PENDAHULUAN
1
dipergunakan oleh berbagai kalangan terutama remaja. Dimana pada masa remaja ada
banyak faktor yang mempengaruhi persepsi individu terhadap penyesuaian sosialnya.
Berdasarkan laporan Narkoba Dunia dari UNODC tahun 2006 jumlah
penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang dan terus mengalami peningkatan,
sedangkan di Indonesia jumlah kasus tindak pidana untuk kasus narkoba tahun 2006
sebesar 16.252 orang dan mengalami peningkatan sebesar 6,8% menjadi 17.355 pada
Desember 2007, data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2007 diketahui 3,2
juta orang Indonesia adalah pengguna narkoba. Setiap tahun jumlah pengguna narkoba
bertambah 1 juta orang.
Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu
sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang
kesehatan jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan
secara lebih profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas
sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di masyarakat. Dari hasil identifikasi masalah
NAPZA dilapangan melalui diskusi kelompok terarah yang dilakukan Direktorat
Kesehatan Jiwa Masyarakat bekerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan Ditjen
Kesehatan Masyarakat Depkes-Kesos RI dengan petugas-petugas puskesmas di beberapa
propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Bali ternyata pengetahuan
petugas puskesmas mengenai masalah NAPZA sangat minim sekali serta masih
kurangnya buku yang dapat dijadikan pedoman.
1.2 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sekretaris: Maslahatun
2.2 SKENARIO
LBM 1
KARYAWAN KACAU
Kondisi ini diperberat dengan adanya kritikan yang sering diterima dari istrinya,
ia pun merasa pekerjaannya saat ini tidak sesuai dengan harapannya. Menghadapi
bebannya yang dirasa berat ini, Nandar sering mengikuti ajakan teman kerjanya untuk
pergi ke tempat hiburan malam. Mereka sama-sama menikmati hiburan malam disertai
dengan rokok, minum alcohol hingga puncaknya dengan mengkonsumsi heroin. Hal ini
berlangsung kebih dari satu tahun, dan pada akhirnya Nandar menjalani perawatan di
3
tempat rehabilitas. Bersukur masih ada saudara yang masih peduli dengan keadaan
Nandar dimana istri dan keluarga lainnya tidak perduli dengan keadaanya.
I. Klarifikasi istilah
2. Heroin adalah obat adiktif dengan sifat penghilang rasa sakit yang diproses dari
morfen, sebuah zat yang terjadi secara alami dari opium poppy.
4
24 jam pertama, meskipun masih dapat ditemukan dalam urin setelah 48 jam.
Heroin didalam tubuh diubah menjadi morfin dan diekresikan sebagai morfin.
Heroin bekerja di dua tempat utama, yaitu susunan saraf pusat dan
visceral. Pada susunan saraf pusat opioid (heroin) berefek di daerah korteks,
hipokampus, thalamus, nigrostriatal, sistem mesolimbik, locus ceruleus,
daerah periakuaduktal, medula oblongata dan medula spinalis. Pada sistem
saraf visceral, opioid (heroin) bekerja pada pleksus myenterikus dan pleksus
submukous yang menyebabkan efek konstipasi
Heroin yang merupakan salah satu opioid, efeknya diperantarai oleh
reseptor opioid yaitu reseptor mu, kappa dan delta. Reseptor mu terlibat dalam
proses analgesia, depresi pernafasan, sembelit dan ketergantungan obat.
Reseptor kappa terlibat dalam analgesia, diuresis dan sedasi. Reseptor delta
terlibat dalam analgesia.
Dalam tubuh terdapat opioid endogen sebanyak tiga jenis yaitu endorfin,
dismorfin dan enkepalin. Opioid endogen berinteraksi dengan sistem neuronal
seperti sistem saraf dopaminergik dan noradrenergik.
Ketergantungan heroin diperantarai oleh aktivasi neuron dopaminergik di
ventral tegmental area (VTA) di korteks cerebral dan di sistem limbik. Heroin
bekerja di locus ceruleus (LC) dengan meningkatkan konduksi dari kanal ion
K melalui coupling subtipe Gi atau G0 dengan menurunkan masuknya Na+
dan penghambatan adenylcyclase. Berkurangnya jumlah cAMP akan
menurunkan protein kinase A (PKA) dan fosforilasi.
Efek dari penggunaan heroin dapat dirasakan dalam waktu yang berbeda
menurut cara pemakaiannya. Pemakaian dengan injeksi dapat secara
intravenous (IV), subkutan atau intramuscular. Injeksi dengan intravena dapat
menimbulkan efek eforia dalam 7 sampai 8 detik, sedangkan secara
intramuskular efek euforia timbul lebih lambat yaitu 5 sampai 8 menit.
Pemakaian dengan dihirup dimana bubuk heroin diletakkan pada aluminium
foil dan dipanaskan diatas api, kemudian asapnya dihirup melalui hidung
dapat, memberikan efek dimana puncaknya dirasakan dalam 10-15 menit.
Pemakaian heroin dapat juga dengan dihisap melalui pipa atau sebagai
5
lintingan rokok. Cara ini lebih aman dibandingkan dihirup dan injeksi karena
masuk ke dalam tubuh secara bertahap sehingga mudah dikontrol
Ketergantungan juga dapat menjadi parah tergantung alasan
yangmenyebabkan seseorang menjadi ketergantungan, dosis heroin yang
digunakan dan cara pemakaian heroin dan adanya masalah yang dihadapi saat
menggunakan heroin. Keparahan ketergantungan ini dapat diukur
menggunakan skala ASSIST yang sudah digunakan sebagai salah satu
instrument pada institusi penerima wajib lapor (IPWL).
6
3. Jenis-jenis NAPZA?
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan
perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN,
2004). NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa
bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko
penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara
menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang
dikonsumsi .
JenisJenis NAPZA NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam
beberapa kelompok.
I. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa.
Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan)
yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian)
dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika
inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari
cengkraman-nya.
7
b. Narkotika golongan II adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif
kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
c. Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah kodein dan turunannya.
II. Psikotropika
8
III. Bahan Adiktif Lainnya
a. Rokok
b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan.
c. Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton,
cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat
memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang
memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong NAPZA .
Penyalahgunaan
Masalah Pencetus Kacau zat
keluarga
9
-
V. Learning Issue
1. Diagnosis banding?!
2. Landasan hokum tentang NAPZA?
3. Edukasi untuk pasien di scenario?
Sindroma putus obat adalah sekumpulan gejala klinis yang terjadi sebagai
akibat menghentikan zat atau mengurangi dosis obat yang persisten digunakan
sebelumnya. Dalam Diagnostic Statistical Manual (DSM) V, gejala putus zat
yang terjadi pada terapi medis yang sesuai, tidak digolongkan pada gangguan
penggunaan zat. Jika NAPZA yang digunakan dalam terapi medis tersebut
digunakan secara berlebihan dan terdapat perilaku pencarian NAPZA yang
kompulsif maka diagnosis gangguan penggunaan zat dapat ditegakkan
Mekanisme biologi molekuler terjadinya gejala putus zat opiat/ opioid
Putus zat opiat/ opioid merupakan hasil dari adaptasi di berbagai tingkatan
dalam sistem saraf tetapi mekanisme yang pasti untuk menjelaskan berbagai
gejala putus zat belum sepenuhnya dipahami. Salah satu penjelasannya adalah
melalui mekanisme pada ROM. Subunit yang berikatan dengan GTP pada
ROM menghambat enzim adenilat siklase yang menyebabkan terjadinya
penurunan cAMP intra sel. Penurunan kadar cAMP tampak berhubungan
dengan perubahan keadaan fosforilasi dari beberapa protein yang menjadi
substrat untuk protein kinase A dan untuk mengurangi transkripsi beberapa
gen yang memiliki elemen promotor responsif cAMP. Diantara gen-gen yang
diregulasi terdapat gen yang mengkode prekursor peptida opioid sehingga
opioid endogen yang diproduksi oleh tubuh mengalami penurunan dan
menyebabkan gejala putus zat.
Mekanisme lain adalah melalui fosforilasi reseptor oleh GPCR kinase
(GRKs) yang mengarah pada perekrutan arestin. Interaksi arestin dengan
GPCRs menyebabkan pemisahan pensinyalan G-protein dari reseptor
10
(desensitisasi reseptor) dan penerimaan mesin endositik yang menuju pada
proses internalisasi reseptor . Namun, morfin hanya menyebabkan
desensitisasi lemah atau parsial dan sedikit atau tidak sama sekali dalam
proses endositosis. Hal inilah yang akan menyebabkan terjadinya toleransi dan
ketergantungan dalam terapi.
B. Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
11
b. .Zat yang sama atau sejenis digunakan untuk
menghilangkan atau menghindari gejala-gejala
withdrawal.
12
1. Penggunaan berulang zat menyebabkan kegagalan memenuhi tugas
utama ditempat kerja,sekolah atau dirumah (mis. berulangkali bolos
hasil kerja yang buruk karena penggunaan zat, bolos,diganjar atu
dikeluarkan dari sekolah karena penggunaan zat,mengabaikan anak
atau anggota keluarga)
13
d) DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Substance withdrawal (Putus Zat)
1. Terjadinya sindroma zat spesifik karena penghentian mendadak (atau
pengurangan) penggunaan zat yang lama dan berat.
2. Sindroma diatas menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam hal sosial,pekerjaan atau area fungsi-
fungsi penting lainnya
3. Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun gangguan
mental lainnya.
C. Landasan hukum tentang NAPZA?
Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Narkotika Golongan
I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk
reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan
persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam
proses produksi, kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Lembaga ilmu pengetahuan
yang berupa lembaga pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta dapat
memperoleh, menanam, menyimpan, dan menggunakan Narkotika untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi setelah mendapatkan izin
Menteri.
Pada Gol. I UU tentang Narkotika No.35 Tahun 2009 ada beberapa
penambahan bahan dari golongan I dan beberapa golongan II Psikotropika
dari UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika karena sering terjadi
penyalahgunaan (seperti: Brolamfetamin, Amfetamin, metamfetamin dsb).
14
a. Ajak anak berdua agar di berikan kekuatan ketabahan dan
melepaskan diri dari narkoba
b. Ajak berkonsultasi ke dokter untuk memulihkan kesehatannya
c. Ajak untuk mengikuti pastoral konsling kegiatan keagamaan
d. Jangan biarkan lagi bergaul dengan teman-teman pemakainya
e. Lakukan rehabilitas psokologis baik keluarga maupun bantuan
psikologis untuk memulihkan konsep diri dan mengembalikan
sebagai anak yang berguna, anak baik, dan diterima di keluarga
f. Rehabilitas social di damping keluarga untuk belajar keterampilan,
latihan kerja, dan rekreasi agar diterima di keluarga dan
masyarakat
g. Jaga pergaulan agar tidak kambuh lagi dan keluarga harus terus
mendampingi dan mengamati perubahan yang terjadi
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Penyebab
penyalahgunaan napza karena factor genetic dan juga psikodinamik.
Penyalahhunaan NAPZA sendiri memiliki Komorbid dengan gangguan
kepribadian antisocial dan juga prilaku bunuh diri.Terapi pada gangguan akibat
penyalahgunaan NAPZA adalah rehabilitasi.
16