Anda di halaman 1dari 2

2.

3 Definisi dan Etiologi Rhinotonsilofaringitis Akut

Rinotonsilofaringitis akut adalah suatu peradangan akut pada mukosa


hidung, tonsil dan faring yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Rinotonsilofaringitis akut dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri.
Virus yang dapat menjadi etiologi ISPA antara lain, virus influenza,
parainfluenza, adenovirus, dan rhinovirus. Sedangkan penyebab bakteri adalah
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Haemophylus influenzae,
Streptococcus haemolyticus, dan yang tersering adalah group A Streptococcus
haemolyticus.

2.4 Patofisiologi Rhinotonsilofaringitis Akut

Agen infeksius menyebar melalui kontak langsung dengan droplet


respirasi dan menginfeksi sel tubuh melalui perlekatannya dengan reseptor selular
spesifik, yaitu ICAM-1 dan reseptor LDL. Hal ini mengakibatkan terjadinya
edema akibat vasodilatasi pembuluh darah mukosa, hiperemia, kongesti konka
nasalis dan terjadi hipersekresi kelenjar seromukus dan sel Goblet. Selain itu,
terjadi infiltrasi oleh sel inflamasi yang memicu pelepasan sitokin, menimbulkan
gejala sistemik seperti demam, malaise dan myalgia. Sedangkan pelepasan
mediator inflamasi bradikinin menyebabkan gejala lokal seperti nyeri tenggorokan
dan iritasi hidung. Pada infeksi bakteri, sekret yang mula-mula encer dan jernih
akan berubah menjadi kental dan mukoid, berwarna kuning dan mengandung
nanah (mukopurulen). Pada infeksi mukosa yang disebabkan oleh bakteri group A
Streptococcus haemolyticus, dapat terjadi kerusakan jaringan yang hebat, karena
bakteri ini melepaskan toksin ekstraseluler yang dapat menimbulkan demam
reumatik, kerusakan katup jantung dan glomerulonefritis akut akibat terbentuknya
kompleks antigen-antibodi.[2,6]

2.5 Gejala Klinis Rhinotonsilofaringitis Akut

Gejala rinitis akut dapat didahului gejala faringitis sehingga timbul gejala
panas, batuk dan pilek. Gejala klinis yang dapat dilihat pada rhinitis akut adalah
bersinbersin, kongesti konka, hipersekresi kelenjar dan rasa gatal pada
hidung.Gejala tonsillitis dan faringitis yang umumnya terdapat adalah adanya
pembengkakan tonsil, hyperemia tonsil, nyeri tenggorokan, nyeri menelan,
demam, tidak nafsu makan, malaise dan nyeri pada daerah leher.

2.6 Diagnosis Rhinotonsilofaringitis Akut

Rhinotonsilofaringitis akut dapat didiagnosis dengan anamnesa yang


lengkap serta pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Pada anamnesis penting untuk
ditanyakan mengenai onset penyakit (akut atau kronis), factor yang memperberat
dan memperingan, apakah terdapat riwayat penyakit yang sebelumnya, riwayat
penyakit alergi (asma), riwayat penyakit sistemik, riwayat penyakit pada keluarga,
riwayat pengobatan dan lingkungan social pasien. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan adalah rhinoskopi anterior, pemeriksaan rongga mulut dan faring. Pada
rhinoskopi anterior, mukosa nasal terlihat hiperemi, kongesti konka, dan adanya
secret hidung. Pada pemeriksaan rongga mulut, tonsil akan terlihat berwarna
kemerahan dan mengalami pembengkakan, terdapat purulent berwarna
kekuningan pada kripte atau membrane putih pada tonsil disertai hiperemi pada
mukosa faring. Derajat pembesaran tonsil pada tonsilitis dapat dibagi menjadi
derajat 0 (tonsil masih berada dalam fossa tonsilar), derajat +1 (tonsi menempat

Anda mungkin juga menyukai