Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pemahaman umum, bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi.
Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya.
Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti penulis, pembaca, pokok
pembicaraan, dan sarana.
Di dunia ini diciptakan Manusia dan binatang keduanya memiliki pengetahuan.
Pengetahuan ini digunakan untuk membedakan baik dan buruk, hitam dan putih.. Senantiasa
pengetahuan ini dikembangkan menurut permasalahan hidupnnya. Manusia lain dengan
binatang, binaang menggunakan pengetahuannya hanya untuk bertahan hidup. Binatang dibekali
pengetahuan untuk mengenali predator yang mengintai dirinya dan mengambil tindakan untuk
melindungi diri. Akan tetapi, pengetahuan binatang tersebut tidak mampu mereka kembangkan.
Jadi, pengetahuan binatang hanya digunakan untuk bertahan hidup.
Ada dua penyebab manusia mampu mengembangkan pengetahuannya. Pertama ialah
karena manusia memiliki bahasa. Bahasa ini berguna dalam melakukan pengomunikasian
informasi dan jalan pikiran yang melandasi informasi tersebut. Kedua adalah adanya kemampuan
manusia dalam berpikir berdasarkan suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cara berpikir inilah
yang disebut dengan penalaran.
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem
perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah
yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.
Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis
yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku,
bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan
nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Pada tahun 1928 bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun
tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini dicetuskan melalui sumpah
pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa
Indonesia diakui secara Yuridis.

Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan paragraf dalam Bahasa Indonesia?
2. Apakah yang dimaksud dengan kalimat dalam Bahasa Indonesia?
3. Apakah yang dimaksud dengan diksi atau pilihan kata dalam Bahasa Indonesia?

Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan paragraf dalam Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat dalam Bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan diksi atau pilihan kata dalam Bahasa
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pilihan Kata atau Diksi

Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak
kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus
dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih
dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata,
komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro
1998:290).

1.1 Kata-kata denotatif dan konotatif


1.1.1 Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas
untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang
denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Contoh kata denotatif :
 Membicarakan
 Memperlihatkan
 Penonton
1.1.2 Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat
sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh kata konotatif :
 Membahas, mengkaji
 Menelaah, meneliti, menyelidiki
 Pemirsa, pemerhati

1.2 Kata umum dan kata khusus


1.2.1 Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari
kata yang lain.
1.2.2      Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit
dari kata yang lain.
Contoh kata umum dan kata khusus
Kata umum Kata khusus
- Ikan - Gurame, Lele, Sepat, Tuna, dll.
- Bunga - Mawar, Melati, Anggrek, dan Dahlia
1.3 Kata makna bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya
memiliki makna yang hampir mirip atau serupa. Dalam penggunaan kata besinonim harus
memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam formal. Karena meskipun bersinonim pada
dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya.

Contoh kata bersinonim :


- Cerdas = Cerdik, Hebat, Pintar.
- Besar = Agung, Raya
- Mati = Mangkat, Wafat, Meninggal
- Ilmu = Pengetahuan
- Penelitian = Penyelidikan

1.4       Kata baku dan non-baku


Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah seperti :
1.4.1 Ranah finologis
Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :
 Penambahan fonem
Kata baku Kata non baku
Imbau Himbau
Andal Handal
Utang Hutang

 Pengurangan fonem
Kata baku Kata non-baku
Terap Trap
Terampil Trampil
Tetapi Tapi
Tidak Tak

 Pengubahan fonem
Kata baku Kata non-baku
Telur Telor
Ubah Obah
Tampak Nampak
1.5 Homonim, Homofon, Homograf
1.5.1 Homonim
Homo artinya sama, nym berarti nama, jadi homonim adalah sama nama, sama
bunyi tetapi beda makna,
contoh : bandar sama dengan pelabuhan, dan dan pemegang uang dalam
perjudian.
1.5.2 Homofon
Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna
contoh :
Bank : tempat menyimpan uang
Bang : panggilan untuk kakak laki-laki
1.5.3 Homograf
Sama tulisan, berbeda bunyi dan berbeda makna,
contoh :
Amir suka makan apel
Para siswa sedang melakukan apel

1.6 Kata abstrak dan kata konkrit


Kata abstrak berupa konsep
Contoh : kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan

Kata kponkrit berupa objek yang dapat diamati


Contoh : angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan
hingga sembilan persen. Membicarakan membahas, mengkaji.

1.7 Penentuan batas kata


Dalam ilmu linguistik barat ada minimal lima cara dalam menentukan batas-batas
kata:
1.7.1 Pada jeda
Seorang pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan
secara pelan, diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang
pembicara maka akan cenderung memasukkan jeda pada batas-batas
kata. Namun metoda ini tidaklah sempurna: sang pembicara bisa dengan
mudah memilah-milah kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata.
1.7.2 Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara
keras dan lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah
beberapa kata.
1.7.3 Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata
adalah leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
1.7.4 Batas fonetis
Beberapa bahasa mempunyai aturan pelafazan khusus yang membuatnya
mudah ditinjau di mana batas kata sejatinya. Misalnya, di bahasa yang
secara teratur menjatuhkan tekanan pada suku-kata terakhir, maka batas
kata mungkin jatuh setelah masing-masing suku-kata yang diberi
tekanan. Contoh lain bisa didengarkan pada bahasa yang mempunyai
harmoni vokal (seperti bahasa Turki): vokal dalam sebagian kata
memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu batas kata mungkin terjadi
setiap kali kualitas huruf hidup berganti. Tetapi, tidak semua bahasa
mempunyai peraturan fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun iya, pada
bahasa ini ada pula perkecualiannya.
1.7.5 Satuan semantik
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini,
metode ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan
semantiknya yang paling kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang
mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan peran yang lebih
gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.

2. Kalimat
Pengertiaan kalimat atau definisi kalimat memang bermacam-macam. Para ahli bahasa
pun memiliki beragam definisi atau pengertian yang sama. Namun dapat kita pahami definisi
atau pengertiaan kalimat memiliki maksud yang sama.
Ahli tata bahasa dalam buku chear(1994:240) berbicara seputar kalimat bahwa kalimat
adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap.
tapi lebih terprinci lagi dapat diartikan sebagai berikut :
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu
pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan
fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat
tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini
adalah contoh kalimat secara umum :
– Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.
– Pergi!
– Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.
– The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah.

2.1 Unsur-unsur Kalimat

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat
akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur kalimat antara lain:
2.1.1 Subjek
Subjek adalah unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam suatu
kalimat. Ciri-ciri subjek :
- Berupa kata benda atau frase bendaan
- Disertai kata ini, itu, dan tersebut 
- Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
- Didahului kata bahwa
- Mempunyai keterangan pewatas yang
- Tidak didahului preposisi

Contoh :
Hendra anak yang nakal.
Anak kecil itu sedang menggambar.

2.1.2 Predikat
Predikat adalah sebagai unsur kata kerja. Ciri-ciri predikat :
- Dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, atau kata depan
- Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
- Disertai kata adalah atau merupakan
- Dapat diingkari
- Disertai kata keterangan aspek atau modalitas
- Dapat didahului kata yang
Contoh :
Adik membaca komik.
Tika belajar bahasa Indonesia.

2.1.3 Objek
Objek adalah unsur yang dikenai kerja oleh subjek. Predikat yang berupa verba
intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba
transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek :
- Dapat menjadi subjek kalimat pasif
- Langsung dibelakang predikat
- Didahului kata bahwa

Contoh :
Ayah pergi ke kantor.
Hendra sibuk merapihkan rambut.

2.1.4 Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat
ini :
- Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
- Menempati posisi di belakang predikat.
- Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang
menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Ciri-ciri pelengkap :
- Dibelakang predikat
- Tidak didahului preposisi
Contoh :
Ibu mengirimi saya uang saku.
Ayah membelikan adik baju baru. 

2.1.5 Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Ciri-ciri keterangan :
Bukan unsur utama
Tidak terikat posisi

Jenis-jenis keterangan :
Keterangan tempat : Mereka akan berlibur ke Hawai.
Keterangan alat : Tukang kayu memotong kayu dengan gergaji.
Keterangan waktu : Saya mengerjakan tugas pukul 7 malam.
Keterangan tujuan : Bayi harus minum susu supaya sehat.
Keterangan penyerta : Ayah pergi ke pesta bersama ibu.
Keterangan cara : Perhatikan gambar ini dengan seksama.
Keterangan similatif : Ibu Reni berbicara di rapat sebagai manajer
Keterangan sebab : Pengemis tidak kaya karena malas bekerja.

2.2 Jenis Kalimat


Berikut ini adalah jenis-jenis kalimat yang dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok.

2.2.1  Berdasarkan Pengucapan

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

- Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan


orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan
bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai
dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat
perintah.

Contoh:

 Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”


 “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.

- Kalimat Tak Langsung

Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan


atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda
petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:

 Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
 Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.

2.2.2 Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

- Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri
dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar
sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-
kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

*  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)

Contoh:   Victoria bernyanyi

.                   S           P

* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)

Contoh:   Ika sangat rajin

.               S          P

* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)

Contoh:  Masalahnya seribu satu.

.                    S            P

Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

 Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.

Contoh :  Saya siswa kelas VI.

 Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.


Contoh :  Adik bernyanyi.

- Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat
dibedakan atas  3 jenis, yaitu:

 Kalimat Majemuk Setara (KMS)

Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap
kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa bagian, yaitu:

* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh
kata dan atau serta.

Contoh:

–  Kami mencari bahan dan mereka meramunya.

–  Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.

* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi,
sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan
pertentangan.

Contoh:

–  Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang


sudah maju.

–  Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.

* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata
atau.

Contoh:

–  Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.

–  Aku atau dia yang akan kamu pilih.

* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata
bahkan.
Contoh:

–  Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.

–  Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.

 Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)

Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu
suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan
yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti
gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah
kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).

Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat


majemuk bertingkat, yaitu:

1. Waktu : ketika, sejak

2.  Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu

3.  Akibat: hingga, sehingga, maka

4.  Syarat: jika, asalkan, apabila

5.  Perlawanan: meskipun, walaupun

6.  Pengandaian: andaikata, seandainya

7.  Tujuan: agar, supaya, untukbiar

8.  Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah

9.  Pembatasan: kecuali, selain

10.  Alat: dengan+ katabenda:  dengan tongkat

11.  Kesertaan: dengan+ orang

Contoh:

–  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih
dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.

 Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan


kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.

Contoh:

–   Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

KMS:  Kami berhenti dan langsung pulang.

KMC:  Kami berhenti karena hari sudah malam.

–  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

KMS:  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.

KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

2.2.3  Berdasarkan Isi atau Fungsinya

Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

 Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada


orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan
tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat
perintah ditandai dengan intonasi tinggi.

Macam-macam kalimat perintah :

* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.

Contoh : Gantilah bajumu !

* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.

Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !


* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.

Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !

 Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam


penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya
dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk
memberikan tanggapan.

Macam-macam kalimat berita :

* Kalimat berita kepastian

Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.

* Kalimat berita pengingkaran

Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.

* Kalimat berita kesangsian

Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.

* Kalmat berita bentuk lainnya

Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

 Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu


informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan
tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi
menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa,
kapan.

Contoh:

–  Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?

–  Kapan Becks kembali ke Inggris?

 Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan
perasaan ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai
dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!)
atau tanda titik (.) dalam penulisannya.

Contoh:

–  Aduh! pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

–  Bukan main, eloknya.

2.2.4 Berdasarkan Unsur Kalimat

Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:

 Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu


buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat
lengkap.

Contoh :

–   Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.

.           S               P                  K

–   Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.

.     S            P                              O

 Kalimat Tidak Lengkap

Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja.
Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan,
ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.

Contoh:

– Selamat sore

– Silakan Masuk!
– Kapan menikah?

– Hei, Kawan…

2.2.5 Berdasarkan Subjeknya

Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

 Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subyeknya melakukan atau melaksanakan


pekerjaan. Kalimat aktif disebut juga kalimat tindak atau kalimat subyek. Jadi
dalam kalimat aktif unsur subyeknya menjadi pelaku perbuatan dan unsur
predikatnya menyatakan perbuatan.
Ciri-ciri kalimat aktif:
- Subyeknya melakukan pekerjaan
- Predikatnya berupa kata kerja berawalan me- , ber-, dan memper-i  serta
memper-kan beserta variasinya atau kata kerja  aus. (kata kerja yang tidak
memerlukan Objek)

Contoh kalimat aktif:

–  Mereka akan berangkat besok pagi.

–  Kakak membantu ibu di dapur.

Jenis Kalimat Aktif


- Kalimat Aktif Transitif
      Kalimat aktif yang langsung dapat diikuti oleh obyek penderita.
      Contoh :
                        Adik  membeli  buku.
                          S         P           O

- Kalimat Aktif Instransitif


       Kalimat aktif yang predikatnya tidak diikuti oleh obyek.
      Contoh :
 Anak itu  menangis.
      S            P 

 Indonesia berdasarkan Pancasila.


       S            P         Pel.

 Ayah  makan  nasi .


   S       P          K
 Kalimat Pasif

Kalimat pasif  adalah kalimat yang subyeknya dikenai pekerjaan. Kalimat


pasif disebut juga kalimat tanggap atau kalimat obyek. Jadi dalam kalimat
pasif unsur subyeknya menderita dari perbuatan yang tersebut dalam unsur
predikatnya.

Ciri-ciri kalimat pasif:


- Subyek kalimat dikenai  tindakan atau perbuatan yang dinyatakan predikat.
- Predikat kalimat pasif berupa kata kerja yang berimbuhan di- , di-kan, ter-
kan, ke-, ter- atau kata kerja bentuk persona.

Contoh :
a.    Buku itu telah dibaca oleh adik.   ( Pasif )
   S                P                     O

Adik telah membaca buku itu. ( Aktif )

b.    Majalah itu  telah  saya baca  kemarin. ( Pasif )


      S                      O     P         K

Saya telah membaca majalah itu kemarin.  ( Aktif )

Jenis Kalimat Pasif:

- Kalimat pasif transitif adalah kalimat pasif yang memiliki objek.

o Jambu dilempar Tono.


o Ikan mas dimasak Bu Susi.
o Ayam dipukul Udin.
o Novel dibaca Andi di kamar.
o Baju yang bersih telah disetrika Ibu.
o Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
o Buku itu sudah kubeli.
o Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
o Makalah ini harus kami tulis kembali.
o Pak Lurah dimintai pertanggung jawaban oleh Pak Camat.
o Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
o Bunga anggrek hitam itu terinjak si Anita.

- Kalimat pasif intransitif adalah kalimat pasif yang tidak memiliki objek.
o Buku dibeli.
o Mobil sedang dicuci.
o Mobil itu kemarin tertabrak.
o Topi itu terlempar ke sungai.

3 Paragraf
Secara umum, paragraf merupakan suatu gabungan beberapa kalimat yang padu. Kalimat
yang padu berisi subjek, predikat, objek dan keterangan dalam suatu paragraf. Terdapat beberapa
sumber yang mendefinisikan pengertian paragraf, misalnya paragraf berasal dari bahasa Yunani
“Paragraphos” yang berarti menulis kesamping/tertulis kesamping. Maksud dari menulis
kesamping/tertulis kesamping yaitu bentuk tulisan yang mengarah kesamping, baik yang
mengarah ke kanan maupun kekiri. Contoh nyata dari penulisan tersebut yaitu dalam penulisan
huruf Arab dan Latin. Selain itu, paragraf juga berasal dari bahasa Inggris “paragraph” yang
berarti alenia. Alenia bisa diartikan sebagai baris yang berisi tulisan yang mengarah kedalam.
Berdasarkan berapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan suatu unit
dari karya tulis yang memiliki kata dan kalimat yang tersusun serta mempunyai kalimat pokok
dan kalimat penjelas. Kalimat pokok merupakan kalimat yang menjadi inti dan menjelakan
mengenai apa yang dimaksudkan. Sedangkan kalimat penjelas merupakan kalimat yang
menjelaskan mengenai inti/poin utama dari kalimat tersebut.

Pada dasarnya terdapat dua tujuan penulisan paragraf, yaitu sebagai media untuk
memudahkan pemahaman mengenai maksud tulisan, serta untuk penegasan dan memisahkan
penggunaan kalimat yang efektif, misalnya dalam pemberhentian kalimat. 

      Paragraf yang merupakan gabungan dari beberapa kata dan kalimat mempunyai beberapa
ciri atau karakteristik, misalnya sebagai berikut:

- Terdiri atas kalimat utama dan kalimat penjelas


- Menjorok kedalam dan berbentuk baris
- Adanya kesatuan dan keterkaitan antara kalimat pokok dan kalimat penjelas
- Terdapat keterpaduan mengenai maksud dan tujuan yang menjelaskan satu makna
3.1 Pola pengembangan paragraf
 Pola umum-khusus (deduktif)
Diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum. Ditandai dengan kata-kata
‘umumnya’, ‘banyak’. Pernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan pernyataan
berikutnya yang lebih khusus.
 Pola khusus-umum (induktif)
Merupakan kebalikan dari pola deduktif.
 Pola definisi luas
Definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah usaha penulis untuk
memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau hal. Penulis dapat
mengemukakan hal yang berupa definisi formal, definisi dengan contoh dan
keterangan lain yang bersifat menjelaskan arti dari sutau kata.
 Pola proses
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk  menciptakan
atau menghasilkan suatu peristiwa.
 Pola kausalitas (sebab-akibat; akibat sebab)
Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat
sebagai rincian pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut bias juga
terbalik. Akibat dapat berperan sebagai gagasan utama, sedangkan sebab menjadi
rincian pengembangannya.

 Pola ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi atau contoh-contoh
yang nyata. Ilustrasi tersebut dipakai untuk menjelaskan maksud penulis.
 Pola pertentangan atau perbandingan

Pola ini digunakan ketika membahas dua hal berdasarkan persamaan dan
perbedaannya.

 Pola analisis

Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau agagsan yang umum ke
dalam perincian yang lebih logis. Dalam pola ini ada bagian yang dianalisis yang
terletak di awal paragraf dan
 Pola klasifikasi

Merupakan sebuah proses untuk mengelompokkan hal atau peistiwa atau


benda yang dianggap punya kesamaan-kesamaan tertentu.

 Pola seleksi

Penggambaran objek tidak dilakukan secara utuh, tetapi dipilih secara


perbagian berdasarkan fungsi, kondisi, atau bentuk.

 Pola sudut pandang atau titik pandang

Merupakan tempat pengarang melihat atau menceritakan suatu hal. Sudut


pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu barang. Misalnya dari
samping, dari atas, atau dari bawah. Sebagai orang pertama, orang kedua, atau
orang ketiga.

 Pola dramatis

Dalam pola ini cerita tidak disampaikan secara langsung, tetapi dikemukakan
melalui dialog-dialog. Hal yang membedakannya dengan pola sudut pandang
adalah cara penyampaiannya.

3.2 Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama: Deduktif, Induktif,


Campuran, Ineratif dan Deskriptif/Naratif/Menyebar

3.2.1 Paragraf Deduktif 


Paragraf Deduktif  adalah Paragraf yang diawali dengan hal-hal yang bersifat
umum dan diperjelas dengan hal-hal yang bersifat  khusus. Pada paragraf deduktif
kalimat utamanya berada di awal paragraph
Contoh:
Pada masa sekarang ini banyak rumah sakit dibangun, baik itu rumah sakit negeri
maupun swasta. Semarak berdirinya rumah sakit tersebut diperkirakan karena adanya izin
pendirian rumah sakit yang relatif mudah. Rumah sakit negeri di daerah tertinggal
mempunyai jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan swasta. Hal tersebut dapat
dinalar karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi, misalnya faktor finansial, sosial,
asal-muasal adanya dokter, dan masih banyak lagi.

3.2.2 Paragraf Induktif 


Paragraf Induktif  adalah paragraf yang dikembangkan mulai dengan hal-hal yang
khusus  ke hal-hal yang umum. Paragraf induktif kalimat utamanya berada di akhir
paragraf.
Contoh:
Di sebagian besar daerah pedesaan secara menyebar didirikan tempat pendidikan
yang berupa sekolah dasar. Meningkat, di kota kecamatan, pemerintah mengusahakan
berdirinya sekolah menengah tingkat pertama atau bahkan sebagian berdiri pula sekolah
menengah atas. Pada tingkat kabupaten, terutama kabupaten yang sudah maju,
bermunculan perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri. Selain tempat pendidikan
formal yang sudah disebutkan itu, menjamur pula tempat pendidikan nonformal,
misalnya: tempat pelatihan komputer, kursus menyablon, kursus memasak, potong
rambut, bengkel mobil, pertanian, dan kerajinan. Jadi, anak sekarang seharusnya tidak
mengalami kesulitan lagi memilih tempat pendidikan di negeri ini. Anak tinggal
menentukan tempat berpendidikan dengan menyesuaikan kesenangan dan
kemampuannya.

3.2.3 Paragraf Campuran


Paragraf Campuran adalah Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
persoalan pokok atau kalimat pokok kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan
diakhiri dengan kalimat pokok. merupakan paragraf yang dikembangkan dengan
meletakan kalimat utama pada awal dan akhir paragraf berupa paragraf deduktif - induktif
(campuran).
Contoh:
Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Dengan buku orang bisa
mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa mendapat hiburan
dan menambah pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan
manusia.

3.2.4 Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar 


Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar  adalah Paragraf yang tidak memiliki
kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada
kalimat-kalimat penjelas.
Contoh:
Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga
menjadi sangat indah diterpa sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna
terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin pun semilir terasa menyejukkan
hati.

3.2.5 Paragraf Ineratif


Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah
bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)
Contoh:
Seminggu menjelang hari raya Idul Fitri, kebutuhan masyarakat semakin
meningkat. Mulai dari harga makanan pokok hingga sandang. Masyarakat khawatir jika
tidak mempersiapkan kebutuhan hari raya dari sekarang, stok kebutuhan menjelang hari
raya semakin sedikit. Seriring meningkatnya kebutuhan orang banyak, rupanya
kekhawatiran masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang untuk meningkatkan
harga kebutuhan pokok. Karena perbuatan pedagang yang seperti ini, terpaksa
masyarakat harus membeli dengan harga tinggi.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai