Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang

Awalnya Rakyat Nusantara memiliki hubungan baik dengan pedagang asing terutama Belanda. Namun
seiring ingin mengeksploitasi segala kekayaan alam nusantara, pedagang asing terutama Belanda
melakukan berbagai cara untuk menguasai dan memiliki kekayaan alam di nusantara. Perlawanan
Rakyat Indonesia terhadap Belanda berawal dari dibentuknya VOC (Veerenigde Oost Indische
Compagne) sekitar Maret tahun 1602. Belanda berhasil menerapkan politik dagang monopolinya serta
ikut campur urusan kerajaan nusantara pada waktu itu hingga bubarnya VOC dan berlanjut penguasaan
nusantara selama pemerintahan kolonial Belanda

1. Perang Paderi

Perang Paderi terjadi tahun 1803-1837 di Sumatera Barat. Penyebab dikarenakan perselisihan antara
Kaum adat dan Kaum Paderi tentang pelaksanaan sistem dasar kehidupan dimana Kaum Paderi ingin
melaksanakan syariat Islam penuh dan kaum adat ingin mempertahankan adat yang telah lama
dilaksanakan di tanah Minangkabau. Hal ini kemudian Belanda memanfaatkan momen ini dengan turut
membantu kaum adat. Tetapi, rakyat kaum Paderi dan kaum adat sadar akan diadu domba oleh Belanda
akhirnya bersatu melawan Belanda. Dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol (Muhammad Shahab). Imam
Bonjol akhirnya ditangkap karena tipu daya Belanda di Perjanjian Masang dan diasingkan di Minahasa.
Perlawanan Rakyat Minangkabau setelah Imam Bonjol diasingkan dilanjutkan oleh Tuanku Tambusai
(Muhammad Shaleh) tetapi tetap saja berhasil ditumpas oleh Belanda. Perang ini dimenangkan oleh
Belanda.

2. Perang Pattimura

Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan. Rakyat Maluku
yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan melakukan perlawanan terhadap
Belanda. Pertempuran sengit terjadi di benteng Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan
secara besar-besaran, rakyat Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akibat
tertangkapnya Pattimura dan Martha Christina Tiahahu.

3. Perang Diponegoro

Terjadi tahun 1825-1830, di Yogyakarta dipimpin oleh Pangeran Diponegoro (Mustahar).penyebabnya


adalah Belanda membangun jalan sepanjang tanah leluhur Pangeran Diponegoro, ikut campur urusan
politik kesultanan, politik monopoli dan pajak Belanda yang menyengsarakan serta budaya Belanda yang
menentang ajaran Islam. Dalam perang ini,Belanda menggunakan taktik perang benteng stelsel dimana
setiap daerah dikuasai dibangun benteng benteng saling terhubung dengan benteng lainnya Agar
pasukan dapat bergerak dengan cepat dan memberi ruang sempit pasukan Pangeran Diponegoro dalam
menyerang. Perang ini akhirnya dimenangkan oleh Belanda walaupun menghabiskan banyak biaya di
pihak Belanda.
4. Perang Jagaraga

Terjadi tahun 1848, dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik yang saat itu menjadi patih Kerajaan Buleleng
Bali. Penyebab perang ini dikarenakan terdamparnya kapal dagang milik Belanda di Pulau Bali dimana
dikuasai oleh Kerajaan Buleleng. Hingga akhirnya kapal itu disita oleh kerajaan karena kerajaan Buleleng
menetapkan aturan hak Tawan Karang dimana setiap kapal terdampar akan disita oleh kerajaan.
Belanda membujuk Raja Gusti Ngurah Made Karangasem menghapus peraturan hak Tawan Karang
namun ditolak. Hingga akhirnya terjadi perang Puputan Jagaraga di Bali dipimpin oleh I Gusti Ketut
Jelantik. Perang ini akhirnya dimenangkan oleh Belanda

5.Perang Banjar

Terjadi tahun 1859 di Kalimantan Timur dan Selatan,dimana saat itu terdapat Kesultanan Banjar.
Penyebab perang dikarenakan Belanda ingin menguasai kekayaan alam Kalimantan dan memanfaatkan
momen konflik politik kesultanan Banjar dengan menunjukkan Tamjidillah sebagai sultan dan ditolak
oleh rakyat Banjar. Akhirnya pecahlah perang ini yang dipimpin oleh Pangeran Antasari dan
Hidayatullah. Namun akhirnya pertempuran ini dimenangkan oleh Belanda.

6. Perang Aceh

Terjadi tahun 1873-1942, perang ini berlangsung sangat lama dan berkelanjutan hingga membuat
Belanda kewalahan dan mengalami kerugian keuangan. Penyebab perang ini dikarenakan oleh Pax
Nederlandica yaitu misi untuk memperluas daerah kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda termasuk
daerah Kesultanan Aceh. Perang ini memiliki tokoh pemimpin perang seperti Teuku Cik Ditiro,Teuku
Umar,Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia. Pada perang ini Belanda menggunakan taktik penyusupan
melalui Dr. Snouck Hurgronje menyamar sebagai orang Islam dengan nama Abdul Gafar. Dia
mempelajari segala tentang Islam dan hal hal lainnya untuk mencari celah dalam mengalahkan Rakyat
Aceh. Namun itu semua memiliki proses lama hingga tahun 1942 perang berakhir dimenangkan oleh
Belanda

8. Perang Sisingamangaraja

Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Terjadi Sumatera Utara Latar belakang
perlawanan ini adalah bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan
penyebaran agama Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19.
Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII
wafat ditembak serdadu Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak.

9. Perang Bone

Dimulai tahun 1824-1860 semenjak Perjanjian Bongaya Belanda mendapatkan daerah kekuasaannya
dan ingin membaharui Perjanjian Bongaya lagi dengan Kerajaan Bone. Namun kerajaan Bone tidak
mengakui kekuasaan Belanda di Sulawesi Selatan setelah Perjanjian Bongaya diperbaharui. Perang
meletus 3 kali antara Kerajaan Bone dengan Belanda namun akhirnya tetap saja berhasil ditumpas oleh
Belanda. Tokoh penting perang ini adalah Raja Bone yaitu Besse Kajuara.
10.Perang Makassar

Terjadi tahun 1666-1669 antara kesultanan Gowa Tallo dan VOC Belanda. Dipimpin oleh Sultan
Hassanudin yang digelar Ayam Jantan Dari Timur karena ketangguhan dan keberanian menghadapi
Belanda melalui VOC yang ingin menguasai perdagangan di Sulawesi dan adanya konflik dengan
Kerajaan Bone dipimpin Aru Palakka. Perang ini berakhir dengan perjanjian Bongaya dimana Belanda
menguasai seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan kerajaan Bone mendapatkan juga daerah kekuasaan
Gowa Tallo.

Kebijakan Politik Belanda Selama Pemerintahan Kolonial Belanda

1. Politik Devide Et Impera

Politik ini juga disebut politik adu domba dilakukan oleh Belanda melalui organisasi dagangnya VOC
dengan cara mencampur urusan kerajaan kerajaan di nusantara dan mengadu domba secara eksternal
atau internal. Politik ini bertujuan agar VOC mendapatkan daerah kekuasaan monopoli perdagangannya
untuk mencapai keuntungan besar. Politik ini dipakai selama masa penguasaan seluruh wilayah
nusantara oleh Pemerintah Belanda

2. Politik Cultur Stelsel

Politik Tanam Paksa atau Cultur Stelsel diberlakukan pada masa Pemerintahan Hindia Belanda oleh Van
den Bosch. Politik ini mengatur agar rakyat Indonesia bercocok tanam tanaman tanaman yang laku dan
bernilai ekonomis di pasar Eropa. Kemudian juga dikenakan pajak yang cukup besar membuat rakyat
Indonesia sangat sengsara pada Waktu itu

3. Politik Liberal

Politik Liberal dimulai pada tahun 1870 setelah pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Undang
Undang yang disebut Wet Agraria atau UU Agraria oleh Menteri Engelbertus de Waal Dalam UU Agraria
ini, pengusaha swasta dapat menyewa tanah milik pemerintah selama 75 tahu, untuk dimanfaatkan
seperti untuk perkebunan. Dengan demikian, perkebunan di Indonesia tidak lagi menjadi monopoli
pemerintah Belanda, namun dilakukan liberalisasi, sehingga pemilik modal swasta dapat membuka
perkebunan mereka sendiri.

4. Politik Etis

Politik Etis atau Balas Budi adalah politik Pemerintahan Hindia Belanda terhadap Rakyat Indonesia yang
diberlakukan karena bentuk protes Rakyat Belanda dan Indonesia terhadap dampak sistem tanam paksa
yang dituliskan dalam sebuah buku berjudul Max Havelaar karangan Douwes Dekker dengan nama
samaran Multatuli. Hal ini membuat adanya Trilogi Van Deventer untuk memenuhi politik etis Belanda
yaitu Irigasi, Transmigrasi dan Edukasi. Tujuan ini sebenarnya hanya menguntungkan kepentingan
Belanda. Namun akhirnya dengan politik ini terjadi awal kebangkitan rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai