Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 4

1. Meyulsa
2. Naomi Noordiyanti
3. Pahrur Roji
4. Saiful Anwar
5. Tasya Rahmadina Zahrah
6. Yunita Salsabillah
XII BDP 2
KRITIK SASTRA DAN ESAI
PENGERTIAN

Kritik sastra adalah bidang Esai adalah karangan yang


studi sastra untuk berisi kupasan atau tinjauan
menghakimi karya sastra, tentang suatu poko masalah
untuk memberi penilaian yang berkaitan dengan ilmu
dan keputusan mengenai pengetahuan, pendapat, atau
ideologi yang disusun secara
bermutu atau tidaknya
populer berdasarkan sudut
suatu karya sastra yang
pandang pribadi penulisnya
sedang dihadapi kritikus. (bersifat subjektif).
Prinsip Dalam Menyusun Kritik
dan Esai
a. Pokok persoalan yang dibahas c. Ulasan yang menggunakan
harus layak untuk diulas. Hasil pendekatan faktual harus
ulasannya pun harus didukung oleh fakta yang
memberikan keterangan atau nyata dan objektif. Penulis
tidak boleh mengubah fakta
memperlihatkan sebab-
untuk mendukung
musabab yang berkatan dengan
pandangannya.
suatu peristiwa yang nyata
d. Pernyataan yang diungkapkan
b. Pendekatan yang digunakan harus jelas, jangan samar-samar,
harus jelas, apakah harus dapat dipercaya, tidak
persoalan didekati dengan disangsikan atau disangkal, dan
pendekatan faktual atau imajinatif. dapat dibuktikan kebenarannya.
CIRI-CIRI KRITIK DAN ESAI

Kritik Esai
1. Memberikan tanggapan terhadap 1. Merupakan prosa.
objek kajian (hasil karya sastra)
2. Singkat.
2. Memberikan pertimbangan baik
dan buruk sebuah karya sastra 3. Memiliki ciri khas.
3. Bersifat objektif 4. Selalu tidak utuh.
4. Memberikan solusi atau kritik-
5. Bersifat subjektif.
konstruktif
5. Tidak menduga-duga
6. Memaparkan penilaian pribadi
tanpa memuat ide-ide.
Berdasarkan Bentuk:

Kritik teoritas
Kritik terapan
JENIS-
JENIS
Berdasarkan orientasi terhadap
KRITIK
SASTRA
Berdasarkan pelaksanaan: karya sastra:

kritik judisial kritik mimetic


kritik induktif kritik pragmatis
kritik impresionistik kritik ekspresif
kritik objektif.
Berdasarkan Bentuk: Kritik teoritas dan
Kritik terapan
1. Kritik teoritis adalah kritik sastra 2. Kritik terapan, merupakan diskusi
yang bekerja atas dasar prinsip- karya sastra tertentu dan
prinsip umum untuk menetapkan penulisnya. Misalnya buku
seperangkat istilah yang Kesusastraan Indonesia Modern
berhubungan, pembedaan- dalam Kritik dan Esei Jilid II
pembedaan, dan kategori-kategori (1962) yang mengkritik sastrawan
untuk diterapkan pada dan karyanya, diantaranya
pertimbangan dan interpretasi Mohammad Ali, Nugroho
karya sastra maupun penerapan Notosusanto, Subagio
“kriteria” (standar atau norma) Sastrowardoyo, dan lain
untuk menilai karya sastra dan sebagainya.
pengarangnya.
Berdasarkan pelaksanaan: kritik judisial,
kritik induktif, dan kritik impresionistik
1. Kritik judisial adalah kritik sastra yang berusaha menganalisis dan menerangkan
efek-efek karya sastra berdasarkan pokonya, organisasinya, teknik serta gayanya,
dan mendasarkan pertimbangan individu kritikus atas dasar standar umum
tentang kehebatan karya sastra.
2. Kritik induktif adalah kritik sastra yang menguraikan bagian-bagian karya sastra
berdasarkan fenomena yang ada secara objektif. Kritik induktif meneliti karya
sastra sebagaimana halnya ahli ilmu alam meneliti gejala alam secara objektif
tanpa menggunakan standar tetap di luar dirinya.
3. Kritik impresionistik adalah kritik sastra yang berusaha menggambarkan dengan
kata-kata dan sifat yang terasa dalam bagian khusus karya sastra dan menyatakan
tanggapan (impresi) kritikus yang ditimbulkan langsung oleh karya sastra.
Berdasarkan orientasi terhadap karya
sastra: kritik mimetic, kritik pragmatis,
kritik ekspresif, kritik objektif.
1. Kritik mimetik adalah kritik yang bertolak pada 3. Kritik ekspresif adalah kritik yang menekankan
pandangan bahwa karya sastra merupakan tiruan atau kepada kebolehan penulis dalam mengekspresikan
penggambaran dunia dan kehidupan manusia. Kritik atau mencurahkan idenya ke dalam wujud sastra.
ini cenderung mengukur kemampuan suatu karya Kritik ini cenderung menimbang karya sastra
sastra dalam menangkap gambaran kehidupan yang dengan memperlihatkan kemampuan pencurahan,
dijadikan suatu objek. kesejatian, atau visi penyair yang secara sadar atau
2. Kritik pragmatik adalah kritik yang disusun tidak tercermin dalam karya tersebut.
berdasarkan pandangan bahwa sebuah karya sastra 4. Kritik objektif adalah kritik sastra yang
disusun untuk mencapai efek tertentu kepada menggunakan pendekatan bahwa suatu karya sastra
pembaca, seperti efek kesenangan, estetika, adalah karya yang mandiri. Karya ini menekankan
pendidikan dan sebagainya. Model kritik ini pada unsur intrinsik.
cenderung memberikan penilaian terhadap suatu
karya berdasarkan ukuran keberhasilannya dalam
mencapai tujuan tersebut.
JENIS-JENIS ESSAI

ESAI DESKRIPTIF ESAI CUKILAN ESAI REFLAKTIF

ESAI TAJUK ESAI PRIBADI ESAI KRITIK


ESAI DESKRIPTIF dan ESAI TAJUK

1. Esai deskriptif. Esai jenis ini 2. Esai tajuk. Esai jenis ini dapat
dapat menuliskan objek atau dilihat di surat kabar atau
subjek apa saja yang dapat majalah. Esai ini memiliki
menarik pehatian pengarang. fungsi menyatakan pandangan
Ia bisa mendeskripsikan dan sikap surat kabar atau
sebuah rumah, sepatu, pantai, majalah tersebut terhadap isu
dan sebagainya. tertentu. Dengan esai tajuk,
surat kabar tersebut
membentuk opini pembaca.
Esai semacam ini tidak perlu
mencantumkan nama penulis.
ESAI CUKILAN dan ESAI PRIBADI

1. Esai cukilan. Watak esai ini 2. Esai pribadi. Esai ini hampir sama
memperbolehkan penulis dengan esai cukilan. Akan tetapi
membeberkan beberapa segi dari esai pribadi ditulis sendiri oleh
kehidupan individual seseorang pribadi tersebut tentang dirinya
kepada pembaca. Lewat cukilan sendiri. Penulis akan menyatakan
itu, pembaca bisa mengetahui saya adalah saya. Saya akan
sikap penulis terhadap tipe pribadi menceritakan kepada saudara
yang dibeberkan. Di sini penulis tentang saya dan pandangan saya
tidak menuliskan biografi. Ia tentang hidup. Ia membuka tabir
hanya memilih bagian yang utama tentang dirinya sendiri.
dari kehidupan dan watak pribadi
tersebut.
ESAI REFLAKTIF dan ESAI KRITIK

1. Esai reflektif. Esai reflektif ditulis 2. Esai kritik. Dalam esai ini penulis
secara formal dengan nada baca memusatkan diri pada uraian
serius. Penulis mengungkapkan tentang seni; misalnya lukisan,
secara mendalam, sungguh- tarian, pahat, patung, teater, dan
sungguh, dan hati-hati tentang kesusastraan. Esai ini
topik yang penting berhubungan membangkitkan kesadaran
dengan hidup. Misalnya, pembaca tentang pikiran dan
kematian, politik, pendidikan dan perasaan penulis tentang karya
hakikat manusiawi. Esai ini seni. Kritik yang menyangkut
ditujukan kepada cendekiawan. karya sastra disebut kritik sastra.
Langkah-langkah menulis kritik
dan esai
– Menentukan objek atau masalah yang akan anda bahas dalam kritik atau esai, yaitu
objek yang aktual.
– Menentukan kerangka kritik maupun esai yang akan ditulis berdasarkan masalah
atau objek yang ingin dibahas.
– Menyusun paragraf pembuka
– Menuliskan isi kritik maupun esai dalam bebrapa paragraf.
– Isi esai adalah pendapat pribadi penulis esai terhadap suatu masalah yang dianggap
menarik. Isi kritik adala penilaian karya sastra yang di anggap menarik.
– Menuliskan paragraf penutup.
– Paragraf penutup boleh ada boleh tidak, tergantung penulis esai atau kritik.
Struktur kritik Sastra dan Esai

1. Pendahuluan merupakan bagian yang penting dalam kritik sastra atau esai. Bagian
ini menentukan apakah pembaca akan tertarik untuk meneruskan bacaan tersebut
hingga selesai.
2. Isi merupakan penjabaran dari gagasan utama yang dinyatakan dalam kalimat tesis.
3. Penutup disajikan dalam satu paragrag simpulan yang dimaksudkan untuk
mengakhiri pembahasan topik.
4. Analisisadalah menguraikan unsur-unsur yang membangun karya sastra dan
menarik hubungan antarunsur-unsur tersebut.
5. Menafsirkan dapat diartikan sebagai memperjelas maksud karya sastra dengan cara:
(a) memusatkan interpretasi kepada ambiguitas, kias, atau kegelapan dalam karya
sastra, (b) memperjelas makna karya sastra dengan jalan menjelaskan unsur-unsur
dan jenis karya sastra.
6. Penilaian dapat diartikan menunjukkan nilai karya sastra dengan bertitik tolak dari
analisis dan penafsiran yang telah dilakukan.
Contoh Kritik Sastra

Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung


Penulis: Purwana Adi Saputra
Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum pesantren
seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di
tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa kaum santrilah yang
mematikan sastra dari budaya bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan pandangan membuat
mereka menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada dogma dan jumud. Mereka
melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang disinkretisasikan sebagai
bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum bersarung ini kehilangan daya khayal dari
dalam dirinya. Dengan kapasitasnya sebagai sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya
bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa pesantrenlah musuh pembudayaan sastra
yang sebenarnya. Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari
alam pikirnya sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah
institut tempat para kiai dengan dibantu para ustadnya menempa kepala para santri dengan palu
godam paksa
Contoh Esai
Perda Kesenian dan Rumah Hantu
Oleh: Teguh W. Sastro
Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melontarkan keinginan agar Pemkot Surabaya
memiliki Perda (Peraturan Daerah) Kesenian. Namanya juga peraturan, dibuat pasti untuk mengatur.
Tetapi peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni, misalnya, jika peraturan itu
justru potensial destruktif. Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, seniman kan banyak
ragamnya. Ada yang pinter (pandai) dan ada juga yang keminter (sok tahu). Oleh karenanya, perten-
tangan di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang paling berhak mengusulkan dan
kemudian memasukkan pasal-pasal ke dalam rancangan Perda itu. Sejauhmana keterlibatan
seniman di dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya. Itu hanya salah satu contoh persoalan
yang potensial muncul pada proses pembuatan Perda itu, belum sampai pada tataran pelaksanaannya.
Hal ini bukannya menganggap bahwa adanya peraturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda
Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana dan prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada
persoalan yang signifikan di Surabaya. Akan tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi
para seniman dan birokrat kesenian sendiri?

Anda mungkin juga menyukai