2. Parasomnia
3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri
1. Dissomnia
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh tidur
(failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as
sleep), bangun terlalu dini atau kombinasi dintaranya.
a. Gangguan tidur spesifik
1) Narkolepsi
Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari pada siang hari,
biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu
pasien akan segar kembali dan terulang kembali 2-3 jam berikutnya. Gambaran
tidurnya menunjukkan menurunan fase REM 30-70%. Pada serangan tidur
dimulai dengan fase REM.
Berbagai bentuk narkolepsi:
a) Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang sementara baik
sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw drop, head drop.
c) Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada saat masuk tidur
sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya. Gangguan ini
merupakan kelainan heriditer, kelainannya terletak pada lokus kromoson 6
didapatkan pada orang-orang Caucasian white dengan populasi lebih dari 90%,
sedangkan pada bangsa Jepang 20-25%, dan bangsa Israel 1:500.000. Tidak ada
perbedaan antara jenis kelamin laki dan wanita. Kelainan ini diduga terletak
antara batang otak bagian atas dan kronik pada malam harinya serta tidak rstorasi
seperti terputusnya fase REM (Harrison Et al., 2009).
86
2) Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik (periodic limb
movement disorders)/mioklonus nortuknal
Ditandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi sebelum onset
tidur. Gangguan ini sangat berhubungan dengan mioklonus nokturnal. Pergerakan
kaki secara periodik disertai dengan rasa nyeri akibat kejang otot M. tibialis kiri
dan kanan sehingga penderita selalu mendorong-dorong kakinya. Ditemukan pada
penyakit gangguan ginjal stadium akut, parkinson, wanita hamil. Lokasi kelainan
ini diduga diantara lesi batang otak hipotalamus (Sateia, 2009).
4) Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)
Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway
obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah
gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung selama lebih dari
10 detik. Dikatakan apnea tidur patologis jika penderita mengalami episode apnea
sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama semalam.
Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut sangat dominan. 87
Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan
intermiten penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan saturasi oksigen.
Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara dan usaha pernafasan secara
periodik selama tidur, sehingga pergerakan dada dan dinding perut menghilang.
Hal ini kemungkinan kerusakan pada batangotak atau hiperkapnia. Gangguan
saluran nafas (upper airway obstructive) pada saat tidur ditandai dengan
peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding
perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini
semakin berat bila memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini ditandai
dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saat tidur. Mendengkur ini
berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50
detik.
Serangan apnea pada saat pasien tidak mendengkur. Akibat hipoksia atau
hipercapnea, menyebabkan respirasi lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi
retikularis dan pusat respirasi medula, dengan akibat pasien terjaga dan respirasi
kembali normal secara reflek. Baik pada sentral atau obstruksi apnea, pasien
sering terbangun berulang kali dimalam hari, yang kadang-kadang sulit kembali
untuk jatuh tidur. Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak
enak perasaan pada pagi hari. Pada anak-anak sering berhubungan dengan
gangguan kongenital saluran nafas, dysotonomi syndrome, adenotonsilar
hypertropi. Pada orang dewasa obstruksi saluran nafas septal defek, hipotiroid,
atau bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, arnord chiari
malformation (Sateia, 2009).
5) Paska trauma kepala
Sebagian besar pasien dengan paska trauma kepala sering mengeluh gangguan
tidur. Jarak waktu antara trauma kepala dengan timbulnya keluhan gangguan tidur
setelah 2-3 tahun kemudian. Pada gambaran polysomnography tampak penurunan
fase REM dan peningkatan sejumlah fase jaga. Hal ini juga menunjukkan bahwa
fase koma (trauma kepala) sangat berperan dalam penentuan kelainan tidur. Pada
penelitian terakhir menunjukkan pasien tampak selalu mengantuk berlebih
sepanjang hari tanpa diikuti oleh fase onset REM. 88
Penanganan dengan proses program rehabilitasi seperti sleep hygine. Litium
carbonat dapat menurunkan angka frekwensi gangguan tidur akibat trauma kepala
(Sateia, 2009).
b. Gangguan tidur irama sirkadian
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana
penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun
jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur
sirkadian normal.
Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur
badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal
fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama tidur-bangun, dimana
sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama
sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami
pergeseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkadian antara
onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler (bringing irama
sirkadian). Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama
sirkadian adalah tumor pineal.
Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian:
1) Sementara (acute work shift, Jet lag)
2) Menetap (shift worker)
Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana
onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun
pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normal
tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai.
5) Tipe bangun-tidur beraturan.
6) Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam (Harrison et al., 2009).
Sangat jarang. Lesi batang otak atau bulber dapat mengganggu awal atau
memelihara selama tidur, ini merupakan gangguan tidur organik. Feldman dan
wilkus et al menemukan fase tidur pada lesi atau trauma daerah ventral pons, yang
mana fase 1 dan 2 menetap tetapi fase REM berkurang atau tidak ada sama sekali.
Penderita chroea ditandai dengan gangguan tidur yang berat, yang diakibatkan
kerusakan pada raphe batang otak. Penyakit seperti Gilles de la Tourettes
syndrome, parkinson, khorea, dystonia, gerakan-gerakan penyakit lebih sering
timbul pada saat pasien tidur. Gerakan ini lebih sering terjadi pada fase awal dan
fase 1 dan jarang terjadi pada fase dalam. Pada demensia sinilis gangguan tidur
pada malam hari, mungkin akibat diorganisasi siklus sirkadian, terutama
perubahan suhu tubuh. Pada penderita stroke dapat mengalami gangguan tidur,
bila terjadi gangguan vaskuler didaerah batang otak epilepsi seringkali terjadi
pada saat tidur terutama pada fase NREM (stadium ) jarang terjadi pada fase
REM.
d. Gangguan kesehatan, toksik
Seperti neuritis, carpal tunnel sindroma, distessia, miopati distropi, low back
pain, gangguan metabolik seperti hipo/hipertiroid, gangguan ginjal akut/kronik,
asma, 90
penyakit, ulkus peptikus, gangguan saluran nafas obstruksi sering menyebabkan
gangguan tidur seperti yang ditunjukkan mioklonus nortuknal.
e. Obat-obatan
Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan dan berdiri ditempat
tidur yang tampak seperti ketakutan dan bergerak-gerak. Serangan ini terjadi
sepertiga malam yang berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4.
Kadang-kadang penderita tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi, atau sering
diikuti tidur berjalan. Gambaran teror tidur mirip dengan teror berjalan baik secara
klinis maupun dalam pemeriksaan polisomnografy. Teror tidur mungkin
mencerminkan suatu kelainan neurologis minor pada lobus temporalis. Pada kasus
ini sering kali terjadi perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi, keringat
dingin, pupil dilatasi, dan sesak nafas.
3. Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM
Ini meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk dan gangguan sinus arrest.
Gangguan tingkah laku ini ditandai dengan atonia selama tidur (EMG) dan
selanjutnya terjadi aktifitas motorik yang keras, episode ini sering terjadi pada
larut malam (1/2 dari larut malam) yang disertai dengan ingat mimpi yang jelas.
Paling banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut, gangguan psikiatri atau
dengan janis penyakit-penyakit degenerasi, peminum alkohol. Kemungkinan
lesinya terletak pada daerah pons atau juga didapatkan pada kasus seperti
perdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan adanya REM burst dan
mioklonik potensial pada rekaman EMG (Harrison et al., 2009).
3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri
Gangguan tidur berhubungan dengan penyakit Parkinson yang terdiri dari sulit
tidur, nocturnal akinesia, arsitektur tidur berubah, aktivitas motorik abnormal,
gerakan anggota badan periodik, gangguan tidur REM, dan gangguan pernapasan.
Pada siang hari, banyak pasien Parkinson memiliki kantuk yang berlebihan.
Gangguan tidur biasanya akan meningkat dengan perkembangan penyakit.
Individu menderita latensi tidur meningkat dan sering terbangun, menghabiskan
sebanyak 30 sampai 40 persen terjaga di malam hari. Hal ini menyebabkan waktu
yang dihabiskan berkurang dalam stage 3 dan 4, tidur REM dan durasi meningkat
pada stage 1 dan 2.
d. Epilepsy
Epilepsi mengacu pada sekelompok dari berbagai gangguan yang ditandai oleh
aktivitas listrik abnormal di otak yang terwujud dalam individu sebagai kerugian
atau gangguan kesadaran dan gerakan abnormal dan perilaku. Tidur, kurang tidur,
dan aktivitas kejang erat terjalin. Diperkirakan bahwa epilepsi sleeprelated dapat
mempengaruhi sebanyak 10 persen atau lebih individu epilepsi. Enam puluh
persen individu yang menderita kompleks lokalisasi parsial terkait kejang (21,6
persen dari populasi epilepsi umum) menunjukkan kejang hanya saat tidur.
Gangguan yang penyebabnya kejang dapat mempengaruhi siklus tidur seseorang,
yang menyebabkan kurang tidur. Demikian pula, tidur dan gangguan tidur
meningkatkan kejadian aktivitas kejang. Tidur yang berhubungan dengan epilepsi
biasanya menyajikan dengan setidaknya dua dari fitur berikut: arousals, tiba-tiba
93
terbangun dari tidur, umum tonik-klonik gerakan anggota badan, gerakan anggota
badan fokal, wajah berkedut, inkontinensia, apnea, lidah menggigit, dan
kebingungan postictal dan kelesuan. Fitur-fitur ini menyebabkan fragmentasi tidur
dan kelelahan siang hari.
Ada sejumlah sindrom epilepsi umum yang bermanifestasi hanya atau didominasi
pada malam hari, termasuk epilepsi lobus frontal malam hari, epilepsi benign
masa kecil dengan spike centrotemporal, awitan dini atau akhir-onset epilepsi
pada anak oksipital, epilepsi mioklonik remaja, dan berkesinambungan lonjakan
gelombang selama tidur non-REM. Nocturnal epilepsi lobus frontal ditandai
dengan gangguan tidur yang parah, luka yang disebabkan oleh gerakan tak
terkendali, dan kejang siang sesekali. Epilepsi mioklonik juvenil ditandai dengan
sinkron kontraksi otot tak sadar yang sering terjadi selama bangun. Kontinyu
spike gelombang selama non-REM epilepsi tidur yang umumnya terkait dengan
gangguan neurokognitif dan kadang-kadang dengan gangguan aktivitas otot dan
kontrol.
e. Stroke
Sejumlah gangguan medis yang berbeda dan penyakit, dari flu biasa sampai
kanker, sering mengubah siklus tidur-bangun individu. Masalah-masalah tidur
sering hasil dari rasa sakit atau infeksi yang berkaitan dengan kondisi primer.
Meskipun sama-sama diketahui menyebabkan masalah dengan siklus sleepwake,
sebagaimana akan ditunjukkan di bawah ini, sangat sedikit yang masih dikenal
tentang etiologi.
1) Nyeri
Nyeri diuraikan sebagai suatu pengalaman akut atau kronis sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang bervariasi dari ketidaknyamanan
membosankan untuk penderitaan tak tertahankan yang berhubungan dengan 94
kerusakan jaringan aktual atau potensial. Ini biasanya menyebabkan fragmentasi
tidur dan perubahan dalam arsitektur tidur seseorang. Gejala-gejala tergantung
pada jenis dan beratnya nyeri tersebut. Mereka termasuk kelelahan siang hari dan
mengantuk, kualitas tidur yang buruk, keterlambatan onset tidur, dan penurunan
kognitif dan motorik kinerja sesuai tabel di bawah ini:
2) Penyakit Infeksi
Infeksi yang disebabkan oleh strain bakteri, virus, dan parasit dapat
mengakibatkan perubahan pada pola tidur. Meskipun diterima bahwa aktivitas
sistem kekebalan tubuh mempengaruhi siklus tidur-bangun individu, sangat
sedikit yang diketahui tentang bagaimana kedua sistem berinteraksi.
a) Infeksi Bacterial dan Tidur
Infeksi virus juga memiliki efek pada siklus tidur-bangun. Individu yang
diinokulasi dengan rhinovirus atau virus influenza melaporkan kurang tidur
selama masa inkubasi, sedangkan selama periode gejala mereka tidur lebih lama.
Namun, dibandingkan dengan orang yang sehat tidak ada perbedaan yang
dilaporkan dalam kualitas tidur dan jumlah terbangun.
Virus human immunodeficiency (HIV) juga telah terbukti dapat mengubah pola
tidur. Individu menghabiskan waktu peningkatan pada SWS pada paruh kedua
malam dan menderita arousals sering dan penurunan waktu tidur REM. Seperti
infeksi berkembang menjadi AIDS, individu mengembangkan fragmentasi tidur
meningkat, penurunan yang signifikan pada SWS, dan gangguan terhadap
arsitektur tidur secara keseluruhan.
c) Infeksi Jamur, Parasit dan Tidur
Infeksi jamur dan parasit juga dapat mengubah siklus tidur-bangun. Sebagai
contoh, penyakit tidur, atau trypanosomiasis Afrika, umumnya terjadi pada
individu yang telah terinfeksi dengan Trypanosoma brucei (Tb) parasit. Hal ini
ditandai dengan episode insomnia malam hari dan tidur siang hari, tetapi tidak
hipersomnia.
Penyakit tidur ditemukan terutama di sub-Sahara Afrika, di mana Tb ditularkan ke
manusia akibat gigitan dari lalat tsetse. Penyakit tidur dikaitkan dengan arsitektur
tidur berubah. Rekaman EEG individu dengan penyakit tidur dari Gambia
menunjukkan periode tidur REM yang terjadi sepanjang siklus tidur-bangun
secara keseluruhan, sering tanpa periode NREM menengah yang normal.
Fluktuasi hormon sirkadian-kortisol, prolaktin, dan hormon pertumbuhan-juga
diubah pada individu dengan penyakit tidur. Oleh karena itu, telah dihipotesiskan
bahwa penyakit tidur mungkin merupakan penyakit ritme sirkadian yang
mempengaruhi jalur saraf yang menghubungkan waktu-sirkadian dan tidur-
regulating pusat.
D. Penatalaksanaan Umum
Terapi ini bertujuan untuk memutus siklus masalah yang sering dikaitkan
dengan kesulitan memulai atau jatuh tidur. Terapi ini membantu mengurangi
faktor primer dan reaktif yang sering ditemukan pada insomnia.
Ada beberapa instruksi yang harus diikuti oleh penderita insomnia:
1) Ke tempat tidur hanya ketika telah mengantuk.
5) Jika tidak bisa tidur (setelah beberapa menit) harus bangun, pergi ke ruang lain,
kerjakan sesuatu yang tidak membuat terjaga, masuk kamar tidur setelah kantuk
datang kembali.
6) Bangun pada saat yang sama setiap hari tanpa menghiraukan waktu tidur, total
tidur, atau hari (misalnya hari Minggu).
8) Jangan menggunakan stimulansia (kopi, rokok, dll) dalam 4-6 jam sebelum
tidur.
106
Hasil terapi ini jarang terlihat pada beberapa bulan pertama. Bila kebiasaan
ini terus dipraktikkan, gangguan tidur akan berkurang baik frekuensinya maupun
beratnya.
e. Sleep Restriction Therapy
Terapi ini harus dilakukan dan dipelajari dengan baik. Menghipnotis diri
sendiri, relaksasi progresif, dan latihan nafas dalam sehingga terjadi keadaan
relaks cukup efektif untuk memperbaiki tidur. Pasien membutuhkan latihan yang
cukup dan serius.
Biofeedback yaitu memberikan umpan-balik perubahan fisiologik yang
terjadi setelah relaksasi. Umpan balik ini dapat meningkatkan kesadaran diri
pasien tentang perbaikan yang didapat. Teknik ini dapat dikombinasi dengan
higene tidur dan terapi pengontrolon tidur.
g. Terapi apnea tidur obstruktif