Kelas / Semester : X / 1
Materi : TEKS ANEKDOT
Teks anekdot merupakan suatu bahasan pada materi Bahasa Indonesia yang populer, teks ini biasanya
dapat kita temukan di berbagai media cetak, yang pada zaman dahulu berupa koran dan majalah.
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, teks tersebut juga dapat kita jumpai
di media sosial. Apa lagi kini kalian dapat melihat sendiri betapa ramainya media sosial yang sengaja
membuat kritikan dalam bentuk teks tersebut agar terihat lebih santai dan lucu, sekaligus berbobot.
Teks anekdot juga memiliki ciri khas tertentu.
Supaya kamu lebih mengetahui apa sih teks anekdot atau teks humor tersebut, berikut rangkuman
bahasan tentang teks anekdot bahasa Indonesia, poin pentingnya ialah :
Selain itu, sebuah teks dengan bentuk anekdot juga memiliki struktur yang berbeda. Fungsi dari
adanya struktur teks anekdot ialah: untuk membuat teks menjadi lebih rapi dan sesuai, juga benar-
benar berbentuk. Struktur tersebut terdiri atas lima unsur, yaitu abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan
koda.
Penjelasanya sebagai berikut :
1
Struktur teks anekdot
1. Abstraksi
Abstraksi menjadi struktur teks paling awal yang ada dalam sebuah teks anekdot. Abstraksi
ditaruh di awal dengan fungsi untuk menggambarkan teks tersebut secara umum agar pembaca
dapat membayangkan.
2. Orientasi
Orientasi merupakan awal kejadian pada cerita atau juga bagian yang menjelaskan latar
belakang mengapa peristiwa utama dalam cerita dapat terjadi.
3. Krisis
Krisis merupakan bagian yang menjelaskan mengenai pokok masalah utama dengan keunikan
yang tidak biasa. Bahkan mungkin hal itu terjadi pada penulisnya sendiri.
4. Reaksi
Reaksi berhubungan besar dengan unsur krisis. Reaksi adalah bagian yang akan melengkapi
berupa penyelesaian masalah menggunakan cara-cara yang juga unik dan berbeda.
5. Koda
Koda merupakan bagian penutup cerita dalam teks anekdot. Dalam koda biasanya cerita
kembali pada keadaan seperti sebelum terjadi peristiwa. Keberadaan koda bersifat fakultatif,
artinya kadang-kadang dalam teks anekdot tertentu unsur ini tidak ada (tidak disertakan).
Salah satu ciri teks anekdot yang menonjol adalah adanya humor atau kelucuan.
2
Supaya kalian dapat membedakan dan lebih mengerti tentang pengertian teks anekdot, coba
pahami juga ciri-ciri teks anekdot di bawah ini:
1. Berdasarkan kenyataan atau fakta yang terjadi di dalam masyarakat
Teks anekdot berkisah tentang hal yang bersifat nyata atau benar-benar terjadi di masyarakat
namun dikemas dengan dilengkapi unsur-unsur rekaan.
2. Menampilkan tokoh-tokoh yang dekat dengan kehidupan sehari-hari atau juga orang
penting/terkenal
Biasanya pada sebuah teks anekdot terdapat tokoh yang ada dalam dunia nyata dan mudah kita
temui dalam keseharian. Contohnya seperti orang-orang pemerintahan, anggota dewan,
dan lainnya.
3. Mengandung humor, kelucuan, menggelitik, tetapi menyindir
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, teks yang berupa anekdot memang dibuat untuk
memberi kritik dengan cara yang berbeda. Semacam lelucon yang sengaja dibuat dengan tujuan
mengkritik atau menyindir. Biasanya menyindir di sini berkaitan dengan isu sosial, politik,
layanan masyarakat dan lainnya yang sudah menjadi rahasia umum.
4. Terselip kritikan atau sindiran
Mungkin ini juga dapat menjadi salah satu tujuan dari dibuatnya sebuah teks anekdot.
Penyusun teks menyelipkan kritik dengan cara yang lucu dan mampu diterima oleh masyarakat,
dengan harapan kritikan tersebut tidak menyakiti hati pihak yang dikritik.
Perhatikanlah contoh berikut!
3
04. Unsur Kebahasaan Teks Anekdot
Selain adanya struktur dan ciri-ciri teks anekdot, dalam sebuah teks anekdot juga terdapat kaidah
kebahasaan. Apa saja kaidah-kaidah kebahasaan tersebut?
Kaidah-kaidahnya sebagai berikut:
1. Menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan masa lalu
2. Menggunakan kalimat retoris yaitu kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
3. Menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu antarperistiwa : kemudian, lalu,
selanjutnya dll.
4. Menggunakan kata kerja aksi (verba aksi) seperti : menulis, membaca, berjalan dll.
5. Menggunakan kalimat perintah (imperative sentence).
6. Menggunakan kalimat seru.
Perhatikanlah contoh teks dan penjelasan berikut!
4
3 Penggunaan konjungsi yang Akhirnya, Hakim berkata, “Pak, tolong jawab
menyatakan hubungan waktu pertanyaan Jaksa.”
antarperistiwa
4 Penggunaan kata kerja aksi (verba Saksi menatap ke luar jendela seolah-olah tidak
aksi) mendengar pertanyaan.
5 Penggunaan kalimat perintah “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa!”
(imperatif)
6 Penggunaan kalimat seru “Oh, maaf.”
Setelah mengetahui mengenai struktur, ciri-ciri, dan juga kaidah-kaidah kebahasaan dalam teks
anekdot kamu sudah mulai dapat membuat sendiri teks ini.
Jika masih bingung dan belum terbayang secara jelas, coba baca contoh-contoh teks berbentuk anekdot
di bawah ini sebagai referensi.
gambar : kompas
5
Membuat Undang-Undang Sendiri
Suatu hari Abdul dan Allan sedang berjalan-jalan menggunakan mobil dengan
Abdul yang membawa mobilnya. Melewati perempatan jalan, lampu merah
tiba, namun Abdul tetap menerobosnya karena jalannya terlihat kosong.
Allan : Kenapa kamu nerobos lampu merah? Kalau ada polisi gimana?
Abdul : Ah, tenang, kita bisa bikin undang-undang sendiri kok.
Allan : Kok bisa? Bukannya yang membuat undang-undang itu pemerintah
bersama DPR?
Abdul : Sebentar. (meminggirkan mobil dan berhenti sementara)
Allan : Kenapa berhenti?
Abdul : Mau menjawab pertanyaan kamu. Nih, ini jawabannya! Dengan ini kita
bisa membuat undang-undang sendiri. (menunjukkan dompet)
Allan : Oooh . . .!!
Seringkali orang menyamakan antara teks anekdot dengan humor. Sebelumnya, perhatikan teks
berikut!
Teks Humor :
Surat Cinta Tukang Buah kepada Tukang
Balasan dari Tukang Sayur
Sayur
Wajahmu memang manggis Membalas kentang suratmu itu
sifatmu juga melon kolis Brokoli-brokoli sudah kubilang
Tapi hatiku nanas karena cemburu Jangan tiap datang rambutmu selalu kucai
Terasa sirsak napasku Jagungmu tak pernah dicukur
Hatiku anggur lebur Disuruh datang malam minggu
Idi delima dalam hidupku eh, nongolnya hari labu
Memang ini salakku Ditambah kondisi keuanganmu makin hari
Jarang apel di malam minggu makin pare
Aku ... mohon belimbing-mu Kalau nelpon aku aja meski ke wortel
Kalau memang per-pisang-an ini yang terbaik Terus terong aja
intukmu cintaku padamu sudah lama tomat
Semangka kau bahagia dengan pria yang lain Jangan kangkung aku lagi
Sawo nara aku mau hidup seledri
Cabe dech!
dari : Durianto
dari : Sayurati
6
Teks Anekdot :
KEPANJANGAN K U H P
Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kulian hukum
pidana. Suasana kelas biasa-biasa saja.
Saat sesi tanya jawab tiba, Ali bertanya kepada pak dosen. “Apa kepanjangan KUHP,
Pak?” Pak dosen tidak menjawab sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad.
“Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen. Dengan
tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!”
Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya mengeleng-gelengkan kepala
seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara
tahu jawaban itu?” Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas,
“Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak …!” Semua
mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan. Lalu mereka tertawa
terbahak-bahak.
Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya mengeleng-gelengkan kepala
seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara
tahu jawaban itu?” Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas,
“Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak …!” Semua
mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan. Lalu mereka tertawa
terbahak-bahak.
Gelak tawa mereda. Kelas kembali berlangsung normal.
PEJABAT ANTIKORUPSI
Sebuah proyek bernilai miliaran rupiah telah diselesaikan. Setelah itu, seorang
pejabat sebuah kementerian kedatangan tamu Konsultan yang merangkap sebagai
kontraktor.
Konsultan memulai pembicaraan, “Pak ada hadiah dari kami untuk Bapak. Saya
parkir di bawah.” Pejabat memasang muka serius, “Anda mau menyuap saya? Ini apa-
apaan? Tender sudah kelar, kok. Jangan gitu, ya, bahaya sekarang ini memberi
gratifikasi!”
7
Konsultan tidak menyerah merayu Pejabat, “Tolonglah, Pak diterima. Kalau tidak,
saya dianggap gagal membina relasi oleh Komisaris.” “Ah, jangan gitu dong. Saya
nggak sudi!” jawab Pejabat kukuh pada pendiriannya. Konsultan berpikir beberapa saat,
“Begini saja, Pak. Bagaimana jika Bapak beli saja mobilnya.” “Mana saya ada uang beli
mobil mahal gitu!” jawab Pejabat yang membuat Konsultan semakin kebingungan.
Konsultan menelepon komisarisnya. Beberapa saat kemudian ia memulai kembali
pembicaraannya dengan Pejabat. “Saya ada solusi, Pak. Bapak beli mobilnya dengan
harga Rp 10.000,00 saja.” “Bener, ya? Oke, saya mau. Jadi ini bukan suap. Pakai
kuitansi, ya!” jawab Pejabat sumringah. “Tentu, Pak!” jawab Konsultan. Konsultan
menyiapkan dan menyerahkan kuitansi. Pejabat membayar dengan uang lima puluh
ribuan. Mereka pun bersalaman. Konsultan membuka dompet menyerahkan uang
kembaliannya. “Oh, maaf Pak. Ini kembaliannya Rp 40.000,00”. Pejabat menyela,
“Nggak usah pakai kembalian segala. Tolong kirim empat mobil lagi ke rumah saya,
ya!”
Konsultan kaget mendengar jawaban Pejabat. Dia tidak menyangka (dan berkata
dalam hati) bahwa pejabat ini sama korupnya.
PEJABAT ANTIKORUPSI
Sebuah proyek bernilai miliaran rupiah telah diselesaikan. Setelah itu, seorang
pejabat sebuah kementerian kedatangan tamu Konsultan yang merangkap sebagai
kontraktor.
Konsultan : “Pak ada hadiah dari kami untuk Bapak. Saya parkir di bawah.”
Pejabat : “Anda mau menyuap saya? Ini apa-apaan? Tender sudah kelar, kok.
Jangan gitu, ya, bahaya sekarang ini memberi gratifikasi!”
Konsultan : “Tolonglah, Pak diterima. Kalau tidak, saya dianggap gagal membina
relasi oleh Komisaris.”
Pejabat : “Ah, jangan gitu dong. Saya nggak sudi!”
Konsultan : “Begini saja, Pak. Bagaimana jika Bapak beli saja mobilnya.”
Pejabat : “Mana saya ada uang beli mobil mahal gitu!”
Konsultan menelepon komisarisnya. Beberapa saat kemudian ia memulai kembali
pembicaraannya dengan Pejabat.
Konsultan : “Saya ada solusi, Pak. Bapak beli mobilnya dengan harga Rp
10.000,00 saja.”
Pejabat : “Bener, ya? Oke, saya mau. Jadi ini bukan suap. Pakai kuitansi, ya!”
Konsultan : “Tentu, Pak!”
Konsultan menyiapkan dan menyerahkan kuitansi. Pejabat membayar dengan uang lima
puluh ribuan. Mereka pun bersalaman. Konsultan membuka dompet menyerahkan uang
kembaliannya.
Konsultan : “Oh, maaf Pak. Ini kembaliannya Rp 40.000,00”
Pejabat : “Nggak usah pakai kembalian segala. Tolong kirim empat mobil lagi
ke rumah saya, ya!”
Konsultan kaget mendengar jawaban Pejabat. Dia tidak menyangka (dan berkata dalam
hati) bahwa pejabat ini sama korupnya.
Berdasarkan contoh di atas, teks anekdot bentuk narasi (cerita) dapat diubah penyajiannya menjadi
bentuk dialog. Hal ini juga berlaku sebaliknya, penyajian bentuk dialog dapat diubah menjadi
penyajian bentuk narasi.
Nah, sekarang bagaimana? Apakah kalian sudah mengerti tentang teks anekdot dan sedikit
penjelasannya? Pada dasarnya teks ini memang sering dibuat sebagai guyonan yang berbobot,
khususnya untuk „menyentil‟ pembaca mengenai kehidupan sosial yang terkadang terasa tidak adil dan
tidak seimbang.
8
Semoga contoh teks anekdot singkat di atas dapat menambah pemahaman tentang teks anekdot bagi
kalian. Kalian juga dapat membuat teks serupa sesuai keinginan dan masalah sosial apa yang ingin
kalian angkat. Jangan lupa gunakan struktur serta kaidah kebahasaannya!
08. Rangkuman
1. Anekdot adalah cerita singkat dan lucu yang digunakan untuk menyampaikan kritik
melalui sindiran lucu terhadap kejadian yang menyangkut banyak orang atau perilaku
tokoh publik.
2. Isi anekdot adalah sindiran dan kritikan terhadap kejadian yang menyangkut banyak
orang atau tokoh publik.
3. Fungsi komunikasi teks anekdot adalah untuk menyampaikan kritik terhadap kejadian
yang menyangkut banyak orang atau perilaku tokoh publik.
4. Struktur teks anekdot adalah : abstraksi ^ orientasi ^ krisis ^ reaksi ^ koda.
5. Ciri kebahasaan teks anekdot adalah sebagai berikut :
a. menggunakan kalimat yang menyatakan masa lalu
b. menggunakan kalimat retoris
c. menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu antarperistiwa dan
konjungsi yang menyatakan hubungan sebab akibat
d. menggunakan kata kerja (verba) aksi
e. menggunakan kalimat perintah (imperatif)
f. menggunakan kalimat seru