Anda di halaman 1dari 27

21.

mengkaitkan strategi perlawanan bangsa indonesia terhadap penjajahan bangsa eropa sampai
awal abad ke-20
A. Perang Padri

Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat
terkait pemurnian agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan
kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum
Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan
tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803
– 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat

Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan


Kaum Adat guna melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai
wilayah Sumatera Barat. Salah satu tokoh pemimpin Kaum Padri adalah Tuanku Imam
Bonjol. Fase perang ini berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam Bonjol lalu
mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan
Belanda. Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer
Belanda yang cukup kuat.

B. Perang Pattimura

Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli


perdagangan. Rakyat Maluku yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya
dan melakukan perlawanan terhadap Belanda. Pertempuran sengit terjadi di benteng
Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran, rakyat Maluku
terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akibat tertangkapnya Pattimura dan
Martha Christina Tiahahu.

C. Perang Diponegoro

Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda.


Perlawanan ini dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama,
dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan
yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830.
Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu setiap
daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu
benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak
pasukan Diponegoro dipersempit.

Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro.


Belanda akhirnya menggunakan tipu muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran
Diponegoro, padahal sebenarnya itu berupa penangkapan. Setelah penangkapan, gerak
pasukan Diponegoro mulai melemah. Belanda dapat memenangkan perang tersebut,
namun dengan kerugian yang besar karena perang tersebut menguras biaya dan tenaga
yang banyak.

D. Perang Jagaraga Bali

Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu
aturan yang memberik hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing
beserta muatannya yang terdampar di Bali. Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan
Hak Tawan Karang, sehingga perang puputan (habis-habisan) antara kerajaan-kerajaan
Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi. Belanda berhasil
menguasai Bali karena kekuatan militer yang lebih unggul.

E. Perang Banjar

Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan


alam Banjar, serta keikut-campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat
yang dipimpin Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan
terhadap Belanda sekitar tahun 1859. Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga
Belanda menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah,
karena pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang
pasukannya, dan peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika
Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran
Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat.

F. Perang Aceh

Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan


bahwa Belanda bebas meluaskan wilayah di Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang
Teuku Cik Ditiro, Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda
mendapatkan perlawanan sengit dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad,
sehingga semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat.

Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti


budaya dan karakter rakyat Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur
pertahanan Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat semakin terkikis, dan memecahbelah
rakyat Aceh menjadi beberapa kelompok.

G. Perlawanan Rakyat Batak

Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang


perlawanan ini adalah bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan
disertai dengan penyebaran agama Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan
Belanda sampai akhir abad ke-19. Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin
menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu Marsose, dan
Belanda menguasai tanah Batak.

22. Menilai dampak dibidang pendidikan pada masa penjajahan bangsa eropa

Masuknya bangsa Eropa ke Nusantara juga membawa pengaruh besar dalam bidang
pendidikan. Pendidikan dari Eropa pertama kali masuk ke Nusantara bersamaan
dengan masuknya agama Kristen Katolik. Kala itu dibangun sekolah yang mengajarkan
ajaran agama Katolik untuk para pribumi dari daerah Timur Indonesia di sekitar daerah
Maluku.

Pendidikan mulai dianggap penting saat kebijakan Politik Etis dilakukan oleh pemerintah
kolonial. Perhatian pemerintah kolonial Belanda terhadap pendidikan dikarenakan guna
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor swasta dan pemerintahan. Sekolah-
sekolah yang didirikan pemerintah menganut sistem pendidikan barat dan hanya bisa
dimasuki oleh kalangan bangsawan. Beberapa contoh sekolah yang didirikan pada masa awal
pemerintah kolonial Belanda, antara lain:

Pendidikan selanjutnya yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda adalah sekolah-


sekolah kejuruan seperti sekolah calon pegawai negeri sipil yaitu OSVIA (Opleidingschool
voor Inlandsche Ambtenaren). Ada pula dua sekolah kejuruan medis selevel dengan tingkat
universitas yaitu School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), dan Nederland
Indische Artssenschool(NIAS). STOVIA didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda
untuk melahirkan dokter-dokter demi mengatasi berbagai penyakit berbahaya di wilayah
jajahannya. Sekolah ini didirikan untuk mendidik masyarakat pribumi, sehingga setelah
mengenyam pendidikan di STOVIA mereka mendapat gelar “Dokter Jawa”. STOVIA,
akhirnya menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran UI.

Kemudian muncul kembali pendidikan tingkat universitas Technische


Hoogeschool (THS, Sekolah Tinggi Teknik). Melalui sekolah-sekolah bergaya pendidikan
barat yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda nantinya melahirkan golongan elite
baru dalam masyarakat Indonesia. Golongan elite baru inilah yang membawa perubahan
dalam perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan.

23. Bidang sosial

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial ataupun
ekonomi. Salah satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang
menganut agama Katolik dan Kristen Protestan. Kedatangan Portugis yang membawa
semangat 3G memengaruhi penyebaran agama Kristen dan Katolik di Indonesia.

Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah Fransiscus
Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. Di samping
penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan juga turut tersebar di Indonesia.

Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan Gubernur
Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands Zendeling Genootschap
(NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen Protestan berdasarkan Alkitab.
Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG yang terkenal adalah Ludwig Ingwer
Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.

24. Bidang politik

Pada masa pemerintahan kolonial, kekuasaan-kekuasaan kerajaan di Nusantara menurun


karena adanya intervensi dari pemerintah kolonial, lewat devide et impera (politik adu
domba). Melalui devide et impera, pemerintah kolonial Belanda berhasil memengaruhi
penguasa-penguasa di daerah untuk tunduk terhadap kekuasaannya. Berhasil membuat
penguasa daerah tunduk, berarti juga dapat “mengatur” beberapa kebijakan baru, seperti:

1. membagi wilayah Hindia Belanda khususnya Jawa menjadi 9 prefektur dan


30 regentschap.
2. Tiap prefektur dipimpin oleh prefek yang merupakan orang Eropa sedangkan
tiap regentschap (kabupaten) dipimpin bupati yang berasal dari orang pribumi
bangsawan.
3. Prefektur dan regent berada di bawah Gubernur Jenderal yang berkedudukan sebagai
pemimpin tertinggi pemerintah kolonial Belanda.
4. Gubernur Jenderal dibantu oleh enam departemen yaitu kehakiman, keuangan, dalam
negeri, kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi serta kesejahteraan rakyat.
5. Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik Pax
Nederlanica di akhir abad 19 menuju awal abad 20.
Pax Nederlanica adalah perubahan sistem pemerintahan dari administrasi
tradisional ke sistem administrasi modern. Sistem ini diterapkan untuk menggantikan
posisi penting pemerintah daerah ke tangan pemerintah Belanda dengan
cara mengangkat dan menggaji pegawai yang menduduki jabatan struktur
birokrasi. Dalam sistem tersebut jabatan tertinggi yang bisa dipegang oleh masyarakat
pribumi adalah bupati dan di bawahnya terdapat wedana dan patih. Berikut bagan dari
struktur pemerintahan kolonial Hindia Belanda:

Selain itu, sistem pemerintahan di Indonesia sekarang merupakan warisan dari


penerapan ajaran Trias Politica yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dalam badan yudikatif di struktur tersebut, pemerintahan kolonial Belanda membagi
badan peradilan menjadi tiga macam berdasarkan golongan masyarakat di Hindia-
Belanda. Badan peradilan tersebut terdiri dari peradilan untuk orang Eropa, peradilan
orang Timur Asing, dan peradilan orang pribumi.Dalam badan legislatif, pemerintah
kolonial Belanda membentuk Volksraad atau Dewan Rakyat pada tahun 1918.
25. Makna Sumpah Pemuda
A. 1.mendorong kesatuan dan persatuan pemuda indonesia
B. 2.pelopor kemerdekaan bangsa indonesia
C. 3.menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah mufakat
D. 4.masa depan indonesia berada ditangan para pemuda indonesia

26. Strategi Kooperatif dan Non Koopertaif kepada Jepang di Indonesia


a. Perjuangan kooperatif (kerjasama)
Pada bentu perjuangan ini, tokoh nasionalis yang biasa memimpin Indonesia
menggunakan kesempatan yang diberikan oleh kependudukan Jepang untuk
mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan Indonesia itu sendiri. Kemudian, para
tokoh nasionalis itu menduduki berbagai jabatan penting yang dimana jabatan
tersebut dibentuk oleh lembaga yang dibuat oleh Jepang itu sendiri. Seperti Ir.
Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Masyur dimana nama-
nama tersebut adalah nama-nama yang menjadi pimpinan pada Pusat Tenaga Rakyat
(Putera). Putera tersebut adalah sebuah bentuk organisasi yang dibuat oleh Jepang
guna untuk membuat masyarakat Indonesia mendukung Jepang dalam perang
melawan Sekutu.
Dengan bantuan Putera ini, kemudian para pemimpin Indonesia dapat
berkomunikasi dengan rakyat Indonesia secara langsung. Selain itu, para tokoh ini
memanfaatkan segala hal yang berada di organisasi bentukan Jepang itu untuk
meningkatkan mental dan juga semangat akan nasionalisme dan juga harga diri dan
percaya diri akan sebuah bangsa.

b. Bentuk perjuangan non kooperatif.


Bentuk perjuangan non kooperatif memiliki arti dimana perjuangan yang tidak
dilakukan berdasarkan dengan kerjasama yang dibentuk dengan Jepang. Melainkan
dapat berupa peralawanan dan juga mempelajari apa yang didalam Jepang untuk
digunakan dalam melawan Jepang itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan Jepang tidak
memiliki perikemanusiaan untuk rakyat Indonesia di seluruh wilayah Indonesia.
Sehingga menimbulkan kebencian dan amarah yang dimana digunakan untuk
melakukan perlawanan.

27. Organisasi bentukan Jepang di Indonesia


A. Organisasi Militer Jepang yang pertama adalah Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
Heiho adalah pasukan bentukan tentara Jepang yang berkedudukan di
Indonesia atas instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran
Jepang. Pasukan Heiho terdiri dari bangsa Indonesia dan dibentuk pada 2 September
1942. Kemudian pada 22 April 1943, tentara Jepang mulai melakukan perekrutan. Rata-
rata anggota Heiho adalah para pemuda usia 18-25 tahun. Mereka direkrut sebagai
pembantu prajurit Jepang.
B. Organisasi militer yang kedua adalah Pembela Tanah Air (Peta)
PETA atau Tentara Sukarela Pembela Tanah Air, merupakan kesatuan militer
yang dibuat Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. PETA dibentuk
tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan
oleh Panglima Tentara ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada sebagai Tentara
Sukarela. Pembentukan PETA diawali oleh surat Raden Gatot Mangkupraja kepada
Gunseiken (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943.

C. Selain organisasi militer, Jepang juga mendirikan organisasi-organisasi semi militer di


Indonesia, antara lain:
1) Seinendan (Barisan Pemuda)
Organisasi seinendan ini berdiri tanggal 9 Maret 1943. Anggotanya para pemuda
berumur 14-22 tahun. Tujuannya mendidik dan melatih para pemuda agar dapat
mempertahankan tanah air Indonesia.
2) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan dibentuk tanggal 29 April 1943. Anggotanya berumur 23-25 tahun.
Tujuannya untuk membantu tugas-tugas kepolisian.
3)  Fujinkai (Himpunan Wanita)
Organisasi ini dibentuk bulan Agustus 1943. Anggotanya para wanita berumur 15
tahun ke atas.
4) Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa)
Jawa Hokokai dibentuk tahun 1944. Tujuannya untuk mengarahkan rakyat agar
berbakti sepenuhnya kepada Jepang demi tercapainya kemenangan dalam Perang
Asia Timur Raya. Anggotanya minimal berumur 14 tahun. Tugasnya adalah
mengumpulkan pajak, upeti, dan hasil pertanian.
5) Syuisintai (Barisan Pelopor)
Organisasi ini dibentuk tanggal 14 September 1944 dan diresmikan tanggal 25
September 1944. Tujuannya untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat. Tokoh yang
menjadi anggota Syuisintai adalah Bung Karno, Otto Iskandardinata, dan R.P.
Suroso.

28. Peranan tokoh wanita dalam memperjuangkan kemerdekaan indonesia


29. Peranan golongan tua dan muda dalam peristiwa proklamasi
A. Peranan golongan muda: peran pemuda dalam pelaksanaan proklamasi kemerdekaan
Indonesia adalah dengan mengamankan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
dengan tujuan agar tidak diperalat atau dipengaruhi oleh pihak Jepang dan Sekutu dalam
memproklamasikan Indonesia.

B. Peranan golongan tua:Merumuskan Naskah Proklamasi dan Memproklamasikan


kemerdekaan RI

33. Menentukan tokoh-tokoh yang dianggap berkontribusi terhadap keutuhan NKRI

Sultan Hamengkubowono IX

Frans Kaisiepo
K. H. Hasyim Asy’ari

Jenderal TNI Gatot Soebroto


Laksamana Madya TNI Yos Sudarso
32. Menentukan ciri-ciri politik pada masa kabinet Parlementer

1. Mempunyai Kepala Negara


2. Kepala Pemerintahan
3. Dipimpin oleh Perdana Menteri
4. Kedudukan Menteri
5. Menteri Bertanggung Jawab Pada Legislatif
6. Adanya Lembaga Legislatif
7. Sistem Partai
8. Esekutif Bertanggung Jawab Kepada Legislatif
9. Eksekutif Dapat Dijatuhkan Legislatif
10. Legislatif Dapat Mengeluarkan Mosi Tidak Percaya

34.

Gunting Syafruddin

Kalau kamu pikir program ini adalah menggunting uang kertas, salah. Salah banget. Kebijakan
ini merupakan pemotongan nilai uang. Caranya dengan memotong uang yang bernilai Rp2,50
ke atas hingga nilainya menjadi setengah. Kebijakan ini dikeluarkan pada tanggal 20 Maret 1950
oleh Menteri Keuangan saat itu, Syafruddin Prawiranegara.

Kebijakan ini dilakukan dengan cara menggunting uang kertas menjadi dua bagian, bagian kanan
dan bagian kiri. Guntingan uang kertas bagian kiri tetap merupakan alat pembayaran yang sah
dengan nilai separuh dari nilai nominal yang tertera, sedangkan guntingan uang kertas bagian
kanan ditukarkan dengan surat obligasi pemerintah yang dapat dicairkan beberapa tahun
kemudian. Kebijakan ini dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah uang beredar di

Gerakan Benteng

Salah lagi, Squad! Sistem ekonomi gerakan benteng bukan seperti benteng yang di atas,
ya, catet! Sistem ekonomi gerakan benteng bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Program ini dicetuskan oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi Indonesia, yang dituangkan dalam program
kerja Kabinet Natsir.

Pada dasarnya sistem ekonomi ini bertujuan untuk melindungi para pengusaha dalam
negeri dengan cara memberikan bantuan berupa kredit dan bimbingan konkret. Sekitar
700 pengusaha dalam negeri telah mendapat bantuan kredit dari pemerintah. Namun, program ini
tidak berjalan dengan baik karena kebiasaan konsumtif yang dimiliki oleh pengusaha dalam
negeri. Banyak yang menggunakan dana kredit tersebut untuk memenuhi kepentingan
pribadinya.

Sistem Ekonomi Ali Baba


Sistem ekonomi Ali Baba diprakarsai oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo menteri ekonomi pada
masa Kabinet Ali I. Kabinet ini fokus pada kebijakan Indonesia dan mengutamakan kaum
pribumi. Kata “Ali” mewakili pengusaha pribumi dan “Baba” mewakili pengusaha Tionghoa.
Program ini berisi pemberian kredit dan lisensi pemerintah untuk pengusaha swasta nasional
pribumi agar dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi. Namun, program ini gagal karena
pengusaha pribumi masih miskin dibandingkan pengusaha nonpribumi.

Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)

Pada masa pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap dikirim seorang delegasi ke Jenewa,


Swiss untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan Belanda.
Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung tanggal 7 Januari 1956, adapun kesepakatan
yang pada Finek adalah:

1. hasil KMB dibubarkan.


2. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral
3. Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional

Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani sehingga Indonesia mengambil langkah
secara sepihak. Pada tanggal 13 Februari 1956, Kabinet Burhanudin Harahap melakukan
pembubaran Uni-Indonesia dan akhirnya tanggal 3 Mei 1956 Presiden Soekarno menandatangani
pembatalan KMB.

Gerakan Asaat

Gerakan Asaat yang digagas oleh Mr. Asaat bertujuan melindungi perekonomian warga
Indonesia asli dari persaingan dagang dengan pengusaha asing khususnya Tionghoa. Pada
Oktober 1956, pemerintah menyatakan akan membuat lisensi khusus untuk para pengusaha
pribumi.

Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)

Ketidakstabilan politik dan ekonomi menyebabkan merosotnya ekonomi, inflasi, dan lambatnya
pelaksanaan pembangunan. Pada awalnya kabinet menekankan pada program pembangunan
ekonomi jangka pendek kemudian dibentuk Badan Perancang Pembangunan Nasional yang
disebut Biro Perancang Negara. Pada bulan Mei 1956 biro ini menyusun RPLT. Kalau di saat ini,
mungkin sebutan yang sering digunakan adalah Renstra (Rencana Strategis) mungkin, yaa...

Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)

Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II terjadi ketegangan antara pusat dan daerah. Masalah
tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar
dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Rencana
tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:

1. adanya kesulitan dalam menentukan prioritas.


2. Terjadi ketegangan politik.
3. Timbul pemberontakan PRRI/ Permesta.

Nasionalisasi Perusahaan Asing

Selain kebijakan-kebijakan yang diberlakukan pada warga negara Indonesia, perkembangan


kehidupan ekonomi Bangsa Indonesia di masa demokrasi liberal juga tidak lepas dari
kehadiran perusahaan-perusahaan asing yang dijadikan menjadi milik pemerintah
Indonesia atau lebih dikenal dengan nasionalisasi. Tahap ini dimulai sejak Desember 1958
dengan dikeluarkannya undang-undang tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik
Belanda.

Beberapa perusahaan asing yang dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia di antaranya adalah
Bank Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij (Bank Dagang Negara), Bank De
Nationale Handelsbank N. V (Bank Umum Negara), N.V Nederlandsche Handels Maatschappij
(Bank Exim), Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij/KNILM (Garuda
Indonesia), dll.

Nasionalisasi de Javasche Bank

Squad pernah jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta lalu pergi ke Museum BI (Bank Indonesia)?
Bangunan tersebut punya sejarah yang panjang sebagai saksi kehidupan ekonomi bangsa.
Dulunya gedung itu milik Belanda, tepatnya milik de Javasche Bank.

Pada tanggal 19 Juni 1951, Kabinet Sukiman membentuk Panitia Nasionalisasi de Javasche


Bank yang berdasarkan pada keputusan Pemerintah RI No. 122 dan 123. Pemerintah
memberhentikan Dr. Houwing sebagai Presiden de Javasche Bank dan mengangkat Mr.
Syafruddin Prawiranegara sebagai Presiden de Javasche Bank yang baru. Pada tanggal 15
Desember 1951 diumumkan Undang-Undang No. 24 tahun 1951 tentang Nasionalisasi de
Javasche Bank menjadi Bank Sentral kemudian pada tanggal 1 Juli 1953, de Javasche Bank
berganti menjadi Bank Indonesia.

35. Menunjukan Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin

1. Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Badan Perancangan


Pembangunan Nasional (Bappenas)

Upaya perbaikan perekonomian Indonesia dilakukan dengan pembentukan Dewan Perancang


Nasional (Depernas) pada 15 Agustus 1959 yang dipimpin Moh. Yamin. Dapernas kemudian
menyusun program kerjanya berupa pola pembangunan nasional yang disebut sebagai Pola
Pembangunan Semesta Berencana dengan mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu
pelaksanaan pembangunan. Pola Pembangunan Semesta dan Berencana terdiri
atas Blueprinttripola yaitu proyek pembangunan, pola penjelasan pembangunan dan pola
pembiayaan pembangunan.

Pada tahun 1963, juga dibentuk Badan Perancangan Pembangunan Nasional


(Bappenas) yang dipimpin Presiden Soekarno sebagai pengganti Depernas. Tugas Bappenas
adalah menyusun rencana pembangunan jangka panjang maupun pendek.

2. Penurunan nilai uang

Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, pada
tanggal 25 Agustus 1950 pemerintah mengumumkan penurunan nilai
uang. Gimana sih  penurunan nilai uang tersebut? Sebagai contoh, untuk uang kertas pecahan
Rp500 nilainya akan berubah menjadi Rp50 begitu seterusnya. Selain itu, semua simpanan di
bank yang melebihi Rp25.000 akan dibekukan.

3. Melaksanakan Deklarasi Ekonomi (Dekon)

Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi secara
menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Tujuan dibentuknya Dekon adalah untuk
menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari imperialisme. Meski
begitu, dalam pelaksanaannya Dekon tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah
inflasi, Dekon justru mengakibatkan perekonomian Indonesia stagnan. Masalah perekonomian
diatur atau dipegang oleh pemerintah sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi banyak
diabaikan.

4. Pembangunan Proyek Mercusuar

Keadaan perekonomian semakin buruk karena pembengkakan biaya proyek mercusuar. Proyek
Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan ibukota agar mendapat perhatian dari luar
negeri. Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of the New Emerging Forces) sebagai tandingan
dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek besar seperti gedung CONEFO yang sekarang
dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan
Semanggi, pembangunan Monumen Nasional (Monas), dan pusat pertokoan Sarinah.

36.
Pada 9 Juli 1959, Kabinet Djuanda dibubarkan dan diganti menjadi Kabinet Kerja yang dilantik
pada 10 Juli 1959. Kabinet ini memiliki program kerja yang disebut Tri Program yang meliputi:

(1) masalah-masalah sandang dan pangan,

(2) keamanan dalam negeri, dan

(3) pengembalian Irian Barat.

Kebijakan-kebijakan politik yang terdapat dalam infografis di atas tentunya tidak lepas dari
berbagai kecaman karena adanya penyimpangan. Seperti penetapan Soekarno sebagai Presiden
Seumur Hidup. Hmm, kok  bisa? Waktu itu masih bisa, karena waktu itu UUD 1945 belum
diamandemen, dan di Pasal 7 saat itu hanya disebutkan bahwa presiden memegang jabatan
selama lima tahun dan sesudahnya boleh dipilih kembali. Wah, kalau sekarang tentu nggak bisa
yaa.
Selain itu, keberadaan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dan DPAS (Dewan
Pertimbangan Agung Sementara) juga menuai kontroversi. Kenapa? Tidak lain karena
pembentukannya dibuat langsung oleh presiden, bahkan diketuai olehnya. Padahal seharusnya,
badan seperti MPRS dipilih melalui Pemilu (Pemilihan Langsung).

37.

A. ORDE BARU

Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang menunjukkan fokus utama mereka dalam
memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan.

beberapa kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pada masa orde baru adalah:

1. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)

Pada April 1969, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
yang bertujuan untuk meningkatkan sarana ekonomi, kegiatan ekonomi serta kebutuhan
sandang dan pangan. Repelita ini akan dievaluasi selama lima tahun sekali.

a. Repelita I (1 April 1969-31 Maret 1974) Sasaran utama yang hendak dicapai adalah
pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Pertumbuhan ekonomi berhasil naik 3 sampai 5,7% sedangkan tingkat inflasi menurun
menjadi 47,8%.
Namun, kebijakan pada masa Repelita I dianggap menguntungkan investor Jepang dan
golongan orang-orang kaya saja. Hal ini memicu timbulnya peristiwa Malapetaka Lima
Belas Januari(Malari).

b. Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979) menitikberatkan pada sektor pertanian dan
industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

c. Repelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) Pelita III menekankan pada Trilogi
Pembangunan dengan menekankan pada azas pemerataan, yaitu:

d. Repelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989) menitikberatkan pada sektor pertanian
menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin-mesin sendiri.

e. Repelita V (1 April 1989-31 Maret 1994) menitikberatkan pada sektor pertanian untuk
memantapkan swasembada pangan, meningkatkan produksi pertanian, menyerap tenaga
kerja, dan mampu menghasilkan mesin-mesin sendiri.

f. Repelita VI dimulai pada tahun 1994, pembangunan berfokus pada pada sektor
ekonomi, industri, pertanian dan peningkatan sumber daya manusia.

2. Revolusi Hijau
Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara
tradisional (peasant) ke cara modern (farmers). Untuk meningkatkan produksi pertanian
umumnya dilakukan empat usaha pokok, yang terdiri dari:

a. Intensifikasi, yaitu penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi pertanian


untuk memanfaatkan lahan yang ada guna memperoleh hasil yang optimal; Perubahan ini
dilakukan melalui program Panca Usaha Tani yang terdiri dari:

b. Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang
lebih optimal;

c. Diversifikasi (keanekaragaman usaha tani);

d. Rehabilitasi (pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis).

B. ORDE REFORMASI

38. KEHIDUPAN POLITIK ORDE BARU

a. Kebijakan Politik Dalam Negeri


1. Pelaksanaan pemilu 1971

Pemilu yang sudah diatur melalui SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu
akan dilaksanakan pada tahun 1971 ini, berbeda dengan pemilu pada tahun 1955
(orde revolusi atau orde lama). Pada pemilu ini para pejabat pemerintah hanya
berpihak kepada salah satu peserta Pemilu yaitu Golkar. Dan kamu tahu? Golkar
lah yang selalu memenangkan pemilu di tahun selanjutnya yaitu tahun 1977,
1982, 1987, 1992, hingga 1997.

2. Penyederhanaan partai politik

3. Dwifungsi ABRI

Dwifungsi ABRI adalah peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan


keamanan dan sebagai kekuatan sosial politik. Sebagai kekuatan sosial politik
ABRI diarahkan untuk mampu berperan secara aktif dalam pembangunan
nasional. ABRI juga memiliki wakil dalam MPR yang dikenal sebagai Fraksi
ABRI, sehingga kedudukannya pada masa Orde Baru sangat dominan.

4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P-4 atau


Ekaprasetya Pancakarsa, bertujuan untuk memberi pemahaman kepada seluruh
lapisan masyarakat mengenai Pancasila. Semua organisasi tidak boleh
menggunakan ideologi selain Pancasila, bahkan dilakukan penataran P4 untuk
para pegawai negeri sipil.
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia antara lain

1. Indonesia kembali menjadi anggota PBB

Pada saat Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucil dari pergaulan
internasional dan menyulitkan Indonesia secara ekonomi maupun politik dunia. Keadaan ini
kemudian mendorong Indonesia untuk kembali menjadi anggota PBB berdasarkan hasil sidang
DPRGR. Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif kembali menjadi anggota PBB.

2. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura dan pemutusan


hubungan dengan Tiongkok

Pada tahun 1965, terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Untuk
memulihkan hubungan diplomatik, dilakukan penandatanganan perjanjian antara Indonesia yang
diwakili oleh Adam Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak pada tanggal 11
Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Singapura melalui pengakuan
kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.

3. Memperkuat Kerja Sama Regional dan Internasional

Indonesia mulai memperkuat kerjasama baik regional dan internasional dengan melakukan
beberapa upaya, yaitu:
39.

40. Menganalisis perkembangan reformasi dalam berbagai bidang


41.
42. Menganalisa peran pelajar, mahasiswa, dan pemuda dalam perubahan politik dan
ketatanegaraan Indonesia
a) Peran Mahasiswa
1. Sebagai media kontrol indonesia, sebgai distributor peran masyarakat
2. Mahasiswa yang kritis merupakan faktor pemicu yang kuat dalam pentingnya
peranan mahasiswa dalam peristiwa politik tanah air
b) Peran Pelajar
1. Sebagai generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan suatu nilai
kebikan pada antar sesama pelajar
2. Generasi penerus untuk menggantikan tokoh masyarakat yang sudah lanjut usia
c) Pemuda
1. Sebagai penyalur aspirasi untuk pelajar atau mahasiswa agar mereka dapat
menjadi penerus bangsa yang baik dalam segi politik
2. Memotivasi para pelajar untuk terjun dalam dunia politik indonesia dan dapat
membuat politik di indonesia menjadi lebih baik lagi

43. Menunjukan peran dan konstribusi Indonesia didalam ASEAN


a. Menjadi Salah Satu Dari 5 Pendiri ASEAN
b. Penyelenggara KTT ASEAN yang Pertama
c. Menjadi Penengah Dalam Konflik Kamboja dan Vietnam
d. Menjadi Penengah Antara MNFL dan Filipina
e. Menjadi Pusat Kesekretariatan ASEAN
f. Berpartisipasi dalam ajang olahraga kawasan Asia Tenggara, South East Asia
Games (SEA Games)
g.  Menjadi Pemimpin ASEAN
h. Memberi Gagasan Mengenai Pembentukan Komunitas Keamanan
i. Memberi Gagasan Mengenai Pentingnya HAM
j. Menjalin Kerjasama Dalam Bidang Akademis dengan Negara-negara di Kawasan
Asia Tenggara
k. Mendukung Terbentuknya Integrasi Perekonomian
l. Menjadi Koordinator Dalam Beberapa KTT ASEAN Bersama Negara Luar

44. Mengevaluasi peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia (KAA, Misi Garuda,
Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok, ASEAN, OKI, dan Jakarta Informal Meeting)
Konferensi Asia Afrika (KAA)

Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) diawali dari ide Soekarno yang disampaikan
oleh Ali Sastroamidjojo pada Konferensi Colombo. Idenya datang karena setelah Perang Dunia
II, banyak negara yang masih bersitegang karena adanya Blok Barat dan Blok Timur. Di
Konferensi Colombo (Srilanka), pemikiran membuat KAA menjadi bahan pembicaraan utama.
Tindak lanjut dari pembicaraan tersebut adalah dengan diadakannya Konferensi
Bogor.Konferensi ini yang menghasilkan beberapa keputusan, yaitu:

1. mengadakan KAA di Bandung pada bulan April 1955.


2. Menetapkan kelima negara peserta Konferensi Bogor sebagai negara-negara sponsor.
3. Menetapkan 25 negara-negara Asia Afrika yang akan diundang.

Pada tanggal 3 Januari 1955 di Bandung, dibentuklah sebuah panitia yang diketuai oleh Sanusi
Hardjadinata, seorang gubernur Jawa Barat. Dari 25 negara yang diundang, Federasi Afrika
Tengah menolak untuk hadir karena masih diserang oleh penjajah.

Konferensi Asia Afrika di Bandung berlangsung pada tanggal 18–24 April 1955 dan dihadiri
oleh 29 negara dengan 5 negara sebagai sponsor KAA. Agenda dalam Konferensi Asia Afrika ini
antara lain membicarakan kerjasama ekonomi, budaya, hak asasi manusia dan hak menentukan
nasib sendiri, masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka, perdamaian dunia dan kerjasama
internasional, dan deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia.

Konferensi ini menghasilkan Basic Paper on Racial Discrimination, Basic Paper on Radio


Activitydan  Declaration on the Promotion of World Peace and Co-
operation. Dokumen Declaration on the Promotion of World Peace and Co-operation  inilah
yang kemudian dikenal sebagai Dasasila Bandung.

Misi Garuda

Selain ada tokoh-tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan NKRI, kamu tahu nggak kalau


ternyata ada juga tokoh-tokoh yang membantu dalam memperjuangkan kemerdekaan negara
lain? Mereka tergabung dalam Kontingen Garuda atau Pasukan Garuda. Pasukan ini terdiri
dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara
lain.Ide awal munculnya pasukan ini karena adanya konflik di Timur Tengah pada 26 Juli 1956.

Saat itu, Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir sehingga
menimbulkan perdebatan di antara negara-negara lainnya. Dalam Sidang Umum PBB, Menteri
Luar Negeri Kanada, Lester B. Perason, mengusulkan agar dibentuk pemelihara perdamaian di
Timur Tengah. Usul ini disetujui dan pada tanggal 5 November 1956 Sekretaris Jenderal PBB
membentuk United Nations Emergency Forces (UNEF).

Indonesia pun menyatakan kesediaannya untuk bergabung dalam UNEF. Indonesia telah
mengirimkan Misi Garuda I sampai Misi Garuda XXVI-C2. Menurut data Kementerian Luar
Negeri pada Senin, 21 Maret 2016, Indonesia menjadi kontributor terbesar ke-10 pasukan
pemeliharaan perdamaian PBB dari 124 negara. Saat ini, pemerintah Indonesia telah
menugaskan 2.843 personel TNI dan POLRI yang bertugas di 10 Misi Pemeliharaan Perdamaian
PBB.
Kontribusi pasukan Indonesia ke Misi Pemeliharaan PBB merupakan wujud pelaksanaan mandat
Konstitusi yang mengamanatkan Indonesia untuk “ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Selain
itu, pengiriman pasukan ini sebagai sarana peningkatan kapasitas dan profesionalisme personel
TNI dan POLRI. Kayanya, cocok nih nyanyi “Garuda di Dadaku” bagi Pasukan Garuda saat
bersiap.

Deklarasi Djuanda

Squad, coba deh  kamu ingat pelajaran geografi tentang laut teritorial. Ternyata, ketentuan luas
laut teritorial itu berasal dari Indonesia, tepatnya lewat Deklarasi Djuanda. Deklarasi Djuanda
dicetuskan oleh Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja pada tanggal 13 Desember 1957.

Deklarasi ini dilatarbelakangi oleh tuntutan pimpinan Departemen Pertahanan Keamanan RI


tahun 1956 yang merasa hukum laut Indonesia saat itu yang berdasarkan Zeenen Maritieme
Kringen Ordonantie (Ordonasi Laut dan Daerah Maritim) tahun 1939 dari Belanda tidak
menguntungkan kepentingan wilayah Indonesia. Kebijakan tersebut dapat membuat kapal-kapal
asing masuk ke wilayah Indonesia dan mengambil sumberdayanya. Rugi dong kita…

Akhirnya, melalui Deklarasi Djuanda dinyatakan bahwa laut teritorial Indonesia berjarak 12 mil
laut diukur dari garis-garis dasar yang menghubungkan titik terluar dari pulau terluar. Deklarasi
Djuanda kemudian dikukuhkan melalui Perpu No. 4 Tahun 1960 dan melahirkan konsep
“Wawasan Nusantara”. Agar diakui oleh negara lain, deklarasi ini juga diperjuangkan dalam
forum internasional melalui Konvensi Hukum Laut atau lebih dikenal dengan UNCLOS (United
Nations Convention On The Law of The Sea) yang diadakan oleh PBB.

Deklarasi Djuanda baru dapat diterima di dunia internasional setelah ditetapkan dalam Konvensi
Hukum Laut PBB yang ke-3 di Montego Bay (Jamaika) pada tahun 1982. Berdasarkan hasil
konvensi tersebut Indonesia diakui sebagai negara dengan asas Negara Kepulauan.

Setelah diperjuangkan sekitar 25 tahun, akhirnya pada 16 November 1994, disetujui oleh 60
negara, dan dengan demikian hukum laut Indonesia telah diakui oleh dunia internasional.

Indonesia harus berterimakasih kepada Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja dan Prof. Dr. Hasjim
Djalal, yang setia mengikuti berbagai konferensi tentang hukum laut yang dilaksanakan PBB
dari tahun 1970-an hingga tahun 1990-an. Berkat mereka, kedaulatan wilayah laut Indonesia bisa
diakui internasional.

Gerakan Nonblok (GNB)

Setelah Perang Dunia II, muncul dua kubu dari dua negara adidaya, Amerika dengan haluan
liberal-kapitalis dan Rusia dengan aliran sosialis-komunis. Banyak negara yang tidak ingin
tergabung dalam dua aliran ini, akhirnya membuat Gerakan Nonblok (GNB).
Masih ingat Dasasila Bandung yang sudah kita bahas di atas? Nah, untuk merealisasikan
beberapa poin dalam Dasasila Bandung yang menyangkut kesejahteraan suatu negara, pada
tanggal 1-6 September 1961 diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Beograd, Yugoslavia.

Dalam KTT di Beograd inilah, didirikan GNB, yang diprakarsai oleh lima negara, Indonesia,
India, Yugoslavia, Ghana, dan Mesir. Beberapa tujuan dari dibentuknya Gerakan Nonblok antara
lain:

1. memelihara perdamaian dan keamanan internasional.


2. Mengusahakan tercapainya pelucutan senjata secara umum dan menyeluruh dibawah
pengawasan internasional efektif.
3. Mengusahakan agar PBB berfungsi secara efektif.
4. Mengusahakan terwujudnya tata ekonomi dunia baru.
5. Mengusahakan kerjasama di segala bidang dalam rangka menwujudkan pembangunan
ekonomi dan sosial.

Tujuan dari GNB juga tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, yaitu untuk menjamin
kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok
dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme
dan segala bentuk intervensi.

Selain sebagai negara pelopor berdirinya GNB, Indonesia memiliki peran yang cukup besar
dalam organisasi tersebut, di antaranya:

1. sebagai salah satu negara penggagas KAA yang merupakan cikal bakal digagasnya
Gerakan Nonblok
2. sebagai salah satu negara pengundang pada KTT GNB yang pertama. Hal ini karena
Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar dalam mengundang
mengajak negara lain untuk bergabung dalam KTT.
3. menjadi ketua dan penyelenggara KTT GNB yang ke X yang berlangsung pada 1-7
September 1992 di Jakarta dan Bogor. Indonesia turut pula menjadi perintis dibukanya
kembali dialog utara-selatan, yaitu dialog yang memperkuat hubungan antara negara
berkembang (selatan) terhadap negara maju (utara).

Hingga tahun 2016, KTT GNB telah diadakan sebanyak 17 kali dan memiliki pada 2012 telah
memiliki 120 negara sebagai anggota.

ASEAN

OKI

JAKARTA INFORMAL MEETING


45. REVOLUSI HIJAU

Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam


dari cara tradisional (peasant) ke cara modern (farmers). Untuk meningkatkan produksi
pertanian umumnya dilakukan empat usaha pokok, yang terdiri dari:

a. Intensifikasi, yaitu penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi pertanian


untuk memanfaatkan lahan yang ada guna memperoleh hasil yang optimal; Perubahan ini
dilakukan melalui program Panca Usaha Tani yang terdiri dari:

b. Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang
lebih optimal;

c. Diversifikasi (keanekaragaman usaha tani);

d. Rehabilitasi (pemulihan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis).

Anda mungkin juga menyukai