Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pasangan kata umum dan kata
khusus. Anda harus mempertimbangkan secara tepat penggunaan kata umum dan kata
khusus dalam penyusunan kalimat ragam formal.
3. Kata-Kata Bersinonim
Kata-kata bersinonim adalah kata-kata (bentuknya memang berbeda) yang
pada dasarnya mempunyai makna yang hampir serupa atau mirip. Oleh karena itulah,
diakui para pakar bahasa, bahwa kesinoniman kata-kata itu tidaklah bersifat mutlak.
Kata-kata bersinonim perlu dipahami, dipilih dan digunakan secara tepat
dalam kalimat ragam formal. Oleh sebab itu, walaupun bersinonim pada dasarnya kata-
kata itu berbeda konteks penggunaannya. Dalam ilmu semantikpun, dijelaskan bahwa
kata-kata yang bersinonim itu tetap memiliki perbedaan makna. Artinya, tidak ada kata-
kata yang bersinonim secara mutlak. Kata-kata yang berbeda bentuknya, diyakini berbeda
pula maknanya (lihat juga Chaer,1995:83).
Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang bersinonim adalah seperti di bawah
ini.
1. Pasangan kata baku dan kata nonbaku karena penambahan fonem adalah seperti di
bawah ini.
2. Pasangan kata baku dan kata nonbaku karena pengurangan fonem adalah seperti di
bawah ini.
3. Pasangan kata baku dan kata nonbaku karena pengubahan fonem adalah seperti di
bawah ini.
Kedua, kata baku dan kata nonbaku dapat pula dilihat berdasarkan ranah
morfologis. Maksudnya, sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata nonbaku karena
pada hasil proses morfologis terjadi pengurangan fonem atau pengubahan fonem, terjadi
pergantian afiks dan terjadi kelebihan fonem. Kedua hal itu dapat dilihat pada contoh di
bawah ini.
1. Pasangan kata baku dan kata nonbaku karena pada hasil morfologis terjadi
pengurangan fonem adalah seperti di bawah ini.
2. Pasangan kata baku dan kata nonbaku karena pada hasil morfologis terjadi
pengubahan fonem adalah seperti di bawah ini.
3. Pasangan kata baku dan kata nonbaku karena pada hasil morfologis terjadi
penggantian afiks adalah seperti di bawah ini.
4. Pasangan kata baku dan kata nonbaku karena pada hasil morfologis terjadi kelebihan
fonem adalah seperti di bawah ini.
Kata Baku Kata Nonbaku
Beracun berracun
Berakit berrakit
Beragam berragam
Beriak berriak
Berebut berrebut
Beribu berribu
Beruas berruas
Bereaksi berreaksi
Beroda berroda
Becermin bercermin
Beterbangan berterbangan
Bekerja berkerja
Bekerlip berkerlip
Beternak berternak
Pekerja perkerja
Peterjun perterjun
Peternakan perternakan
Peserta perserta
Teperdaya terperdaya
Ketiga, kata (frasa) baku dan kata (frasa) nonbaku dapat dilihat berdasarkan
ranah leksikon. Maksudnya, sebuah kata (frasa) baku kadang-kadang memiliki kata (frasa)
nonbaku yang terdapat dalam ragam percakapan. Dalam kalimat ragam formal, Anda
jangan menggunakan kata (frasa) ragam percakapan. Pasangan kata (frasa) baku dan kata
(frasa) ragam percakapan itu adalah seperti berikut ini.
Kata depan atau kata penghubung harus digunakan secara tepat dalam kalimat
ragam formal. Kata depan atau kata penghubung perlu digunakan secara tepat sesuai
denagn jenis keterangan dalam kalimat. Alwi (1998:331) mengemukakan penggunaan kata
depan atau kata penghubung sesuai fungsinya seperti di bawah ini.
a. Untuk keterangan tempat digunakan kata di, ke, dari, di, di dalam, pada
b. Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, setelah, sebelum, sesudah, selama,
sepanjang
c. Untuk keterangan alat digunakan kata dengan
d. Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi
e. Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan
f. Untuk keterangan penyerta digunakan kata dengan, bersama, beserta
g. Untuk keterangan perbandingan / kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan,
laksana
h. Untuk keterangan sebab digunakan kata karena, sebab
Penulisan kata depan (preposisi) dari yang benar (ditulis terpisah) dan penulisan
kata depan (preposisi) dari yang salah (ditulis serangkai) dapat dilihat seperti pada contoh
di bawah ini.
Dalam bahasa Indonesia, partikel per memiliki arti ‘mulai, demi, tiap’.
Penulisan partikel per ini ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Kesalahan
penulisan partikel per seperti pada contoh di bawah ini.
Selain itu, dalam bahasa Indonesia juga terdapat awalan per yang memiliki arti
‘menjadikan...’, ‘menjadikan lebih...’, atau ‘memperlakukannya sebagai...’. Penulisan
awalan per ini ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kesalahan penulisan
awalan per- adalah seperti pada contoh di bawah ini.
Dalam bahasa Indonesia, kata pun yang mempunyai arti ‘juga’ harus dituliskan
secara terpisah dengan kata yang diikutinya. Kesalahan penulisan kata pun demikian
adalah seperti pada contoh di bawah ini.
Selain itu, kata pun pada kata tertentu yakni ungkapan yang sudah padu harus
dituliskan serangkai dengan kata yang diikutinya. Kesalahan penulisan kata pun demikian
adalah seperti pada contoh di bawah ini.
Dalam bahasa Indonesia, bentuk terikat pasca ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya. Kesalahan penulisan bentuk terikat pasca seperti pada contoh di
bawah ini.
1. Struktur Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, dkk, 1998 :311). Dalam wujud lisan
(pertuturan), kalimat diucapkan dengan suara naik turundan keras lembut, disela jeda dan
diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud lisan, aklimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) atau tanda tanya (?) atau
tanda seru (!). tanda titik, tanda tanya dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir.
Kalimat yang digunakan dalam karangan ilmiah haruslah kalimat ragam
baku. Kalimat terdiri dari 2 lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna yang
dinyatakan oleh bentuk tersebut. Struktur sebauh ragam kalimat baku harus mengandung
kelengkapan unsur-unsurnya, tuntas maknanya dan berterima dari segi nilai sosial budaya
masyarakat pemakainya.
Dari segi unsur-unsurnya, sebuah kalimat disebut lengkap jika memiliki
unsur-unsur yang dibutuhkan untuk mengungkapkan pikiran penulis. Dalam kenyataan,
kalimat yang lengkap minimal memiliki dua unsur, yaitu unsur subjek dan unsur predikat.
Jadi, kalimat ragam baku minimal memiliki unsur subjek dan unsur predikat. Jika predikat
kalimatnya berupa kata kerja transitif (kata kerja yang menuntut kehadiran unsur objek),
kalimat itu harus terdiri atas 3 unsur, yakni subjek, predikat-objek). Berdasarkan makna
yang dimilki verba yang mengisi predikat, unsur keterangan juga harus disertakan dalam
sebuah kalimat.
Untuk memeriksa apakah kalimat yang ditulis memenuhi syarat kaidah
tata bahasa, seorang penulis perlu mengenal fungsi unsur kalimat (subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan ) karena kalimat yang benar harus lengkap unsur-unsurnya
(Alwi,dkk, 1998 :326).
Pertama, ciri-ciri subjek. Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting
dalam sebuah kalimat, selain unsur predikat. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut
(Sugono,1993:7-8).
a. Pada umumnya subjek berupa nomina atau frasa atau kelas kata lain yang dapat
menduduki fungsi subjek.
b. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.
c. Dapat diperluas dengan kata itu, ini.
d. Dapat diperluas dengan menggunakan frasa atau klausa dengan kata penghubung
yang.
Kedua, ciri-ciri predikat. Predikat merupakan unsur pokok yang diertai
unsur sujek dan jika ada disertai unsur objek, pelengkap dan atau keterangan wajib
disebelah kanan. Ciri-ciri predikat adalah seperti berikut (Sugono, 1993:7-8).
a. Predikat berupa verba atau frasa verbal, adjektiva atau frasa adjektival, nomina atau
frasa nominal, numeral atau frasa numeralia.
b. Merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaiman
c. Dapat disertai kata pengingkat tidak dan bukan.
d. Dapat disertai kata-kata seperti sudah, belum, akan, sedang, ingin, hendak, mau.
Ketiga, ciri-ciri objek. Objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya
dituntut oleh predikat yang berupa transitif pada kalimat aktif. Dengan kata lain, objek
hanya terdapat pada kalimat aktif transitif. Ciri-ciri objek adalah sebagai berikut (Sugono,
1993:7-8, Alwi, dkk, 1998:329)
a. Terdapat dalama kalimat transitif
b. Terletak langsung dibelakang predikat
c. Dapat menjadi subjek dan kalimat pasif
d. Tidak didahului oleh preposisi
e. Dapat diganti dengan pronomina-nya
f. Berwujud frasa nomina atau klausa
Keempat, ciri-ciri pelengkap. Pelengkap berbeda dengan objek. Pelengkap
dalam bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut ( Sugono, 1993:7, Alwi, dkk,
1998:329).
a. Berwujud nomina atau frasa nominal verba atau frasa verb, adjektiva atau frasa
adjektiva atau klausa.
b. Berada langsung dibelakang predikat jika tidak ada objek dan dibelakang objek kalau
unsur objek hadir.
c. Tidak dapat menjadi subjek akibat pemasifan kalimat.
d. Terdapat dalam kalimat yang berpredikat verba
e. Tidak dapat diganti dengan -nya kecuali dalam kombinasi perposisi selain di, ke, dari
dan akan.
Kelima, ciri-ciri keterangan. Keterangan merupakan unsur kalimat yang
memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat.
Keterangan dalam bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Sugono, 1993:7-8,
Alwi, dkk, 1998:330).
a. Memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat
b. Memiliki keleluasaan posisi (penempatan) dalam kalimat.
c. Didahului oleh kata depan sperti di, dari, pada, selama, dengan, sebab.
d. Biasanya berupa farasa preposisional.
e. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka.
3. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu pola dasar
kalimat. Artinya, dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang
diperlukan seperti diuraikan pada pola kalimat dasar sebelumnya. Namun, dalam kalimat
tunggal bisa diperluas dengan unsur tambahan (tidak wajib), seperti keterangan tempat,
waktu atau alat. Beberapa macam kalimat tunggal diuraikan berikut ini (Alwi, dkk, 1998 :
338-352).
a. Kalimat taktransitif seperti dibawah ini.
Mahasiswa itu sedang belanja.
Dosen kami belum datang.
Mereka berjalan dengan tongkat.
Kami berenang pada Minggu pagi.
Pak Ahmad akan naik haji.
4. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memilik dua klausa (dua pola
kalimat) atau lebih yang saling berhubungan. Berdasarkan sifat hubungan dua klausa atau
lebih itu, kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara (koordinatif) dan
kalimat majemuk bertingkat (subordinatif).
Jika kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan struktur kalimat yang baik, hasilnya
adalah kalimat baku berikut ini.
(1b) Permasalahan itu sudah kami rundingkan dengan rektor. (baku)
(1c) Kami sudah merundingkan permasalahan itu dengan rektor. (baku)
(3b) Penelitiannya belum diselesaikan sampai saat ini. (baku)
Kedua, beberapa kalimat yang nonbaku di bawah ini harus diperbaiki agar menjadi
kalimat baku dari segi kejelasan subjek (subjek tidak berbentuk karangan)
(4a) Agar setiap mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
(nonbaku)
(5a) Dengan cara kerja seperti itu bisa merugikan orang lain. (nonbaku)
(6a) Untuk masyarakat desa yang hidup bertani masih memerlukan bantuan tunai
langsung. (nonbaku)
(7a) Pada peresmian gedung rektorat itu dihadiri oleh Mendiknas, rektor, dekan, ketua
jurusan, dan para dosen. (nonbaku)
(8a) Tentang sistem pertanaman ganda merupakan pergiliran tanaman utama dengan
tumpang sari. (nonbaku)
(9a) Dengan penggunaan pupuk secara efisien sangat penting karena harga pupuk
terus meningkat setiap bulan. (nonbaku)
(10a) Dari hasil penelitian di laboratorium membuktikan bahwa roti ini tidak
mengandung zat pewarna tekstil. (nonbaku)
(11a) Dalam masyarakat Minangkabau masa lalu juga mengenal sistem religi.
(nonbaku)
(12a) Karena dana yang diusulkan belum cair. (nonbaku)
Jika kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan struktur kalimat yang baik, hasilnya
adalah kalimat baku berikut ini.
(4b) Setiap mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. (baku)
(5b) Cara kerja seperti itu bisa mrugikan orang lain.(baku)
(6b) Masyarakat desa yang hidup bertani masih memerlukan bantuan tunai langsung.
(baku)
(7b) Peresmian gedung rektorat itu dihadiri oleh Mendiknas, rektor, dekan, ketua
jurusan, dan para dosen. (baku)
(8b) Sistem pertanaman ganda merupakan pergiliran tanaman utama dengan tumpang
sari. (baku)
(9b) Penggunaan pupuk secara efisien sangat penting karena harga pupuk terus
meningkat setiap bulan. (baku)
Ketiga, beberapa kalimat yang nonbaku di bawah ini harus diperbaiki agar menjadi
kalimat baku dari segi kejelasan predikat (predikat tidak hilang).
(13a) Salah satu ciri logam yaitu akan memuai jika dipanaskan. (nonbaku)
(14a) wilayah yang akan dikembangkan menjadi objek wisata misalnya Gunung
Padang. (nonbaku)
Jika kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan struktur kalimat yang baik, hasilnya
adalah kalimat baku berikut ini.
(13b) Salah satu ciri logam adalah akan memuai jika dipanaskan, (baku)
Keempat, beberapa kalimat yang nonbaku di bawah ini harus diperbaiki agar menjadi
kalimat baku dari segi kejelasan keterangan (keterangan tidak berbentuk subjek).
(15a) Pengumpulan data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa mahasiswa.
(nonbaku)
(16a) Penempatan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa mengikuti ujian
dengan tertib. (nonbaku)
(17a) Mendengar penjelasan saksi, terdakwa memperlihatkan reaksi emosional.
(nonbaku)
Jika kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan struktur kalimat yang baik, hasilnya
adalah kalimat baku berikut ini.
(15b) Untuk mengumpulkan data penelitian ini, penulis dibantu oleh beberapa
mahasiswa. (baku)
(16b) Dengan menempatkan pengawas independen di setiap sekolah, para siswa
mengikuti ujian dengan tertib. (baku)
Kelima, beberapa kalimat yang nonbaku di bawah ini harus diperbaiki agar menjadi
kalimat baku dari segi keberadaan subjek (subjek tdiak hilang).
(18a) Karena sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui pembangunan
kembali los pasar itu. (nonbaku)
(19a) Sejak didirikan, kami belum pernah memperbaiki rumah itu. (nonbaku)
Jika kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan struktur kalimat yang baik, hasilnya
adalah kalimat baku seperti ini.
(18b) Karena los pasar itu sering kebakaran, pihak pemerintah tidak menyetujui
pembangunan kembali los pasar itu. (baku)
Ketiga, beberapa kalimat yang nonbaku dibawah ini harus diperbaiki agar
menjadi kalimat baku dari segi penggunaan kata yang dibutuhkan untuk
mengungkapkan maksud penulis. Hal ini seperti di dalam contoh berikut ini.
(40a) Penyaji makalah itu membahas tentang sistem pemilihan legislatif yang
ideal untuk masa datang. (nonbaku)
(41a) Pakar pendidikan itu sering mengemukakan tentang penyebab rendahnya
kualitas pendidikan nasional. (nonbaku)
Jika kalimat di atas diperbaiki sesuai dengan kebakuan kata, hasilnya adalah kalimat
baku berikut ini.
(42b) Jadi, pendekatan akselerasi yang dimaksud di sini adalah proses mempercepat
dan mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan upaya yang normal dengan
memanfaatkan gaya belajar sendiri diikuti dengan pemberian kesan yang penuh
kegembiraan. (baku)