Anda di halaman 1dari 47

BAB 1

CIRI DAN RAGAM BAHASA INDONESIA

Ciri Umum Bahasa Indonesia


1. Bahasa Indonesia berpola S-V-O (subjek-verba-objek).
2. Bahasa Indonesia bertipe aglutinasi.
3. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jender.
4. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak.
5. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk menyatakan waktu.
6. Struktur kata bahasa Indonesia menggunakan hokum.

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


 Bahasa Indonesia yang baik  sesuai dengan situasi pemakaian bahasa (lisan)
 Bahasa Indonesia yang benar  sesuai dengan kaidah bahasa (tulisan)

Ragam Bahasa

Latar Belakang
Media Pokok Persoalan
Penutur

daerah, terpelajar, bahasa ilmu, hukum,


lisan & tulisan
resmi, & santai niaga, jurnalistik, dsb.

Ragam Baku
 Ragam baku adalah ragam bahasa yang berkekuatan sanksi sosial dan diterima oleh
masyarakat bahasa sebagai acuan atau model.

Ciri Ragam Baku


(1) kemantapan dinamis
(2) kecendikiaan
Fungsi Ragam Baku
1. sebagai alat pemersatu
2. sebagai penanda kepribadian
3. sebagai penambah wibawa
4. sebagai kerangka acuan

Penggunaan Penggunaan
Ragam Baku Ragam Nonbaku

Komunikasi Berbicara dengan


resmi keluarga
di rumah

Wacana teknis
Berbicara dengan
teman

Pembicaraan di
depan umum
Berbicara dalam
situasi santai
Berbicara
dengan orang
yang dihormati

Ragam Bahasa
Indonesia

Ragam Lisan Ragam Tulis

Ragam Ragam
Ragam baku Ragam baku
nonbaku nonbaku
Contoh Ragam Bahasa Indonesia
1. Ragam Lisan Baku
Saudara-Saudara,
Salah satu lambang negara kebangsaan kita adalah bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
bahasa Indonesia harus kita jaga baik-baik dan dengan rasa tanggung jawab yang sebesar-
besarnya. Bahasa Indonesia adalah salah satu unsur Sumpah Pemuda yang mempersatukan kita
sebagai bangsa. Kita bangga bahwa bahasa Indonesia itu telah tumbuh dan berkembang.
Bahasa Indonesia bukan hanya menjadi bahasa pergaulan, bahasa Indonesia telah
menjadi bahasa resmi, malahan dapat menjadi bahasa ilmu pengetahuan, dapat menjadi bahasa
teknologi. Namun, akhir-akhir ini ada tanda-tanda yang merisaukan kita dalam penggunaan
bahasa Indonesia. Oleh karena itu, saya mengulangi lagi ajakan yang saya sampaikan melalui
Pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus 1972, 23 tahun yang lalu, marilah kita menggunakan
bahasa Indonesia yang benar dan baik. (Dikutip dari sambutan Presiden pada Peringatan hari
Kebangkitan Nasional ke-87, 20 Mei 1995.)

2. Ragam Tulis Baku


Dalam suatu penelitian lapangan tidak mungkin seorang peneliti dapat mengamati
(observasi) seluruh jumlah subjek yang diteliti. Seorang peneliti yang harus mengamati
kehidupan kaum gelandangan di kota tidak mungkin mempunyai waktu dan biaya yang cukup
untuk mendatangi semua gelandangan yang ada di kota itu. Ia hanya dapat meneliti beberapa
ratus orang di beberapa tempat saja. Bahkan, seorang peneliti yang harus meneliti suatu desa
yang terdiri dari, misalnya 3.000 penduduk, kalau ia hendak melaksanakan penelitiannya itu
secara mendalam, tidak mungkin dapat mengamati, mewawancarai, dan mengetes ketiga ribu
orang itu.
Sudah baik kalau ia meneliti 300 orang di antaranya saja. Dengan demikian, sensus
penduduk yang diadakan di Indonesia tahun 1971 dilakukan menyeluruh hanya mengenai tiga
variasi saja, yaitu jumlah jiwa, umur, dan seks; sedangkan untuk data penduduk yang lebih
mendalam, seperti pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan, agama, dan mobilitas, hanya
diadakan dengan mengambil bagian-bagian kecil dari seluruh penduduk di beberapa tempat saja.
Bagian-bagian dari keseluruhan (oleh para ahli statistik disebut populasi atau universe) yang
menjadi objek Bagian-bagian dari keseluruhan (oleh para ahli statistik disebut populasi atau
universe) yang menjadi objek sesungguhnya suatu penelitian itulah yang disebut sampel.
(Dikutip dari Metode-Metode Penelitian Masyarakat.)

LATIHAN 1
1. Apakah yang membedakan ragam lisan dengan ragam tulis dan ragam ilmiah dengan
ragam nonilmiah?
2. Apakah aspek bahasa yang membedakan penutur terpelajar dengan penutur tak
terpelajar?
3. Apakah yang dimaksud dengan ragam baku? Jelaskan pula ciri dan fungsi bahasa baku?
4. Ubahlah ragam bahasa lisan berikut menjadi ragam bahasa tulis?
“Itu bukan tanggung jawabmu. Tugas kalian tak lebih dari belajar. Belajar dan belajar
terus. Untuk apa kalian susah-susah datang ke sini. Apa yang bisa kalian peroleh kalau
tuntutan itu terkabulkan. Seharusnya kalian sebagai mahasiswa harus tahu, dibangunnya
pabrik ini akan meningkatkan pendapatan di daerah ini. Yang senangkan rakyat juga,”
katanya pelan. (dikutip dari majalah “Wacana”, 1994)
5. Ubahlah ragam tulis takbaku berikut menjadi ragam tulis baku?
Lebih seminggu dia hidup dengan cara demikian. Tidurnya pindah-pindah tiap malam.
Hingga malam ke delapan dia membuat kesalahan. Pagi-paginya dia bayar makanan
dengan sehelai uang kertas lima puluh ribu rupiah di depan orang lain yang tidur sama-
sama dengan dia. Dan malamnya dia tidur kembali di tempat itu juga. Esok paginya
ketika dia bangun tidur dan mau pergi makan dan memeriksa sakunya, dilihatnya
uangnya telah hilang dicuri orang. (dikutip dari novel “Tanah Gersang” karya Mochtar
Lubis)
6. Mengapa ada ragam dalam sebuah bahasa?
7. Apakah sebuah bahasa dapat mempunyai satu ragam saja?
BAB 2
MAKSUD KALIMAT

Kalimat adalah satuan sintaksis yang biasanya dinyatakan dengan subjek dan predikat
yang dirakit secara logis.
1. Kalimat pernyataan: menyampaikan informasi (intonasi menurun; tanda titik).
Misalnya,
Kami akan mengadakan seminar minggu depan.
Anak itu ditangkap polisi.
2. Kalimat pertanyaan: meminta informasi (intonasi meningkat, menurun; tanda tanya).
Misalnya,
Kapan Saudara datang?
Bagaimana membuat pesawat ini?
3. Kalimat perintah: menyuruh atau melarang orang untuk berbuat sesuatu (intonasi menurun;
tanda titik atau tanda seru).
Misalnya,
Bukalah pintu ini.
Sudilah menjawab surat ini dalam waktu dekat.
4. Kalimat seruan: mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang mendadak (intonasi
meningkat, menurun; tanda seru atau tanda titik).
Misalnya,
Bukan main, cantiknya!
Panasnya hari ini!

Struktur Kalimat
1. Kalimat sederhana: strukturnya terdiri atas satu subjek dan satu predikat
Kami bekerja bakti.
Mereka menonton film siang hari.
2. Kalimat kompleks: strukturnya tidak setara
Karena sudah malam, kami ingin pulang.
Para pemain boleh beristirahat kalau sudah lelah.
3. Kalimat majemuk: strukturnya setara atau campuran.
Kami membaca dan mereka bermain pingpong.
Penduduk RT kami rata-rata masih muda, tetapi warga RT Kampung Jati pada umumnya tua-
tua.

Bentuk Retorik Kalimat


1. Kalimat melepas (induk-anak)
Misalnya,
Saya tidak akan datang jika nanti hujan.
Kami belajar di aula.
2. Kalimat berklimaks (induk-anak)
Misalnya,
Jika nanti hujan, saya tidak akan datang.
3. Kalimat berimbang: strukturnya sejajar
Misalnya,
Petatar boleh belajar, boleh berdiskusi, boleh bersantai.
Mereka memilih buku ini atau menghapalkan diktat itu.

Konjungsi
1. Konjungsi intrakalimat: berfungsi menghubungkan unsur-unsur kalimat di dalam sebuah
kalimat.
• Konjungsi Setara
(a) menambah: dan, serta
(b) mempertentangkan: tetapi, sedangkan
(c) memilih: atau
Misalnya,
Kami terpaksa mencuci dan memasak sendiri karena ibu sedang sakit.
Tommy Soeharto dituduh sebagai pelaku pembunuhan seorang hakim agung serta otak
pemboman yang terjadi di Jakarta.
• Konjungsi Taksetara
a. syarat: jika, kalau, jikalau, asal (kan), (apa) bila
b. sebab: (oleh) karena, sebab
c. akibat: (se) hingga
d. tujuan: agar, supaya, untuk
e. penjelasan: bahwa
f. cara: dengan
g. pemiripan: seolah-olah, seakan-akan, seperti
h. pengandaian: seandainya, andaikata, sekiranya, umpamanya
i. konsesi: meski (pun), walau (pun), biar (pun), kendati (pun), sungguhpun
j. waktu: sesudah, setelah, sebelum, sejak, semenjak, ketika

Misalnya,
Kalian dapat mencapai cita-cita kalian untuk menjadi apa saja asal mau belajar dengan baik.
Indonesia belum berhasil mengatasi kritis ekonomi karena konflik di antara elite politik belum
juga reda.

2. Konjungsi antarkalimat: berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat


berikutnya. Tipe konjungsi ini harus di tulis dengan huruf kapital dan diiringi dengan tanda
koma.
Tipe konjungsi ini dibagi sebagai berikut:
(a) Konjungsi yang menyatakan bahwa apa yang sedang dikatakan merupakan tambahan dari
apa yang telah dikatakan sebelumnya.
(54) Pak Darta terkena penyakit kencing manis. Selain itu, dia juga mengidap tekanan darah
tinggi.

(b) Konjungsi yang menyatakan bahwa apa yang sedang dikatakan merupakan perlawanan
atau kontras terhadap apa yang telah dikatakan sebelumnya.
(56) Penjahat itu tidak mengindahkan tembakan peringatan. Sebaliknya, dia melawan polisi
dengan belati.
(c) Konjungsi yang menyatakan bahwa apa yang sedang dikatakan merupakan akibat atau hasil
dari apa yang telah dikatakan sebelumnya.
(58) Ibu selalu membela kakak. Akibatnya, dia jadi keras kepala

(d) Konjungsi yang menyatakan bahwa apa yang sedang dikatakan merupakan konsekuensi
dari persyaratan yang telah dikatakan sebelumnya.
(60) LP di Nusakambangan akan menerima kedatangan “Pangeran Cendana” minggu-minggu
ini. Jika begitu, mudah di duga akan terjadi perubahan suasana yang cukup kontras di
tempat ini dengan masa-masa sebelumnya.

(e) Konjungsi yang menyatakan bahwa apa yang sedang dikatakan merupakan ringkasan atau
kesimpulan dari apa yang telah dikatakan sebelumnya.
(62) Semua persyaratan yang diajukan oleh pelamar itu tidak dapat dipenuhinya. Dengan kata
lain, dia kurang layak sebagai calon karyawan di perusahaan itu.

(f) Konjungsi yang menyatakan bahwa apa yang sedang dikatakan merupakan penjelasan dari
apa yang telah dikatakan sebelumnya.
(64) Tingkat pertumbuhan ekonomi negara kita mengalami penurunan dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya. Lebih jelasnya, hal itu dapat di lihat dalam tabel berikut.

(g) Konjungsi yang dinyatakan bahwa apa yang sedang dikatakan merupakan
penegasan/penguatan dari apa yang telah dikatakan sebelumnya.
(66) Ibu tidak hanya memarahi pemuda itu di depan orang ramai. Malah, karena emosinya dia
sempat mengata-ngatainya dengan kasar.

(h) Konjungsi yang menyatakan bahwa apa yang sedang dikatakan merupakan urutan waktu
dari apa yang telah dikatakan sebelumnya.
(68) Mereka berbelanja di pasar petisah. Sesudah itu, mereka pergi ke rumah saudaranya di
Binjai.
Keefektifan Kalimat
Keefektifan kalimat diukur dari sudut pandangan banyak sedikitnya kalimat itu berhasil
mencapai sasaran komunikasi.
Ciri kalimat efektif:
1. Keutuhan dan Koherensi, maksudnya kalimat yang bail mempunyai kesatuan struktur dan
kesatuan logika. Kesatuan struktur diperoleh dengan adanya subjek dan predikat,
kesatuan logika akan nyata jika unsur kalimatnya jelas bertalian.
Contohnya: Para pelamar diharap mendaftar.

2. Perpautan dan Kohesi, maksudnya perpautan di dalam kalimat menyangkut masalah


pertalian di antara unsur-unsurnya, artinya penataan kata, frase, dan suku kalimat yang
tepat. Perpautan akan semakin nyata jika
a. pemakaian kata ganti diperhatikan
b. gagasan yang sejajar
c. sudut pandangan tetap diperhatikan
Contohnya: Acara selanjutnya ialah sambutan wakil peserta. Bapak Husin kami persilakan.

3. Penegasan maksudnya ciri yang berupa pemusatan pikiran pada bagian kalimat yang
terpenting.
Contohnya: Saya senang di temani oleh para gadis, saya suka akan kecantikan mereka, saya suka
akan kelembutan mereka, saya suka akan kehangatan mereka, saya suka akan kesepian mereka.

4. Ekonomi, maksudnya penghematan dalam pemakaian kata.


Contohnya: Pengangguran adalah merupakan hambatan utama.

5. Variasi, maksudnya kelincahan pikiran dan bahasa dinyatakan juga oleh variasi bentuk
kalimat yang berurutan. Caranya:
a. Pemakaian berbagai jenis kalimat menurut struktur gramatikal dan bentuk retorik
b. Pemakaian kalimat yang panjangnya berbeda-beda
c. Pemakaian urutan unsur kalimat yang berselang-seling.
Contohnya: Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih berhati-hati memakai
bahan bakar dan energi di dalam negeri.

LATIHAN 4
a. Isilah dengan konjungsi yang tepat
1. ….menggunakan dana dari pemerintah, kami juga menggunakan dana dari masyarakat.
2. Diberi nasihat dia bukan bertambah baik….nakalnya semakin menjadi-jadi.
3. Saya tidak berminat membeli buku itu….uangku tidak ada lagi.
4. Kami datang bukan menagih utang….hendak mengabarkan hal lain.
5. Kami mau memaafkan….kau berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu.
6. ….tidak mempunyai uang dia berangkat juga ke sana.
7. ….ibu menyiapkan sarapan, kami memeriksa kembali perlengkapan sekolah kami.

b. Lanjutkan kalimat di bawah ini.


1. Pemerintah kabarnya bersedia membantu pemugaran masjid ini kalau…..
2. Proyek ini dapat kami selesaikan pada waktunya meskipun…..
3. Kami akan menyelesaikan pekerjaan ini sebelum…..
4. Sebaiknya kita beristirahat di sini dulu sebentar lagi pula…..
5. Penjahat itu tidak mengindahkan peringatan, sebaliknya…..
6. Saya bekerja sampai larut malam supaya…..
7. Dia diam saja seakan-akan…..
8. Kami tidak sependapat dengan dia, biarpun begitu…..
9. Perselisihan antara Ayah dan Ibu semakin memuncak sehingga…..

c. Gabungkan kalimat-kalimat di bawah ini menjadi satu kalimat dengan bantuan kata tugas
yang. Berikan juga variasi-variasinya.
1. Tangan orang itu panjang. Orang itu lari.
2. Orang itu tinggi. Tangan orang itu sudah rusak.
3. Nama orang itu panjang sekali. orang itu gemuk.
4. Rumah orang itu kecil. Rumah itu bagus sekali.
5. Mobil orang itu hitam. Kami telah menjual mobil itu.
6. Kuda saya banyak. Kuda itu telah lari.
7. Mobil orang itu hitam. Mobil itu telah rusak.
8. Rumah yang besar. rumah itu terletak di pusat kota.
9. Anjing orang itu galak. Anjing itu menggigit adik saya.
10. Laras senjata orang itu 2. orang itu menakutkan.
11. Rumah gadis itu mahal sekali. rumah itu telah terbakar.
12. Layar kapal itu putih. Kapal itu berlayar ke Surabaya.
BAB 3
PERNALARAN DALAM TULISAN

Pernalaran adalah suatu proses penarikan simpulan.


Pernalaran terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Induksi: pernalaran yang berawal dari hal khusus dan berakhir pada hal umum.
Induksi ada tiga:
(a) Generalisasi: proses pernalaran yang berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala
dengan sifat-sifat tertentu. Generalisasi didasarkan pada fakta, andaian, dan asumsi.

(b) Analogi: proses pernalaran yang menggunakan perbandingan.


Analogi dibagi dua, yaitu:
(1) Analogi deklaratif, yaitu menjelaskan sesuatu yang belum dikenal berdasarkan
persamaannya dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Contoh: seharum bunga, seindah warna pelangi
(2) Analogi induktif, yaitu menarik kesimpulan tentang fakta yang baru berdasarkan
persamaan ciri dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Contoh:
Ia berdiri di depanku dengan wajah MERAH PADAM. Matanya melotot bagaikan
BATARA KALA yang sedang marah. Lalu sambil memukul meja di sampingnya,
ia berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti GUNTUR
DI MUSIM PANAS. Semua yang hadir terdiam dan mengkerut seperti BEKICOT
DISIRAM GARAM.

(c) Hubungan sebab-akibat: hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti


pola sebab-akibat, akibat dengan sebab, dan akibat-akibat.

2. Deduksi adalah pernalaran dari hal umum ke hal khusus.


Deduksi berlangsung tiga tahap, yakni:
(a) generalisasi sebagai pangkal bertolak.
(b) penerapan generalisasi pada kejadian tertentu
(c) simpulan deduktif yang berlaku bagi peristiwa khusus

Peralatan deduksi dinamakan silogisme.


Silogisme terjadi dari tiga bagian:
- premis mayor: generalisasi yang meliputi semua unsur.
- premis minor: penyamaan suatu objek.
- simpulan: gagasan yang dihasilkan oleh penerapan generalisasi pada premis mayor
dan peristiwa khusus pada premis minor.
Contoh:
Semua warga negara RI harus taat pada hukum.
Tommy Soeharto warga negara RI.
Ia harus taat pada hukum.

LATIHAN 5
A. Tentukanlah pernyataan di bawah ini mana yang berupa generalisasi induktif, asumsi, atau
andaian.
1. Kekayaan tidak membawa kebahagiaan.
2. Gerhana matahari selalu dapat diramalkan.
3. Beberapa pejabat tinggi kelak akan menerima uang suap.
4. Orang jujur akan selamat.
5. Demokrasi ialah sistem pemerintahan yang terbaik untuk warga negara.
6. Asal diobati secara dini penyakit kanker dapat disembuhkan.
7. Pohon duku lebih subur tumbuhannya di pasar Minggu daripada di Bandung.
8. Jika semua warga turut dalam pemilihan umum kita pasti mendapat pemerintahan yang
lebih baik.
9. Tuhan menghukum orang jahat.
10. Pria lebih unggul dalam matematika daripada wanita.

B. Buatlah premis mayor dan premis minor yang cocok untuk simpulan berikut.
1. Rini harus dikeluarkan dari perkumpulan kita.
2. Saya akan membaca buku wajib minggu ini juga.
3. Mahasiswa seharusnya mengikuti kuliah filsafat.
4. Walaupun tidak belajar, Anita akan mendapat angka nilai yang bagus.
5. Kaum buruh dilarang berdemonstrasi.
6. Tahun ini kita akan mengimpor beras lagi.
7. Jumlah bis kota di Jakarta tidak akan ditambah.
8. Ratusan orang Wonogiri menjadi pengemudi becak di Jakarta.
10. Sidang Umum MPR dimulai pada tanggal 11 Maret.
11. Siaran televisi untuk anak-anak berakhir pukul 19.30.

Salah Nalar
Salah nalar adalah kesalahan dalam penarikan sebuah simpulan. Ada sepuluh salah nalar yang
selalu dijumpai dalam tulisan.
1. Deduksi yang salah: simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah.
Contoh: Pak Budi bukanlah dosen yang baik karena banyak mahasiswanya yang tidak lulus.
2. Generalisasi yang terlalu luas: jumlah contoh yang terbatas.
Contoh: Orang Cina suka menyuap.
3. Pemikiran “atau ini” “atau itu”: keinginan untuk melihat masalah yang rumit dari dua sudut
pandang.
Contoh: Kita harus memilih antara demokrasi dan diktator.
4. Salah nilai atas penyebaban: generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan
sebab dan akibat.
Contoh: Pemakaian Brisk dan Pepsodent membuat orang jadi populer.
5. Analogi yang salah: perbandingan yang menyesatkan karena logikanya yang salah.
Contoh: Direktur Politeknik harus bertindak seperti seorang jenderal menguasai
mahasiswanya agar disiplin dipatuhi.
6. Penyampingan masalah: argumentasi tidak mengenai pokok masalah.
Contoh: Mengapa dasar humor Indonesia berpangkal pada kedunguan? Orang Indonesia
tidak mengenal humor.
7. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan: argumentasi yang menggunakan pokok yang
tidak langsung.
Contoh: Orang boleh korupsi sebab pejabat juga korupsi.
8. Argumentasi ad hominem: argumentasi melawan orangnya bukan persoalannya.
Contoh: Kepemimpinannya diragukan karena ia mempunyai lima mobil.
9. Imbauan pada keahlian yang disangsikan: pembahasan masalah orang sering mengandalkan
wibawa kalangan ahli untuk memperkuat argumentasinya.
Contoh: Kita mengutip pendapat ketua dewan mahasiswa tentang persyaratan ujian sarjana.
10. Non Sequitur: simpulan yang didasarkan pada premis yang tidak ada sangkut pautnya.
Contoh: Pak Doli suka membentak-bentak. Bayangkan saja bagaimana ia menghajar
anaknya di rumah.

LATIHAN
A. Tentukan jenis salah nalar yang terdapat dalam pernyataan berikut.
1. Calon pegawai yang pertama ialah bekas anggota tentara. Ia pasti tidak memenuhi syarat.
2. Orang Bali ingin uang, bukan pemeliharaan kebudayaan.
3. Jika mau mengerti kenakalan remaja, orang harus pernah mengisap ganja.
4. Buku yang paling laris ialah buku tentang seks.
5. Gotong royong itu baik sebab asasnya kekeluargaan.
6. Mahasiswa tidak dapat menilai gurunya karena mereka sendiri belum jadi sarjana.
7. Saya akan memilih partai buruh; rektor saya juga memilih partai itu.
8. Saya tidak lulus karena lupa membawa jimat.
9. Saya memang terpaksa menyontek karena bahan ujian terlalu banyak.
10. Saya memakai sabun lux karena bintang film Widyawati juga memakai sabun itu.

B. Tentukan jenis pernalaran pada teks di bawah ini.


Secara tak sengaja Amara mengetahui bahwa pensil Staedler 4B menghasilkan
gambar vignet yang memuaskan hatinya. Pensil itu sangat lunak dan menghasilkan garis-garis
hitam dan tebal. Maka, selama bertahun-tahun ia selalu memakai pensil itu untuk membuat
vignet. Tetapi, ketika ia berlibur di rumah nenek di sebuah kota kecamatan, ia kehabisan pensil
itu. Ia mencari di toko-toko di sepanjang satu-satunya jalan raya di kota itu. Di mana-mana
tidak ada. Akhirnya, daripada tidak dapat mencoret-coret, ia memilih merek lain yang sama
lunaknya dengan staedler 4B. “Ini tentu akan menghasilkan vignet yang bagus juga”, katanya
menghibur diri.
BAB 4

Penggunaan Logika dalam Penulisan

1.1 Mengapa Menulis Penting?

1. Kegiatan Penulisan ada 3 tahap:

a. tahap prapenulisan

b. tahap penulisan

c. tahap pasca penulisan

2. Kegiatan menulis ada 6:

a. nilai kecerdasan

b. nilai kependidikan

c. nilai kejiwaan

d. nilai kemasyarakatan

e. nilai keuangan

f. nilai kefilsafatan

3. Manfaat Menulis ada 8:

a. kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri

b. kita dapat mengembangkan beberapa gagasan

c. kita lebih banyak menyerap, mencari, dan menguasai informasi yangberhubungan dengan

tulisan

d. kita dapat mengorganisasikan secara sistematis

e. kita dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara objektif
f. kita dapat lebih mudah memecahkan permasalahan

g. kita terdorong belajar secara aktif

h. kita terbiasa berpikir dan berbahasa secara tertib

1.2 Pengertian Tulisan Ilmiah

Tulisan ilmiah adalah berisi fakta tentang suatu topik keilmuwan dan dimaksudkan untuk

memberi informasi kepada pembaca.

Ciri tulisan ilmiah dari segi bahasa adalah menggunakan istilah-istilah sesuai objek

kajiannya dari segi analisis menggunakan teknik analisis berdasarkan kerangka teori tertentu, dan

teknik penyajiannya mencerminkan proses berpikir rasional dan logis.

Tulisan nonilmiah adalah berisi rekaan penulis yang dimaksud untuk memberi hiburan

dan menggugah hati pembaca.

1.3 Jenis-Jenis Tulisan Ilmiah

a. Diktat adalah tulisan ilmiah yang berisi bahan-bahan perkuliahan.

b. Modul adalah tulisan ilmiah yang dihasilkan oleh dosen sebagai panduan.

c. Artikel adalah tulisan yang berupa ringkasan dari sebuah laporan penelitian.

d. Makalah adalah tulisan ilmiah pembahasan buku.

e. Skripsi adalah tulisan ilmiah untuk memperoleh gelar sarjana S1.

f. Tesis adalah tulisan ilmiah untuk memperoleh gelar sarjana S2.

g. Disertasi adalah tulisan ilmiah untuk memperoleh gelar sarjana S3.

h. Laporan Penelitian adalah tulisan ilmiah yang didasarkanpada hasil penelitian.


i. Laporan Kasus adalah tulisan ilmiah yang berisi suatu tindakan dalam memecahkan

masalah.

j. Laporan Tinjauan adalah tulisan ilmiah yang berisi tinjauan karya ilmiah dalam waktu

tertentu.

k. Resensi adalah tanggapan terhadap suatu karangan atau buku yang memaparkan manfaat

karangan kepada pembaca.

l. Monograf adalah karya asli menyeluruh dari suatu masalah.

LATIHAN

1. Jelaskan secara ringkas mengapa kegiatan menulis itu penting?

2. Mengapa kegiatan menulis itu sangat kompleks dibandingkan dengan kegiatan berbahasa

yang lain?

3. Dari sejumlah manfaat menulis, apakah manfaat yang paling penting menurut anda dan

berikan alasannya?

4. Apakah ciri-ciri tulisan ilmiah? Apakah perbedaannya dengan tulisan nonilmiah?

5. Terangkanlah perbedaan tulisan ilmiah dengan tulisan ilmiah populer?


BAB 5

Sistematika Penulisan Laporan

Bagian Awal

Judul

• Tuliskan dengan singkat, menarik, relevan, dan komunikatif

• Gunakan huruf kapital

• Susunlah secara simetris

Pengesahan

• Tulislah sesuai dengan format yang berlaku di Jurusan

• Tanda tangankan kepada:

- Pembimbing dan Ketua Jurusan

- Panitia Ujian

Kata Pengantar

• Nyatakan rasa syukur kepada Tuhan

• Kemukakan tujuan penulisan laporan

• Berikan penghargaan kepada pihak/lembaga yang membantu

• Akui kemungkinan adanya kelemahan/kekurangan isi laporan


Abstrak

• Tulislah sekitar 200-300 kata

• Kemukakan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, kerangka teoretis, dan hasil

penelitian

• Gunakan satu paragraf

• Bedakan hurufnya dengan huruf isi laporan

• Upayakan kalimatnya dalam bentuk pasif

• Jangan ada kepustakaan, gambar, grafik, dan tabel

• Cantumkan kata kunci

Daftar Isi

• Tuliskan daftar isi sesuai dengan isi laporan

• Cantumkan nomor halaman dari tiap bagian isi laporan

Bagian Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

• Uraikan kondisi dan aktualitas topik yang dibicarakan

• Kemukakan alasan teoretis dan praktis dalam pemilihan topik

1.2 Perumusan Masalah

• Nyatakan permasalahan dengan jelas dan spesifik

• Rumuskan masalahnya dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.


1.3 Tujuan Penelitian

• Nyatakan tujuan yang hendak dicapai

• Sesuaikan tujuan dengan masalah

• Rumuskan tujuan dalam bentuk pernyataan/deklaratif

1.4 Manfaat Penelitian

• Uraikan kegunaan hasil penelitian dari segi praktis: bagi masyarakat/pembangunan

• Uraikan kegunaan hasil penelitian dari segi teoretis: bagi perkembangan ilmu

1.5 Metode Penelitian

• Jelaskan prosedur dalam pengumpulan dan pengkajian data

• Dalam pengumpulan data: Cara penentuan sumber data dan lokasi penelitian

• Dalam pengolahan data: Teknik-teknik yang digunakan

BAB 2 TINJAUAN UMUM TENTANG OBJEK (PROYEK/PERUSAHAAN)

• Jelaskan lokasi objek yang diamati

• Paparkan latar belakang objek yang diamati

• Terangkan struktur organisasi dari objek yang diamati

BAB 3 KERANGKA TEORETIS

• Uraikan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah

• Kemukakan kesimpulan hasil penelitian dari para pakar/peneliti sebelumnya


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

• Paparkan hasil yang diperoleh dari pengamatan secara sistematis

• Berikan tanggapan terhadap hasil tersebut berdasarkan teori yang digunakan

• Gunakan tabel, bagan, atau gambar jika memungkinkan

• Rumuskanlah dalam bentuk kaidah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

• Simpulkan hasil-hasil yang diperoleh

• Sesuaikan dengan masalah penelitian

5.2 Saran

• Kemukakan saran untuk perbaikan/peningkatan mutu dari pelaksanaan proyek

• Uraikan kemungkinan kesinambungan penelitian tersebut atau penelitian aspek lain

Bagian Akhir

DAFTAR PUSTAKA

• Tulislah bahan bacaan yang digunakan

• Susunlah secara alfabetis mengikuti kaidah tulisan ilmiah


LAMPIRAN

• Lampirkan surat keterangan, gambar, foto, tabel, dll yang mendukung kelengkapan

laporan

• Berilah nomor urut dan judul


LATIHAN

1. Judul di bawah ini tergolong tidak baik. Perbaikilah dengan berpedoman pada ciri-ciri

judul yang baik.

a) Perkawinan di Jepang

b) Permainan Rakyat Tradisional

c) Upacara Kematian di Bali (Ngaben)

d) Pengaruh Budaya Asing Khususnya pada Perilaku Penyimpangan Seksual bagi

Remaja Indonesia

e) Penjelasan Singkat tentang Penggunaan Bahasa Isyarat dalam Bahasa Inggris

2. Jelaskan apa perbedaan judul dengan topik tulisan?


BAB 6

Penyusunan Paragraf

1. Paragraf adalah gabungan dari beberapa kalimat yang berhubungan antara kalimat yang

pertama dengan kalimat yang selanjutnya.

Paragraf di bagi 3:

1. Deduksi

2. Induksi

3. Campuran

2. Pengembangan paragraf, ada 2 cara:

a. Pengembangan dengan ilustrasi dapat diperinci sebagai berikut,

• Perangkaian rincian yang berseluk beluk

• Pemakaian contoh

• Perbandingan dan pertentangan

• Pengisahan

b. Pengembangan dengan analisis pernalaran

• Urutan gagasan yang logis

• Hubungan sebab akibat

• Langkah-langkah dalam proses

• Definisi yang terurai


3. Keutuhan paragraf

Keutuhan paragraf biasanya menjadi rusak karena,

a. Penyisipan rincian yang tidak bertalian

b. Pemasukan kalimat topik yang kedua atau gagasan pokok lain ke dalamnya

Contohnya, hutan Indonesia merupakan sumber kekayaan.Sayang sekali hutan mulai

berkurang karena ditebang orang tanpa rencana.Mungkin hal itu terjadi karena orang

terlalu miskin dan ingin menjual kayu.Mungkin juga karena orang tidak mengetahui

hubungan ekologi antara hujan dan hutan.Padahal hujan tahun-tahun terakhir ini sudah

amat berkurang.Menurut Direktorat Metereologi curah hujan di Jawa hanya sepertiga dari

tahun yang lalu.Banyak sawah yang kekurangan air sehingga hasil panen tidak

mencukupi kebutuhan rakyat setempat.

4. Perangkaian

Perangkaian adalah kata-kata yang merangkaikan kalimat yang satu dengan kalimat yang

lain.

5. Hubungan leksikal

Hubungan leksikal adalah adanya kata-kata yang secara leksikal memiliki pertalian

bentuk dan arti.Pengulangan adalah adanya unsur pengulang yang mengulang yang

terdapat pada kalimat yang di depannya.

Ada 4 pengulangan.
a. Pengulangan sama tepat, contohnya,

Adalah suatu kejahatan menjual kepulauan ini kepada Jepang.Kepulauan ini

bukan sesuatu yang tumbuh begitu saja dari karang yang tandus.Namun, bagi kami

kepulauan ini merupakan zamrut di ujung timur Soviet.

b. Pengulangan dengan perubahan bentuk, contohnya,

Menghadapi kasus ini, Juwono berpendapat, pihak Indonesia harus bersikap

terbuka atas teropongan orang-orang luar.Keterbukaan ini bukan saja pada insiden Dili,

tetapi juga misalnya pada kasus-kasus Aceh, Lampung, dan Kedongombo.

c. Pengulangan sebagian, contohnya,

Naskah Perdamaian Kamboja telah ditandatangani di Paris, Kamis pukul 1.30

dinihari.Akan tetapi, itu bukan berarti telah menjadi jaminan keamanan buat para

pemimpin tiga fraksi yang menandatangani naskah itu.

d. Pengulangan para frase, contohnya,

Kesadaran etik dan moral itu melandasi ketaatanmasyarakat pada hukum.

Kesadaran etik dan moral itulah yang melandasi dihayatinya disiplin nasional
LATIHAN

1. Susunlah kalimat-kalimat di bawah ini sehingga terbentuk sebuah paragraf yang baik.

a. Karena letaknya yang strategis, tempat itu menjadi perhentian kapal-kapal tambang yang

berangkat tiap hari dari Cilacap ke Kali Pucang.

b. Letaknya di ujung muara Sungai Citandui.

c. Kampung Majingkak adalah tipologi kampung nelayan yang miskin.

d. Pada malam hari laki-laki keluar mencari ikan atau mengambil kayu ke

Nusakambangan.

e. Sebuah jalan tanah yang hanya berfungsi di musim panas, menghubungkan tempat itu

dengan jalan raya Banjar dan Pangandaran.

f. Kampung ini hanya terdiri dari sepuluh rumah gubuk.

2. Tentukanlah kalimat topik dari paragraf di bawah ini.

Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia agar dapat berhubungan

antara satu dengan yang lain. Dalam menyampaikan maksud kepada orang lain bukan hanya

menggunakan bahasa lisan, tetapi dapat juga menggunakan bahasa tulisan. Hal itu biasanya

berlaku bagi orang yang tahu membaca dan dapat mendengar apa yang dituliskan. Tetapi, itu

juga masih kurang jika salah satu dari yang berkomunikasi itu tahu baca tulis, tapi bisu dan

tuli.Maka, bantuan bahasa kode sangat diperlukan untuk menjamin lancarnya komunikasi di

antara mereka.Bahasa kode tersebut lazim disebut dengan bahasa isyarat.


3. Perbaikilah paragraf di bawah ini.

Disiplin dalam pembangunan nasional sekarang ini sangat penting ditingkatkan. Dengan

adanya disiplin akan membangun masyarakat Indonesia yang berpikiran maju dan konsekuen

dalam pembangunan nasional. Selain itu, disiplin juga akan dapat meningkatkan keimanan

setiap masyarakat Indonesia yang beriman, cerdas, dan sejahtera dalam usaha mewujudkan

visi pembangunan nasional.


BAB 7

Perencanaan Tulisan

1. Pemilihan Topik Tulisan

Topik adalah pokok pembicaraan dalam keseluruhan tulisan.

Ada 4 faktor pemilihan topik:

• Menarik perhatian penulis

• Dikuasai penulis

• Membatasi topik

• Jangan terlalu aktual atau kontroversial

Mendapatkan topik ada 2 cara:

• Menggunakan diagram jam

• Menggunakan diagram pohon

2. Perumusan Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan adalah pola yang mengendalikan tulisan secara menyeluruh.

Tujuan penulisan ada 2 cara, yaitu:

• Tesis adalah perumusan singkat yang mengandung tema dasar sebuah karangan dengan

satu gagasan sentral.

Tesis mempunyai persyaratan berikut:

a. Bersifat terbatas, artinya bila sudah ditetapkan jenis pendekatan yang akan digunakan

bagi karangan.

b. Mengandung kesatuan, artinya hanya boleh ada satu gagasan sentral.


c. Memiliki ketepatan, artinya harus dirumuskan dengan kata-kata yang mengandung satu

interprestasi.

Misalnya,

Tesis: Kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa dalam hal menulis pada umumnya

masih jauh dari memuaskan; oleh sebab itu, perlu dicaripenyebabnya sehingga

pengajaran bahasa Indonesia dapat diperbaiki.

• Pernyataan maksud adalah kalimat yang tidak bermaksud mengembangkan sebuah

gagasan sentral; bertujuan memberi gambaran atau mengungkapkan kembali suatu

peristiwa untuk menimbulkan suatu kesan atau suasana.

Misalnya,

a. Dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa proses belajar mengajar yang dapat

merangsang daya kreatif siswa.

b. Penulis ingin mengemukakan peristiwa-peristiwa sejarah yang membuktikan bahwa

Pancasila dapat menyelamatkan bangsa dan ancaman pengkhianatan.

3. Pengumpulan Bahan Penulisan

Bahan penulisan adalah semua informasi atau data yang digunakan

untukmencapai tujuan penulisan.

Sumber bahan penulisan:

a. Perpustakaan, ada 3 jenis bahan bacaan.

– Bahan bacaan yang memberikan gambaran umum tentang topik yang kita pilih.

– Bahan yang harus kita baca secara kritis dan mendalam, karena bahan penulisan

terdapat di dalam bacaan.


– Bahan bacaan tambahan sebagai pelengkap bahan-bahan yang sudah ada.

b. Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan bahan dengan menanyakan langsung

kepada seorang nara sumber.

4. Penyusunan kerangka karangan

Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu

karangan yang akan digarap.

Manfaat kerangka karangan:

a. Menyusun karangan secara teratur

b. Memudahkan penulis menciptakan klimaks

c. Menghindari penggarapan topik sampai dua kali atau lebih

d. Memudahkan penulis mencari materi pembantu

e. Memudahkan pembaca melihat gagasan, struktur serta nilai umum karangan tersebut

Pola Penyusunan Kerangka Karangan

Ada 2 pola penyusunan kerangka karangan:

• Pola alamiah adalah didasarkan pada ruang (tempat) dan waktu.

• Pola logis adalah didasarkan dari cara berfikir manusia selalu menggunakan logika dalam

mengamati

Misalnya,

Pola Urutan Ruang

Topik: Laporan Lokasi Banjir di Indonesia

I. Banjir di Pulau Jawa Tengah


A. Banjir di Jawa Tengah

1. Daerah Semarang

2. Daerah Pekalongan

B. Banjir di Jawa Barat

1. Daerah Ciamis

2. Daerah Garut

II. Banjir di Pulau Sumatera

Pola Urutan Waktu

Topik: Riawayat Hidup Rabindranath Tagore

1. Jatidiri Rabindranath Tagore

2. Pendidikan Ranbindranath Tagore

3. Karier Rabindranath Tagore

4. Akhir hidup Rabindranath Tagore

Pola Klimaks

Topik: Kejatuhan Soeharto

I. Merebaknya Praktik KKN

II. Timbulnya Keresahan di Masyarakat

III. Terjadinya Kerusuhan Sosial di Berbagai Tempat

IV. Tuntutan Reformasi Menggema

V. Kejatuhan yang Tragis


Pola Sebab-Akibat

Topik: Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar

1. Kebakaran di tanah Tinggi

2. Penyebab Kebakaran

3. Kerugian Masyarakat dan Pemerintah

4. Rencana Rehabilitasi Fisik

Pola Pemecahan Masalah

Topik: Bahaya Ekstasi dan Upaya Mengatasinya

1. Apakah Ekstasi

2. Bahaya Ekstasi

2.1 Pengaruh Ekstasi terhadap Syaraf Pemakainya

2.2 Pengaruh Ekstasi terhadap Masyarakat

2.2.1 Gangguan Kesehatan Masyarakat

2.2.2 Gangguan Kriminalitas

3. Upaya Mengatasi Bahaya Ekstasi

4. Simpulan dan Saran

Pola Umum-Khusus

Topik: Komunikasi Lisan

I. Komunikasi dan Bahasa

A. Bahasa Lisan
B. Bahasa Tulis

II. Komunikasi Lisan dan Perangkatnya

A. Kemampuan Kebahasaan

1. Olah Vokal

2. Volume dan Nada Suara

B. Kemampuan Akting

1. Mimik Muka

2. Gerakan Anggota Tubuh

III. Praktik Komunikasi Lisan

LATIHAN

1. Apakah manfaat dari penyusunan kerangka karangan?

2. Batasilah topik di bawah ini dengan menggunakan diagram jam, tuliskan apa topik yang

cukup terbatas yang diperoleh.

(a) iklan

(b) BBM

(c) alat musik tradisional

(d) musik dangdut

(e) kayuillegal

3. Buatlah kerangka karangan dalam bentuk kerangka topik dan satu lagi dalam bentuk

kerangka kalimat. Tentukan pola pengembangan kerangka karangannya.

(a) Pengalaman belajar di perguruan tinggi

(b) Manfaat menabung di usia dini

(c) Daya tarik wisata di Sumatera Utara


BAB 8

Bentuk-Bentuk Tulisan

Tulisan ilmiah maupun tulisan non-ilmiah, pada hakikatnya terdiri dari empat bentuk,

yaitu narasi,deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.

1. Narasi adalah bentuk tulisan yang sifatnya menceritakan. Bentuk narasi biasanya

digunakan dalam bentuk non-ilmiah, seperti anekdot, sketsa, dan profil. Susunan narasi

terdiri atas urutan kejadian dan urutan waktu.

Unsur narasi yang harus diperhatikan ialah:

a. kalimat pertamanya harus menarik perhatian;

b. peristiwanya diuraikan berurutan dan logis;

c. ceritanya harus membangun klimaks.

2. Deskripsi ialah tulisan yang sifatnya menggambarkan atau melukiskan perasaan.

Deskripsi yang baik memiliki tiga syarat, yaitu:

a. penggambaran yang dominan;

b. suasana hati yang jelas;

c. pengembangan yang logis.

Deskripsi meliputi orang, tempat, dan waktu.

3. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang sifatnya memaparkan. Bentuk eksposisi pada

umumnya untuk menulis buku panduan, resep dapur, dan memaparkan orang meninggal.
Argumentasi adalah bentuk karangan yang sifatnya mengemukakan pendapat seseorang. Bentuk
karangan ini ilmiah.
Jenis-jenis argumentasi:

a. penalaran induktif;

b. penalaran deduktif;

c. perbandingan;

d. sebab-akibat;

e. argumentasi dengan kutipan;

f. argumentasi yang lemah.

LATIHAN

1. Tentukanlah bentuk wacana di bawah ini? Berikan alasan Anda!

a. Setiap kota mempunyai pasar, selain alun-alun, tempat ibadah, dan penjara. Pola-

pola semacam ini terutama tampak di Jawa. Di pusat kota berdiri gedung

kabupaten, di depannya ada alun-alun. Di sebelah alun-alun terdapat penjara, di

sebelah kanan mesjid, dan di seberang alun-alun sebuah pasar.

b. Berbicara tentang bahasa hukum, kita pertama sekali berbicara tentang bahasa.

Sebab, bahasa hukum itu tidak lain daripada suatu penjelmaan bahasa. Sementara

dalam bahasa hukum, bahasa itu dibatasi atau dikhususkan oleh pengertian

hukum, yang menjelmakan sejenis norma-norma masyarakat yang menentukan

perhubungan dan kelakuan dalam masyarakat dan dengan demikian mempunyai

syarat-syaratnya sendiri. Kepada hakekat dan syarat-syarat bahasa yang tak boleh
tidak harus dipatuhi bahasa hukum, ditambahkan hakekat dan syarat hukum

sebagai suatu bentuk norma-norma masyarakat.

2. Ada tiga jenis deskripsi, yakni orang, tempat, dan waktu. Pilihlah salah satu di

antaranya dan tulislah sebuah karangan singkat tentang hal itu.

3. Tulislah sebuah karangan eksposisi sederhana yang menjelaskan proses

pembuatan sesuatu?
BAB 9

Teknik Penulisan Ilmiah

6.1 Pengantar

Sebuah tulisan ilmiah yang baik tidak hanya bersangkut-paut dengan pemakaian bahasa.

Aspek lain yang tak kalah pentingnya ialah cara penyajian tulisan tersebut. Terkait dengan cara

penyajian, kita berbicara tentang teknik penulisan. Dalam penulisan ilmiah paling tidak ada tiga

teknik penulisan yang perlu dikuasai oleh penulis, yaitu teknik mengutip, teknik menyusun

catatan kaki, dan teknik menyusun daftar pustaka. Ketiga teknik penulisan itu akan dipaparkan di

bawah ini.

6.2 Kutipan

Apa itu kutipan? “Kutipan”, kata Keraf (1993:179), “adalah pinjaman kalimat atau

pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam

buku-buku maupun majalah-majalah”.Dengan demikian, suatu kutipan dapat bersumber dari

pernyataan tertulis ataupun pernyataan lisan. Fungsi kutipan dalam sebuah tulisan ilmiah ialah

sebagai (a) landasan teori, (b) penjelasan, dan (c) penguat pendapat yang dikemukakan oleh

penulis.

Lebih lanjut, Keraf (1993:180-182) mengatakan bahwa ada tiga prinsip yang harus

diperhatikan oleh penulis dalam membuat kutipan, yaitu:

1. Penulis dalam membuat kutipan langsung tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik

penulisan dari teks aslinya. Tanda kurung siku ([…]).

2. Penulis dalam membuat kutipan langsung tidak boleh memperbaiki kesalahan yang

dijumpai dalam teks aslinya. Caranya dengan memberi catatan singkat: [sic!].
3. Penulis boleh menghilangkan bagian-bagian kalimat dari suatu kutipan tanpa mengubah

makna aslinya atau makna keseluruhannya. Caranya dengan menggunakan tiga tanda titik

[…].

6.2.1 Kutipan Langsung

Kutipan langsung adalah pernyataan asli dari sumber yang dikutip. Itu sebabnya,

pernyataan yang dikutip oleh penulis tidak boleh diubah sedikit pun.

Contoh:

(1) Kutipan itu dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi;

(2) Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;

(3) Kutipan itu tidak diapit dengan tanda petik;

(4) Sesudah kutipan diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam

kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman

tempat terdapat kutipan itu;

(5) Seluruh kutipan itu dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai

dengan paragraf baru, baris pertama kutipan itu dimasukkan lagi 5-7 ketikan.

Misalnya, salah satu jenis penelitian bila ditinjau dari sudut cara dan taraf

pembahasannya disebut penelitian deskriptif.

Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan

atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar [sic!] untuk

mengungkapkan fakta (fact finding).Hasil penelitian ditekankan pada memberikan

gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki.Akan

tetapi guna mendapatkan manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini, kerap kali di
samping pengungkapan fakta sebagaimana adanya dilakukan juga pemberian interpretasi-

interpretasi yang adekuat (Nawawi, 1998:29-30).

6.2.2 Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung adalah pernyataan yang ditulis berupa inti sari atau

ikhtisar dari sumber yang dikutip. Dengan perkataan lain, dalam kutipan tidak langsung,

penulis memparafrase, yakni mengungkapkan kembali, pernyataan dari sumber aslinya

tanpa mengubah gagasan yang terdapat dalam sumber tersebut.

Contoh:

(1) Kutipan itu diintegrasikan dengan teks;

(2) Jarak antarbaris dua spasi;

(3) Kutipan tidak diapit dengan tanda petik;

(4) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau

dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor

halaman tempat terdapat kutipan itu.

6.3 Catatan Kaki

Yang dimaksud dengan catatan kaki ialah keterangan-keterangan yang ditempatkan pada

kaki halaman tulisan yang bersangkutan. Bila keterangan semacam itu ditempatkan pada akhir

bab atau akhir tulisan, catatan atau keterangan itu disebut keterangan. Adapun tujuan penulis

membuat catatan kaki ialah sebagai berikut: (1) untuk menyusun pembuktian, (2) menyatakan

penghargaan, (3) menyampaikan keterangan tambahan, dan (4) merujuk bagian lain dari teks

(Keraf, 1993:194-195).
6.4 Daftar Pustaka

Daftar pustaka, atau disebut juga bibliografi (lihat Keraf, 1993:213), ialah sebuah daftar

yang memuat semua sumber bacaan, baik yang sudah dipublikasikan seperti buku, majalah, surat

kabar, maupun yang belum dipublikasikan seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, yang

bertalian dengan sebuah tulisan atau sebagian dari tulisan yang tengah ditulis. Melalui daftar

pustaka, pembaca akan dapat mengetahui sumber-sumber apa saja yang digunakan dalam

penulisan karya ilmiah itu tanpa harus membaca seluruh tulisan lebih dahulu.

Untuk buku: (1) nama akhir, (2) koma, (3) nama pertama, (4) titik, (5) tahun penerbitan,

(6) titik, (7) judul buku dalam huruf miring, (8) titik, (9) kota penerbitan, (10) titik dua, (11)

nama penerbit, (12) titik.

Contoh:

Dardjowidjojo, Soendjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Untuk Artikel: (1) nama akhir, (2) koma, (3) nama pertama, (4) titik, (5) tahun

penerbitan, (6) titik, (7) tanda petik pembuka, (8) judul artikel, (9) titik, (10) tanda petik penutup,

(11) nama jurnal atau majalah dalam huruf miring, (12) volume, (13) nomor, (14) titik. Bila

artikel diterbitkan dalam sebuah buku digunakan kata “Dalam” sebelum nama editor dari buku

tersebut.

Contoh:
Gleason, Jean Berko. 1998. “The Father Bridge Hypothesis. “Journal of Child Language, Vol.

14, No. 3.

Rachmat, Basoeki. 1979. “Penurunan Nomina pada Bahasa Anu.” Dalam Dardjowidjojo (ed.),

1979.

LATIHAN

1. Jelaskan cara menyusun kutipan langsung dan kutipan tidak langsung?

2. Carilah sebuah bahan bacaan. Lalu, berdasarkan bacaan tersebut buatlah sebuah contoh

(a) kutipan langsung panjang, (b) kutipan langsung pendek, dan (c) kutip[an tidak

langsung.

3. Sebutkan tujuan pembuatan catatan kaki dalam tulisan?

4. Jelaskan perbedaan catatan kaki dengan daftar pustaka?

5. Susunlah sebuah daftar pustaka berdasarkan data di bawah ini. Ingat penyusunannya

didasarkan pada susunan alfabetis dari nama penulis.

(a) Judul buku : Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan

Penulis : Alfian (editor)

Publikasi : Penerbit Gramedia Jakarta,1985

(b) Judul buku : Buku Petunjuk Penulisan Skripsi

Penulis : Fakultas Sastra Universitas Indonesia

Publikasi : Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1992

(c) Judul buku : Tamadun Cina: Falsafah, Pandangan Hidup, dan Aspek-Aspek Kesenian

Penulis : Lok Chong Hoe

Publikasi : Pusat Pembangunan dan Pendidikan Komuniti, Kuala Lumpur, 1998


(d) Judul buku : Argumentasi dan Narasi

Penulis : Gorys Keraf

Publikasi : Penerbit Gramedia, Jakarta, 1986

(e) Judul buku : Diksi dan Gaya Bahasa

Penulis : Gorys Keraf

Publikasi : Penerbit Gramedia, Jakarta,1986

(f) Judul buku : Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II

Penulis : J.S. Badudu

Publikasi : Penerbit Gramedia Jakarta, Cet. Ke-3, 1989

(g) Judul artikel : Dehegemonisasi Bahasa

Penulis : Tubiyono

Publikasi : Jurnal Linguistik Indonesia,Tahun 19, no. 2, 2001

(h) Judul artikel : Sistem Konsonan Bahasa Melayu Asahan: Sebuah Ancangan Generatif

Penulis : Mulyadi

Publikasi : Jurnal Komunikasi Penelitian, Vol. 9, No. 3, 1997

(i) Judul artikel : Kericuhan DPR dan Politik BBM

Penulis : Saldi Isra

Publikasi : surat kabar Kompas, 18 Maret 2005

(j) Judul tulisan : Konsep Emosi dalam Bahasa Melayu/Indonesia

Penulis : Mulyadi

Publikasi : Kolokium II Bahasa dan Pemikiran Melayu di Universiti Sains Malaysia,

Pulau Pinang, 16-19 Juni 2000


BAB 10

Penulisan Surat Dinas

Surat adalah menyampaikan berita atau masalah kepada orang lain. Bentuk surat

ada 3, surat pribadi, surat dinas, dan surat niaga.

Bagian-bagian surat dinas:

(1) Kepala surat

(2) Tanggal surat

(3) Nomor, lampiran, dan hal surat

(4) Alamat surat

(5) Salam pembuka

(6) Isi surat

(7) Salam penutup

(8) Nama pengirim

(9) Tembusan surat

Bahasa dalam surat dinas:

(1) Penerapan ejaan

Benar Salah

u.p. u/p

a.n. a/n

Yth. Yth:

se-Indonesia se Indonesia

memberitahukan Memberi tahukan


(2) Penggunaan kata,

-dalam menulis surat dinas kita harus menggunakan kata baku.

-kita harus hati-hati terhadap kata yang mirip dari segi bentuk dan makna,

contohnya kata suatu dengan sesuatu, yang kedua kata masing-masing dan tiap-tiap.

(3) Penyusunan kalimat

Kalimat yang digunakan dalam surat dinas mestilah efektif, artinya sesuai kaidah

bahasa, singkat, dan enak dibaca. Contohnya:

a. Menurut rencana, pertemuan itu akan dihadiri Kepala Biro Hukum Pemda Tingkat I

Sumatera Utara.

b. Menurut rencana, dalam pertemuan itu akanhadir Kepala Biro Hukum Pemda Tingkat I

Sumatera Utara.
LATIHAN

1. Terangkanlah mengapa kalimat penutup surat dinas di bawah ini salah ditinjau dari

kaidah bahasa Indonesia?

a. Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.

b. Demikianlah harap maklum.

c. Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya dihaturkan terima kasih.

2. Perbaikilah kalimat bahasa surat di bawah ini agar sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia?

(a) Surat edaran terlampir dapat disebar luaskan pada unit kerja saudara.

(b) Melalui surat ini kami beritahukan bahwa tim cerdas cermat dari sekolah Bapak

berhasil menduduki juara ke-III.

(c) Sesuai dengan bunyi surat Bapak terdahulu dapat kami jelaskan sebagai berikut.

(d) Sebagai bahan pertimbangan Bapak, dengan ini saya lampirkan fotocopy ijasah

saya yang terakhir.

(e) Bagi calon pegawai baru diminta hadir pada jam 09.00 WIB bertempat di Aula.

Anda mungkin juga menyukai