Anda di halaman 1dari 13

0

MEMBACA BAHASA DAN MEMBACA SASTRA

MAKALAH
PENGANTAR KETERAMPILAN MEMBACA

Oleh
KELOMPOK 5

RAHMANIA AZZAHRA NPM 2121031


DELVY SHEILA ROSIANI NPM 2121012
NIA FITRIYASARI NPM 2121032
AGUS SETIAWAN NPM 2121007

Dosen Pengampu
ERWANTO, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2021
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar membaca adalah salah satu dasar utama dalam bahasa. Hal ini
diharapkan dengan membaca sastra dapat menumbuhkan minat baca dan mampu
mengembangkan kemampuan berbahasa.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa dari bangsa kita yang sudah dipakai
oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala sebelum Belanda menjajah Indonesia,
namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar,
salah satunyapada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai
dengan ejaan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan
tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia dan bisa
diterapkan dengan baik sehingga identitas kita sebagai warga negara Indonesia
tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari tidak hanya oleh kalangan pelajar dan
mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajarinya. Dalam
bahasa Indonesia ada yang disebut ragam bahasa dimana ragam bahasa yaitu
variasi bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa
lisan ada juga ragam bahasa tulisan, namun disini yang lebih ditekankan yaitu
ragam bahasa lisan, dikarenakan benyak digunakan oleh kehidupan sehari-hari.
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting
didalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan
sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Oleh
karena itu, kita harus mempelajari ilmu pendidikan tentang bahasa dan sastra
Indonesia. Agar kita dapat belajar dan mengetahui bagaimana cara kita
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, penulis merumuskan rumusan
masalah berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan membaca bahasa?
2. Apa yang dimaksud dengan membaca sastra?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
pembahasan dalam makalah adalah sebagai berikt:
1. Untuk megetahui pengertian membaca bahasa
2. Untuk megetahui pengertian membaca sastra
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Membaca Bahasa
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat
sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Tujuan utama membaca bahasa adalah:
1) Memperbesar daya kata (increasing word power).
2) Mengembangkan kosa kata (developing vocabulary).
Setiap orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Yang pertama
digunakan dalam berbicara dan menulis. Yang kedua digunakan dalam membaca
dan menyimak.
I. Memperbesar daya kata
Kegiatan membaca bahasa demi memperbesar daya kata, ada beberapa hal
yang harus kita ketahui, yaitu:
a. Ragam-ragam bahasa
Ragam bahasa dapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu:
Bahasa formal atau bahasa resmi, yaitu bahasa yang dipakai pada saat
resmi, misalnya pidato kenegaraan dan tajuk rencana di koran terkenal.
Bahasa informal atau bahasa tidak resmi, yaitu bahasa yang dipakai pada
situasi yang tidak resmi, misalnya bahasa yang kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Bahasa percakapan atau colloquial language, yaitu bahasa yang umum
dipakai dalam percakapan atau bahasa yang dipakai semenjak kecil.
Bahasa kasar atau vulgar language, yaitu bahasa yang tidak baku atau
bahasa orang yang buta huruf. Vulgar mengarah kepada ketidaksenonohan yang
kasar.
Bahasa slang, yaitu bahasa yang ditujukan pada kelompok-kelompok
khusus serta terbatas.
4

Bahasa teknis atau technical language, yaitu bahasa yang pada profesi
tertentu, seperti dokter, hakim, dan insinyur.
b. Mempelajari makna kata dari konteks
Untuk memiliki kosa kata yang efektif, kita harus membuat suatu upaya
untuk memperoleh kata yang baru untuk menempati wadah kata-kata yang harus
kita buang. Ada dua cara, yaitu melalui pengalaman dan melalui membaca.
Makna kata dapat kita pelajari melalui pengalaman. Semakin banyak
pengalaman yang kita miliki, maka semakin banyak pulalah kosakata kita. Kosa
kata ini dapat kita peroleh dari tempat-tempat baru yang kita kunjungi, tugas-tugas
baru yang kita kerjakan, teman setra kenalan baru yang kita paroleh, semua itu
membantu kita untuk memperluas dan memperkaya kosa kata kita.
Yang kedua adalah mempelajari makna kata dari bacaan. Cara yang
terbaik untuk memperoleh kata-kata baru adalah melalui bacaan yang kita baca.
Secara tidak langsung sadar atau tidak sadar kita membaca sepanjang waktu,
seperti membaca novel, buku pegangan, cerita pendek, membaca tanda-tanda,
iklan dalam bus, di toko, di jalan, membaca cerita berita, artikel, majalah, dan
data-data olahraga. Kita dapa membaca aneka ragam hal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Bagian-bagian kata
Sebagai tambahan dalam penggunaan petunjuk-petunjuk konteks
menentukan makna suatu kata baru, kita dapat memperhitungkan maknanya dari
pengetahuan mengenai bagian-bagian kata. Banyak, tetapi tidak semua, kata yang
terdiri atas bagian-bagian berikut ini:
I. Prefiks (atau awalan)
II. Root (akar atau dasar kata)
III. Suffiks (atau akhiran)
IV. Infiks (atau sisipan).

d. Penggunaan kamus
Buku sumber terbesar dari segalanya, yaitu kamus,dalam pengembangan
suatu kosa kata yang ekstensif. Kamus adalah rekaman kata-kata yang
5

membangun sesuatu bahasa. Sedangkan bahasa adalah suatu yang hidup, tumbuh,
berkembang, dan berubah. Oleh karena itu, kalau ingin mengetahui kata-kata yang
dipergunakan oleh para pembicara dan penulis terkenal dalam suatu Negara, maka
kamus lah yang merupakan rekaman yang terbaik, catatan atau dokumen yang
terbaik. Dari kamus kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata.
e. Aneka makna
Kita tahu bahwa kamus adalah suatu sumber yang penting bagi
pemerolehan kata-kata baru. Namun masi ada sumber daya kata tersembunyi
lainnya, yaitu telaah makna-makna varian yang beraneka ragam.
Kita harus paham tentang hamonim yaitu kata yang sama bentuk
bunyinya, tetapi berbeda makna.
Contoh:
Tanjung I “sejenis bunga”
Tanjung II “tanah yang menjorok ke laut”.
Penggunaan kata yang tepat, yaitu kata yang benar-benar sesuai dalam
kalimat, menuntut kecermatan yang bijaksana dari pembaca. Waktu tambahan
yang digunakan untuk mencari kata yang tepat dan terasa dalam sesuatu konteks
akan memegang peran penting padapenggunaan bahasa yang lebih efektif.
f. Idiom
Kelompok kata-kata disebut idiom. Idiom adalah kelompok kata-kata yang
mengandung makna khusus. Idiom merupakan ekspresi yang tidak dapat
dimengerti dari makna terpisah, makna sendiri-sendiri dalam kelompok itu. Kata-
kata itu harus di perlakukan “sebagai suatu keseluruhan”.
Buah tangan “oleh-oleh”
Buah pikiran “pendapat”
Buah hati “kekasih”
g. Sinonim dan antonim
Kita perlu mengetahui cara menggunakan sinonim dan antonim dalam
berbicara dan mrnulis, dan memahaminya dalam kegiatan membaca.
Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna umum yang sama atau
bersamaan, tetapi berbeda dalam notasi atau nilai kata.
6

Mati “meninggal dunia


“wafat”
“mampus”
“menutup mata untuk selama-lamanya”
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya (Albert [et al];
1961a: 81).
Contoh antonim:
Kaya – miskin
Pintar – tolol
Cantik – jelek.
h. Konotasi
Konotasi atau nilai kata ini cenderung menyentuh hati kita secara
mendalam dan membangkitkan arus-arus dalam yang terpendam yang kadang
mempesona kita dengan kejutan. Konotasi suatu kata adalah asosiasi yang
ditimbulkannya dalam hati kita.Tidak semua kata memiliki daya-daya konotatif;
misalnya artikel, konjungsi, preposisi.
Secara umum terdapat dua jenis konotasi, yaitu konotasi pribadi (atau
personal connotations) dan konotasi umum (atau general connotations). Konotasi
pribadi adalah hasil dari pengalaman pribadi seseorang. Konotasi umum adalah
hasil dari pengalaman orang-orang sebagai suatu kelompok sosial. Semua
konotasi berakar pada konotasi pribadi. (Montgomery & Sutherland; 1962: 9-11).
Setiap kata mempunyai arti pusat dan arti tambahan; mempunyai denotasi
dan konotasi. Denotasi mengacu pada batasan harfiah pada sesuatu kata, kepada
makna yang disepakati oleh kebanyakan orang.

i. Derivasi kata
Telaah mengenai asal usul kata atau derivasi kata, bukan hanya merupakan
sesuatu yang bermanfaat tetapi juga sangat menarik hati. Jika ingin memperkaya
kosa kata kita serta meningkatan daya kata maka pengetahuan mengenai derivasi
atau asal usul kata sangat penting.
7

II. Mengembangkan kosa kata kritik


Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik, perlu kita ketahui
beberapa hal, yaitu:
a) Bahasa kritik sastra
Ada dua fakta yang sangat penting mengenai kata-kata:
i. Kebanyakan kata dalam pemakaian umum mengandung lebih dari
satu makna.
ii. Kita tidak akan pernah memperoleh segala makna dari sesuatu kata
dalam setiap pertemuan dengannya.
b) Memetik makna dari konteks
Contoh:
(i) Anak itu semenjak lahir sudah bisu. (bisu “tidak dapat bicara”).
(ii) Waktu ditanya oleh polisi , pencuri itu bisu seribu kata (bisu “diam”).
(iii) Lebih baik membisukan diri daripada mengucapkan kata-kata makian.
(membisukan diri “menahan diri”; berdiam berdiam diri”).

Ketiga kalimat diatas mengilustrasikan kenyataan bahwa ragam-ragam


makna dalam suatu kata tidak pernah tercerminkan dalam satu bagian tertentu.
Baiklah kita singgung dulu tiga jenis makna, yaitu:
1. Makna yang bersifat menunjukkan (designative meaning) adalah jumlah
karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kalau kata itu diterapkan
padanya.
2. Makna konotatif (connotative meaning) adalah segala sesuatu yang disarankan ,
yang diajurkan oleh kata itu.
3. Makna denotatife (denotative meaning) adalah sesuatu atau segala sesuatu yang
dapat di terapi oleh kata tersebut.
c) Petunjuk-petunjuk konteks
Secara garis besar, terdapat lima cara konteks
mencerminkan makna, yaitu:
I. Definisi atau batasan. Metode yang paling jelas dan langsung
mencerminkan makna adalah dengan batasan atau definisi pada saat itu juga.
8

II. Uraian baru (atau restatement). Kadang-kadang seseorang penulis


menjelaskan suatu istilah atau frase dengan suatu uraian baru.
III. Mempergunakan pengubah (modifier) dalam suatu frase atau klausa
pengubah, seorang penulis memperkenalkan makna suatu istilah.
IV. Mempergunakan kontras. Seorang penulis membuat suatu kontras yang
bertujuan untuk mempermudahkan pembaca untuk menguraikan serta menangkap
makna sesuatu kata baru.

B. Membaca Sastra
Menurut Tarigan suatu karya sastra dapat dikatakan indah apabila baik dari
segi bentuknya maupun dari segi isinya terdapat keserasian,keharmonisan yang
satu dengan yang lainnya. Apabila seseorang dapat mengerti seluk-beluk bahasa
dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta
menikmati keindahannya.
2.2. Norma-norma Membaca Sastra
Agar suatu karya tersubut dapat dikatakan indah maka diperlukan norma-norma
yang harus dipatuhi. Norma-norma tersebut sebagai berikut:
1) Norma-norma estetis
Apresiasi terhadap suatu karya sastra bukan saja sikap intelek manusia saja
tetapi juga spirit serta emosi diri sendiri atau norma-norma tersebut dapat
membantu kita dalam menentukan kualitas-kualitas yang membuatnya menjadi
suatu karya sastra yang bermanfaat serta dapat menarik perhatian.
Suatu karya sastra dikatakan dapat memenuhi tuntutan estetis kalau karya
sastra itu:
a). Karya itu dapat menghidupkan ilmu pengetahuan kita.
b). Karya itu dapat membuat kita dapat hidup lebih lama dan kaya akan
pengetahuan.
c). Karya itu membaca kita untuk lebih akrab dengan kebudayaan.
9

2) Norma-norma sastra
Karya-karya kreatif agung dunia mengandung kualitas tertentu. Suatu karya
kreatif dapat dianggap dan diakui sebagai suatu karya seni kalau:
a). Karya itu membuat kita merealisasi beberapa kebenaran mengenai dunia
sekitar kita.
b). Karya itu bebas dan tidak terikat pada waktu dan tempat.
c). Karya itu memberikan sumbangan pada kenikmatan kita.
d). Karya itu merupakan suatu yang indah.

3) Norma-norma moral
Suatu karya menampilkan tokoh yang bermoral sangat menusuk hati dan
menyerang kesopanan manusia yang normal, maka karya itu tidak berhak masuk
pada pandangan dan fisik kita.

4) Norma-norma kritis
Norma ini merupakan norma yang digunakan untuk membuktikan bahwa
karya sastra itu mempunyai norma atau standar-standar tertentu yang dapat
digunakan untuk menyaksikan bahwa ide-ide yang digunakan dalam karya sastra
itu bukanlah ide yang merugikan.
C. Bahasa ilmiah dan Bahasa Sastra
Perbedaan antara bahasa ilmiah dengan bahasa sastra adalah:
Bahasa ilmiah
Bahasa yang pada umunya bersifat denotatif, biasanya digunakan untuk laporan-
laporan penelitian, dalam bidang kimia dan fisika , karena itu merupakan fakta,
bukan perasaan.
Bahasa sastra
Bahasa yang pada umumnya bersifat konotatif , biasanya terdapat pada cerpen,
puisi dan pidato karena tulisan-tulisan seperti itu biasanya mengharapkan hal-hal
yang berhubungan dengan emosi.
10

BAB II
PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil perangkuman materi maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : Membaca telaah Bahasa yaitu sesuatu bacaan menuntut
ketelitian, pemahaman, kekritisan, berfikir serta keterampilan menangkap ide-ide
yang tersirat dalam bahasa bacaan dan memiliki sifat rohani, sedangkan membaca
telaah bahasa memiliki sifat jasmani.
B. SARAN
Membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa merupakan suatu kegiatan
membaca yang harus dikembangkan dan dibiasakan dalam proses belajar, maupun
proses mengkaji isi bacaan. Oleh sebab itu peningkatan minat membaca teliti
harus di timbulkan sejak dari usia dini agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan
kelak.
11

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :
12

Anda mungkin juga menyukai