Anda di halaman 1dari 3

Struktur Jamur

Jamur berbentuk tabung tersusun dari hifa yang merupakan benang benang sel tunggal
panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut miselium. Miselium merupakan massa benang
yang cukup besar dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur
mudah dikenal dengan melihat warna miseliumnya. Pada suatu koloni ada hifa yang menjalar
atau hifa vegetatif ada hifa yang menegak atau hifa fertil. Hifa yang menegak menghasilkan
spora, sedangkan hifa yang menjalar berfungsi menyerap nutrien dari substrat dan
menyangga alat reproduksi. Diameter hifa umumnya berkisar 3-30 µm. Setiap jenis jamur
memiliki diameter hifa yang berbeda dan ukuran diameter dengan lingkungan yg menjadi
faktor penentunya

Reproduksi Bakteri

Faktor faktor pertumbuhan jamur meliputi kelembapan yang tinggi, persediaan oksigen, dan
persediaan bahan organik. Jamur merupakan saprofit dan dapat hidup dari bahan organik
yang telah mati atau yang mengalami pembusukan.

Jamur dapat melakukan reproduksi secara seksual (generatif) dan seksual (vegetatif). Jamur
mampu memperbanyak diri dengan cara memproduksi sejumlah besar spora aseksual dalam
kondisi habitat sesuai. Jamur untuk mendapatkan kebutuhan energinya, akan mencari dan
mengabsorbsi molekul-molekul organik. Jamur mengabsorbsi molekul kecil yang sudah
diabsorbsi dan akan digunakan secara langsung atau disusun menjadi molekul organik di
dalam sel dengan cara melewati dinding sel jamur itu sendiri

Spora jamur memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara seksual
maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler, tetapi ada juga spora
multiseluler. Bagian dari dalam struktur hifa yang sudah terspesialisasi dapat menghasilkan
sebuah spora jamur. Ketika kondisi lingkungan memungkinkan pertumbuhan yang cepat,
jamur memperbanyak diri dengan menghasilkan banyak spora secara aseksual. Terbawa oleh
angin atau air, spora-spora tersebut berkecambah jika berada pada tempat yang lembab pada
permukaan yang sesuai
Klasifikasi Jamur

Jamur terdiri dari empat kelas utama yaitu :

a. Chitridiomycetes Sebagian besar Chitridiomycetes adalah organisme aquatik.


Chitridomycetes merupakan jamur yang berflagel. Jamur ini mampu menyerap makanannya
dengan cara mengabsorbsi makanannya, dinding sel jamur ini terbuat dari kitin. Sebagian
besar Chitridiomycetes membentuk hifa senositik dan spora berflagel tunggal atau disebut
zoospora (Campbell et al., 2003).

b. Zygomycetes Anggota daripada Zygomycetes tersebut memiliki hifa yang tidak bersekat
dan pula memiliki banyak inti yang disebut hifa senositik. Kebanyakan kelompok ini saprofit.
Berkembang biak secara aseksual dengan spora, dan secara seksual dengan zigospora.
Sporangiospora akan tersebar ketika spongarium pecah, dan jika sporangiospora jatuh pada
medium yang cocok akan tumbuh menjadi individu baru. Hifa yang bersifat senositik akan
melakukan konjugasi dengan hifa lain dan kemudian membentuk sebuah zigospora (Moore-
Landecker, 1982).

c. Ascomycetes Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di dalam
kantung yang disebut askus. Spora Askospora terdapat dalam askus, askus adalah sel yang
mampu membesar. Setiap askus biasanya memiliki 2-8 askospora. Kelompok golongan jamur
Ascomycetes ini memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium konidium (aseksual)
dan stadium askus (seksual). Sebagian besar Ascomycetes memiliki sifat yaitu mikroskopis
dan hanya sebagian kecil yang bersifat makroskopis yang memiliki tubuh buah (Moore-
Landecker, 1982).

d. Basidiomycetes Kebanyakan anggota dari Basidiomycetes adalah jamur payung dan


cendawan. Basidiomycetes memiliki hifa yang bersekat, fase seksualnya dengan
pembentukan basidiospora terbentuk pada basidium sedangkan fase aseksualnya ditandai
dengan adanya pembentukan konidium. Konidium ataupun basidiospora yang mana berada
pada kondisi yang sesuai dapat tumbuh dengan cara membentuk hifa yang bersekat
melintang dengan memiliki inti satu (monokariotik). Selanjutnya, hifa akan tumbuh
membentuk miselium (Campbell et al., 2003). Sedangkan untuk jamur yang belum jelas
diketahui cara perkembangbiakan secara generatifnya dikelompokkan ke dalam kelas khusus
Deuteromycetes. Deuteromycetes merupakan jamur yang hifanya bersekat dan dapat
menghasilkan konidia, namun jamur Deuteromycetes ini belum diketahui cara
perkembangbiakan secara generatifnya (Dwidjoseputro, 1978). Deuteromycetes juga disebut
dengan istilah jamur imperfecti (jamur tidak sempurna). Pengelompokkan dalam anggota
Basidiomycetes ini hanya untuk sementara karena jika sudah diketahui jelas mengenai cara
reproduksi generatifnya (pembentukan askus) maka dapat dikelompokkan ke dalam kelas
Ascomycetes. Deuteromycetes secara filogenitik bukan merupakan salah satu kelompok
suatu taksonomi (Gandjar dkk., 2006).

Anda mungkin juga menyukai