Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENYUSUNAN KALIMAT BAHASA INDONESIA RAGAM FORMAL

Dosen Pembimbing :
Noni Febriana M.Pd

Disusun Oleh :
Sri Wahyuni (151005211013)
Sovi (1810015211002)
Muhammad Hatta Meiharja (1810015211019)
Reski Alkhair (1810015211039)
Arif Rahman (1810015211038)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKUKTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia dengan judul “Penyusunan
Kalimat Bahasa Indonesia Ragam Formal”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padang, 16 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A .PENERAPAN DIKSI (PILIHAN KATA) DALAM KALIMAT RAGAM FORMAL
A.2.1 Kata –kata denotatif dan konotatif
A.2.2 Kata umum dan kata khusus
A.2.3 Kata-kata bersinonim
A.2.4 Kata baku dan non baku
A.2.5 Penggunaan kata secara tepat
A.2.6 Penulisan kata secara benar
B. PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA
B.2.1 Struktur kalimat
B.2.2 Pola kalimat dasar
B.2.3 Kalimat tunggal
B.2.4 Kalimat majemuk
C. PENYUSUNAN KALIMAT BAKU
C.2.1 Ciri-ciri kalimat baku
C.2.2 Variasi kalimat baku

BAB 111 PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesi merupakan bahasa ibu dari negara Indonesia yang dipakai masyarakat
Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang
menggunakan tata cara atau aturan aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa
Indonesia itu sendiri dan tidak sesuai dengan ejaan maupun kamus besar bahasa Indonesia oleh
karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa
Indonesia secara menyeluruh dan akhir nya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik
dan benar sehingga identetas kita sebagai bangsa indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar
dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam
bahasa Indonesia dimana ragam bahasa yaitu fariasi bahasa Indonesia yang digunakannya
berbeda beda. Ada ragam bahasa tulisan yang ditekankan pada makalah kali ini yang biasa
digunakan untuk penulisan pidato, puisi, surat, dll.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1) Apa saja macam-macam ragam bahasa Indonesia formal ?
2) Bagaimana cara menggunakan ragam bahasa formal yang baik dan benar ?

1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyusunan kalimat bahasa
indonesia ragam formal. Dan untuk memenuhi tugas bahasa indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A .PENERAPAN DIKSI (PILIHAN KATA) DALAM KALIMAT RAGAM FORMAL


Diksi atau pilihan kata berfungsi untuk memudahkan pemuda memahami maksud
penulis. Oleh karena itu, ketika membuat kalimat bahasa Indonesia ragam harus memilih,
menimbang dan menggunakan kata secara tepat.
Kenapa harus memilih kata dan menggunakaanya secara tepat ? Alasannya akan
dijelaskan satu persatu berikut ini:
A.2.1 Kata –kata denotatif dan konotatif
Kata-kata yang bermakna denotatif adalah kata-kata yang disebut juga bermakna
konseptual, bermakna kognitif, bermakna referensial. Kata yang bermakna denottif adalah kata
yang bermakna sesuai dengan hasil observasi penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan,
pengecapan. Artinya kata – kata bermakna denotatif adalah kata-kata yang maknanya
menyangkut informasi-informasi faktual objectif. Makna denotatif juga dapat diartikan sebagai
makna yang didasarkan atau hubungan lugas antara satuan kata dan wujud di luar bahasa yang
diterapi satuan bahasa itu secara tepat .
Kata –kata yang bermakna konotatif adalah kata –kata yang memiliki makna asosiatif dan
timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan
sebuah makna konseptual atau denotatif .Menurut Pateda(2001:112) makna konotatif muncul
akibat asosiatif perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang
dibaca.Harus dipahami bahwa konotatif terdapat pada kata bermakna denotatif. Artinya, dapat
dipahami bahwa pada umumnya semua kata mempunyai makna denotatif, tetapi tidak setiap
kata itu mempunyai makna konotatif (Chaer,1995:65)

Kata Denotatif Kata Kotatif


membicarakan Membahas,mengkaji
memperhatikan Menelaaah,meneliti,menyelidiki
penonton Pemirsa,pemerhati
rumah Gedung,wisma,graha
membuat Merakit,menyulap
sesuai Harmonis,serasi
tukang Juru,ahli
pekerja Pegawai,karyawan
tengah media
mati Meninggal,wafat

Dalam karangan ilmiah kata yang bermakna denotatif perlu digunakan secara tepat.
Namun demikian, kata-kata yang bermakna asosiasi sikap sosial, sikap pribadi, atau kriteria
tambahan tertentu (makan konotatif) dapat pula digunakan pada kondisi dan situasi tertentu.
A.2.2 Kata umum dan kata khusus
1) Kata umum digunakan untuk mengungkapkan hal yang generik (universal).
2) Kata khusus digunakan untuk mengungkapkan hal yang spesifik (spesial).
Dalam bahasa Indonesia, kata umum adalah kata yang memiliki acuan yang lebih luas dari
pada kata khusus. Kata umum dan kata khusus tersebut sebagai berikut di bawah ini.
Kata umum Kata khusus
ikan Gurame,lele,sepat,tuna,nila,koki mas
bunga Mawar,melati,dahlia,anggrek
Hewan mamalia Sapi,kerbau,kuda,keledai,kambing
Burung Beo,kakak tua,merpati,perkutut
A.2.3 Kata-kata bersinonim
Kata –kata yang bersinonim adalah kata –kata yang (bentuknya memang berbeda) yang
pada dasarnya makna yang hampir sama. Dalam bahasa Indonesia, kata –kata yang yang
bersinonim adalah seperti dibawah ini:
1) Cerdas = cerdik,hebat,pintar
2) Besar = agung,raya
3) Mati = wafat, meninggal
4) Ilmu = pengetahuan
5) Penelitian = penyelidikan
A.2.4 Kata baku dan Nonbaku
Pertama kata baku dan non baku dapat dilihat berdasarkan ranah fonologis. Maksudnya,
sebuah kata kadang-kadang memiliki kata non baku karena penambahan fonem, pengurangan
fonem. Ketiga hal ini dapat dilihat berdasarkan contoh dibawah ini.
Pasangan kata baku dan non baku karena penambahan fonem:
Kata baku Kata non baku
Imbau Himbau
Andal Handal
Utang Hutang
Rapi Rapih
Ubah Rubah
Pasangan kata baku dan non baku karena pengurangan fonem.
Kata baku Kata non baku
Terap Trap
Terampil Tampil
Tetapi Tapi
Tidak Tak
Tahu Tau
Pasangan kata baku dan non baku karena pengubahan fonem.
Kata baku Kata non baku
Telur Telor
Ubah Obah
Tampak Nampak
Lubang Lobang
Roboh Rubuh
Lafal Lapal
Rezeki Rejeki
Kedua, kata baku dan non baku dapat pula dilihat berdasarkan ranah morfologis.
Maksudnya, sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata non baku karena pada hasil proses
morfologis terjadi pengurangan fonem dan enambahan fonem, terjadi pergantian afiksasi, dan
terjadi kelebihan fonem.
Pasangan kata baku dan non baku karena pada hasil morfologis terjadi pengurangan fonem.
Kata baku Kata non baku
Memfokuskan Memokuskan
Memprotes Memrotes
Memfitnah Memitns
Memfotokopi Memotokopi
Mempromosikan Memrosikan
Memproduksi Memroduksi
Memproses Memroduksi
Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi pengubahan fonem.
Kata baku Kata non baku

Mengubah Merubah

Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi penggantian afiks.
Kata baku Kata non baku

Menangkap Nangkap

Menatap Natap

Menari Nari

Menolak Nolak

Menolong Nolong

Menahan Nahan

Mengirim Ngirim

Mengajar Nagajar

Pasangan kata baku dan non baku karena hasil morfologis terjadi kelebihan fonem.
Kata baku Kata non baku

Beracun Berracun
Berakit Berrakit

Beragam Berragam

Beternak Berternak

Bekerja Berkerja

Ketiga, kata(frasa) baku dan non baku dapat dilihat berdasarkn ranah leksikon.
Maksudnya,sebuah kata(frasa) baku dan non baku kadang-kadang memiliki kata(frasa).

Frasa baku Frasa non baku

Tidak terlalu Tidak begitu

Tidak seperti Tidak begini

Belum masak Belum matang

Tidak sabar Tidak sabaran

Hanya nasi Asi tok

Sangat malas Malas banget

Pasangan kata (frasa) baku dan kata(frasa)non baku ragam percakapan seperti berikut:
Frasa bakumala Frasa non baku

Waktu lain Lain waktu

Malam ini Ini malam

Amat besar Besar amat

Pertama kali Kali pertama

Amat mahal Mahal amat

Pasangan frasa kata baku dan frasa yang bermakna reduhan (non baku).
Frasa baku Frasa non baku

Sangat pedih Amat sangat pedih,amat pedih

Paling pandai Paling terpandai terpandai

Berpandang-pandangan Saling berpandangan-pandangan saling


berpandang

Saling tolak Saling tolak- menolak tolak-menolak

Banyak rumah Banyak rumah-rumah umah-rumah


Pasangan kata baku dan non baku menggunakan kata serapan.Contohnya seperti berikut:
Kata bakukelas Kata non baku

Apotek Apotik

Atlet Atlit

Asas Azas

Advokat Adpokat

Atmosfer Atmosfir

Ekspor Eksport

Ekuivalen Ekwivalen

Esai Esei

Jadwal Jadual

Izin Ijin

Hierarki Hirarki

Frekuensi Frekwensi

Konkret Konkrit

Kualitas Kwalitas

Metode Metoda

A.2.5. Penggunaan kata secara tepat


Contohnya kekeliruan penggunaan kata depan (presposisi)di yang seharusnya di gunakan pada
dapat dilihat seperti di bawah ini.
Penggunaan yang tepat Penggunaan yang tidak tepat

Pada saya Di saya

Pada kami Di kami

Pada kita Di kita

Pda malam hari Di malam hari

Pada waktu itu Di waktu itu

Pada saat ini Di saat itu

Pada paman Di paman


Kekeliruan penggunaan kata depan ke yang seharusnya digunakan keoada dapat dilihat
pada contoh di bawah ini:
Penggunaan yang tepat Penggunaan yang tidak tepat

Kepada saya Ke saya

Kepada dia Ke dia

Kepada paman Ke paman

Kepada adik Ke adik

Kepada mereka Ke mereka

Kata depan atau kata penghubung harus digunakan secara tepat dalam kalimat formal.
Fungsi penggunaan kata depan dan kata penghubung yang sesuai adalah sbb:
1.Untuk keterangan tepat digunakan kata di,ke,dari,di dalam,pada.
2.Untuk keterangan waktu digunakan kata pada,setelah,sebelumsesudah,selama,sepanjang
3.Untuk keterangan alat digunakan kata dengan .
4.Untuk keterangan tujuan digunakaan kata untuk,bagi,demi.
5.Untuk keterangan cara digunakan kata secara,dengan cara,dengan jalan.
6.Untuk keterangan perbandingan/kemiripan digunakan kata seperti,bagaikan.
7.Untuk keterangan sebab digunakan kata karena,sebab.
A.2.6 Penulisan kata secara benar
Contoh penulisan kata awalan di yang benar adalah sbb:
Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Di atas Diatas

Di jalan Dijalan

Di sekolah Disekolah

Di kampus Dikampus

Di restoran Direstoran

Di pasar Dipasar

Di kantin Dikantin

Penulisan kata ke yang benar:


Penggunan yang tepat Penggunaan yang salah

Ke atas Keatas

Ke samping Kesamping

Ke bawah Kebawah
Ke jalan Kejalan

Ke pinggir Kepinggir

Penulisan kata depan dari yang benar adalah sbb:


Penulisan yan benar Penulisan yang salah

Dari atas Dariatas

Dari toko Daritoko

Dari pasar Daripasar

Dari rumah Darirumah

Dari samping Darisamping

Penulisan kata non yang benar adalah sebagai berikut:


Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Non-Indonesia Non Indonesia

Non-korea Non korea

Non-islam Non islam

Non-minangkabau Non minangkabau

Nonkolaborasi Non kolaborasi

Penulisan partikel sub yang benar adalah sbb:


Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Subseksi Sub seksi,sub-seksi

Subbagian Sub bagian,sub-bagiam

Penulisan partikel per yang benar adalah sebagai berikut:


Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Per jam Perjam

Per hari Perhari

Per bulan Perbulan

Per caturwulan Percaturwulan

Per semester Persemester

Penulisan yang benar Penulisan yang salah


Perbesar Per besar

Persatu Per satu

Perkecil Per kecil

Perbudak Per budak

Peradik Per adik

Persingkat Per singkat

Penulisan kata pun yang benar adalah sbb:


Penulisan kata yang benar Penulisan kata yang salah

Aku pun Besarpun

Mereka pun Merekapun

Dia pun Diapun

Air pun Airpun

Sekarang pun Sekarangpun

Penulisan yang benar Penulisan yang salah

Walaupun Walau pun

Sungguhpun Sungguh pun

Meskipun Meskipun

Bagaimanapun Bagaiman pun

Kendatipun Kendati pun

Penulisan pasca yang benar adalah sbb:


Penulisan yang benar Penulisan yang salah
pascasarjana Pasca saarjana

Pascapanen Pasca panen

B. PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA


Karangan ilmiah yang disusun harus menggunakan struktur kalimat bahasa Indonesia
yang baik. Dalam penulisan karangan ilmiah, penulis pengarang harus menggunakan ragam
bahasa Indonesia baku termasuk didalamnya aspek struktur kalimat. Karangan ilmiah terutama
terdiri atas komponen isi dan komponen bentuk. Komponen isi dalam karangan ilmiah
berhubungan dengan ide, gagasan, atau konsep yang hendak disampaiikan oleh pengarang,
sedangkan komponen bentuk berkaitan dengan organisasi penyajian ide, gagasan, atau konsep di
atas.
Dalam kenyataan itu, banyak penulis yang hanya mementingkan komponen isi dan
mengabaikan komponen bentuk, terutama struktur kalimat dan struktur paragraf. Hal disebabkan
penulis tersebut menganggap bahwa komponen isi merupakan komponen yang sangat penting,
sedangkan komponen bentuk dianggap tidak terlalu penting. Padahal, kompnen bentuk seperti
struktur kalimat, struktur paragraf, struktur karangan, adalah sama pentingnya dengan komponen
isi.
Karangan ilmiah mengandung satuan-satuan tata bahasa yang bersifat hirarkis, yaitu
satuan-satuan yang secara bertingkat membentuk satu system. Dalam system tersebut satuan
yang lebih kecil merupakan bagian dari satuan yang lebih besar. Satuan-satuan itu adalah
morfem, kata, farasa, klausa, kalimat, paragraf, dan karangan/wacana.
B.2.1 Struktur kalimat
Kalimat adalahn satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran utuh. Dalam wujud lisan (pertuturan), kalimat diucapkan dengan suara
naik turun keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan inyonasi akhir yang diikuti dengan
kesenyapan.
Kalimat yang digunakan dalam karangan ilmiah haruslah beragam baku. Kalimat terdidri dari
dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna yang dinyatakan oleh bentuk tersebut.
Struktur sebuah kalimat ragam baku harus mengandung kelengkapan unsur-unsurnya, tuntas
maknanya, dan berterima dari segi nilai social dan budaya masyarakat pemakainya.
Dari segi unsur-unsurnya, sebuah kalimat disebut lengkap jika memiliki unsur-unsur yang
dibutuhkan untuk mengungkapkan pikiran penulis. Dalam kenyataan, kaliamat yang lengkap
minimal memilki dua unsur, yaitu unsur subjek dan unsur predikat.
Untuk memeriksa apakah kalimat yang ditulis memenuhi syarat kaidah tata bahasa, seorang
penulis mengenal fungsi unsur kalimat (subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan).
Pertama, ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut :
1. Pada umumnya subjek adalah nomina atau frasa nomina atau kelas kata lain yang dapat
menduduki fungsi subjek.
2. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.
3. Dapat diperluas dengan kata itu, ini.
4. Dapat diperluas menggunakan frasa atau klausa dengan kata penghubung yang.
Kedua, ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut :
1. Predikat berupa verba atau frase verbal, adjektiva atau frase adjectival, nomina, atau frase
nomina, numerak, atau frase numeralia.
2. Merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa, atau bagaimana.
3. Dapat disertai kata pengingkar tidak dan bukan.
4. Dapat disertai kata-kata seperti sudah, belum, akan, sedang, ingin, hendak, mau.
Ketiga, ciri-ciri objek adalah sebagai berikut :
1. Terdapat dalm kalimat transitif.
2. Terletak langsung dibelakang predikat.
3. Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
4. Tidak didahului oleh preposisi.
5. Dapat diganti dengan pronominal-nya
6. Berwujud frasa nomina atau klausa.
Keempat, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut :
1. Berwujud nomina, frasa nomina, verba, frasa verba, adjektiva, frasa adjektiva, atau klausa.
2. Berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan dibelakang objek kalau unsur
objek hadir.
3. Tidak dapat menjadi subjek akibat penafsiran kalimat.
4. Terdapat dalam kalimat yang berpredikat verba.
5. Tidak dapat diganti dengan –nya, kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan,
akan.
Kelima, ciri-ciri keterangan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang waktu, tempat, cara, alamat sebab, akibat.
2. Memiliki keluasan posisi dalam kalimat
3. Didahului oleh kata depan seperti di, dari, pada, selama, dengan, sebab.
4. Biasanya berupa frase proposisional.
5. Pada umumnya kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka.
B.2.2 Pola kalimat dasar
Kalimat dasar merupakan kalimat yang belum mengalami perubahaan seperti penambahan
keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, keterangan predikat, dan keterangan objek. Pada
hakikatnya, kalimat yang panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat
dasar. Selanjutnya kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri. Pola-pola itulahnyang
dimaksud dengan pla dasar kalimat. Menurut Alwi, dkk. (1998:321-322) ada enam tipe kalimat
dasr dalam bahas Indonesia.
a. Kalimat dasar berpola S-P :
Orang itu sedang tidur.
Dia berlari.
Mereka sedang berjalan.
Anggota dewan mulai bersidang.
Saya guru.
Mereka mahasiswa.
Kami pelajar.
Kami pengamen.
b. Kalimat dasar berpola S-P-O :
Ayahnya membeli mobil baru.
Ran mendapat hadiah.
Dia menulis buku teks.
Anaknya mempelajari bahasa Jepang.
Mendiknas membuka seminar nasional.
c. Kalimat dasar berpola S-P-Pel :
Adikku belajar computer.
Pancasila merupakan dasar Negara kita.
Bapak itu adalah Rektor Universitas Negri Padang.
Dia sudah menjadi dosen.
d. Kalimat dasar berpola S-P-Ket :
Penceramah itu berasal dari IAIN.
Banjir besar telah terjadi di Amerika
Ayahku tinggal dikampung.
Rumah kami berada di seberang sungai.
e. Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel :
Panitia member penatar cendera mata.
Kami mengirimi ibu paket lebaran.
Rektor menugasi stafnya pekerjaan tambahan.
Dian mengabilkan adiknya air minum.
f. Kalimat dasar berpola S-P-O-Ket :
Dia memasukkan dokumen itu ke dalam map.
Polisi memperlakukan tertuduh dengan baik.
Mahasiswa melaporkan kejadian itu kepada pimpinan kampus.
B.2.3 Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu pola dasar kalimat. Artinya,
dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan seperti diuraikan
pada pola kalimat dasar sebelumnya. Namun demikian, dalam kalimat tunggal bias diperluas
dengan unsur tambahan (tidak wajib) seperti diuraikan pada pola kalimat dasra sebrelumnya.
a. Kalimat transitif :
Bu camat sedang berbelanja.
Pak halim belum datang.
Mereka berjalalan dengan tongkat.
Kami berenang pada hari minggu pagi.
Pak ahmad akan naik haji
b. Kalimat ekatransitif :
Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran.
DPR menyeleksi anggota Komisi Pemilihan Umum.
Dia memberangkatkan kerata api itu terlalu cepat.
c. Kalimat dwitransitif :
Kami sedang mencarikan anak itu pekerjaan.
Bapak akan membelikan anak itu hadiah ulang tahun.
Dia sedang membuatkan pak ali laporan tahunan.
d. Kalimat pasif :
Seorang asisten baru telah diangkat Pak Toha.
Pameran itu akan dibuka Gubernur Sumatra Barat.
Rumah tua itu diperbaiki pemerintah dalam waktu dekat.
e. Kalimatn berpredikat adjektif :
Ayahnya sakit.
Pernyataan orang itu benar.
Warna bajunya biru laut.
Ayah saya sakit perut.
f. Kalimat berpredikat nomina :
Buku itu cetakan Bandung.
Dia guru saya.
Orang itu pencurinya.
g. Kalimat berpredikat numeral :
Anaknya banyak.
Uangnya hanya sedikit.
Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.
h. Kalimat berfrasa preposisional :
Ibu sedang kepasar.
Anak itu sedang sekolah.
Gelang ini untuk Rita.
Ayahnya dari sunda.
B.2.4 Kalimat majemuk
a. Kalimat majemuk setara ( koordinatif )
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan penjumlahan :
1) Sudah sebulan kami mengarungi laut dan kami amat merindukan daratan.
2) Pada hari yang naas itu gempa menggoncang bumi dan rumah-rumah menjadi
berantakan.
3) Aku melompati tangga kemudian berelari ke halaman.
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan perlawanan :
1) Masalah kemiskinan tidak hanya masalah nasional, tetapi juga masalah kemanusiaan.
2) Dunia anak kampong tidak saja bebas, melainkan juga lebih terbuka.
3) Adikku belum sekolah, tetapi dia sudah bias membaca.
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan pemilihan :
1) Dalam keadaan seperti itu, dia terpaksa membunuh musuh atau dibunuh musuh.
2) Dia sedang melamun atau sedang memikirkan pacarnya?
3) Kamu akan pergi kesekolah atau ikut dengan kami ke rumah nenek?
b. Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif )
1) Konjungtor waktu yaitu setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala,
sewaktu,sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.
2) Konjungtor syarat yaitu jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, mana kala.
3) Konjungtor pengandaian yaitu andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya.
4) Konjungtor tujuan yaitu agar, supaya, biar guna, untuk,
5) Konjungtor konsesif yaitu biarpun, meskipun, sesungguhpun, sekalipun, waaupun,
kendatipun.
6) Konjungtor pembanding yaitu seperti laksana, seolah olah, sebagaimana, bagaikan,
seakan, akan, alih-alih, ibarat.
7) Konjungtor sebab yaitu sebab karena oleh karena
8) Konjungtor hasil atau akibat yaitu sehingga, akibatnya, sampai sampai.
9) Konjungtor cara yaitu dengan tanpa.
10) Konjungtor alat yaitu dengan, tanpa.

C. PENYUSUNAN KALIMAT BAKU


Kalimat baku adalah kalimat yang baik dan azim digunakan dalam ranah formal. Kalimat
baku merupakan kalimat yang tepat untuk menyampaikan maksud penulis kepada pembaca.
Berkaitan dengan kalimat baku ini, arifin (1991:85) mengungkapkan bahwa kalimat yang baik
adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa jelas dibaca. Kalimat itu sekurang kurangnya
memiliki subjek dan predikat. Menurut Keraaf (1980:36) juga mengemukakan bahwa suatu
kalimat dapat dikatakan baik apabila kalimat tersebut sesuai dengan criteria berikut ini : (1)
memiliki kesatuan gagasan, (2) memiliki koherensi, (3) memiliki vaariasi kalimat, (4) memiliki
kesejajaran, (5) memiliki kelogisan penalaran.
C.2.1 Ciri-ciri kalimat baku
Kalimat baku haruslah berwawasan keilmuan. Bertolak dari berbagai pendapat pakar di atas,
dapat disimpulkan bahwa kalimat baku merupakan kalimat yang memiliki empat ciri berikt ini.
a. Kalimat baku memiliki kejelasan struktur (normatif)
Pertama, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi
kejelasan struktur aktif atau pasif.
1) Permasalahan itu kami sudah merundingkannya dengan Bapak Rektor. (non baku)
2) Hasil penelitian itu saya sudah membacanya. (non baku).
Setelah diperbaiki :
1) Permasalahan itu sudah kami rundingkan dengan Bapak Rektor. (baku)
2) Hasil penelitian itu sudah saya baca. (baku)
Kedua, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi
kejelasan subjek.
1) Dengan caara kerja seperti itu bias merugikan orang lain. (non baku)
2) Agar setiap mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. (non baku)
Setelah diperbaiki :
1) Cara kerja seperti itu bias merugikan orang lain. (baku)
2) Setiap mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.(baku)
Ketiga, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi
kejelasan predikat.
1) Salah satu ciri logam akan memuai jika dipanaskan.(non baku)
2) Wilayah yang akan di kembangkan menjadi objek wisata misalnya Gunung Padang.(non
baku)
Setelah diperbaiki :
1) Salah satu ciri logam adalah akan memuai jika dipanaskan.(baku)
2) Wilayah yang akan di kembangkan menjadi objek wisata adalah Gunung Padang.(baku)
Keempat, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi
kejelasan keterangan.
1) Pengumpulan data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa mahasiswa.(non baku)
2) Penempatan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti ujian dsengan
tertib. (non baku)
3) Mendengar penjelasan saksi, terdakwa memperlihatkan reaksi emosional.(non baku)
Setelah diperbaiki :
1) Untuk mengumpulan data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa mahasiswa.(baku)
2) Dengan menempatkan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti ujian
dengan tertib. (baku)
3) Setelah mendengar penjelasan saksi, terdakwa memperlihatkan reaksi emosional.(baku)
Kelima, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi
kejelasan keberadaan subjek.
1) Karena sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui pemnbangunan kembali los
pasar itu.(nonbaku)
2) Sejak didirikan, kami belum pernah memperbaiki rumah itu.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
1) Karena los pasar itu sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui pemnbangunan
kembali los pasar itu.(baku)
2) Sejak rumah itu didirikan, kami belum pernah memperbaikinya.(baku)
b. Kalimat baku memiliki kelogisan makna
Pertama, beberapa kalimat nonbaku dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari
segi kelogisan hubungan makna S dan P.
1) Permasalahan tersebut ingin saya tuntaskan malam ini.(non baku)
2) Pembangunan jembatan itu akan dibangun tahun ini. (non baku)
Setelah diperbaiki :
1) Saya ingin menuntaskan Permasalahan tersebut malam ini.(baku)
2) Pembangunan jembatan itu akan dilaksanakan tahun ini. (baku)
Kedua, beberapa kalimat non baku dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari
segi kelogisan makna rincian.
1) Seorang pengusaha memerlukan kecerdasan, gigih bekerja dan harus bersabar. (non baku).
2) Program studi banding ini sudah lama diusulkan, tetapi program Ketua Jurusan belum
menyetujuinya.(non baku).
Setelah diperbaiki :
1) Seorang pengusaha memerlukan kecerdasan, kegigihan, dan harus bersabar.(baku).
2) Program studi banding ini sudah lama diusulkan, tetapi belum disetujui Ketua
Jurusan.(baku).
c. Kalimat baku memiliki kehematan kata
Pertama, dalam kalimat majemuk bertingkat yang memiliki subjek yang sama, sebaiknya penulis
hanya menggunakan subjek dalam induk kalimat saja.
1) Dia tidak datang ke acara pernikahan itu karena dia tidak diundang.(non baku)
2) Sebelum surat ini dikirimkan, surat ini harus ditandatangani pimpinan lebih
dahulu.(nonbaku)
Setelah diperbaiki :
1) Dia tidak datang ke acara pernikahan itu karena tidak diundang.(baku)
2) Sebelum dikirimkan, surat ini harus ditandatangani pimpinan lebih dahulu.(baku)
Kedua, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi
penggunaan satu kata dari beberapa kata yang bersinonim.
1) Arman adalah murid yang paling terpandai di kelasnya.(non baku).
2) Para petani-petani itu sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah.(non baku).
Setelah diperbaiki :
1) Arman adalah murid yang terpandai di kelasnya.(baku).
2) Para petani itu sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah.(baku).
Ketiga, beberapa kalimat dibawah ini harus diperbaiki agar menjadi kalimat baku dari segi
penggunaan kata yang dibutuhkan untuk mengungkapkan maksud penulis.
1) Penyaji makalah itu membahas tentang sistem pemilihan legislatif yang ideal untuk masa
datang.(non baku).
2) Pakar pendidikan itu sering mengemukakan tentang penyebab rendahnya kualitas pendidikan
nasional. (non baku).
Setelah diperbaiki :
1) Penyaji makalah itu membahas sistem pemilihan legislatif yang ideal untuk masa
datang.(baku)
2) Pakar pendidikan itu sering mengemukakan penyebab rendahnya kualitas pendidikan
nasional. (baku)
d. Kalimat baku memiliki kebakuan kata
1) Jadi, pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan memanfaatkan gaya
belajar sendiri dibarengi dengan pemberian kesan yang penuh kegembiraan.(non baku)
Setelah diperbaiki :
1) Jadi, pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat dan
mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan memanfaatkan gaya
belajar sendiri diikuti dengan pemberian kesan yang penuh kegembiraan.(baku).
C.2.2 Variasi kalimat baku
a. Variasi pengutamaan informasi
1) Karena keterbatasan anggaran, pemerintah daerah hanya dapat membangun sepuluh gedung
SD dalam tahun ini.
2) Kami membutuhkan uang sebanyak dua miliar rupiah untuk pembangunan mesjid itu.
3) Untuk pembangunan mesjid itu, kami membutuhkan uang sebanyak dua milyar rupiah.
b. Variasi kalimat aktif dan pasif
1) Saya akan melaporkan masalah ini kepada rector.
2) Masalah ini akan saya laporkan kepada rector.
3) Saya akan menguraikan ciri-ciri kalimat pasif pada subbab berikut.
4) Cici-ciri kalimat pasif akan saya uraikan pada subbab berikut.
c. Variasi kalimat tunggal dan majemuk
Selain itu, variasi kalimat dapat diwujudkan dengan cara yang memvariasikan kalimat
tunggal dan majemuk. Artinya, kalimat-kalimat yang digunakan dalam ragam formal dapat
bervariasi seperti kalimat tunggal, kalimat majemuk, setara (koordinatif), dan kalimat majemuk
bertingkat (subrdinatif).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ragam bahasa formal adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam lingkungan
resmi, formal, dan kedinasan. Lingkungan kedinasan ini contohnya adalah lambaga-lembaga
pemerintahan, lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan-perusahaan lainnya.

3.2 Saran

Sebaiknya kita atau siapapun penduduk di Indonesia membiaakan diri untuk


menggunakan ragam bahasa Indonesia formal yang sesuai pada acara-acara ataupun
penyelenggaraan suatu acara yang sesuai dengan EYD .
DAFTAR PUSTAKA

Rahardi, Kunjawa. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit
Erlangga
https://www.academia.edu/9534983/MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_RAGAM_B
AHASA_

Anda mungkin juga menyukai