Disusun Oleh
ASHAR
(2125.0010)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Historiografi atau penulisan sejarah atau sejarah penulisan sejarah dalam Islam
memiliki alur sejarah tersendiri. Agama menjadi faktor pendorong dan mempengaruhi
sejarawan generasi awal dalam menuliskan sejarah. Menurut Badri Yatim ada dua faktor
pendukung utama berkembangnya penulisan sejarah dalam penulisan sejarah.
Kedua, Ilmu Hadits. Hadits berfungsi untuk menjabarkan Al-Qur'an yang masih
dipandang umum dan tersamar, dan bahkan membuat hukumhukum yang belum terdapat
dalam Al Quran. Oleh karena itu, di awal masa perkembangan Islam, ilmu hadits
merupakan ilmu yang paling tinggi dan paling diperlukan oleh umat Islam pada waktu itu.
Maka bisa dikatakan ilmu hadist merupakan cikal bakal perkembangan ilmu sejarah di
dunia Islam.
B. Rumusan Masalah:
3
BAB II
PEMBAHASAN
Orang Arab pra-Islam mempunyai perhatian yang amat besar terhadap silsilah dan
peristiwa-peristiwa penting yang mempengaruhi politik kesukuan. Peristiwa masa lalu itu
disampaikan secara lisan antara lain dengan bersyair. Orang Arab juga dikenal sangat
menghargai dan bangga dengan nasab dan sistem kekeluargaannya. Diantaranya dengan
menghafal pohon silsilah keluarga. Di daerah Byzantium dan Persia yang telah ditaklukan
oleh Islam, tradisi historiografi tetap ada, walaupun tidak berkembang pesat. Di daerah-
daerah ini, kontakkontak pribadi antara Muslim dengan cendekiawan non-Islam ataupun
muallaf, sedikit-banyak telah memberikan dorongan untuk penulisan sejarah Islam.
4
peradaban Islam. Sejak semula dan seterusnya, lembaga-lembaga politik, hukum, agama,
ilmu, ide-ide moral dan nilai, semuanya dianggap mendapat wewenang mutlak dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada permulaan Islam dan dari contoh teladan kaum
Muslim terdahulu. Kebenaran sejarah, arti peristiwa-peristiwa ini, dan tindak-tanduk itu,
selalu menuntut penegasan dan penilaian baru. Kesadaran sejarah yang semakin besar ini,
menjadi faktor pendorong untuk penelitian dan penulisan sejarah.
Walaupun tak diragukan lagi, bahwa motivasi yang membuat historiografi Islam
merupakan suatu keharusan, tetapi bagaimana mekanisme yang menciptakan sejarah itu
terjadi, tidaklah mudah untuk ditelusuri. Otoritas awal yang bertanggung jawab terhadap
informasi yang ditulis kemudian, pada mulanya disampaikan secara lisan. Ini mungkin saja
benar, tapi kemungkinan besar terdapat suatu metode penyampaian lisan (oral
transmission) yang dilengkapi dengan catatan tertulis yang tidak dipublikasikan, yaitu
semacam pelapor cerita.
Ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, berbagai masalah yang muncul di
kalangan kaum Muslim dapat dipecahkan dengan otoritas al-Qur'an atau oleh Nabi sendiri.
Akan tetapi, setelah Nabi wafat, untuk menjawab persoalan persoalan baru yang muncul
kemudian, kaum Muslim tidak menemukan bimbingan eksplisit dari al-Qur'an. Begitupun
ketika terdapat perbedaan penafsiran ayat al-Qur'an kalangan mereka, maka otoritas terbaik
adalah hadis (sunnah) Nabi Muhammad Saw. Selama para sahabat masih hidup, mereka
dapat merujuk langsung kepada hadis Nabi, karena mereka menyaksikan langsung
kehidupan Nabi. Namun, ketika semakin banyak sahabat yang telah wafat, sejalan dengan
banyaknya masalah dalam masyarakat Muslim, kaum Muslim merasakan perlunya dan
Dinasti Abbasiyah dengan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuannya.
5
Masa klasik ini dimulai sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai dengan masa
Abbasiyah. Seperti yang telah di jelaskan masa klasik dalam Islam dimulai dari masa
Rasulullah. Oleh sebab itu, dalam tulisan ini kemudian mengalami perkembangan yang
amat subur dan amat indah dalam masa kebesaran Bani Abbasiyah dengan ibu kota
kerajaan di Baghdad.
Salah satu bukti ijtihad yang terjadi pada masa sahabat adalah ijtihad yang
dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab. Diantara persoalan persoalan yang pernah
disentuh oleh ijtihad khalifah Umar adalah tidak membagiakan zakat kepada muallaf tidak
membagikan hasil rampasan tanah perang kepada tentara yang ikut perang, dan
sebagainya. Selain itu, pada masa al khulafa arrasyidun juga telah berhasil membuat dasar-
dasar bagi suatu pemerintahan yang demokratis dengan sistem pemilihan khilafah yang
berprinsip pada musyawarah, mengatur administrasi Negara dengan membentuk
departemen departemen, antara lain keuangan, pertahanan, hukum, ekonomi, dan
pengembangan pengetahuan. Selain itu juga dibentuk lembaga eksekutif (khalifah),
legislatif (dewan syura), dan yudikatif (qadhi) dan jabatan lainnya yang menangani
kepentingan publik. Masa klasik ini merupakan masa di mana dunia Islam memasuki masa
perintisan dan kemajuan. Menurut Nasution (1998) 98 masa klasik ini dibagi menjadi dua
masa, yaitu masa kemajuan Islam I yang dimulai dari tahun 650 s/d 1000 M. dan masa
Disintegrasi yang dimulai dari tahun 1000 s/d 1250 M.
Masa pertama ini dikenal sebagai masa ekspansi, integrasi, dan keemasan
Islam. Secara sederhana, dapat diringkas melalui skema di bawah ini: Dalam hal
ekspansi, sebelum Nabi wafat, seluruh Semenanjung Arabia telah tunduk ke bawah
kekuasaan Islam.. Sementara ekspansi ke daerah luar Arabia dimulai pada zaman
khalifah pertama, yaitu khalifah Abu Bakar. Untuk melihat pemikiran Islam yang
muncul pada masa kemajuan Islam I ini, maka dapat dilihat dari Dinasti Umayyah dan
Dinasti Abbasiyah. Sebab, masing-masing dinasti tersebut memiliki pemikiran-
pemikiran yang berbeda sebagai produk pemikiran yang dihasilkan.
6
tafsir, hadis, fikih, dan ilmu kalam. Pusat dari kegiatan ilmiah ini adalah Kufah ⁹9 ⁹ dan
Basrah di Irak.
Menurut Azizah (2011) menyatakan bahwa pada masa itu melahirkan tokoh-
tokoh besar seperti Al-Khalil bin Ahmad penyusun kamus Bahasa Arab kitab `Ayn. Al-
Khalil bin Ahmad mempunyai murid bernama Sibawaih penyusun kitab yang berisi tata
bahasa Arab. Tokoh- tokoh besar lainnya adalah Hasan al- Basri dan Ibnu Syihab az-
Zuhri. Ibnu Syihab az-Zuhri adalah tokoh yang mengkaji hadis nabi dan hukum Islam
dan saat ini merupakan awal lahirnya kajian 100 historiografi yang nantinya akan
melahirkan kitab-kitab Maghazi 101 dan Sirah. 102 (Azizah, 2011).103
3. Dinasti Abbasiyah
Pada masa Dinasti Abbasiyah ini, Islam dikenal sebagai masa integrasi.
Disebutnya masa integrasi pada zaman Abbasiyah ini adalah karena pada masa inilah
pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara Islam dengan kebudayaan Barat
yaitu kebudayaan Yunani klasik yang semesta Ptolomeus dengan prinsip-prinsip
mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit, Al-Khawarizmi di
Baghdad yang membuat table-tabel untuk menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit
dan terbenamnya matahari, bulan, planet dan untuk prediksi gerhana. Al-Khawarizmi
mengembangkan matematika dalam bidang trigonometri dan sistem bilangan dengan
angka 0 (nol). 108
Masa disintegrasi ini terjadi dalam bidang politik. Daerah yang letaknya jauh
dari pusat pemerintahan di Damaskus dan di Bagdad, melepaskan diri dari kekuasaan
Khalifah di sehingga munculah dinasti-dinasti kecil. Pusat Pada periode klasik, Islam
sudah mulai membangun serta mengembangkan pemikiran dan peradaban Islam. Pada
masa Nabi dan Khulafa al-Rasyidin, maka dapat dikatakan bahwa inti pembelajaran
agama terpusat langsung dari sumber aslinya yakni memahami dan mengamalkan ajaran
al-Qur'an dan Hadis.
7
B. Rekonstruksi Historiografi Islam Periode Klasik
Sementara dalam buku Historiografi Islam karya Badri Yatim bisa kita lihat dia
membagi perkembangan historiografi Islam menjadi tiga yaitu klasik, pertengahan dan
modern. Pada fase pertama sejarah Islam ditulis masih dipengaruhi hadits. Penulisan hadits
itu dapat dikatakan sebagai cikal bakal penulisan sejarah. 111 Pengaruh hadits dalam
sejarah dapat dilihat pada karya-karya sejarah yang ada pada masa perkembangan hadits.
Ciri dari pengaruh hadits dalam sejarah ada pada dua hal; pertama pada metode dan kedua
pada isi:
8
1). Metode, semua jenis karya sejarawan awal ini lebih layak disebut dengan hadits dari
pada sejarah karena mencantumkan panjangnya sanad dan riwayat. Bahkan secara
susunanya serupa buku hadits.
2). Isi, hampir kebanyakan sejarawan awal menuliskan tentang kehidupan Nabi dan para
sahabat, maka muncul karya seperti sirah dan al-maghazi.
Para sejarawan generasi awal Islam menuliskan riwayat riwayat yang berkenaan
dengan perang Nabi yang disebut dengan al-maghazi. Penulisan al-maghazi ini
melapangkan jalan bagi penulisan biografi Nabi yang disebut dengan sirah. 112 Tokoh-
tokoh yang dianggap menuliskan sejarah dalam bentuk suhuf adalah Aban Ibn Utsman dan
al-Zuhri. Aban ibn Utsman bin Affan merupakan orang yang pertama menyusun kumpulan
khusus tentang al-Maghazi. Az Zuhri dianggap sebagai peletak dasar sejarah dalam Islam.
Karena dialah yang menempatkan sejarah pada landasan yang jelas dan menggambarkan
orientasi studi sejarah.
Pada fase kedua, tiga aliran sejarah pada masa klasik mengalami pertemuan,
maka yang terjadi adalah semakin beragamnya aliran sejarah pada masa pertengahan. Pada
masa ini sejarawan mulai mencoba mengklasifikasikan karya-karya sejarah dalam tema-
tema tertentu, sesuai informasi sejarah yang dikandungnya. Badri Yatim
mengklasifikasikan karya-karya Islam pada masa klasik dan pertengahan menjadi tiga,
yaitusejarah dinasti, biografi, dan nasab. 114 Sejarawan yang terkenal pada masa ini adalah
Ad-Dzahabi. Ia menulis kitab al-Ansab Al Asyrof, kitab yang berisi informasi tentang
nasab orang-orang yang berpengaruh pada masanya. Setelah mencapai masa kejayaanya,
umat Islam mengalami kemunduran. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi umat Islam
mengalami hal tersebut, salah satu faktor eksternalnya adalah penyerangan pasukan
mongol ke wilayah Umat Islam. Pada saat itu khazanah keilmuan umat Islam diluluh
lantakkan. Perpustakaan dihancurkan dan koleksi buku-bukunya dihancurkan. Maka umat
Islam mengalami fase kemunduran beberapa dekade kemudian.
9
Waqidi dan Ibnu Ishaq adalah nama besar yang kitabnya sampai hari ini dianggap sebagai
karya besar yang sampai pada kita hari ini. Namun demikian dalam konteks kitab siroh
yang memuat secara khusus tentang peperangan pada masa Rasulullah saw, al Waqidi
dianggap sebagai penulis al-maghazi yang paling populer, Ibnu Sa'ad merupakan murid
dari al-Waqidi. Dari al-waqidilah Ibnu Sa'ad mendapatkan salah satu insprirasi dalam
menuliskan kitab nya tentang biografi para sahabat dan selain pada Muhammad bin Asad
dalam menuliskan kitab al-Ansab al-Asraf. Al-Waqidi sendiri merupakan sejarawan yang
dikenal selain Ibn Ishaq dalam kategori penulis sirah. Karyanya al-Magazi dianggap
sebagai karya yang cukup baik dan lebih baik dari apa yang dituliskan oleh Ibn Ishaq dan
edisi revisinya oleh Ibn Hisyam, meskipun dipercaya dia menggunakan kitab Ibn Ishaq
sebagai salah satu referensinya. Al-Waqidi lebih banyak dikenal lewat sirah dan
magazinya.
1. pertama; dalam kajian historiografi di jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, kitab ini
menjadi rujukan yang penting, melengkapi khazanah keilmuan karya atau kajian
mengenai historiografi Islam awal adalah karya mengenai kitab sirah Ibn Ishaq dan juga
Tarikh al-Khulafa karya Jalaluddin as-Syuti.
2. Kedua, karya sirah dan magazi merupakan salah satu dari karya awal historiografi Islam
dan al-Waqidi adalah tokoh yang menulis karya siroh 116 dan al-maghazi. Ketiga,
sumber yang tersedia memungkinkan kegiatan penelitian ini dilakukan karena hanya
cukup membandingkan kitab edisi modernnya.
3. Terakhir, karena keterbatasan waktu, kajian seperti ini dirasa cukup karena dilakukan
tanpa mengambil waktu yang cukup untuk mengambil sumber lainya. Ini terjadi karena
hanya dilakukan melalui studi pustaka dan dilakukan pada tempat yang bisa dijangkau.
Dalam karya Sejarawan Islam jika diteliti terdapat corak penulisan yang berbeda.
Menurut Badri Yatim terdapat tiga corak penulisan dalam karya-karya Sejarawan Islam,
yaitu corak khabar, corak hawliyat (kronologi berdasarkan tahun), dan corak mawdhuiyat
(tematik). 117 Para Sejarawan Islam menggunakan metode dalam menuliskan karya-
karyanya.
10
riwayat dan 118 historiografi dengan dirayat. Sebagai sebuah karya sejarah, Al Maghazi
Al-Waqidi akan ditempatkan pada zamannya. Maka akan tampak posisi karya Al-Waqidi
dalam Historiografi Islam secara keseluruhan. Ada dua persoalan yang menjadi fokus
utama dalam kajian historiografi Islam klasik, yaitu persoalan materi (kandungan isi)
bahasan dan metodologi. Yang pertama berkaitan dengan dua persoalan yang saling
berkaitan; persoalan politik oriented yang kemudian memunculkan sejarah politik dan
materialisme sejarah. Sedangkan yang kedua berkaitan dengan penggunaan periwayatan
(hadith), hauliyat (sejarah berdasarkan tahun) sebagai metode dalam penulisan histoiografi
Islam klasik.
Secara konseptual, konsep sejarah Islam klasik yang dibangun oleh para
sejarawan awal Islam mengacu kepada pandangan bangsa Arab pra-Islam (Jahiliyah)
tentang sejarah sebagai suatu peristiwa penting, elitis dan politik. Konsep ini melestarikan
corak penulisan sejarah awal Islam yang sarat dengan tema-tema politik, sehingga
penulisan sejarah politik menjadi main stream dalam karya-karya kesejarahan awal Islam.
Dari sisi sumber rujukan pula, ternyata sumber-sumber primer yang menjadi
rujukan utama para sejarawan awal Islam dalam penulisan karya sejarah mereka
mayoritasnya berasal dari dokumen-dokumen politik. Para sejarawan awal Islam, seperti
Ibn Ishaq, al-Wakidi dan al-Tabari selain terpengaruh oleh konsep dan sumber-sumber
kesejarahan Islam yang berasal dari dokumen dokumen politik, pada saat yang sama
mereka memiliki hubungan timbal balik dengan kerajaan/raja (Bani Umayyah dan
Abbasiyah) dan terpengaruh pula oleh pandangan dunia dan mazhabnya, 120
Hubungan timbal balik antara kerajaan dan para sejarawan itu terdapat dalam
hubungan yang saling memerlukan di antara kerajaan atau raja dan sejarawan, pengaruh
kerajaan atau raja terhadap sejarawan dan corak penulisan sejarah yang berpusat pada
kerajaan. Sedangkan hubungan timbal balik antara sejarawan dan pandangan dunianya
11
ialah keterlibatan teologi (mazhab keagamaan) dan pengaruhnya terhadap karya sejarawan
tersebut. Kesemua hubungan ini memberikan kontribusi pulaterhadap corak penulisan
sejarah Islam klasik yang politik oriented, sehingga frame work dalam penulisan sejarah
Islam klasik tidak pernah lepas dari main stream sejarah politik.
Pembahasan sejarah awal Islam yang melulu politik oriented ini memunculkan
persoalan materialisme sejarah, karena peristiwa-peristiwa kesejarahan awal Islam yang
bertemakan sejarah politik seperti peperangan-peperangan, (al-maghazi),
pembukaan/perluasan wilayah (al-futuhat), peristiwa thaqifah, al-fitnah al-kubra (Perang
Jamal dan Perang Shiffin), dan al khilafah, yang semuanya menjadi tema sentral dalam
historiografi Islam klasik hanya dipaparkan dari aspek peristiwa per peristiwa secara
lahirnya saja, tanpa menjelaskan motif utama, arah tujuan, maksud dan makna dari
peristiwa-peristiwa tersebut, sehingga peristiwa-peristiwa seperti peperangan dan perluasan
wilayah menjadi bagian dari persoalan materialisme sejarah.Tetapi persoalan yang paling
utama dalam kaitannya dengan materialisme sejarah ini justeru terdapat dalam karya
mayoritas orientalis seperti H.A.R. Gibb, D.S. Margoliouth, W. Montgomery Watt,
William Muir dan yang lainnya yang mengkaji dan menulis karya historiografi Islam
klasik. Karya karya mereka selain sarat dengan bahasan yang politik oriented dan
materialisme sejarah, juga sarat dengan bias teologi, ideologi (Marxism) dan tafsir
(interpretasi) dalam memahami sejarah awal Islam, khususnya dalam bahasan-bahasan
tentang sejarah dan biografi Nabi Muhammad s.a.w. (Sirah al-Nabi), meskipun kajian
mereka cukup analitis.
Tarif Khalidi, Arabic Historical Tought in The Classical Period, Cambridge: Cambridge
University Press, 1996, hal. 11-13 118 Badri Yat 1. Historiografi Islam..... hal 100
13