atau dikedepankan, seperti terlihat pada contoh (29) dan (29a).
(30) Harga sapi lokal turun karena Pemerintah melaksanakan
kebijakan impor sapi.
(30a) Karena Pemerintah melaksanakan kebijakan impor sapi,
harga sapi lokal turun.
Urutan pada KMB lazimnya bisa diubah. Perkecualian terja-
di pada KMB yang menyatakan hubungan akibat dan hubungan
kenyataan. Contoh ketakterbalikan pada hubungan akibat dapat
dilihat pada (31) dan (31a) berikut.
(31) Di Yogyakarta berdiri berbagai jenis dan jenjang pendidikan
sehingga Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pendidikan.
(31a) *Sehingga Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pendidikan,
di Yogyakarta berdiri berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Berdasarkan hubungan maknanya, KMB dapat diperinci
menjadi 11 macam. Berikut penjelasan ringkas beserta contoh
masing-masing.
22
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
23
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
24
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiyah, Subarti dkk. 1996. Pembinaan Kemampuan Berbahasa
Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
——————.1991.Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia: untuk
Tingkat Pendidikan Menengah. Jakarta:PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah
Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
25
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
26
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
27
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
28
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
29
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
30
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
baik adalah catatan. Oleh sebab itu, (calon) penulis yang baik
selalu memiliki catatan (tentang sesuatu yang dianggap penting
dan menarik). Dan tentu saja catatan ini tidak boleh hilang, tetapi
harus disimpan/dirawat dengan baik. Mungkin dalam jangka
waktu tertentu (bulan, tahun) kita mencatat beberapa peristiwa
yang sama, atau minimal berkaitan, sehingga kita dapat mengait-
kaitkan peristiwa itu dan siap pula menyusun tulisan.
Kalau kita telah dapat memilih dan mengaitkan peristiwa-
peristiwa itu, dan dengan demikian berarti kita telah mempunyai
ide (gagasan) yang akan kita sampaikan kepada orang lain, lang-
kah berikutnya adalah menentukan tujuan (untuk apa, siapa)
dan memilih jenis bentuk karangan apa (artikel, esai, feature,
dll, atau bahkan cerpen atau puisi). Kalau kita ingin menulis
bentuk artikel (opini) dan ingin artikel itu dimuat di koran, mi-
salnya, hal yang tidak boleh dilupakan adalah pelajari dan baca-
lah artikel-artikel (opini) yang telah dimuat di koran itu. Dari
situ kita dapat belajar dan memahami bagaimana corak, gaya,
panjang-pendek artikel-artikel tersebut sehingga artikel yang
kita tulis berpeluang untuk dimuat di koran tersebut. Hal ini
juga sekaligus berarti kita memahami bagaimana selera redaksi.
Mengapa hal ini harus dilakukan? Sebab, selera setiap media
massa berbeda-beda.
Hanya saja, yang sering menjadi kendala adalah ketika kita
sudah duduk di depan mesin ketik atau komputer. Ide di kepala
sudah mendesak-desak minta ditulis, tetapi lead pada paragraf
pertama terus-menerus gagal ditulis. Karena itu, buatlah ke-
rangka (outline). Tentang judul, boleh ditulis di awal atau di
akhir; namun yang paling baik adalah ditulis di awal baru kemu-
dian direvisi di akhir. Sebab, judul akan mengendalikan arah
dan fokus. Tetapi, terkadang, ketika sedang menulis, ide-ide
pelengkap muncul mendadak sehingga judul seringkali harus
diubah atau diganti.
Setelah menentukan judul (sementara), kerangka yang kita
susun mula-mula berupa gagasan-gagasan besar yang men-
31
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
32
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
1. Fungsi Mengarang
Pada dasarnya mengarang berfungsi untuk menghidupkan
daya cipta. Sebab, mengarang memerlukan sejumlah potensi pen-
dukung dan untuk mencapainya diperlukan kesungguhan, ke-
mauan keras, bahkan giat belajar dan berlatih. Oleh karena itu,
wajar apabila dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya me-
nulis (mengarang) akan mendorong seseorang untuk lebih aktif,
kreatif, dan cerdas.
Hal di atas terjadi karena untuk mempersiapkan sebuah
karangan seseorang harus menguasai sejumlah komponen, mulai
dari yang sederhana seperti memilih kata, menentukan bentuk
karangan, sampai ke yang rumit seperti menciptakan koherensi,
kesatupaduan, dan seterusnya. Oleh sebab itu, tidak salah jika
dikatakan belajar mengarang dapat dikategorikan sebagai upaya
pembinaan kecerdasan bangsa. Untuk itu, kegiatan mengarang
harus dihidupkan karena kegiatan itu dapat memberdayakan
33
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
2. Manfaat Mengarang
Kegiatan mengarang mengandung manfaat atau memiliki
arti penting bagi kita (siapa pun). Kegiatan mengarang berman-
faat sebagai sarana (1) pengungkapan diri, (2) pemahaman akan
sesuatu, (3) kepuasan pribadi, kebanggaan, dan rasa harga diri,
(4) peningkatan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan
sekeliling, (5) pelibatan diri dengan penuh semangat, dan (6)
pemahaman dan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa.
Sementara itu, kegiatan mengarang juga memiliki arti pen-
ting, di antaranya sebagai sarana (1) untuk menemukan sesuatu,
(2) untuk melahirkan ide baru, (3) untuk melatih kemampuan
mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide, (4)
untuk melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang/se-
suatu, (5) untuk membantu menyerap dan memroses informasi,
dan (6) untuk melatih berpikir aktif, kreatif, dan kritis.
4. Bekal Mengarang
Tanpa memiliki bekal tertentu seseorang tidak mungkin
mampu menulis karangan (yang baik). Apabila berkeinginan da-
pat membuat karangan (yang baik) seseorang harus (1) banyak
membaca dan (2) tekun berlatih. Tanpa banyak membaca sese-
orang tidak akan memperoleh ide-ide atau pengetahuan yang
34
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
5. Jenis Karangan
Secara garis besar ada empat jenis karangan, yaitu (1) ekspo-
sisi/paparan, (2) argumentasi/ persuasi/bahasan, (3) deskripsi/
perian, dan (4) narasi/kisahan. Eksposisi bertujuan memberikan
informasi, penjelasan, keterangan, dan pemahaman. Argumentasi
bertujuan meyakinkan atau membuktikan pendapat atau pendi-
rian, membujuk. Deskripsi bertujuan menggambarkan bentuk
objek pengamatan, sifat, rasa, dan coraknya; dan dalam hal ini
mengandalkan indera dalam uraian. Narasi bertujuan bercerita
berdasarkan pengamatan atau rekaan.
7. Langkah-Langkah Mengarang
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengarang
di antaranya (1) menentukan topik, (2) menentukan tujuan, (3)
mengumpulkan bahan, (4) menyusun kerangka karangan, (5)
mengembangkan kerangka karangan, (6) koreksi dan revisi, (7)
menulis naskah.
tesis, disertasi, atau buku), selalu terbagi dalam tiga bagian po-
kok, yaitu pembukaan atau pendahuluan, isi, dan penutup/rang-
kuman. Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah judul dan
daftar pustaka (jika perlu).
Judul. Judul hendaknya (1) jelas, (2) memiliki daya tarik yang
kuat, (3) mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas,
dan (4) pilihan katanya harus tepat, mengandung unsur-unsur
utama yang dibahas.
36
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
9. Penggunaan Bahasa
Penggunaan kata dan kelompok kata (frase). Dalam suatu ka-
rangan hendaknya (1) dihindari pemakaian kata atau frase tutur
kecuali apabila sudah menjadi perkataan umum; (2) dihindari
pemakaian kata atau frase yang telah usang atau mati; (3) kata
atau frase yang bernilai rasa hendaknya digunakan secara cermat
sesuai suasana dan tempatnya; (4) kata-kata yang bersinonim
hendaknya digunakan secara cermat sebab makna kata-kata sino-
nim itu tidak selamanya sama benar dalam pemakaiannya; (5)
dalam karangan umum kata-kata asing hendaknya dihindarkan;
dan sebagainya.
Penyusunan kalimat. Dalam suatu karangan hendaknya di-
gunakan (1) kalimat pendek- pendek, (2) bahasa biasa yang mu-
dah dipahami pembaca, (3) bahasa sederhana dan jernih penguta-
raannya, (4) bahasa yang padat, kuat, efektif, dan sebagainya.
37
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
38
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
39
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
40
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
SURAT MENYURAT
Suharna
41
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
Dengan hormat,
Saya ingin memberitahukan kepada Bapak bahwa pada hari
ini, Senin, 20 Agustus 1990, saya tidak dapat bekerja sebagaimana
biasanya karena sakit. Bersama ini saya sampaikan surat kete-
rangan dokter untuk Bapak ketahui.
42
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
Salam takzim,
Erwin Bahtiar
Dengan hormat,
Sesuai dengan pemberitahuan saya kepada Bapak kemarin,
saya pada hari ini, Jum’at, 10 Agustus 1990, akan datang
terlambat di kantor karena akan mengurus perpanjangan kartu
tanda penduduk (KTP) di Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi.
Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih.
Salam takzim,
Doni Susanto
2. Surat Dinas
Jenis Surat Dinas
Yang termasuk surat dinas adalah sebagai berikut.
a. Surat Dinas Biasa
Surat dinas biasa adalah suatu alat komunikasi antarinstansi,
baik pemerintah maupun swasta, yang berisi berita secara
tertulis, antara lain, berisi pemberitahuan, penjelasana, per-
mintaan, dan pernyataan.
43
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
b. Nota Dinas
Nota dinas adalah suatu alat komunikasi antarpejabat atau
antarunit organisasi yang berisi permintaan, penjelasan,
atau keputusan.
c. Memo (Memorandum)
Memo adalah suatu alat komunikasi dalam suatu unit or-
ganisasi yang sifatnya informal, tetapi isinya menyangkut
hal-hal kedinasan.
d. Surat Pengantar
Surat pengantar berbentuk dua macam, yaitu
1) Surat dinas biasa yang ditujuka kepada seorang atau
beberapa pejabat, yang isinya berupa penjelasan singkat;
2) Daftar yang tersusun dalam beberapa kolom dan di-
pergunakan untuk mengantar pengiriman surat atau
barang.
e. Surat Kawat
Surat kawat adalah yang berisi berita, petunjuk, instruksi,
dan sebagainya, yang disampaikan melalui radio atau tele-
gram yang berisi hal perlu segera mendapat penyelesaian.
f. Surat Edaran
Surat edaran adalah surat pemberitahuan tertulis yang ditu-
jukan kepada pejabat/unit organisasi yang membuat kebi-
jaksanaan pokok dengan memberikan penjelasan dan/atau
petunjuk pelaksanaan suatu peraturan atau perintah yang
sudah ada.
g. Surat Undangan
Surat undangan adalah surat pemberitahuan yang meminta
isi alamat datang pada waktu, tempat, dan acara yang telah
ditentukan.
44
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
h. Surat Tugas
Surat tugas adalah surat yang berisi perintah atau tugas
yang harus dilaksanakan dalam suatu pekerjaan dinas.
Fungsi Surat
Surat mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut.
1) Surat sebagai bukti nyata “hitam di atas putih”
2) Surat sebagai alat pengingat karena surat dapat diarsipkan
dan dapat dilihat lagi jika diperlukan.
3) Surat sebagai bukti sejarah, seperti pada surat-surat tentang
perubahan dan perkembangan suatu instansi.
4) Surat sebagai pedoman kerja, seperti surat keputusan atau
surat instruksi.
5) Surat sebagai duta atau wakil penulis untuk berhadapan
dengan lawan bicaranya. Oleh Karena itu, isi surat merupa-
kan gambaran mentalitas pengirimnya.
Jika dibandingkan dengan alat komunikasi lisan, surat
memiliki kelebihan, yaitu dapat mengurangi kesalahpahaman
dalam berkomunikasi karena penulis dapat menyampaikan mak-
sudnya dengan sejelas-jelasnya. Selain itu, pembaca dapat mem-
bacanya berulang-ulang apabila dirasakan belum mengetahui
betul isinya. Kelebihannya yang lain adalah bahwa biaya surat-
menyurat yang digunakan relatif lebih murah jika dibandingkan
dengan biaya telepon atau telegram.
45
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
46
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
47
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
a. Kepala Surat
Cetaklah nama instansi atau badan yang bersangkutan
dengan huruf kapital semua pada bagian atas kertas, di tengah-
tengah secara simetris kiri-kanan. Alamat kantor dituliskan de-
ngan huruf-huruf awal kata kapital, kecuali kata tugas atau de-
ngan huruf kapital semua, tetapi ukurannya daripada huruf-hu-
ruf untuk nama instansi. Unsur-unsur kalimat dipisahkan dengan
tanda koma, bukan dengan tanda hubung. Kata jalan dituliskan
lengkap jalan, bukan disingkat Jl. atau Jln. Jika kantor tersebut
memiliki nomor telepon, tuliskan kata Telepon, bukan Tilpon, dan
buka singkatan Telp. Atau Tilp. Kemudian, nomor telepon tidak
perlu diberi titik karena bukan merupakan suatu jumlah. (Tele-
pon 4896558, bukan Telp. 4.896.558). Tuliskan kata Kotak Pos jika
kantor tersebut memilikinya, bukan PO Box.
b. Tanggal Surat
Tanggal surat dinas tidak perlu didahului nama kota karena
nama kota itu sudah tercantum pada kepala surat. Selanjutnya,
nama bulan jangan disingkatkan atau ditulis dengan angka (No-
vember menjadi Nov. atau 11; Februari menjadi Feb, atau 2).
Tahun juga dituliskan lengkap, tidak disingkat tanda koma di
atas. Pada akhir tanggal surat tidak dibubuhkan tanda baca apa
pun, baik titik maupun tanda hubung.
48
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
Misalnya:
KEPALA SURAT
29 Oktober 1989
c. Nomor Surat
Kata Nomor (lengkap) diikuti tanda titikdua atau jika nomor
itu disingkat dengan No., penulisannya diikuti tanda titik, kemu-
dian diikuti tanda titik dua. Garis miring yang digunakan dalam
nomor dank ode surat tidak didahului dan tidak diikuti spasi.
Kemudian, angka tahun sebaiknya dituliskan lengkap dan tidak
diikuti tanda baca apa pun.
Penulisan nomor dan kode surat yang salah.
Nomor : 3241/F8/UI.5/87._ _
No. : 3241/F8/UI.5/87._ _
Penulisan nomor dan kode surat yang benar.
Nomor : 3241/F8/UI.5/87
No. : 3241/F8/UI.5/87
d. Lampiran
Kata Lampiran: atau Lamp.: diikuti tanda titik dua. Kemu-
dian, cantumkan jumlah yang dilampirkan dan nama barang yang
dilampirkan, tidak diikuti tanda baca apa pun.
Penulisan Lampiran yang salah.
Lampiran : satu berkas.
Lamp. : dua eksemplar.
Penulisan Lampiran yang benar.
Lampiran : Satu berkas
Lamp. : Dua eksemplar
49
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
e. Hal Surat
Dalam kaitan dengan ini, kita sering juga menjumpai kata
perihal dalam surat dinas. Walau kata hal dan perihal itu sinonim,
atau berarti sama, sebaiknya digunakan kata hal karena lebih
singkat. Pokok surat yang dicantumkan dalam bagian ini hen-
daknya diawali huruf kapital, sedangkan yang lain dituliskan
dengan huruf kecil. Pokok surat tidak ditulis berpanjang-pan-
jang, tetapi singkat dan jelas, serta mencakup seluruh pesan yang
ada dalam surat.
Penulisan hal yang salah.
Hal : Penentuan tugas pameran
(dalam rangka Dies Natalis VI dan Lustrum II)
Yang akan diselenggarakan tanggal 5- -10 Oktober 1987
Penulisan hal yang benar
Hal : Petugas pameran Dies Natalis
50
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
51
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
7) Salam Pembuka
Salam pembuka dicantumkan di sebelah kiri garis tepi de-
ngan nomor, lampiran, hal, dan alamat surat. Huruf pertama
awal kata dituliskan dengan huruf kapital, sedangkan kata
yang lain dituliskan kecil semua, kemudian salam pembuka
itu diikuti tanda koma.
Ungkapan yang lazim digunakan sebagai salam pembuka
dalam surat-surat dinas yang bersifat netral adalah
Dengan hormat, (D kapital, h kecil)
Salam sejahteram, (S kapital, s kecil)
Saudara…,
Saudara…yang terhormat,
Bapak…yang terhormat,
8) Isi Surat
a) Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka surat adalah pengantar isi surat untuk
mengajak pembaca surat menyesuaikan perhatiannya kepada
pokok surat yang sebenarnya. Kalimat pengantar yang lazim
digunakan untuk mengawali paragraf pembuka pada surat dinas
yang berisi pemberitahuan adalah sebagai berikut.
(1) Dengan ini perkenankanlah kami melaporkan kepada Bapak
pelaksanaan ujian dinas di lingkungan….
52
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
Catatan :
Kata kami digunakan jika penulis surat mengatasnamakan
suatu organisasi atau suatu instansi. Akan tetapi, jika atas nama
dirinya sendiri, kata ganti yang adalah saya.
b) Paragraf Isi
Setiap paragraf isi surat hanya berbicara tentang suatu ma-
salah. Jika ada masalah lain, masalah itu dituangkan dalam para-
graf yang berbeda. Terakhir, kalimat-kalimat dalam paragraf/
isi hendaknya pendek, tetapi jelas.
Rumusan isi surat itu juga harus menarik, tidak membosan-
kan, tetapi tetap hormat dan sopan. Penulis surat harus benar-
benar mengakui dan menghormati tak penerima surat. Oleh ka-
rena itu, penulis hendaknya menghindari sikap menganggap re-
meh terhadap orang lain, apalagi menghina atau mempermain-
kannya.
53
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
c) Paragraf Penutup
Paragraf penutup berfungsi sebagai kunci isi surat atau
penegasan isi surat.
Contoh paragraf penutup.
(1) Atas kerja sama Saudara selama ini, kami ucapkan terima
kasih.
(2) Kami harap agar kerja sama kita membuahkan hasil yang
dan berkembang terus.
(3) Mudah-mudahan jawaban kami bermanfaat bagi Anda.
(4) Sambil menunggu kabar lebih lanjut, kami ucapkan terima
kasih.
9) Salam Penutup
Salam penutup berfungsi untuk menunjukkan rasa hormat
penulis surat setelah berkomunikasi dengan pembaca surat. Sa-
lam penutup dicantumkan di antara paragraf penutup dan tanda
tangan pengirim.
Huruf awal kata salam penutup ditulis dengan huruf kapital,
sedangkan kata-kata lainnya ditulis kecil. Sesudah salam penutup
dibubuhkan tanda koma.
Misalnya :
Salam takzim,
Salam kami,
Hormat kami,
Wasalam,
54
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
11) Tembusan
Kata tembusan diletakkan di sebelah kiri pada bagian kaki
surat, lurus dengan kata nomor, lampiran, dan hal, dan sejajar
dengan penanda tangan surat. Kata tembusan diikuti tanda titik
dua, tanpa digarisbawahi. Jika pihak yang ditembusi surat itu
lebih dari satu, nama-nama instansi diberi nomor urut. Akan
tetapi, jika pihak yang ditembusi hanya satu, nama instansi tidak
diberi nomor. Kemudian, dalam tembusan tidak perlu digunakan
kata-kata Yth., Kepada Yth., sebagai laporan, atau sebagai undangan.
Selanjutnya, pencantuman kata arsip pada nomor terakhir tidak
dibenarkan. Hal itu tidak ada manfaatnya karena sudah pasti
setiap surat dinas itu memilki arsip yang harus disimpan.
Penulisan tembusan yang salah
Tembusan:
1. Kepada Yth. Direktur Sarana
Pendidikan (sebagai laporan)
2. Yth. Kepada Bagian Tata Usah
(sebagai undangan)
3. Sdr. Erwin (agar dilaksanakan)
4. Arsip.
55
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
12) Insial
Inisial disebut juga sandi, yaitu kode pengenal yang berupa
singkatan nama pengonsep dan singkatan nama pengetik surat.
Inisial atau sandi berguna untuk mengetahui siapa pengonsep
dan pengetik surat sehingga jika terjadi kesalahan dalam surat
tersebut, pengonsep dan pengetik surat dapat dihubungi dengan
mudah.
Inisial ditempatkan pada bagian paling bawah di sebelah
kiri.
Misalnya:
MSS/SS
MSD singkatan nama pengonsep : Mirna Sari Dewi
SS singkatatan nama pengetik : Sandi Susatio
56
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
Pendahuluan
Pelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya pembelajaran
bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan
belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai
kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indo-
nesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan mau-
pun tertulis, serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta
manusia Indonesia (Tim Bina Karya Guru, 2007:v).
Bertolak dari uraian di atas tampak bahwa antara pelajaran
bahasa Indonesia dan sastra Indonesia merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Belajar bahasa Indonesia selain belajar
berkomunikasi melalui bahasa Indonesia, pada hakikatnya juga
belajar menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di
dalam karya sastra Indonesia beserta kemanusiaannya.
Di dalam buku Bina Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas
IV Semester I 3B (2004) dan Bina Bahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas IV Semester I (2007) disebutkan urut-urutan penyajian
pelajaran sebagai berikut.
1. Terampil Berbicara (kegiatan berkomunikasi secara lisan) ada-
lah sarana untuk membina aspek bercakap-cakap/berbicara
dengan menggunakan aspek membaca dan mendengarkan.
57
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
58
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
59
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
PAK TANI
B. Menjawab Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
1. Apakah judul lagu di atas?
2. Siapakah yang menciptakan lagu di atas?
3. Ada berapa baris syair lagu di atas?
4. Apa dan siapakah yang harus kita bela?
5. Mengapa kita harus tak gentar mengusir penyerang?
C. Menuliskan dan Menyanyikan Lagu Perjuangan
Kamu tentu pernah menyanyikan lagu perjuangan yang lain,
misalnya, Syukur, Halo-Hali Bandung, Satu Nusa Satu
Bangsa, Hari Merdeka.
Tulislah salah satu syair lagu perjuangan yang paling kamu
sukai, lalu nyanyikanlah di depan kelas.
Memeperhatikan pelajaran sastra Indonesia melalui apre-
siasi lagu perjuangan “Maju Tak Gentar” karya C. Simananjuntak
tersebut sangat strategis, karena anak selain diberikan penge-
tahuan tentang sastra juga diberikan nilai-nilai perjuangan (na-
sionalisme). Nasionalisme yang sekarang cenderung ditinggal-
kan oleh generasi muda, melalui pelajaran ini, dicoba untuk di-
angkat dan disampaikan kepada para siswa kelas 3 sekolah dasar.
61
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
Sekolahku
Tempatku menuntut ilmu
Setiap hari Senin hingga Sabtu
Ku selalu hadir di tempatmu
Di sekolah inilah
Kubelajar berbagai pengetahuan
Kumengerti tentang budi pekerti
Semuanya baerguna jika besar nanti
62
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
Menuntut ilmu
Adalah perlu untuk semua orang
Siapa pun yang ingin pandai
Tuntutlah ilmu setinggi mungkin
B. Menjawab pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apakah judul puisi di atas?
2. Di manakah kita menuntut ilmu?
3. Mengapa ilmu berguna untukmu?
4. ilmu atau pelajaran apa sajakah yang kau dapat di
sekolah?
5. Mengapa semua orang perlu menuntut ilmu?
63
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
BUNGA
Kuncup merekah
Kelopak bunga indah
Baumu semerbak
Aku suka padamu
KAMPUNG HALAMANKU
64
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
65
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
Musibah
Karya Silivia Damayanti
(1)……………..yang datang
Bukan kebetulan (2)…………..marah kepada kita
Karena kita sering (3) …………nikmat-Nya
Musibah yang (5) …………..
Mungkin cobaan
Mungkin (6)……………………
Agar kita kembali ke (7) ………………….
66
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
67
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
Simpulan
Setelah melengkapi puisi yang rumpang itu, siswa kemudian
diperintahkan untuk membacakan dan menghayatinya. Proses
ini merupakan suatu metode yang sangat mendukung siswa un-
tuk berani mempresentasikannya. Jika siswa membaca dengan
baik dan penuh penghayatan, ia sama artinya sudah berani meng-
ungkapkan pendapatnya atas puisi itu.
DAFTAR PUSTAKA
Darisman, M. dkk. 2005. Ayo Belajar Berbahasa Indonesia jilid 1A,
1B, 2A, 2B, 3A, 3B, 4A, 4B, 5A, 5B, 6A, 6B. Jakarta:
Yudhistira.
Surana. 2004. Aku Cinta Bahasa Indonesia jilid 1, 2, 3, 4, 5, 6. Solo:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Tim Bina Karya Guru. 2007. Bina Bahasa Indonesia jilid 1A, 1B,
2A, 2B, 3A, 3B, 4A, 4B, 5A, 5B, 6A, 6B. Jakarta: Erlangga.
68
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
/1/
Kata orang, hal yang tersulit dalam menulis adalah saat akan
memulainya; memikirkan apa yang akan ditulis dan bagaimana
“harus” menuliskannya. Memikirkan apa yang akan ditulis se-
sungguhnya tidak terlalu sulit karena apapun bisa kita pikirkan
dan tuliskan. Apa saja yang kita lihat, rasakan, alami, dan pikirkan
bisa menjadi “bahan” untuk sebuah tulisan. Artinya, menulis itu
sesungguhnya adalah upaya mengekspresikan apa yang kita lihat,
alami, rasakan, dan pikirkan ke dalam bahasa tulis (bukan bahasa
lisan). Tentu saja untuk menyajikan tulisan yang bagus, kita harus
memilih bahan-bahannya, tidak asal-asalan. Bahan-bahan yang
bagus itu bisa kita dapatkan dengan “menggumuli” berbagai “teks
kehidupan” yang begitu luas dan beragam. Bahan tulisan bisa
kita dapatkan dari teks bacaan atau literatur yang melimpah (buku,
koran/majalah, jurnal, internet), dari teks yang terlihat dan terde-
ngar—seperti televisi, radio, film, musik, drama, karya seni, dan
lain sebagainya. Atau mungkin saja bahan tulisan itu berasal
dari kejadian dan peristiwa yang kita lihat, alami, rasakan, amati,
1
Makalah untuk kegiatan Pembinaan Keterampilan Berahasa dan Bersastra
Indonesia bagi Guru Sekolah Dasar se-DIY, diselenggarakan oleh Balai Bahasa
Yogyakarta, tanggal 23 Oktober 2012, Villa Taman Eden 2, Kaliurang, Sleman,
Yogyakarta.
69
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
70
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
71
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
/2/
Sesungguhnya pelatihan seperti sekarang ini menimbulkan
“kegalauan” tersendiri bagi kami. Kegalauan itu muncul jika di-
kaitkan dengan tujuan yang akan dicapai dalam pelatihan ini:
apakah ingin meningkatkan pengetahuan guru-guru dalam men-
ciptakan tulisan atau tujuannya lebih “mulia” dari itu, mengajak
guru-guru untuk memikirkan bagaimana langkah-langkah agar
pembelajaran menulis (sastra) di sekolah dasar dapat menarik
minat siswa? Pilihan yang pertama lebih mudah dilakukan karena
banyak kemungkinan materi yang bisa diberikan, sedangkan
pilihan kedua memerlukan pemikiran yang lebih merenik, mem-
butuhkan sinergi dari berbagai pihak, terlebih karena kami tidak
mengetahui bagaimana kondisi di lapangan yang sesungguhnya,
sebaliknya, minat dan pengalaman guru dalam penulisan kreatif
sastra rasanya sangat kurang (bahkan mungkin tidak ada sama
sekali). Jika pilihan kedua yang akan dilaksanakan, maka kita
harus memiliki dua kesepakatan. Pertama, menyadari sepenuh-
nya bahwa tujuan pengajaran sastra di sekolah dasar dikembang-
kan dalam kompetensi dasar agar siswa mampu menuliskan
pengalaman dalam bentuk cerita dan puisi. Kedua, skala prioritas
yang harus dirangsang dan dikembangkan dalam memacu sema-
ngat siswa untuk menulis berkaitan dengan imajinasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, imajinasi dimaknai se-
bagai daya pikir untuk membayangkan (angan-angan) atau men-
ciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian
berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang; khayalan.
2
Simak hasil tulisan kaos oblong dalam lampiran 1.
72
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
3
Perhatikan sebuah puisi dalam lampiran 2.
73
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
74
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
75
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
LAMPIRAN 1
76
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
kaos dengan desain lukisan Eddie Hara – lebih pas dipakai seni-
man. Pergeseran ini terjadi tidak sengaja; kaos yang semula ha-
nya dipandang dari segi fungsional bergeser ke media indenti-
fikasi atau wahana tanda, membawa pesan dalam “teks terbuka”
di mana pembaca atau audience berpeluang memberi interpretasi.
Di Yogyakarta, awal perkembangan kaos sebagai media
tanda dan penanda tidak dapat dilepaskan dari inspirasi kreatif
anak muda di bawah “bendera” Dagadu, Jaran, dan Sarapan.
Ketiganya sama-sama menempatkan berbagai bentuk, gambar,
atau kata-kata dalam berbagai pesan akan pengalaman, perilaku,
perlawanan (bisa dimaknai apa saja), dan status sosial. Dagadu
mulai memproduksi kaos oblong sejak tahun 1994 dengan desain
kontemporer dan contains-nya berkaitan dengan Jogja, everything
about Djokdja: artefak, bahasa, kultur kehidupan, maupun peris-
tiwa keseharian yang terjadi di dalamnya. Ini tidak lepas dari
konteks posisioning Dagadu sebagai produsen cenderamata
(menghargai orisinalitas). Meskipun begitu bukan berarti desain
Dagadu adalah desain etnik, sebaliknya justru desainnya kon-
temporer karena market atau komunitas Dagadu adalah komu-
nitas kontemporer. Desain-desain kaos Dagadu berkait erat de-
ngan visi menyemarakan kota Jogja sebagai kota wisata, ingin
menemukan kembali roh Jogja yang oleh sebagian pihak dirasa
kian menghilang. Selebihnya, desain Dagadu selalu bersentuhan
dengan fenomena sosial yang banyak disingkirkan karena di-
anggap rendah bagi orang lain: bagaimana tukang becak selalu
dipepet (dalam desain Sleeping in My Becak: Been riding all nite
just to get more money), kita tidak pernah melihat sisi romantisme
tukang becak: mereka harus tidur di atas becak, terpaksa menga-
yuh lebih kuat untuk mendapatkan tambahan uang. Itu adalah
fenomena sosial yang diangkat Dagadu dengan enteng sehingga
muncul kesan kehidupan tukang becak bukan momok; kemis-
kinan juga bukan momok; tukang becak dan kemiskinan memang
ada—keduanya bagai dua sisi mata uang tak terpisahkan. Desain
lainnya mengenai Malioboro yang tidak lagi ramah (Malioboros),
jalan sepotong itu berubah menjadi ajang konsumeristik, meng-
ingatkan siapapun yang akan kesana (Malioboro) harus mem-
bawa uang berlebih karena di sana orang pasti akan “dirampok”,
dipaksa menjadi konsumeristik…
77
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
78
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
LAMPIRAN 2
79
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
Harapan-harapan mereka?
Terbakar menjadi puing-puing puisi
Ya Allah…
Aku menunggu purnama memberikan cahaya
Lalu kusimpan gerhana di lipatan hatiku
Ya Allah…
Aku menunggu musim penghujan datang
Lalu kusucikan wajah negeriku dengan baris-baris doa
80
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
/1/
Dulce – Utile
Hal dasar yang harus dipahami sebelum berekspresi (lisan)
sastra adalah memahami sejatinya (karya) sastra. Sejatinya,
(karya) sastra itu memiliki fungsi menyenangkan (dulce) dan ber-
manfaat (utile). Menyenangkan (dulce) diartikan bahwa pembaca
teks maupun penikmat pertunjukkan sastra memperoleh kese-
nangan dari hal tersebut dan ingin membaca/menyaksikannya
lagi dan lagi sebab ada unsur keindahan dalam (teks/pertun-
jukkan) sastra itu. Sementara, bermanfaat (utile) berkaitan de-
ngan muatan atau isi (karya) sastra yang memancarkan keluruhan
pengalaman manusia yang diangkat dalam (karya) sastra. Kata
lainnya, utile diartikan bahwa (karya) sastra memberikan efek
pengalaman, meningkatkan budi pekerti, menjernihkan jiwa,
memperdalam wawasan kemanusiaan, dan sebagainya.
Dua hal –dulce dan utile—tersebut sebisa mungkin mendasari
transformasi (teks) sastra menjadi sebuah “hiburan” yang me-
nyenangkan dan bermanfaat, tidak hanya bagi siswa tetapi juga
penikmat yang menyaksikannya.
1
Makalah untuk kegiatan Pembinaan Keterampilan Berbahasa dan Bersastra
Indonesia bagi Guru Sekolah Dasar se-DIY, diselenggarakan oleh Balai Bahasa
Yogyakarta, tanggal 21-24 Oktober 2012, di Vila Taman Eden 2, Kaliuran,
Sleman, Yogyakarta.
81
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
/2/
Ekspresi (Lisan) Sastra: Wadah Potensi Diri
Sesungguhnya, manusia terlahir dibekali dengan beragam
keterampilan yang kreatif. Tetapi, pada umumnya, tanpa disa-
dari, kreativitas itu semakin lama semakin dibatasi dan akhirnya
berhenti berkembang. Selanjutnya, tidak dipungkiri, proses kehi-
dupan yang berwarna semakin lama jauh dan terkesan “meng-
alir” saja.
Di tingkat (sekolah) dasar, ketika tunas kreativitas mulai
tumbuh dan berkembang, ada baiknya memberikan respon lebih
kepada siswa supaya kreativitasnya tidak pupus di tengah jalan.
Keberanian berkomunikasi dengan orang lain di depan orang
banyak tentu hal langka dilakukan oleh siswa usia sekolah dasar.
Acapkali perasaan malu lebih mendominasi sehingga menutupi
keberanian berbicara di depan orang banyak. Mungkin, berani
tampil di depan orang banyak, tetapi sebab tidak terbiasa se-
hingga timbul grogi, maka keleluasaan berkata-kata tidak di-
pungkiri menjadi terbata-bata dan informasi pun tidak tersam-
paikan secara lancar dan lengkap.
Nah, memupuk kreativitas, khususnya berekspresi (lisan)
sastra, sejak usia sekolah dasar, perlu diberikan ruang dan waktu
yang lebih banyak agar mereka (siswa) mampu mengembangkan
tunas-tunas yang dimilikinya. Dengan cara ini, diharapkan, me-
lalui guru-guru, siswa mampu mengasah kepekaan intuitif, ber-
komunikasi, menumbuhkan apresiasi dan pengalaman kreatif
berekspresi (lisan) sastra. Ekspresi (lisan) sastra kali ini meru-
pakan dasar dan teknik pembacaan (teks) sastra, antara lain pem-
bacaan puisi, dongeng, dan drama untuk sekolah dasar.
/3/
(Pem)baca(an) puisi = deklamasi?
Secara konteks, membaca berarti ada “sesuatu” yang dibaca.
Membaca puisi berarti membaca (teks) puisi, baik dalam bentuk
lembaran maupun buku. Sementara itu, pelaku dalam proses
82
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
/4/
Mendongeng
Mendongeng, atau story telling (bercerita) adalah tradisi
yang semestinya tetap dilakukan oleh orang tua kepada anak.
Sebab, dengan mendongeng dapat menumbuh kembangkan ikat-
an antara orang tua dan anak menjadi kuat. Di samping itu,
perkembangan psikologis anak akan tumbuh dengan baik.
83
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
/5/
Bermain Drama
Bermain drama bagi anak-anak cenderung menampilkan
konsep yang sederhana. Tahap-tahap bermain drama diawali
dengan latihan-latihan dasar yang berprinsip bermain dan me-
nyenangkan seperti disebutkan diawal tulisan ini. Hanya saja,
memang, tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam
melakukan persiapan. Dalam persiapan bermain drama, ada be-
berapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya, waktu yang ter-
sedia untuk berlatih, siapa saja yang akan ikut, dimana tempat
pertunjukkannya, dan kira-kira siapa saja yang akan hadir se-
bagai penonton.
Bila waktu tersedia sedikit, kesempatan berlatih pun dipas-
tikan akan terbatas pula. Dalam kondisi seperti ini, jangan me-
nambah kesulitan dengan mementaskan sesuatu yang sulit. Du-
84
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
85
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
/6/
Eksresi (Lisan) Sastra: Berlatih dan Bermain
Memahani kondisi (psikologi) anak ialah hal mendasar yang
perlu dipahami sebelum melakukan pelatihan. Proses belajar
mengajar pada anak, sebaiknya menonjolkan metode permainan
sebab cara ini lebih ampuh dan jauh dari kesan kaku. Model
permainan lebih ditekankan sebab, dari sisi energi, anak-anak
86
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
87
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
88
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
89
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
90
Bagi Guru Sekolah Dasar Kelas IV, V, Atau VI Se-DIY
Referensi Bacaan
Rendra, WS. 1976. Tentang Bermain Drama. Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya.
Soleh, Iman. 2010. Pelatihan Membaca Puisi dan Dongeng untuk
Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Bahasa, Kementerian
Pendidikan Nasional.
Sumardjo, Jakob. 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra
Drama Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Tambajong, Japi. 1981. Dasar-dasar Dramaturgi. Bandung: CV.
Pustaka Prima
Wijaya, Putu. 20120. Drama untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat
Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional.
91
Kumpulan Materi Keterampilan Berbahasa dan Bersastra Indonesia
92