mengkaitkan strategi perlawanan bangsa indonesia terhadap penjajahan bangsa eropa sampai
awal abad ke-20
A. Perang Padri
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat
terkait pemurnian agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan
kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum
Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan
tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803
– 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat
B. Perang Pattimura
C. Perang Diponegoro
Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu
aturan yang memberik hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing
beserta muatannya yang terdampar di Bali. Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan
Hak Tawan Karang, sehingga perang puputan (habis-habisan) antara kerajaan-kerajaan
Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi. Belanda berhasil
menguasai Bali karena kekuatan militer yang lebih unggul.
E. Perang Banjar
F. Perang Aceh
22. Menilai dampak dibidang pendidikan pada masa penjajahan bangsa eropa
Masuknya bangsa Eropa ke Nusantara juga membawa pengaruh besar dalam bidang
pendidikan. Pendidikan dari Eropa pertama kali masuk ke Nusantara bersamaan
dengan masuknya agama Kristen Katolik. Kala itu dibangun sekolah yang mengajarkan
ajaran agama Katolik untuk para pribumi dari daerah Timur Indonesia di sekitar daerah
Maluku.
Pendidikan mulai dianggap penting saat kebijakan Politik Etis dilakukan oleh pemerintah
kolonial. Perhatian pemerintah kolonial Belanda terhadap pendidikan dikarenakan guna
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor swasta dan pemerintahan. Sekolah-
sekolah yang didirikan pemerintah menganut sistem pendidikan barat dan hanya bisa
dimasuki oleh kalangan bangsawan. Beberapa contoh sekolah yang didirikan pada masa awal
pemerintah kolonial Belanda, antara lain:
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial ataupun
ekonomi. Salah satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang
menganut agama Katolik dan Kristen Protestan. Kedatangan Portugis yang membawa
semangat 3G memengaruhi penyebaran agama Kristen dan Katolik di Indonesia.
Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah Fransiscus
Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. Di samping
penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan juga turut tersebar di Indonesia.
Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan Gubernur
Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands Zendeling Genootschap
(NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen Protestan berdasarkan Alkitab.
Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG yang terkenal adalah Ludwig Ingwer
Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.
Sultan Hamengkubowono IX
Frans Kaisiepo
K. H. Hasyim Asy’ari
34.
Gunting Syafruddin
Kalau kamu pikir program ini adalah menggunting uang kertas, salah. Salah banget. Kebijakan
ini merupakan pemotongan nilai uang. Caranya dengan memotong uang yang bernilai Rp2,50
ke atas hingga nilainya menjadi setengah. Kebijakan ini dikeluarkan pada tanggal 20 Maret 1950
oleh Menteri Keuangan saat itu, Syafruddin Prawiranegara.
Kebijakan ini dilakukan dengan cara menggunting uang kertas menjadi dua bagian, bagian kanan
dan bagian kiri. Guntingan uang kertas bagian kiri tetap merupakan alat pembayaran yang sah
dengan nilai separuh dari nilai nominal yang tertera, sedangkan guntingan uang kertas bagian
kanan ditukarkan dengan surat obligasi pemerintah yang dapat dicairkan beberapa tahun
kemudian. Kebijakan ini dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah uang beredar di
Gerakan Benteng
Salah lagi, Squad! Sistem ekonomi gerakan benteng bukan seperti benteng yang di atas,
ya, catet! Sistem ekonomi gerakan benteng bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Program ini dicetuskan oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi Indonesia, yang dituangkan dalam program
kerja Kabinet Natsir.
Pada dasarnya sistem ekonomi ini bertujuan untuk melindungi para pengusaha dalam
negeri dengan cara memberikan bantuan berupa kredit dan bimbingan konkret. Sekitar
700 pengusaha dalam negeri telah mendapat bantuan kredit dari pemerintah. Namun, program ini
tidak berjalan dengan baik karena kebiasaan konsumtif yang dimiliki oleh pengusaha dalam
negeri. Banyak yang menggunakan dana kredit tersebut untuk memenuhi kepentingan
pribadinya.
Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani sehingga Indonesia mengambil langkah
secara sepihak. Pada tanggal 13 Februari 1956, Kabinet Burhanudin Harahap melakukan
pembubaran Uni-Indonesia dan akhirnya tanggal 3 Mei 1956 Presiden Soekarno menandatangani
pembatalan KMB.
Gerakan Asaat
Gerakan Asaat yang digagas oleh Mr. Asaat bertujuan melindungi perekonomian warga
Indonesia asli dari persaingan dagang dengan pengusaha asing khususnya Tionghoa. Pada
Oktober 1956, pemerintah menyatakan akan membuat lisensi khusus untuk para pengusaha
pribumi.
Ketidakstabilan politik dan ekonomi menyebabkan merosotnya ekonomi, inflasi, dan lambatnya
pelaksanaan pembangunan. Pada awalnya kabinet menekankan pada program pembangunan
ekonomi jangka pendek kemudian dibentuk Badan Perancang Pembangunan Nasional yang
disebut Biro Perancang Negara. Pada bulan Mei 1956 biro ini menyusun RPLT. Kalau di saat ini,
mungkin sebutan yang sering digunakan adalah Renstra (Rencana Strategis) mungkin, yaa...
Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II terjadi ketegangan antara pusat dan daerah. Masalah
tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar
dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Rencana
tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:
Beberapa perusahaan asing yang dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia di antaranya adalah
Bank Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij (Bank Dagang Negara), Bank De
Nationale Handelsbank N. V (Bank Umum Negara), N.V Nederlandsche Handels Maatschappij
(Bank Exim), Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij/KNILM (Garuda
Indonesia), dll.
Squad pernah jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta lalu pergi ke Museum BI (Bank Indonesia)?
Bangunan tersebut punya sejarah yang panjang sebagai saksi kehidupan ekonomi bangsa.
Dulunya gedung itu milik Belanda, tepatnya milik de Javasche Bank.
35. Menunjukan Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin
Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, pada
tanggal 25 Agustus 1950 pemerintah mengumumkan penurunan nilai
uang. Gimana sih penurunan nilai uang tersebut? Sebagai contoh, untuk uang kertas pecahan
Rp500 nilainya akan berubah menjadi Rp50 begitu seterusnya. Selain itu, semua simpanan di
bank yang melebihi Rp25.000 akan dibekukan.
Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi secara
menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Tujuan dibentuknya Dekon adalah untuk
menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari imperialisme. Meski
begitu, dalam pelaksanaannya Dekon tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah
inflasi, Dekon justru mengakibatkan perekonomian Indonesia stagnan. Masalah perekonomian
diatur atau dipegang oleh pemerintah sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi banyak
diabaikan.
Keadaan perekonomian semakin buruk karena pembengkakan biaya proyek mercusuar. Proyek
Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan ibukota agar mendapat perhatian dari luar
negeri. Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of the New Emerging Forces) sebagai tandingan
dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek besar seperti gedung CONEFO yang sekarang
dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan
Semanggi, pembangunan Monumen Nasional (Monas), dan pusat pertokoan Sarinah.
36.
Pada 9 Juli 1959, Kabinet Djuanda dibubarkan dan diganti menjadi Kabinet Kerja yang dilantik
pada 10 Juli 1959. Kabinet ini memiliki program kerja yang disebut Tri Program yang meliputi:
Kebijakan-kebijakan politik yang terdapat dalam infografis di atas tentunya tidak lepas dari
berbagai kecaman karena adanya penyimpangan. Seperti penetapan Soekarno sebagai Presiden
Seumur Hidup. Hmm, kok bisa? Waktu itu masih bisa, karena waktu itu UUD 1945 belum
diamandemen, dan di Pasal 7 saat itu hanya disebutkan bahwa presiden memegang jabatan
selama lima tahun dan sesudahnya boleh dipilih kembali. Wah, kalau sekarang tentu nggak bisa
yaa.
Selain itu, keberadaan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dan DPAS (Dewan
Pertimbangan Agung Sementara) juga menuai kontroversi. Kenapa? Tidak lain karena
pembentukannya dibuat langsung oleh presiden, bahkan diketuai olehnya. Padahal seharusnya,
badan seperti MPRS dipilih melalui Pemilu (Pemilihan Langsung).
37.
A. ORDE BARU
Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang menunjukkan fokus utama mereka dalam
memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan.
beberapa kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pada masa orde baru adalah:
Pada April 1969, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
yang bertujuan untuk meningkatkan sarana ekonomi, kegiatan ekonomi serta kebutuhan
sandang dan pangan. Repelita ini akan dievaluasi selama lima tahun sekali.
a. Repelita I (1 April 1969-31 Maret 1974) Sasaran utama yang hendak dicapai adalah
pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Pertumbuhan ekonomi berhasil naik 3 sampai 5,7% sedangkan tingkat inflasi menurun
menjadi 47,8%.
Namun, kebijakan pada masa Repelita I dianggap menguntungkan investor Jepang dan
golongan orang-orang kaya saja. Hal ini memicu timbulnya peristiwa Malapetaka Lima
Belas Januari(Malari).
b. Repelita II (1 April 1974 - 31 Maret 1979) menitikberatkan pada sektor pertanian dan
industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
c. Repelita III (1 April 1979-31 Maret 1984) Pelita III menekankan pada Trilogi
Pembangunan dengan menekankan pada azas pemerataan, yaitu:
d. Repelita IV (1 April 1984 - 31 Maret 1989) menitikberatkan pada sektor pertanian
menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin-mesin sendiri.
e. Repelita V (1 April 1989-31 Maret 1994) menitikberatkan pada sektor pertanian untuk
memantapkan swasembada pangan, meningkatkan produksi pertanian, menyerap tenaga
kerja, dan mampu menghasilkan mesin-mesin sendiri.
f. Repelita VI dimulai pada tahun 1994, pembangunan berfokus pada pada sektor
ekonomi, industri, pertanian dan peningkatan sumber daya manusia.
2. Revolusi Hijau
Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara
tradisional (peasant) ke cara modern (farmers). Untuk meningkatkan produksi pertanian
umumnya dilakukan empat usaha pokok, yang terdiri dari:
b. Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang
lebih optimal;
B. ORDE REFORMASI
Pemilu yang sudah diatur melalui SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu
akan dilaksanakan pada tahun 1971 ini, berbeda dengan pemilu pada tahun 1955
(orde revolusi atau orde lama). Pada pemilu ini para pejabat pemerintah hanya
berpihak kepada salah satu peserta Pemilu yaitu Golkar. Dan kamu tahu? Golkar
lah yang selalu memenangkan pemilu di tahun selanjutnya yaitu tahun 1977,
1982, 1987, 1992, hingga 1997.
3. Dwifungsi ABRI
Pada saat Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucil dari pergaulan
internasional dan menyulitkan Indonesia secara ekonomi maupun politik dunia. Keadaan ini
kemudian mendorong Indonesia untuk kembali menjadi anggota PBB berdasarkan hasil sidang
DPRGR. Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif kembali menjadi anggota PBB.
Pada tahun 1965, terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Untuk
memulihkan hubungan diplomatik, dilakukan penandatanganan perjanjian antara Indonesia yang
diwakili oleh Adam Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak pada tanggal 11
Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Singapura melalui pengakuan
kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni 1966.
Indonesia mulai memperkuat kerjasama baik regional dan internasional dengan melakukan
beberapa upaya, yaitu:
39.
44. Mengevaluasi peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia (KAA, Misi Garuda,
Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok, ASEAN, OKI, dan Jakarta Informal Meeting)
Konferensi Asia Afrika (KAA)
Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) diawali dari ide Soekarno yang disampaikan
oleh Ali Sastroamidjojo pada Konferensi Colombo. Idenya datang karena setelah Perang Dunia
II, banyak negara yang masih bersitegang karena adanya Blok Barat dan Blok Timur. Di
Konferensi Colombo (Srilanka), pemikiran membuat KAA menjadi bahan pembicaraan utama.
Tindak lanjut dari pembicaraan tersebut adalah dengan diadakannya Konferensi
Bogor.Konferensi ini yang menghasilkan beberapa keputusan, yaitu:
Pada tanggal 3 Januari 1955 di Bandung, dibentuklah sebuah panitia yang diketuai oleh Sanusi
Hardjadinata, seorang gubernur Jawa Barat. Dari 25 negara yang diundang, Federasi Afrika
Tengah menolak untuk hadir karena masih diserang oleh penjajah.
Konferensi Asia Afrika di Bandung berlangsung pada tanggal 18–24 April 1955 dan dihadiri
oleh 29 negara dengan 5 negara sebagai sponsor KAA. Agenda dalam Konferensi Asia Afrika ini
antara lain membicarakan kerjasama ekonomi, budaya, hak asasi manusia dan hak menentukan
nasib sendiri, masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka, perdamaian dunia dan kerjasama
internasional, dan deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia.
Misi Garuda
Saat itu, Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir sehingga
menimbulkan perdebatan di antara negara-negara lainnya. Dalam Sidang Umum PBB, Menteri
Luar Negeri Kanada, Lester B. Perason, mengusulkan agar dibentuk pemelihara perdamaian di
Timur Tengah. Usul ini disetujui dan pada tanggal 5 November 1956 Sekretaris Jenderal PBB
membentuk United Nations Emergency Forces (UNEF).
Indonesia pun menyatakan kesediaannya untuk bergabung dalam UNEF. Indonesia telah
mengirimkan Misi Garuda I sampai Misi Garuda XXVI-C2. Menurut data Kementerian Luar
Negeri pada Senin, 21 Maret 2016, Indonesia menjadi kontributor terbesar ke-10 pasukan
pemeliharaan perdamaian PBB dari 124 negara. Saat ini, pemerintah Indonesia telah
menugaskan 2.843 personel TNI dan POLRI yang bertugas di 10 Misi Pemeliharaan Perdamaian
PBB.
Kontribusi pasukan Indonesia ke Misi Pemeliharaan PBB merupakan wujud pelaksanaan mandat
Konstitusi yang mengamanatkan Indonesia untuk “ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Selain
itu, pengiriman pasukan ini sebagai sarana peningkatan kapasitas dan profesionalisme personel
TNI dan POLRI. Kayanya, cocok nih nyanyi “Garuda di Dadaku” bagi Pasukan Garuda saat
bersiap.
Deklarasi Djuanda
Squad, coba deh kamu ingat pelajaran geografi tentang laut teritorial. Ternyata, ketentuan luas
laut teritorial itu berasal dari Indonesia, tepatnya lewat Deklarasi Djuanda. Deklarasi Djuanda
dicetuskan oleh Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja pada tanggal 13 Desember 1957.
Akhirnya, melalui Deklarasi Djuanda dinyatakan bahwa laut teritorial Indonesia berjarak 12 mil
laut diukur dari garis-garis dasar yang menghubungkan titik terluar dari pulau terluar. Deklarasi
Djuanda kemudian dikukuhkan melalui Perpu No. 4 Tahun 1960 dan melahirkan konsep
“Wawasan Nusantara”. Agar diakui oleh negara lain, deklarasi ini juga diperjuangkan dalam
forum internasional melalui Konvensi Hukum Laut atau lebih dikenal dengan UNCLOS (United
Nations Convention On The Law of The Sea) yang diadakan oleh PBB.
Deklarasi Djuanda baru dapat diterima di dunia internasional setelah ditetapkan dalam Konvensi
Hukum Laut PBB yang ke-3 di Montego Bay (Jamaika) pada tahun 1982. Berdasarkan hasil
konvensi tersebut Indonesia diakui sebagai negara dengan asas Negara Kepulauan.
Setelah diperjuangkan sekitar 25 tahun, akhirnya pada 16 November 1994, disetujui oleh 60
negara, dan dengan demikian hukum laut Indonesia telah diakui oleh dunia internasional.
Indonesia harus berterimakasih kepada Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja dan Prof. Dr. Hasjim
Djalal, yang setia mengikuti berbagai konferensi tentang hukum laut yang dilaksanakan PBB
dari tahun 1970-an hingga tahun 1990-an. Berkat mereka, kedaulatan wilayah laut Indonesia bisa
diakui internasional.
Setelah Perang Dunia II, muncul dua kubu dari dua negara adidaya, Amerika dengan haluan
liberal-kapitalis dan Rusia dengan aliran sosialis-komunis. Banyak negara yang tidak ingin
tergabung dalam dua aliran ini, akhirnya membuat Gerakan Nonblok (GNB).
Masih ingat Dasasila Bandung yang sudah kita bahas di atas? Nah, untuk merealisasikan
beberapa poin dalam Dasasila Bandung yang menyangkut kesejahteraan suatu negara, pada
tanggal 1-6 September 1961 diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Beograd, Yugoslavia.
Dalam KTT di Beograd inilah, didirikan GNB, yang diprakarsai oleh lima negara, Indonesia,
India, Yugoslavia, Ghana, dan Mesir. Beberapa tujuan dari dibentuknya Gerakan Nonblok antara
lain:
Tujuan dari GNB juga tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, yaitu untuk menjamin
kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok
dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme
dan segala bentuk intervensi.
Selain sebagai negara pelopor berdirinya GNB, Indonesia memiliki peran yang cukup besar
dalam organisasi tersebut, di antaranya:
1. sebagai salah satu negara penggagas KAA yang merupakan cikal bakal digagasnya
Gerakan Nonblok
2. sebagai salah satu negara pengundang pada KTT GNB yang pertama. Hal ini karena
Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar dalam mengundang
mengajak negara lain untuk bergabung dalam KTT.
3. menjadi ketua dan penyelenggara KTT GNB yang ke X yang berlangsung pada 1-7
September 1992 di Jakarta dan Bogor. Indonesia turut pula menjadi perintis dibukanya
kembali dialog utara-selatan, yaitu dialog yang memperkuat hubungan antara negara
berkembang (selatan) terhadap negara maju (utara).
Hingga tahun 2016, KTT GNB telah diadakan sebanyak 17 kali dan memiliki pada 2012 telah
memiliki 120 negara sebagai anggota.
ASEAN
OKI
b. Ekstentifikasi, yaitu perluasan lahan pertanian untuk memperoleh hasil pertanian yang
lebih optimal;