Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

BAHASA INDONESIA
PENERAPAN DIKSI

Hidayatun nur, S.Pd, M.Pd

ANGGOTA :
1. Muhammad Erri Purnomo (193610450)
2. Muhammad Reihandy (193610369)

PROGRAM STUDI TEKNIK TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana. Makalah yang berjudul “Pengunaan Bahasa Indonesia Baku
Dalam Kehidupan Sehari-hari” Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pembina
Bahasa Indonesia.Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi,
namun berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala
tersebut dapat teratasi.
Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada seluruh orang
yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR……………………………………………... i

DAFTAR ISI……………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN……………………….………………….... 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………... 1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….…. 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………...... 1

BAB II DASAR TEORI………………………………………….….. 2

2.1 Penerapan Diksi……………………………………....…………...…… 2


2.2 Penggunaan Stuktur Kalimat Bahasa Indonesia……………....…... 10
2.3 Penyusunan Kalimat Baku………………...……………………...…... 16

BAB III PENUTUP…………..…………………………………..…….. 20


3.1 Kesimpulan………………………………………………………........... 20
3.2 Saran…………………………………………………………….………. 20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atau kelompok kata
untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengarnya.
Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa dan bahasa. Hal itu
juga disertai dengan bermacam-macam suku bangsa yang memiliki banyak bahasa
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan juga
memiliki karakter berbeda-beda sehingga penggunaan bahasa tersebut berfungsi
sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu masyarakat tersebut. Sebagai
makhluk sosial kita tidak bisa terlepas dari berkomunikasi dengan sesama dalam
setiap aktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai ketika
seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan
menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat ataupun
dikarenakan salah paham.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam
berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam
bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak
dengan kata-kata yang kita pilih.
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan diksi
2) Bagaimana penggunaan struktur kalimat bahasa indonesia
3) Bagaimana penyusunan kalimat baku

1.3. Tujuan
1) Megetahui pengertian dari diksi
2) Mengetahui syarat-syarat yang dibutuhkan dalam penggunaan diksi
3) Memahami penjelasan pilihan kata dan penggunaan diksi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENERAPAN DIKSI (PILIHAN KATA) DALAM KALIMAT RAGAM


FORMAL
Diksi yaitu pilihan kata yang berfungsi untuk memudahkan orang
memahami maksud pembicara penulis. Oleh karena itu,ketika pembicara
membuat kalimat bahasa Indonesia ragam harus memilih, menimbang dan
menggunakan kata secara tepat.
1. Kata –kata Denotatif dan Konotatif
Kata denotatif adalah kata-kata yang disebut juga bermakna konseptual,
bermakna kognitif, bermakna referensial. Kata yang bermakna denottif adalah
kata yang bermakna sesuai dengan hasil observasi penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan, pengecapan. Artinya, kata –kata bermakna denotatif
adalah kata-kata yang maknanya menyangkut informasi-informasi faktual objectif
(Chaer,1995:65-66).
Kata konotatif adalah kata –kata yang memiliki makna asosiatif dan timbul
sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan yang
dikenakan sebuah makna konseptual atau denotatif (Arifin dan Tasai,2004:26).
Menurut Pateda(2001:112) makna konotatif muncul akibat asosiatif perasaan
pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau yang kata yang dibaca. Harus
dipahami bahwa konotatif terdapat pada kata bermakna denotatif. Artinya,dapat
dipahami bahwa pada umumnya semua kata mempunyai makna denotatif, tetapi
tidak setiap kata itu mempunyai makna konotatif(Chaer,1995:65)
Kata Denotatif Kata Kotatif
membicarakan Membahas,mengkaji
memperhatikan Menelaaah,meneliti,menyelidiki
penonton Pemirsa,pemerhati
rumah Gedung,wisma,graha
membuat Merakit,menyulap

2
Dalam karangan ilmiah kata yang bermakna denotatif perlu digunakan
secara tepat. Namun demikian,kata-kata yang bermakna asosiasi sikap sosial,
sikap pribadi atau kriteria tambahan tertentu (makna konotatif) dapat pula
digunakan pada kondisi dan situasi tertentu
2. Kata umum dan kata khusus
 Kata umum digunakan untuk mengunngkapkan hal yang
generik(universal).
 Kata khusus digunakan untuk mengungkapkan hal yang
spesifik(spesial).
Dalam bahasa Indonesia, kata umum adalah kata yang memiliki acuan yang
lebih luas daripada kata khusus.Kata umum dan kata khusus tersebut sebagai
berikut di bawah ini.
Kata umum Kata khusus
ikan Gurame, lele, sepat, tuna, nila, koki mas
bunga Mawar, melati, dahlia, anggrek
Hewan mamalia Sapi, kerbau, kuda, keledai, kambing
Burung Beo, kakak tua, merpati, perkutut

3. Kata-kata bersinonim
` Kata –kata yang bersinonim adalah kata –kata yang (bentuknya memang
berbeda) yang pada dasarnya makna yang hampir sama.dalam bahasa Indonesia
,kata –kata yang yang bersinonim adalah seperti dibawah ini:
a) Cerdas = cerdik,hebat,pintar
b) Besar = agung,raya
c) Mati = mangkat,wafat, meninggal
d) Ilmu = pengetahuan
e) Penelitian = penyelidikan

4. Kata baku dan Nonbaku


Pertama kata baku dan non baku dpata dilihat berdasarkan ranah fonologis.
Maksudnya,sebuah kata kadang-kadang memiliki kata nonbaku karena

3
enambahan fonem,pengurangan fonem.ketiga hal ini dapat dilihat berdasarkan
contoh dibawah ini.
Pasangan kata baku dan non baku karena penambahan fonem:
Kata baku Kata non baku
imbau himbau
andal handal
utang hutang
rapi rapih
ubah rubah
Pasangan kata baku dan non baku karena pengurangan fonem.
Kata baku Kata non baku
terap trap
terampil tampil
tetapi tapi
tidak tak
tahu tau

Pasangan kata baku dan non baku karena pengubahan fonem.


Kata baku Kata non baku
telur telor
ubah obah
tampak nampak
lubang lobang
roboh rubuh
lafal lapal
rezeki rejeki
Kedua, kata baku dan non baku dapat pula dilihat berdasarkan ranah
morfologis.maksudnya,sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata non baku
karena pada hasil proses morfologis terjadi pengurangan fonem dan enambahan
fonem,terjadi pergantian afikss,dan terjadi kelebihan fonem.

4
Pasangan kata baku dan non baku karena pada hasil morfologis terjadi
pengurangan fonem.
Kata baku Kata non baku
memfokuskan memokuskan
memprotes memrotes
memfitnah memitns
memfotokopi memotokopi
mempromosikan memrosikan
memproduksi memroduksi
memproses memroduksi
Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi pengubahan
fonem.
Kata baku Kata non baku

mengubah merubah

Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi penggantian
afiks.
Kata baku Kata non baku

menangkap nangkap

menatap natap

menari nari

menolak nolak

menolong nolong

menahan nahan

mengirim ngirim

mengajar nagajar

5
Pasangan kata (frasa) baku dan kata(frasa)non baku ragam percakapan seperti
berikut:
Frasa bakumala Frasa non baku

Waktu lain Lain waktu

Malam ini Ini malam

Amat besar Besar amat

Pertama kali Kali pertama

Amat mahal Mahal amat

Pasangan frasa kata baku dan frasa yang bermakna reduhan (non baku)
Frasa baku Frasa non baku

Sangat pedih Amat sangat pedih,amat pedih

Paling pandai Paling terpandai terpandai

Berpandang-pandangan Saling berpandangan-pandangan saling


berpandang

Saling tolak Saling tolak- menolak tolak-menolak

Banyak rumah Banyak rumah-rumah umah-rumah

Pasangan kata baku dan non baku menggunakan kata serapan.Contohnya seperti
berikut:
Kata bakukelas Kata non baku

apotek apotik

atlet atlit

asas azas

6
advokat adpokat

atmosfer atmosfir

ekspor eksport

ekuivalen ekwivalen

esai esei

jadwal jadual

izin ijin

5. Penggunaan kata secara tepat


Contohnya kekeliruan penggunaan kata depan (presposisi)di yang
seharusnya di gunakan pada dapat dilihat seperti di bawah ini.
Penggunaan yang tepat Penggunaan yang tidak tepat

Pada saya Di saya

Pada kami Di kami

Pada kita Di kita

Pda malam hari Di malam hari

Pada waktu itu Di waktu itu

Pada saat ini Di saat itu

Pada paman Di paman

Kata depan atau kata penghubung harus digunakan secara tepat dalam
kalimat formal. Fungsi penggunaan kata depan dan kata penghubung yang sesuai
adalah sbb:
1. Untuk keterangan tepat digunakan kata di,ke,dari,di dalam,pada.

7
2. Untuk keterangan waktu digunakan kata
pada,setelah,sebelumsesudah,selama,sepanjang
3. Untuk keterangan alat digunakan kata dengan .
4. Untuk keterangan tujuan digunakaan kata untuk,bagi,demi
5. Untuk keterangan cara digunakan kata secara,dengan cara,dengan
jalan.
6. Untuk keterangan perbandingan/kemiripan digunakan kata
seperti,bagaikan
7. Untuk keterangan sebab digunakan kata karena,sebab.

6. Penulisan kata secara benar


Contoh penulisan kata awalan di yang benar adalah sbb:
Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Di atas diatas

Di jalan dijalan

Di sekolah disekolah

Di kampus Dikampus

Di restoran direstoran

Di pasar dipasar

Di kantin dikantin

Penulisan kata ke yang benar:


Penggunan yang tepat Penggunaan yang salah

Ke atas Keatas

Ke samping Kesamping

8
Ke bawah Kebawah

Ke jalan Kejalan

Ke pinggir Kepinggir

Penulisan kata depan dari yang benar adalah sbb:


Penulisan yan benar Penulisan yang salah

Dari atas dariatas

Dari toko Daritoko

Dari pasar daripasar

Dari rumah darirumah

Dari samping Darisamping

Penulisan kata non yang benar adalah sebagai berikut:


Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Non-Indonesia Non Indonesia

Non-korea Non korea

Non-islam Non islam

Non-minangkabau Non minangkabau

nonkolaborasi Non kolaborasi

Penulisan yang benar Penulisan yang salah


Bertolak belakang bertolakbelakang
Tanda tangani Tandatangani
ditandatangani Ditanda tangani
Mendarah daging mendarahdaging

9
melatarbelakangi Melatar belakangi
dianalisis Di analisis
dikaji Di kaji
dikelola Di kelola
ketujuh Ke tujuh

2.2. PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA


Karangan ilmiah yang disusun harus menggunakan struktur kalimat bahasa
Indonesia yang baik. Dalam penulisan karangan ilmiah, penulis pengarang harus
menggunakan ragam bahasa Indonesia baku termasuk didalamnya aspek struktur
kalimat. Karangan ilmiah terutama terdiri atas komponen isi dan komponen
bentuk. Komponen isi dalam karangan ilmiah berhubungan dengan ide, gagasan,
atau konsep yang hendak disampaiikan oleh pengarang, sedangkan komponen
bentuk berkaitan dengan organisasi penyajian ide, gagasan, atau konsep di atas.
Dalam kenyataan itu, banyak penulis yang hanya mementingkan kompnen
isi dan mengabaikan kompnen bentuk, terutama struktur kalimat dan struktur
paragraf. Hal disebabkan penulis tersebut menganggap bahwa komponen isi
merupakan komponen yang sangat penting, sedangkan komponen bentuk
dianggap tidak terlalu penting. Padahal, kompnen bentuk seperti struktur kalimat,
struktur paragraf, struktur karangan, adalah sama pentingnya dengan komponen
isi.
Karangan ilmiah mengandung satuan-satuan tata bahasa yang bersifat
hirarkis, yaitu satuan-satuan yang secara bertingkat membentuk satu system.
Dalam system tersebut satuan yang lebih kecil merupakan bagian dari satuan yang
lebih besar. Satuan-satuan itu adalah morfem, kata, farasa, klausa, kalimat,
paragraf, dan karangan/wacana.
1. Struktur kalimat
Kalimat adalahn satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran utuh(Alwi, dkk., 1998: 311). Dalam wujud lisan
(pertuturan), kalimat diucapkan dengan suara naik turun keras lembut, disela jeda,
dan diakhiri dengan inyonasi akhir yang diikuti dengan kesenyapan.

10
Kalimat yang digunakan dalam karangan ilmiah haruslah beragam baku.
Kalimat terdidri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna yang
dinyatakan oleh bentuk tersebut. Struktur sebuah kalimat ragam baku harus
mengandung kelengkapan unsure-unsurnya, tuntas maknanya, dan berterima dari
segi nilai social dan budaya masyarakat pemakainya.
Dari segi unsur-unsurnya, sebuah kalimat disebut lengkap jika memiliki
unsur-unsur yang dibutuhkan untuk mengungkapkan pikiran penulis. Dalm
kenyataan, kaliamat yang lengkap minimal memilki dua unsur, yaitu unsur subjek
dan unsur predikat.
Untuk memeriksa apakah kalimat yang ditulis memenuhi syarat kaidah tata
bahasa, seorang penulis mengenal fungsi unsur kalimat (subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan).
Pertama, ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut :
1) Pada umumnya subjek adalah nomina atau frasa nomina atau kelas kata
lain yang dapat menduduki fungsi subjek.
2) Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.
3) Dapat diperluas dengan kata itu, ini.
4) Dapat diperluas menggunakan frasa atau klausa dengan kata penghubung
yang.
Kedua, ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut :
1) Predikat berupa verba atau frase verbal, adjektiva atau frase adjectival,
nomina, atau frase nomina, numerak, atau frase numeralia.
2) Merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa, atau bagaimana.
3) Dapat disertai kata pengingkar tidak dan bukan.
4) Dapat disertai kata-kata seperti sudah, belum, akan, sedang, ingin, hendak,
mau.
Ketiga, ciri-ciri objek adalah sebagai berikut :
1) Terdapat dalm kalimat transitif.
2) Terletak langsung dibelakang predikat.
3) Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
4) Tidak didahului oleh preposisi.

11
5) Dapat diganti dengan pronominal-nya
6) Berwujud frasa nomina atau klausa.
Keempat, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut :
1) Berwujud nomina, frasa nomina, verba, frasa verba, adjektiva, frasa
adjektiva, atau klausa.
2) Berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan dibelakang
objek kalau unsur objek hadir.
3) Tidak dapat menjadi subjek akibat penafsiran kalimat.
4) Terdapat dalam kalimat yang berpredikat verbal
5) Tidak dapat diganti dengan –nya, kecuali dalam kombinasi preposisi selain
di, ke, dari, dan, akan.
Kelima, ciri-ciri keterangan adalah sebagai berikut :
1) Memberikan informasi tntang waktu, tempat, cara, alatm sebab, akibat.
2) Memiliki keluasan posisi dalam kalimat
3) Didahului oleh kata depan seperti di, dari,pada, selama,dengan, sebab.
4) Biasanya berupa frase proposisional.
5) Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka.

2. Pola kalimat dasar


Kalimat dasar merupakan kalimat yang belum mengalami perubahaan seperti
penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, keterangan predikat,
dan keterangan objek. Pada hakikatnya, kalimat yang panjang dalam bahasa
Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat dasar. Selanjutnya kalimat yang
panjang itu dapat pula ditelusuri. Pola-pola itulahnyang dimaksud dengan pla
dasar kalimat. Menurut Alwi, dkk. (1998:321-322) ada enam tipe kalimat dasr
dalam bahas Indonesia.
a. Kalimat dasar berpola S-P :
Orang itu sedang tidur.
Dia berlari.
Mereka sedang berjalan.
Anggota dewan mulai bersidang.

12
Saya guru.
Mereka mahasiswa.
Kami pelajar.
Kami pengamen.
b. Kalimat dasar berpola S-P-O :
Ayahnya membeli mobil baru.
Ran mendapat hadiah.
Dia menulis buku teks.
Anaknya mempelajari bahasa Jepang.
Mendiknas membuka seminar nasional.
c. Kalimat dasar berpola S-P-Pel :
Adikku belajar computer.
Pancasila merupakan dasar Negara kita.
Bapak itu adalah Rektor Universitas Negri Padang.
Dia sudah menjadi dosen.
d. Kalimat dasar berpola S-P-Ket :
Penceramah itu berasal dari UIR.
Banjir besar telah terjadi di Amerika
Ayahku tinggal dikampung.
Rumah kami berada di seberang sungai.
e. Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel :
Panitia memberi penatar cendera mata.
Kami mengirimi ibu paket lebaran.
Rector menugasi stafnya pekerjaan tambahan.
Dian mengabilkan adiknya air minum.
f. Kalimat dasar berpola S-P-O-Ket :
Dia memasukkan dokumen itu ke dalam map.
Polisi memperlakukan tertuduh dengan baik.
Mahasiswa melaporkan kejadian itu kepada pimpinan kampus.

13
3. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu pola dasar
kalimat. Artinya, dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib
yang diperlukan seperti diuraikan pada pola kalimat dasar sebelumnya. Namun
demikian, dalam kalimat tunggal bias diperluas dengan unsur tambahan (tidak
wajib) seperti diuraikan pada pola kalimat dasra sebrelumnya.
a. Kalimat transitif :
Bu camat sedang berbelanja.
Pak halim belum datang.
Mereka berjalalan dengan tongkat.
Kami berenang pada hari minggu pagi.
Pak ahmad akan naik haji
b. Kalimat ekatransitif :
Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran.
DPR menyeleksi anggota Komisi Pemilihan Umum.
Dia memberangkatkan kerata api itu terlalu cepat.
c. Kalimat dwitransitif :
Kami sedang mencarikan anak itu pekerjaan.
Bapak akan membelikan anak itu hadiah ulang tahun.
Dia sedang membuatkan pak ali laporan tahunan.
d. Kalimat pasif :
Seorang asisten baru telah diangkat Pak Toha.
Pameran itu akan dibuka Gubernur Sumatra Barat.
Rumah tua itu diperbaiki pemerintah dalam waktu dekat.
e. Kalimat berpredikat adjektif :
Ayahnya sakit.
Pernyataan orang itu benar.
Warna bajunya biru laut.
Ayah saya sakit perut.
f. Kalimat berpredikat nomina :

14
Buku itu cetakan Bandung.
Dia guru saya.
Orang itu pencurinya.
g. Kalimat berpredikat numeral :
Anaknya banyak.
Uangnya hanya sedikit.
Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.
h. Kalimat berfrasa preposisional :
Ibu sedang kepasar.
Anak itu sedang sekolah.
Gelang ini untuk Rita.
Ayahnya dari sunda.

4. Kalimat majemuk
a. Kalimat majemuk setara ( koordinatif )
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan penjumlahan :
-Sudah sebulan kamimmengarungi laut dan kami amat merindukan daratan.
-Pada hari yang naas itu gempa menggoncang bumi dan rumah-rumah menjadi
berantakan.
-Aku melompati tangga kemudian berelari ke halaman.
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan perlawanan :
-Masalah kemiskinan tidak hanya masalah nasional, tetapi juga masalah
kemanusiaan.
-Dunia anak kampong tidak saja bebas, melainkan juga lebih terbuka.
-adikku belum sekolah, tetapi dia sudah bias membaca.
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan pemilihan :
-Dalam keadaan seperti itu, dia terpaksa membunuh musuh atau dibunuh musuh.
-Dia sedang melamun atau sedang memikirkan pacarnya?
-Kamu akan pergi kesekolah atau ikut dengan kami ke rumah nenek?
b. Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif )

15
1) Konjungtor waktu yaitu setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai,
ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama,
sehingga, sampai.
2) Konjungtor syarat yaitu jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, mana kala.
3) Konjungtor pengandaian yaitu andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya.
4) Konjungtor tujuan yaitu agar, supaya, biar guna, untuk,
5) Konjungtor konsesif yaitu biarpun, meskipun, sesungguhpun, sekalipun,
waaupun, kendatipun.
6) Konjungtor pembanding yaitu seperti laksana, seolah olah, sebagaimana,
bagaikan, seakan, akan, alih-alih, ibarat.
7) Konjungtor sebab yaitu sebab karena oleh karena
8) Konjungtor hasil atau akibat yaitu sehingga, akibatnya, sampai sampai.
9) Konjungtor cara yaitu dengan tanpa.
10) Konjungtor alat yaitu dengan, tanpa.

2.3. PENYUSUNAN KALIMAT BAKU


Kalimat baku adalah kalimat yang baik dan azim digunakan dalam ranah
formal. Kalimat baku merupakan kalimat yang tepat untuk menyampaikan
maksud penulis kepada pembaca. Berkaitan dengan kalimat baku ini, arifin
(1991:85) mengungkapkan bahwa kalimat yang baik adalah kalimat yang sesuai
dengan kaidah bahasa jelas dibaca. Kalimat itu sekurang kurangnya memiliki
subjek dan predikat. Menurut Keraaf (1980:36) juga mengemukakan bahwa suatu
kalimat dapat dikatakan baik apabila kalimat tersebut sesuai dengan criteria
berikut ini : (1) memiliki kesatuan gagasan, (2) memiliki koherensi, (3) memiliki
vaariasi kalimat, (4) memiliki kesejajaran , (5) memiliki kelogisan penalaran.
1. Ciri-ciri kalimat baku
Kalimat baku haruslah berwawasan keilmuan. Bertolak dari berbagai pendapat
pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat baku merupakan kalimat yang
memiliki empat ciri berikt ini.
a. Kalimat baku memiliki kejelasan struktur (normatif)

16
Pertama, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat
baku dari segi kejelasan struktur aktif atau pasif.
1) Permasalahan itu kami sudah merundingkannya dengan Bapak Rektor.
(nonbaku)
2) Hasil penelitian itu saya sudah membacanya. (nonbaku).
Setelah diperbaiki :
1) Permasalahan itu sudah kami rundingkan dengan Bapak Rektor. (baku)
2) Hasil penelitian itu sudah saya baca. (baku)
Kedua, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku
dari segi kejelasan keterangan.
1) Pengumpulan data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa
mahasiswa.(nonbaku)
2) Penempatan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti
ujian dsengan tertib. (non baku)
Setelah diperbaiki :
1) Untuk mengumpulan data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa
mahasiswa.(baku)
2) Dengan menempatkan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa
mengikuti ujian dengan tertib. (baku)
Ketiga, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku
dari segi kejelasan keberadaan subjek.
1) Karena sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui
pemnbangunan kembali los pasar itu.(nonbaku)
2) Sejak didirikan, kami belum pernah memperbaiki rumah itu.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
1) Karena los pasar itu sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui
pemnbangunan kembali los pasar itu.(baku)
2) Sejak rumah itu didirikan, kami belum pernah memperbaikinya.(baku)
b. Kalimat baku memiliki kelogisan makna
Pertama, beberapa kalimat nonbaku dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi
kalimat baku dari segi kelogisan hubungan makna S dan P.

17
1. Permasalahan tersebut ingin saya tuntaskan malam ini.(nonbaku)
2. Pembangunan jembatan itu akan dibangun tahun ini. (nonbaku)
Setelah diperbaiki :
1. Saya ingin menuntaskan Permasalahan tersebut malam ini.(baku)
2. Pembangunan jembatan itu akan dilaksanakan tahun ini. (baku)
Kedua, beberapa kalimat nonbaku dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi
kalimat baku dari segi kelogisan makna rincian.
1. Seorang pengusaha memerlukan kecerdasan, gigih bekerja dan harus
bersabar. (nonbaku).
2. Program studi banding ini sudah lama diusulkan, tetapi program Ketua
Jurusan belum menyetujuinya.(nonbaku).
Setelah diperbaiki :
1. Seorang pengusaha memerlukan kecerdasan, kegigihan, dan harus
bersabar.(baku).
2. Program studi banding ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui
Ketua Jurusan.(baku).
c. Kalimat baku memiliki kehematan kata
Pertama, dalam kalimat majemuk bertingkat yang memiliki subjek yang sama,
sebaiknya penulis hanya menggunakan subjek dalam induk kalimat saja.
1. Dia tidak datang ke acara pernikahan itu karena dia tidak
diundang.(nonbaku)
2. Sebelum surat ini dikirimkan, surat ini harus ditandatangani pimpinan
lebih dahulu.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
1. Dia tidak datang ke acara pernikahan itu karena tidak diundang.(baku)
2. Sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani pimpinan lebih
dahulu.(baku)
Kedua, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku
dari segi penggunaan satu kata dari beberapa kata yang bersinonim.
1. Arman adalah murid yang paling terpandai di kelasnya.(nonbaku).

18
2. Para petani-petani itu sudah mendapatkan subsidi dari
pemerintah.(nonbaku).
Setelah diperbaiki :
1. Arman adalah murid yang terpandai di kelasnya.(baku).
2. Para petani itu sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah.(baku).

d. Kalimat baku memiliki kebakuan kata


Jadi, pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan
memanfaatkan gaya belajar sendiri dibarengi dengan pemberian kesan yang penuh
kegembiraan.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
Jadi, pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan
memanfaatkan gaya belajar sendiri diikuti dengan pemberian kesan yang penuh
kegembiraan.(baku).

2. Variasi kalimat baku


a. Variasi pengutamaan informasi
1. Karena keterbatasan anggaran, pemerintah daerah hanya dapat
membangun sepuluh gedung SD dalam tahun ini.
2. Kami membutuhkan uang sebanyak dua miliar rupiah untuk pembangunan
mesjid itu.
3. Untuk pembangunan mesjid itu, kami membutuhkan uang sebanyak dua
milyar rupiah.
b. Variasi kalimat aktif dan pasif
1. Saya akan melaporkan masalah ini kepada rector
2. Masalah ini akan saya laporkan kepada rector
3. Saya akan menguraikan ciri-ciri kalimat pasif pada subbab berikut.
4. Ciri-ciri kalimat pasif akan saya uraikan pada subbab berikut

19
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Diksi yaitu pilihan kata yang berfungsi untuk memudahkan orang
memahami maksud pembicara penulis. Kata yang bermakna denottif
adalah kata yang bermakna sesuai dengan hasil observasi penglihatan.
Kata konotatif timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi.
Berbagai macam cara untuk menerapkan bahasa indonesia yang
baik dan benar, haruslah kita pahami betul sebagai pemuda pemudi bangsa
indonesia yang berbakti pada negara. Sehingga, kita semua bisa berbahasa
yang enak di dengar orang

3.2.SARAN
Menurut penulis, mata kuliah bahasa indonesia sangat membantu
dalam menyelesaikan makalah ini karena dapat berbudi bahasa yang baik
dan benar dan mudah dipahami semuanya.
Semoga apa yang penulis buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai.2012. Bahasa Indonesia.Tangerang: Pustaka


Mandiri.
Maskurun. 2011. Bahasa Indonesia. Yogyakarta: LP2IP.
Pardjimin. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Trianto, Agus. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Esis.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta:
Gramedia.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang: Nusa Indah.
Alkadiah, Sabakti, dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

21

Anda mungkin juga menyukai