Anda di halaman 1dari 5

BAHAN AJAR

NAMA : KHUSNUL KHOTIMAH


KELAS :C
LPTK : Universitas Muhammadiyah Makassar
LOLOS PPG : Jenjang SMP
TEMPAT TUGAS SAAT INI : SMK Maritim Muhammadiyah Haltim

Satuan Pendidikan : SMK Maritim Muhammadiyah Haltim

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : X1/Ganjil

Program Keahlian Nautika Kapal Niaga

Materi Pokok :Teks Anekdot

Alokasi Waktu : 8 x 45 Menit

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kopetensi


1 3.6 Menganalisis struktur dan 3.6.1 Menganalisis struktur isi teks anekdot
kebahasaan teks anekdot (abstrak, orientasi, krisis, respon, dan
coda).
3.6.2 Menelaah unsur kebahasaan teks
anekdot (pertanyaan retoris, proses
material, dan konjungsi temporal).
3.6.3 Menguraikan makna kata, istilah, dan
ungkapan dalam teks anekdot.
2 4.6 Menciptakan kembali teks 4.6.1 Membuat kembali teks anekdot yang
anekdot dengan memerhatikan telah dibaca/didengar dengan
struktur, dan kebahasaan baik mulut memerhatikan struktur isi teks
maupun tulis anekdot dan kebahasaan.
4.6.2 Melakukan presentasi teks anekdot
dengan intonasi dan ekspresi yang
tepat serta saling mempersembahkan
komentar.

TUJUAN PEMEBLAJARAN

Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran discovery


learning, peserta didik dapat mengidentifikasi struktur isi teks anekdot, Menelaah ciri bahasa
teks anekdot (pertanyaan retoris, proses material, dan konjungsi temporal), menguraikan
makna kata istilah, dan ungkapan dalam teks anekdot, dan membuat teks anekdot serta
melakukan presentasi dengan benar, tanggung jawaban dan percaya diri.
MATERI

1. Struktur Teks Anekdot


Teks anekdot biasanya membahas permasalahan yang berkaitan dengan layanan publik.
Tidak semua cerita yang memiliki unsur lucu, jengkel, atau konyol tergolong ke dalam teks anekdot.
Yang membedakan teks anekdot dengan teks yang lain yaitu teks anekdot memiliki pesan moral,
memiliki unsur lucu atau konyol, dan memiliki struktur: abstraksi,orientasi,krisis, reaksi, dan koda.
a. Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum
tentang isi suatu teks.
b. Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik,
atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
c. Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian
krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
d. Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya.
Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
e. Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di
dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari
cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti
itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak
ada.
Contoh

Aksi Maling Tertangkap CCTV


Isi Struktur
Seorang warga melapor kemalingan. Abstraksi
Pelapor : “Pak saya kemalingan.”
Polisi : “Kemalingan apa?” Orientasi
Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak...”
Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas.
Krisis
Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.”
Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”
Pelapor : “Belum .... “ (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan.
Reaksi
Polisi : “Itu ilegal. Anda saya tangkap.”
Pelapor : (hanya bisa pasrah tak berdaya). Koda

2. Kebahasaan Teks Anekdot


Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki unsur kebahasaan yang khas yaitu
(a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu,
(b) menggunakan kalimat retoris, [kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban]
(c) menggunakan konjungsi [kata penghubung] yang menyatakan hubungan waktu seperti
kemudian, lalu
(d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, dan berjalan
(e) menggunakan kalimat perintah (imperative sentence); dan
(f) menggunakan kalimat seru. Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog,
penggunaan kalimat langsung sangat dominan.
(g) Kata kias atau konotasi (kata yang tidak memiliki makna sebenarnya). Kata kias bisa
berupa ungkapan dan peribahasa. Ungkapan adalah kelompok kata yang khusus
digunakan untuk menyatakan sesuatu sedangkan peribahasa adalah kalimat yang
memiliki makna kias. Contoh : daun muda yang bermakna gadis (ungkapan)
(h) Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata
atau antonim. Contoh :

 Peristiwa yang terjadi di Indonesia diandaikan jika terjadi di negeri orang (sindiran
dengan pengandaian)
 Badannya semakin lama semakin kurus seperti es lilin (perbandingan)
 Orang pintar dikatakan bodoh dan orang bodoh dikatakan pintar (antonim)

No. Unsur Kebahasaan Contoh Kalimat


Kalimat yang menyatakan Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut
1.
peristiwa masa lalu umum menyerang saksi.
“Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima
2. Kalimat retoris
lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
Penggunaan konjungsi yang Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab
3.
menyatakan hubungan waktu pertanyaan Jaksa.”
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak
4. Penggunaan kata kerja aksi
mendengar pertanyaan.
5. Penggunaan kalimat perintah “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
6. Penggunaan kalimat seru “Oh, maaf.”

3. Membuat kembali teks Anekdot


Salah satu cara menulis teks anekdot adalah dengan menulis ulang teks anekdot yang kita dengar
atau baca dengan pola penyajian yang berbeda. Tentu saja juga menggunakan gaya penceritaan
yang berbeda. Namun, penulisan ulang ini tetap harus memerhatikan struktur dan kebahasaarnya.
Langkah-langkah ini akan memudahkan untuk belajar menulis anekdot.
Berikut ini adalah teks anekdot Seorang Dosen yang juga Pejabat dengan pola penyajian naratif
yang diubah dari teks aslinya yang berbentuk dialog

Dosen yang juga Menjadi Pejabat


Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
“Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri,” kata
Tono kepada Udin. Udin ogah-ogahan menjawab pertanyaan Tono. Udin beranggapan bahwa
masalah yang dibicarakan Tono itu tidak penting. Namun, Tono tetap meminta agar Udin mau
menerka teka-tekinya. “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri,” jawab
Udin merasa jengah. Ternyata jawaban Udin masih juga salah. Menurut Tono, dosen yang juga
pejabat itu tidak bersedia berdiri sebab takut kursinya diambil orang lain.” Mendengar
pernyataan Tono, Udin menanyakan apa hubungan antara menjadi dosen dan pejabat. “Ya, kalau
dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain,” ungkap Tono. Udin : “???”
No. Aspek Isi
1. Tema Dosen yang merangkap jadi pejabat
Kritik yang disampaikan adalah kritikan pada para pejabat yang
2. Kritik takut kehilangan jabatannya atau tidak mau diganti oleh pejabat
baru
Kalimat penutup anekdot sebagai jawaban mengapa sang dosen
Humor/
3. tidak pernah mau berdiri dari tempat duduknya ternyata karena
kelucuan
kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.
4. Tokoh Udin, tono dan 2 orang mahasiswa
Di kantin sebuah universitas, Udin, Tono dan
Abstraksi dua orang mahasiswa sedang berbincang-
bincang
Udin, tono, dan 2 mahasiswa yang merasa
Orientasi heran kepada dosen ilmu politik yang pada
saat mengajar tidak pernah berdiri
5. Struktur Tono menganggap bahwa dosen tersebut tidak
Krisis capek atau tidak mampu mengangkat kaki
tetapi dosen tersebut juga seorang pejabat
Keheranan udin yang menghubungkan
Reaksi
pekerjaan menjadi dosen dengan pejabat
Anggapan Tono “kalau dia berdiri, takut
Koda
kursinya diduduki orang lain:
7 Alur Perbincangan 4 mahasiswa yang merasa heran terhadap seorang
dosen yang mengajar tidak pernah berdiri, sehingga tono
beranggapan bahwa kalau dosen pergi meninggalkan kursinya,
akan diambil oleh orang lain
8 Pola
dialog
penyajian
Teks Dosen yang Juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang
anekdot mahasiswa sedang berbincang-bincang :

Tono : "Saya heran dosen ilmu politik, kalau ngajar selalu


duduk, tidak pernah mau berdiri."
Udin : "Ah, gitu aja diperhatiin sih Ton."
Tono : "Ya, Udin tahu ngak sebabnya."
Udin : "Barangkali aja, cape, atau kakinya gak kuat berdiri."
Tono : "Bukan itu sebabnya Din, sebab dia juga seorang
pejabat."
Udin : "Loh, apa hubungannya?!!"
Tono : "Ya kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain."
Udin : "???"

4. Rujukan

Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Suherli, dkk. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
http://mampirdoelu.blogspot.com/2015/08/struktur-isi-dan-ciri-ciri-kebahasaan.html (di akses kamis, 3
Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai