Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilPenelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek didirikan sejak tahun 1914

oleh perkebunan (Onderneming) pemerintah Hindia Belanda.Visi

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah rumah sakit

kebanggaan masyarakat Lampung. Adapun yang menjadi Misi RSUD

Abdul Moeloek Provinsi Lampung adalah: memberikan pelayanan

prima disegala bidang pelayanan rumah sakit, menyelenggarakan dan

mengembangkan pusat-pusat pelayanan unggulan, membentuk SDM

professional bidang kesehatan, dan menjadikan pusat penelitian

dibidang kesehatan (Profil RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, 2014).

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek adalah rumah sakit sah milik

provinsi Lampung sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Provinsi Lampung berdasarkan SK Menkes RI No.HK.03.05/I/2603/08

ditetapkan menjadi rumah sakit tipe B Pendidikan berkapasitas 600

tempat tidur didirikan diatas tanah 81,486 m2 di wilayah kecamatan

Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung (Profil RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek, 2014).

Pelayanan yang ada di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek terdiri

dari Instalasi Gawat Darurat, Rawat Jalan, Rawat Inap, Mahan Munyai,

Bedah Sentral (IBS), Radiologi, Patologi Klinik, Bank Darah, Intensif

Terpadu (ICU, ICCU, PICU), Unit Pelayanan Perinatologi, Rehabilitasi


Medik, Farmasi, Gizi, Kamar Jenazah, Laundri, Limbah, Kebersihan

dan Keindahan, Penunjang, Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

(IPSRS), Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), Sistem Informasi

Manajemen (SIM), Pelayanan Ambulance, Pelayanan Pengadaan

Barang/Jasa (Profil RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, 2014).

4.1.2 Penyajian Data danAnalisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data dari rekam medik RSUD.

Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung menggunakan format

pengumpulan data, maka didapatkan distribusi gambaran faktor resiko

yang meliputi usia, usia menikah, paritas sebagaimana dapat dilihat

pada uraian dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia yang mengalami kanker serviks


di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2016

No Usia F %
1 Beresiko 92 88,47 %
2 Tidak beresiko 12 11,53 %
∑ 104 100
Sumber Data : Data Sekunder Tahun 2016

Berdasarkan table 4.1didapatkan bahwa dari 104 perempuan yang

mengalami kanker serviks sebagian besar usia beresiko yaitu sebanyak

92 orang (88,47 %), dan usia tidak beresiko sebanyak 12 orang (11,53

%).

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi usia menikah yang mengalami


kanker serviks di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2016
No Paritas F %
1 Menikah dini 57 54,80
2 Tidak menikah dini 47 45,20
∑ 104 100
Sumber Data : Data Sekunder Tahun 2016

Berdasarkan table 4.3 didapatkan bahwa dari 104 perempuan

yang mengalami kanker serviks sebagian besar menikah usia dini

sebanyak 57 orang (54,80%), tidak menikah usia dini terdapat 47 orang

(45,20 %).

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi paritas yang mengalami kanker


serviks di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2016

No Paritas F %
1 Primipara 12 11,53
2 Multipara 81 77,89
3 Grandemultipara 11 10,58
∑ 104 100
Sumber Data : Data Sekunder Tahun 2016

Berdasarkan table 4.2 didapatkan bahwa dari 104 perempuan

yang mengalami kanker serviks sebagian besar paritas multipara

sebanyak 81 orang (77,89 %), primipara terdapat 12 orang (11,53 %),

dan grande multipara terdapat 11 orang (10,58 %).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Distribusi frekuensi usia ibu yang mengalami kanker serviks


Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data diperoleh

bahwa terdapat 104 ibu yang mengalami kanker serviks sebagian besar

yang terdiagnosa kanker serviks adalah usia beresiko yaitu sebanyak 92

orang (88,47 %), usia tidak beresiko sebanyak 12 orang (11,53 %).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

Usia adalah faktor alamiah penyebab penderita kanker serviks. Orang

yang terkena kanker serviks adalah usia diatas 40 tahun. Hasil

penelitian menunjukkan puncak usia penderita kanker serviks di

Indonesia adalah usia 45-54 tahun. Semakin tua seorang wanita maka

semakin tinggi resiko terjadinya kanker serviks. Meskipun begitu,

bukan berarti wanita tidak bisa terkena kanker serviks. Bahkan,

sekalipun orang muda jika ia tidak dapat memiliki hidup sehat, maka ia

bisa saja terkena kanker serviks (Arum, 2015: 52).

Dalam pemantauan perjalanan penyakit, diagnosis displasia

sering ditemukan pada usia 20 tahunan. Karsinoma insitu pada usia 25-

35 tahun dan kanker serviks invasif pada usia 40 tahun. Penelitian awal

menunjukkan tingginya kejadian kanker serviks pada perempuan lajang

dan menikah pada usia muda. Terdapat pula peningkatan dua kali lipat

pada perempuan yang mulai berhubungan seksual sebelum usia 16

tahun (Bustan, 2007: 177).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Eka Setya Rini “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Kanker Leher Rahim di RSUD Moewardi di Surakarta 2009” dimana


dari 24 responden penderita kanker serviks terdapat 20 orang (60,6 %)

ibu yang mengalami kanker serviks pada usia beresiko.

4.2.3 Distribusi frekuensi usia menikah ibu yang mengalami kanker

serviks

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data diperoleh data

bahwa terdapat 104 ibu yang mengalami kanker serviks. Sebagian besar

yang terdiagnosa adalah ibu yang menikah usia dini yaitu sebanyak 57

orang (54,80%) dan tidak menikah usia dini terdapat 47 orang (45,20

%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

Menikah atau melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun

dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya kanker serviks di

karenakan pada usia kurang dari 20 tahun, organ reproduksi wanita

belum memiliki tingkat kematangan yang sesuai. (Savitri, 2013: 123).

Melakukan hubungan seksual idealnya dilakukan setelah wanita

benar-benar matang. Sedangkan pada remaja, sel-sel mukosa pada

serviks belum matang dan organ-organ reproduksi belum berkembang

dengan sempurna, sehingga sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi

kanker serviks. Selain itu adanya benda asing termasuk alat kelamin

laki-laki dan sel sperma mengakibatkan perkembangan sel yang

abnormal. Apalagi jika terjadi perlukaan akan mengakibatkan infeksi

dalam rahim.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan ibu yang

mengalami kanker di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun

2016 sebagian besar adalah ibu yang menikah usia dini. Penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Melva “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang

Datang Berobat (2008) Di RSUD H. Adam Malik Medan” dimana dari

60 responden penderita kanker serviks terdapat 36 orang (39,2 %) ibu

yang menikah pada usia dini.

4.2.2 Distribusi frekuensi paritas ibu yang mengalami kanker serviks

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data diperoleh data

bahwa terdapat 104 ibu yang mengalami kanker serviks sebagian besar

yang terdiagnosa adalah paritas multipara yaitu sebanyak 81 orang

(77,89 %), primipara terdapat 12 orang (11,53 %), dan grandemultipara

terdapat 11 orang (10,57 %).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

Paritas atau kelahiran yang paling optimal adalah kelahiran sampai tiga

kali. Semakin banyak proses melahirkan yang dialami ibu maka

semakin tinggi resiko terjadinya kanker serviks. Hal ini terjadi karena di

sebabkan oleh pertama, saat proses melahirkan, janin tentu saja akan

keluar melalui serviks yang merupakan leher rahim, jembatan antara

rahim dan vagina. Jika serviks mengalami kelahiran terus menerus

maka serviks juga semakin mengalami trauma.

Kedua, adanya perubahan hormonal bagi wanita selama hamil

ketiga yang membuat wanita tersebut lebih mudah terkena infeksi HPV
dan pertumbuhan kanker. Ketiga, wanita hamil memiliki imunitas yang

rendah sehingga memudahkan masuknya infeksi virus HPV yang

berujung pada pertumbuhan kanker.(Savitri, 2013: 124).

Hubungan antara tingginya paritas (frekuensi atau seringnya

melahirkan) dengan kanker serviks mungkin akibat menurunnya

kemampuan serviks dalam mempertahankan zona transformasi pada

ektoserviks terhadap infeksi HPV, selain kemungkinan faktor hormonal

yang juga dapat berperan (Emilia, 2010: 40).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan ibu yang

mengalami kanker di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun

2016 sebagian besar adalah ibu dengan paritas multipara. Penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sisca Nida Mayrita “Antara

Paritas Dengan Kejadian Kanker Serviks Di Yayasan Kanker

Wisnuwardhana Surabaya” dimana dari 200 responden penderita

kanker serviks terdapat 118 orang (59,0 %) ibu yang memiliki anak 2-5

orang (multipara), primipara terdapat 14 orang (13,46 %), dan

grandemultipara terdapat 11 orang (10,57 %).

Anda mungkin juga menyukai