Anda di halaman 1dari 26

Kelompok 1 :

 Nurkholis Wadud
 Annisa Nugrahani
 Lisna Dwi kurniati
 Siti Farida Audia
 Siti Soleha

Agen-agen infeksius

Agen infeksius (penyebab suatu penyakit menular) adalah mikroorganisme


infeksius atau elemen hidup yang kehadirannya, bila diikuti dengan kontak yang
efektif dengan manusia yang rentan dalam keadaan yang memungkinkan, akan
menjadi stimuli untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit.
Agen infeksius bersifat parasit pada manusia. Kelompok agen ini berdasarkan
ukurannya yaitu :protozoa, metazoa (anthropoda dan helmints), jamur, bakteri,
ricketsia, virus dan prion. Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan
berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).
Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam
jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995).
  Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus,
jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient
maupun resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil,
organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada
kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal.
Organisme ini siap ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme
residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun
dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama.
Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah
microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan
untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dari host/penjamu.
Karaktristik Agen Infeksius.

1. Inheren/Intrinsik
            Berbagai sifat karateristik agen infeksius ditentukan oleh agennitu sendiri
dan tidak tergantung pada interaksinya dengan penjamu.Sifat
karakteristiknintrinsik meliputi morfologi, ukuran, fisiologi, reproduksi, nutrisi,
syarat kelangsungan hidup (intraseluler atau extra seluler, suhu, kelembaban, PH
dan lain-lain).Pada umumnya, semua agen penyebab penyakit menular bervariasi
nyata dalam sifat-sifat intrinsik ini. Pengertian sifat intrinsik mungkin sangat
penting untuk memahami sifat epidemiologi agen penyebab, termasuk di
dalamnya cara penularan. Disamping itu, strain atau isolasi agen penyebab
tertentu dari berbagai kejadian luar biasa serta dari berbagai daerah geografis pada
berbagai waktu tertentu dapat memeberikan perbedaan yang nyata dalam sifat-
sifat yang ada.

2. Viabilitas (resistensi)
            Viabilitas merupakan karakteristik agen infeksius untuk bertahan di
lingkungan yang buruk.Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas
(resistensi) agen infeksius adalah suhu, kelembaban, ketergantungan agen
terhadap oksigen (aerob atau anaerob), sifat agen yang intraseluler dan
extraselular, dan lain-lain.

3. Infektifitas
            Infektifitas adalah kemampuan agen untuk masuk dan berkembang biak
(menghasilkan infeksi) dalam tubuh penjamu. Infeksi bisa bersifat
manifes/apparent atau tidak manifes/inapparent. Jika agen infeksius hanya berada
di permukaan badan/benda dan tidak masuk dan berkembang biak dalam tubuh
penjamu disebut dengan kontaminasi.

4. Patogenisitas
            Patogenisitas adalah kemampuan agen untuk menimbulkan manifestasi
penyakit pada penjamu.Penyakit yang muncul bisa bersifat subklinis atau
klinis.Sehingga patogenisitas dapat pula dikatakan sebagai proporsi orang yang
terinfeksi berkembang menjadi penyakit klinis.
5. Virulensi
            Virulensi merupakan derajat keparahan (berat/ringannya) penyakit yang di
timbulkan oleh agen.Virulensi dapat pula diartikan sebagai proporsi penderita
dengan gejala klinis berat atu mati terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis
yang jelas.Dalam hal ini maka Case Fatality Rate (CFR) adalah merupakan
ukuran virulensi. Virulensi tergantung pada dosis, cara masuknya agen atau cara
penularan, serta faktor penjamu sendiri seperti umur, jenis kelamin, ras dan
sebagainya.

6. Antigenisitas
            Antigenisitas merupakan kemampuan agen menimbulkan atau
menstimulasi produksi antibodi pada penjamu. Misalnya agen yang dapat
menimbulkan atau meningkatkan antibodi berupa immunoglobulin (Ig) A,G dan
M. Sifat antigenitas ini tergabtung pada jenis patogen yang memberikan
kekebalan humoral primer, seluler atau campuran keduanya.

Virus
Virus adalah organisme patogen terkecil (20-300 nm) yang mengandung
RNA atau
DNA serta memiliki kapsid. Virus tidak mampu bermetabolisme/bereplikasi
mandiri sehingga memerlukan organel sel terinfeksi untuk berkembang biak.
Virus merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit pada manusia sering
tanpa gejala dan berkembang tanpa diketahui. Hal demikian menyebabkan
perbedaan antara infeksi virus (replikasi di tubuh penjamu) dan penyakit virus
(replikasi disertai kerusakan jaringan) sangat kritis. Banyak infeksi tanpa disertai
eliminasi virus dari tubuh tetapi menetap bertahun-tahun atau seumur hidup,
multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagai infeksi menahun atau hidup
di dalam bentuk laten non-infektif dengan potensi direktifkan kemudian,
misalnyau virus herpeszoster penyebab cacar air (varicella) dapat menetap dalam
bentuk laten di ganglia dorsalis dan secara periodik diaktifkan timbul sebagai
vesikel dikulit yang dapat menyebabkan rasa sakit. Infeksi berbagai jenis virus
yang menyebabkan penyakit sering digolongkan ke dalam sistem organ yang
terkena seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang ditimbulkan
seperti virus yang menyebabkan eksantema, dan sifat infeksi laten virus.

Bakteri

Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, berukuran antara 0,5-10 µm.


Bakteri juga merupakan organisme hidup dan dapat ditemukan di mana-mana.
Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi
bakteri. Infeksi bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri
atau borok pada bagian tubuh. Bakteri memiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau
fimbriae, kapsula atau lapisan lendir, dinding sel dimana ada yang struktur
dinding sel bakteri Gram negatif yaitu merupakan struktur yang berlapis,
sedangkan bakteri Gram positif mempunyai satu lapis yang tebal.

Jamur

Infeksi yang disebabkan oleh jamur tidak hanya terjadi di luar baguan tubuh
(kulit), tetapi terjadi juga di dalam tubuh. Misalnya Candida Albicans. Candida
Albicans adalah jenis fungi yang seperti ragi, umumnya ditemukan di dalam
mulut, kerongkongan, usus, dan saluran genital. Normalnya, bakteri baik dalam
usus akan berkompetisi dengan candida dan menjaganya agar tetap terkendali
tanpa menyebabkan masalah kesehatan apapun. Namun ketika keseimbangan
antara bakteri baik dan candida terganggu, maka infeksi candidas tidak dapat
dihindari. Contoh lain adalah infeksi jamur yang terjadi di susunan saraf pusat,
seperti meningitis, meningoensafilitis, intrakranial tromboflebitis, dan abses otak.

Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas
pertahanan yang berbeda.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam
host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel
host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat
menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada
antibodi spesifik.
4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-
masing parasit.

Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama
dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang
penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan
glutamat serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh
dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh
dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di
dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jikametabolisme sel hospes dalam
tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 32o C. Pada
umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan dan pengeringan
atau oleh bahan-bahan bakterisid.

Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel
daripeptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan
Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5
mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat.
Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang
infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti
dan sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial
dan kemudian badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu
24-48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen
spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam
dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon
atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan
jenis hospes yang diserangnya.
Dua spesies yangterpenting adalah
1. Clamidia psittaci, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang tersebar
secara difus dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psittacosis pada
manusia, ornitosis pada burung, dan lain-lain.
2. Clamidia trachomatis, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang padat
dan mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis padatikus. Pada
manusia dapat menyebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas inklusi, uretritis,
non-spesifik, salpingitis, servisitis, dan pneumonitis.
Transmisi

Proses infeksi

      Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari
tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan
proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan
meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan
keperawatan yang diberikan.Berbagai komponen dari sistem imun memberikan
jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh, berfungsi
mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada
beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun nonspesifik
bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-
orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan
dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang
dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut
hospes yang terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan dengan kelainan pertahanan hospes
bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang rusak. Ciri-ciri umum yang
berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi berulang, infeksi kronik,
ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap
kanker tertentu.
      Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara
seperti kontak langsung dengan penderita, melalui oral, fekal, kulit atau
darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita;
peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor
nyamuk atau lalat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius.


Penyakit dapat menular terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi agen, proses
transmisi dan pejamu. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi
agen infeksius diantaranya adalah sebagai berikut:
A. Faktor penyebab atau agen
B. Sumber penular
Sumber penular juga mempengaruhi proses transmisi agen infeksius seperti
hewan, manusia, air, dan lain-lain.
C. Penularan Kontak secara langsung, mis. penyakit kelamin
 Kontaminasi dan luka, mis. infeksi luka, rabies.
 Inokulasi, mis. gigitan serangga (malaria), suntikan (serum hepatitis)
 Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi, mis. hepatitis A,
poliomielitis,
kolera
 Menghirup debu dan droplets, mis. influenza, tuberkulosis. Perbedaan proses
infeksi berbagai agen infeksius.

Faktor pejamu (host)

Pejamu merupakan organisme (manusia atau hewan) tempat berlabuhnya agen


penyakit.Keberadaan penjamu yang rentan terhadap penyakit menular di populasi
sangat tergantung pada mobilitas penjamu, kontak interpersonal serta derajat dan
lama imunitas yang dimiliki oleh penjamu.Faktor penjamu sendiri merupakan
faktor intrinsik yang mempengaruhi keterpaparan individu, kerentanan dan respon
terhadap agen penyebab.Faktor penjamu meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik terdiri dari usia, jenis kelamin, ras, genetik, fisiologi (termasuk
kebugaran dan riwwayat penyakit) serta ketanggapan imunitas. Sedangkan faktor
ekstrinsik meliputi aktifitas seksual beresiko, cara hidup/perilaku, nutrisi,
pekerjaan, rekreasi dan imunisasi. Faktor-faktor tersebut penting karena
mempengaruhi resiko untuk terpapar sumber infeksi, dan kerentanan serta
resistensi dari manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi.
A. Usia
            Biasanya merupakan faktor penjamu yang terpenting dalam timbulnya
penyakit. Terdapat penyakit-penyakit tertentu yang hanya (atau biasanya)
menyerang anak-anak usia tertentu, atau ada juga yang hanya menyerang mereka
yang telah dewasa atau usia lanjut.
B. Jenis Kelamin
Sebagian besar penyakit menular mempunyai kerentangan yang sama
untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun beberapa penyakit menular
ditemukan lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan disebabkan
peluang keterpaparan sehubungan dengan pekerjaan serta karakteristik herediter
dari jenis kelamin.
C. Ras
            Faktor ini sendiri tidak mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi
terjadinya penyakit menular pada seseorang meskipun telah di temukan adanya
perbedaan kejadian dan distribusi penyakit menular berdasarkan ras.

D. Genetik
            Berkaitan dengan ras.
E. Perilaku
            Sehubungan dengan banyaknya variasi sumber penyakit, reservoir dan
cara penularan agen penyakit menular, perilaku individu serta adat kebiasaan
dalam masyarakat dapat memudahkan kontak agen dengan penjamu.
F. Nutrisi
            Makin baik status gizi sesorang, maka makin baik system pertahanan
tubuh orang tersebut (secara umum).
G. Imunitas dan Kerentanan Pejamu
            Kerentanan pejamu tergantung pada faktor genetika, faktor ketahanan
tubuh secara umum, dan imunitas spesifik yang di dapat.Faktor ketahanan tubuh
yang penting adalah yang berhubungan dengan kulit, selaput lendir, keasaman
lambung, silia pada saluran pernafasan, dan refleks batuk. Faktor yang
meningkatkan kerentanan adalah malnutrisi, bila menderita penyakit lain, depresi
system immunologi yang dapat terjadi pada penbobatan penyakit lain (misalnya
AIDS). Disamping itu faktor imunitas sangat berpengaruh dalam timbulnya suatu
penyakit.
Adapun karakteristik dari Host adalah:
1.      Resistensi
Kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
2.      Imunitas
Kesanggupan Host untuk mengembangkan suatu respon immunologis sehinnga
tubuh kebal terhadap penyakit tertentu.
3.      Infektifnes
Potensi pejamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit pada orang lain

Faktor lingkungan
            Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal (diluar agen dan pejamu)
yang mempengaruhi agen dan peluang untuk terpapar yang menyebabkan atau
memungkinkan transmisi penyakit. Lingkungan dapat diklasifikasikan dalam 4
komponen, yaitu: Lingkungan fisik, biologi, sosial dan ekonomi.
A. Lingkungan Fisik
            Lingkungan fisik meliputi kondisi udara, musim, cuaca, dan kondisi
geografi serta geologinya. Kondisi udara, musim, cuaca, dapat mempengaruhi
kerentanan seseorang terhadap penyakit tertentu seperti: kelembaba udara yang
sangat rendah dapat mempengaruhi selaput lendir hidung dan telinga sehingga
lebih rentan terhadap infeksi seperti influenza.
            Kondisi geografis sera geologi juga dapatmempengaruhi kesehatan secara
langsung maupun tidak langsung.Faktor ini berkaitan dengan topografi, sifat
tanah, distribusi dan jumlah tanah serta air yang terkandung.
B. Lingkungan Biologi
a.       Hewan atau tumbuh-tumbuhan dapat berfungsi sebagai agen, reservoir, maupun
vektor dari suatu penyakit.
b.      Mikroorganisme saprofit mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan
melalui penyuburan tanah, dan lain-lain.
c.       Tumbuh-tumbuhan dapat merupakan sumber nutrient, tetapi mungkin pula
menjadi tempat bermukim binatang yang merupakan vektor suatu penyakit, atau
merupakan sumber allergen.

C. Lingkungan Sosial-Ekonomi
            Faktor yang timbul dari lingkungan sosial sangat mempengaruhi status
kesehatan fisik dan mental secara individu maupun kelompok, seperti:
·         kepadatan penduduk
·         kehidupan sosial
·         stratifikasi sosial berdasarkan tingkat pendidikan
·         nilai-nilai sosial yang berlaku

Faktor yang berkaitan dengan ekonomi setempat, misalnya:


·         kemiskinan
·         ketersediaan dan keterjanhkauan fasilitas kesehatan oleh masyarakat
·         adanya pusat-pusat latihan dan penyediaan kerja
·         perang
·         bencana alam

Daya tahan host (manusia)

     Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.
Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen.
Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah
yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan
dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan
emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

Pertahanan terhadap infeksi


Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi,yaitu :
1. Flora Normal Flora normal tubuh dapat melindungi seseorang terhadap beberapa
patogen,normalnya tubuh mengandung mikroorganisme yang ada pada lapisan
permukaan dan di dalam kulit,saliva,mukosa oral,dan gastrointestinal. Flora
normal dalam usus besar hidup dalam jumlah besar tanpa menyebabkan
sakit.Flora normal juga mensekresi substansi antibakteri di dalam usus.
2. Pertahanan Sistem Tubuh Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan tubuh
yang unik terhadap mikroorganisme.Setiap sistem organ memiliki mekanisme
pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan
fungsinya.Misalnya paru jalan masuk mikroorganisme dilapisi oleh tonjolan
seperti rambut atay silia yang secara ritmis bergerak unruk memindahkan mukus
dan organisme yang yang melekat di faring untuk di ekshalasi.
3. Respon Imun Saat mikroorganisme menginvasi memasuki tubuh,mikroorganisme
tersebut diserang pertama kali oleh monosit.Sisa mikroorganisme tersebut
kemudian memicu respon imun,materi yang tertinggal (antigen) menyebabkan
kerentanan respon yang mengubah susunan biologis tubuh sehingga reaksi untuk
paparan berikutnya berbeda dengan reaksi pertama ,respon yang berubah ini
dikenal dengan respon imun.

Kesimpulan
Agen Infeksi yang kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada: karakteristik
mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan
banyaknya materi infeksius. Respon dan toleransi tubuh pasien dipengaruhi oleh:
Umur, status imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi,
orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid, intervensi
yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi. Faktor
lingkungan dipengaruhi oleh padatnya kondisi rumah sakit, banyaknya pasien
yang keluar masuk, penggabungan kamar pasien yang terkena infeksi dengan
pengguna obat-obat immunosupresan, kontaminasi benda, alat, dan materi yang
sering digunakan tidak hanya pada satu orang pasien. Resistensi Antibiotika
disebabkan karena: Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol,
dosis antibiotika yang tidak optimal, terapi dan pengobatan menggunakan
antibiotika yang terlalu singkat, dan kesalahan diagnosa. Faktor alat, dipengaruhi
oleh pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti.

Daftar Pustaka
Staf Pengajar FK UI. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku AjarPatologi I
(Umum). Jakarta: Sagung Seto.
Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta;2004.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta;
2001.
kelompok 3

 Dewi Sunarsih
 Kristina B.P
 Nuri handayani
 Ombun Fajar L
 Puput Safitri

PERBEDAAN PROSES INFEKSI BERBAGAI AGEN INFEKSI

INFEKSIUS
Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam
tubuhpejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme
yang dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi
antara lain virus,bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia. Infeksi adalah kolonalisasi
yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat paling
membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang
dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang.
Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik,
gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap
infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai
organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri,
parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

BAKTERI
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan mahluk hidup yang lain . Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup
di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang
menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler
dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).

A. Struktur Bakteri

1. Struktur dasar sel bakteri


Beberapa perbedaan sel prokariotik dan eukariotik secara struktur selnya
terdapat dalam table berikut ini.
Cirri Pembeda Sel prokariotik (Bakteri) Sel eukariotik
Dinding sel + - / +
Membrane sitoplasma (Membran sel) + +
Bagian sitoplasma:
- Retikulum endoplasma
- Badan golgi
- Mitokondria
- Ribosom
- Kloroplas
- vakuola
- Mesosom
- Mikrotubulus
- Miktofilamen
Bahan nucleus (dibatasi membrane) - +
Flagella + + / -
Silia + + / -

Pada tiap tingkatan, struktur sel prokariotik lebih sederhana dari pada sel eukariotik
dengan kekcualian, yaitu dinding sel mungkin lebih kompleks.

Bakteri tersusun atas dinding sel dan isi sel. Di sebelah luar dinding sel terdapat
selubung atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam
(endomembran) dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitokondria. Secara
umum sel bakteri gambarnya dapat ditampilkan sebagai berikut:

Berikut adalah susunan sel bakteri, berturut-turut dari dinding sel, membrane
sitoplasma, dan sitoplasma.

1. Dinding Sel

Dinding sel dari suatu bakteri menentukan bentuk sel. Dinding sel bakteri amat kaku
sehingga memungkinkan bakteri mengatasi kosentrasi osmosis yang sangat berbeda-
beda dan sitoplasma tidak dapat mengembang melampaui batas dinding yang kaku itu.

Meskipun dinding sel bersifat permeable terhadap molekul-molekul yang besar tetapi
enzim sel nuclease dan fosfatase dapat tertahan, karena enzim-enzim ini terperangkap
dalam periplasma, yaitu daerah antara dinding dan membrane sel. Spesifitas imunologis
sel seringkali disebabkan karena komponen-komponen kimia dari dinding sel tersebut.
Beberapa komponen dari dinding sel seperti asam teikoat dan lipopolisakarida
melindungi sel dari kegiatan lisis enzim, sedangkan zat-zat lain menentukan reaksi sel
pada pengecatan Gram dan ada pula yang menarik dan mengikat bakteriofage.

Kekakuan dan kekutan dinding sel ini terutama disebabkan oleh serat-serat yang kuat
yang umumnya tersusun dari heteropolimer yang disebut peptidoglikan atau
mukopeptida, tetapi juga disebut glikopeptida, muropeptida, glikosamino-peptida,
mukokompleks, murein dan sebagainya. Serat-serat ini membentuk anyaman yang kuat.
Anyaman ini tidak merupakan struktur yang padat (solid), sehingga tidak menghalangi
masuknya air, zat-zat makanan seperti mineral, glukosa, asam amino dan bahkan
molekul-molekul organic yang lebih besar.

Bakteri dapat dikelompokkan sebagai bakteri Gram positif dan bakteri Gram negative
berdasarkan responnya terhadap pewarnaan Gram.

Lapisan Peptidoglikan

Merupakan polimer kompleks yang teridi atas 3 bagian, yaitu:


a. Rangka dasar, terdiri atas rangkaian asam N-asetilglukosamin dan asam N-
asetilmuramat yang disusun berselang seling.
b. Rantai samping, terdiri atas tetrapeptida yang melekat pada asam N-asetilmuramat.
c. Sambungan silang, yang terdiri atas seperangkat peptide yang identik.

Semua rantai peptidoglikan memiliki hubungan silang satu sama lain, yang menunjukkan
bahwa tiap lapisan peptidoglikan merupakan suatu molekul raksasa. Pada bakteriGram
positif, terdapat 40 lapisan peptidoglikan yang merupakan 50% dari bahan dinding sel,
sedangkan pada bakteri Gram negative hanya satu atau dua lapisan peptidoglikan
sekitar 5 – 10% dari bahan dinding sel.

Berikut hasil analisis dari dinding sel yang menunjukkan perbedaan antara susunan
dinding sel bakteri Gram positif dan bakteri Gram negative:

No Gram positif Gram negative


1. Komponen terbesar terdiri dari peptidoglikan atau mukopeptida Terdiri dari 3 lapisan:
a. Lapisan dalam adalah mukopeptida
b. Lapisan luar terdiri dari lapisan:
1) Lipopolisakarida
2) Lipoprotein
2. Pada beberapa bakteri terdapat asam teikoat Tidak ada asam teikoat
3. Mukopeptida mengalami lisis oleh enzim Lisozim melunakkan dinding sel, deterjen
mengadakan disorganisasi dinding itu dengan merusak lapisan lipida.
4. Dinding sel tebal, 25 – 30 nm Dinding sel tipis, 10 – 15 nm

Fungsi dari dinding sel bakteri dapat kita simpulkan sebagai berikut:
a. pelindung terhadap tekanan osmosis
b. pembelahan sel
c. biosintesis bagi dirinya sendiri
d. dinding sel merupakan determinan dari antigen permukaan bakteri
e. sebagai aktivitas endotoksin yang tidak spesifik (lipopolisakarida)

2. Membran Sitoplasma
Membran sitoplasma disebut juga membrane sel. Komposisi membrane sitoplasma
terdiri atas fosfolipid dan protein. Membran tersebut sangat penting untuk sel dan
mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai beruikut:

a. Memelihara tekanan osmosis

Memelihara tekanan osmosis intraseluler, artinya membrane sel bertindak sebagai


penyangga osmotic (osmotic barrier) dan tidak permeable terhadap zat-zat yang
mengion dan zat yang tidak mengion yang molekulnya tidak lebih besar dari gliserol.

b. Sistem transport aktif

Sistem transport aktif berfungsi untuk mengeluarkan enzim ekstraseluler dan zat-zat
untuk mempelopori pembentukan dinding sel serta mengatur pemasukan garam-garam
esensial, asam amino, dan gula-gula yang molekulnya lebih besar. Tiap system transport
mempunyai fungsi yang sangat khusus untuk suatu zat tertentu, misalnya sel dapat
mengangkut fruktosa tetapi maltosa tidak. Enzim-enzim ini seringkali disebut
permeases.

c. Menyediakan tempat untuk reaksi utama enzim

Menyediakan tempat untuk reaksi-rekasi utama enzim yang berhubungan dengan


metabolisme energi. Jika merman sel itu diperiksa secara tersendiri tampak ada partikel-
partikel kecil yang bergagang pendek melekat pada sel. Partikel-partikel ini menyerupai
partikel-partikel yang ditemukan dalam mitokondria pada sel-sel eukariotik dan
mengandung aktivitas ATP-ase.

Sebelah luar membrane sitoplasma terdapat ruang periplasma, dalam ruang ini pada
beberapa bakteri terdapat enzim degradatif. Jadi, molekul-molekul besar yang melalui
dinding sel dapat dipecah di tempat ini menjadi gula sederhana, asam amino, dan
sebagainya yang kemudian diangkut melalui membrane sel dengan system transport.

Akhir-akhir ini para ahli mikrobiologi tertarik pada suatu struktur semacam membrane
yang letaknya intraseluler yang diberi nama mesosom (mesos=tengah; soma=badan).
Mesosom ini adalah invaginasi dari membrane sitoplasma dan pada beberapa bakteri
ada daerah-daerah di mana membrane ini mengalami diferensiasi. Pada bakteri Gram
negative, mesosom jarang ditemukan, dan bila ada hanya merupakan lipatan sederhana
dari membrane sitoplasma, sehingga bila dinding sel hilang oleh pengaruh lisozim dan
diletakkan dalam lingkungan hipotonis sehingga terbentuk sferoplas (bentuk sel yang
bulat dan akan pecah bila diletakkan dalam lingkungan yang hipotonis), mesosom itu
menghilang menjadi membrane sitoplasma yang rata. Sebaliknya, mesosom pada
bakteri Gram positif tampak jelas dan banyak. Selain itu merupakan bagian dari
membrane sitoplasma, bentuknya seperti vesika atau tubulus, sehingga bila
diperlakukan dengan lisozim dalam larutan sedikit hipotonis tampaknya seperti tubulus
yang menonjol keluar sferoplas.
Mesosom dianggap mempunyai fungsi tertentu dalam pembelahan sel dan dalam
pembentukan endospora.

Zat-zat antibakteri yang mempengaruhi membrane sitoplasma adalah sebagai berikut:

- deterjen, yang mengandung gugus lipofilik dan hidrofilik akan merusak membrane
sitoplasma dan mematikan sel bakteri.

- antibiotic, yang secara khusus mengganggu fungsi biosintesis selaput membrane


sitoplasma, seperti polimiksin, asam nalidiksat, fenetilalkohol dan novobiosin.

3. Sitoplasma

Sitoplasma (kytos=sel, plasma=substansi) bukan merupakan substansi yang homogen


dan terdiri dari bermacam-macam zat dan struktur yang berada dalam membrane sel,
kecuali materi nukelus. Dengan kata lain, terdiri dari beraneka ragam mikrosom
(mikro=kecil, soma=badan) atau partikel subseluler yang sebagian besar adalah protein
atau nucleoprotein dengan beberapa lipoprotein dan bahan-bahan lain. Semuanya ini
tersuspensi dalam zat dasar yang cair atau setengah padat yang disebut matriks. Matriks
ini adalah suatu campuran yang kompleks yang mengandung bermacam-macam ion (H+,
PO43-, Na+, Cl-), asam-asam amino, beberapa jenis protein, lipokompleks, peptide,
purin, pirimidin, glukosa, ribose, vitamin, nukleotida, koenzim, disakarida, dan lain-lain.
Secara fungsional zat-zat ini merupakan:

- molekul-molekul pelopor dan bahan-bahan bangunan lain untuk digunakan dalam


sintesis sel,
- sumber energi (misalnya glukosa dan bahan-bahan lain yang dapat dioksidasi),
- zat-zat buangan dari sel untuk diekskresi ke luar sel.
Matriks ini dapat juga mengandung RNA dan enzim-enzim yang lengkap dan aktif dalam
larutannya, juga terdapat bahan makanan berupa granula atau globuli sebagai cadangan
yang komposisinya tergantung pada kondisi makanan sekitarnya.

4. Ribosom

Semua sitoplasma sel tampak seperti bergranula. Hal ini disebabkan karena adanya
sejumlah besar partikel-partikel halus yang tersbar secara baur yang dinamakan
ribosom. Ribosom ini berbeda ukuran dan kepadatannya yang disesuaikan dengan
tempat asalnya.

Setiap ribosom terdiri dari subunit kecil (30 S) dan subunit yang lebih besar (kira-kira 50
S). Ribosom cenderung membentuk kelompok-kelompok dari bermacam-macam ukuran
yang disebut poliribosom atau poliosom. Ribosom sebagian besar terdiri dari rRNA
(ribosom RNA) dengan sedikit protein (ribonukleoprotein). Sekurang-kurangnya
sebagian dari RNA ribosom itu adalah mRNA (messenger RNA). Dengan demikian,
ribosom bertanggung jawab atas sintesis protein spesifik berikut protein dari semua
enzim.

5. Nukleus

Sel-sel prokariotik tidak mempunyai nucleus seperti pada eukariotik dengan membrane
nucleus yang jelas, yang ada adalah suatu daerah nukelus yang disebut nukelotid yang
tidak dilindungi oleh membrane dan tidak mengadakan mitosis dan meiosis. Strukturnya
merupakan suatu masa amorf yang lobuler terdiri dari banyak materi kromatin yang
fibriler.

Fibril-fibril yang tampak pada nukelotid bakteri dalam mikroskop electron merupakan
filament DNA yang panjang (kira-kira 1400nm) dan tipis (kira-kira 3 nm), fleksibel dan
sirkuler (tidak berujung bebas). Susunannya dalam sel dapat digambarkan sebagai dua
helai benang halus sepanjang enam sampai sepuluh kaki, yang dililitkan bersama dan
digulung, ujungnya diikat bersama dan keseluruhannya dikumpulkan dalam genggaman,
sehingga berbentuk berkas yang bentuknya tidak teratur dan terikat kuat. Kadang-
kadang tampak dengan replikasinya pada yang sedang aktif membelah. Filamen sirkuler
DNA semacam ini pada umumnya disebut komosom bakteri.

6. Spora (Endospora)

Beberapa bakteri dapat membentuk spora, seperti pada bakteri Gram positif. Spora
pada bakteri adalah endospora, yang merupakan suatu badan yang refraktil terdapat
dalam induk sel dan merupakan suatu stadium istirahat dari sel tersebut. Endospora
memiliki tingkat metabolisme yang sangat rendah sehingga dapat bertahan hidup
sampai bertahun-tahun tanpa memerlukan sumber makanan dari luar. Bila diletakkan
dalam medium pembiakan yang sesuai, spora itu mengadakan germinasi dan menjadi
sel vegetatif yang sanggup tumbuh dan bermultiplikasi seperti biasa.

Endospora tidak mudah dicat, tahan terhadap pemanasan, pengeringan, dan terhadap
bahan kimia yang beracun. Pembentukan endospora terbatas pada beberapa genus saja,
terutama dari genus Bacillus dan Clostridium yang berbentuk batang. Sifatnya terhadap
pengecatan Gram adalah Gram positif atau gram variable pada biakan tua.

Proses pembentukan endospora secara singkat dapat melalui langkah-langkah sebagai


berikut:

a. Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filament dan invaginasi membrane sel di
dekat satu ujung sel untuk membentuk suatu struktur yang disebut bakal spora.
b. Pembentukan sederatan lapisan yang menutupi bakal spora, yaitu korteks spora
diikuti dengan selubung spora berlapis banyak.
c. Pelepasan spora bebas seraya sel induk mengalami lisis.

Sedangkan proses perkecambanhan spora menjadi sel vegetatif adalah sebagai berikut:
a. aktivasi spora dengan panas atau pengusangan
b. berkecambah
c. pertumbuhan menjadi sel vegetatif.

Struktur dan sifat-sifat endospora adalah sebagai berikut:

a. Inti, merupakan protoplas spora yang mengandung nucleus yang lengkap, semua
komponen aparat pembuat protein, dan suatu system penghasil energi berdasarkan
glikolisis.

b. Dinding spora, merupakan lapisan dalam yang mengelilingi membrane dalam pada
spora yang mengandung peptidoglikan.

c. Korteks, merupakan lapisan paling tebal pada pembungkus spora yang mengandung
peptidoglikan yang istimewa dan peka terhadap lisozim dan tahan terhadap panas.

d. Pembungkus, terdiri atas protein yang menyerupai keratin yang mengandung banyak
ikatan disulfide intermolekul. Sifat tidak tembus lapisan ini menyebabkan spora relative
tahan terhadap zat-zat kimiawi antimikroba.

e. Eksosporium, merupakan selaput lipoprotein yang menagndung beberapa


karbohidrat.

7. Flagel (Flagellum)

Flagel bakteri merupakan alat tambahan sebagai alat penggerak pada sel yang
menyerupai benang dan seluruhnya terdiri atas protein, dengan garis tengah 12 – 30
nm. Ada 3 jenis susunan falgel, yaitu monotrika (falgel tunggal terdapat pada kutub),
lofotrika (falgel pada kutub yang multiple), atau peritrika (falgel terdapat di seluruh sisi
sel).

8. Fili (Fimbria)
Banyak bakteri Gram negative memiliki tonjolan pada permukaan sel yang kaku yang
dinamakan fili (rambut) atau fimbria (daerah pinggir). Fili lebih pendek dan lebih halus
dari pada flagel, dan terdiri atas subunit-subunit protein yang disebut pilin.

B. SIKLUS HIDUP BAKTERI

Siklus hidup bakteri terdiri dari 4 fase, yaitu fase lag, fase eksponensial atau log, fase


stasioner dan fase kematian. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri akan dijelaskan secara singkat pada pstingan kali ini.

1. Fase Lag (Lag Phase)


Pada fase ini, bakteri tidak mengalami pertumbuhan. Namun, mereka melakukan
adaptasi dengan lingkungan baru mereka dan bermetabolisme, dengan cara,
menghasilkan vitamin dan asam amino yang dibutuhkan untuk untuk pembelahan.
Selanjutnya, bakteri memulai proses penyalinan DNA mereka, dan jika lingkungan baru
mereka memiliki pasokan nutrisi yang sesuai dan banyak, fase lag dapat terjadi dengan
singkat. Kemudian bakteri akan melanjutkan ke fase berikutnya dalam siklus
hidupmereka.

2. Fase eksponensial atau log (Log or Exponential Phase)


Selama fase log atau eksponensial, bakteri berkembang biak dengan sangat cepat,
bahkan secara eksponensial.Waktu yang dibutuhkan Kultur untuk menggandakan diri
disebut "Generation Time," dan apabila berada pada kondisi terbaik, bakteri dapat
menggandakandirinya dalam waktu sekitar 15 menit. Ada juga bakteri lain yang
membutuhkan waktu berhari-hari.

Dalam bakteri, salinan DNA melayang ke sisi berlawanan dari membran. ujung dari
bakteri kemudian tertarik untuk berpisah, yang menciptakan dua "sel anak," yang
identik dan siap memulai kehidupan baru. Proses ini disebut pembelahan biner (binary
fission).

3. Fase stasioner ( Stationary Phase)


Selama fase stasioner, pertumbuhan bakteri sedikit datar. Karena banyaknya zat sisa
dan semakin menyempitnya ruang hidup, bakteri tidak dapat mempertahankan wilayah
yang terbentuk pada fase sebelumnya. Jika bakteri mampu bergerak menuju kultur yang
lain, maka pertumbuhannya dapat dilanjutkan.
4. Fase Kematian (Death Phase)
Selama fase kematian, bakteri kehilangan semua kemampuan untuk mereproduksi, yang
seolah-olah menjadi “lonceng kematian” mereka. Seperti pada fase log atau fase
eksponensial, kematian bakteri dapat terjadi secepat pertumbuhan mereka.

Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri


Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah :

1. Suhu
2. pH medium atau lingkungan hidup
3. Ada tidaknya oksigen
4. Nitrogen
5. Mineral
6. Air.

Beberapa hal di atas sangat mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang selanjutnya


mempengaruhi Siklus Hidup mereka. Kondisi hidup optimal berbeda-beda pada setiap
bakteri. Misalnya, Psychrophiles, berkembang dengan optimal pada kondisi lingkungan
yang sangat dingin, sementara Hyperthermophiles hanya dapat berkembang dengan
optimal di lingkungan yang panas, seperti dasar laut. Allaliphiles membutuhkan
lingkungan yang sangat asam sementara Neutrophiles lebih menyukai tempat-tempat
yang tidak asam atau basa,dll.

DAFTAR PUSTAKA

University of Missouri - St Louis: Pengantar Bakteri 


Estrella Mountain Community College: your Divisi dan Mitosis 
College Komunitas Negara Baltimore: Pertumbuhan Bakteri dan Metabolisme Mikroba 
Ehow.com
Biologi jilid 1 dan 2
Mikrobiologi Kesehatan, peran mikrobiologi dalam bidang kesehatan
Kelompok 4 :
1. Adzan Yudianto
2. Chika Wahyu Sasqiautami
3. Ella Novri Hosana
4. Ketut Sartini
5. Renny Sauma Wardhani

Agen-agen infeksius
Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di
dalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang
termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia.

Virus
Virus adalah organisme patogen terkecil (20-300 nm) yang mengandung
RNA atau DNA serta memiliki kapsid. Virus tidak mampu
bermetabolisme/bereplikasi mandiri sehingga memerlukan organel sel terinfeksi
untuk berkembang biak. Virus merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit
pada manusia sering tanpa gejala dan berkembang tanpa diketahui. Hal demikian
menyebabkan perbedaan antara infeksi virus (replikasi di tubuh penjamu) dan
penyakit virus (replikasi disertai kerusakan jaringan) sangat kritis. Banyak infeksi
tanpa disertai eliminasi virus dari tubuh tetapi menetap bertahun-tahun atau
seumur hidup, multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagai infeksi
menahun atau hidup di dalam bentuk laten non-infektif dengan potensi direktifkan
kemudian, misalnyau virus herpes zoster penyebab cacar air (varicella) dapat
menetap dalam bentuk laten di ganglia dorsalis dan secara periodik diaktifkan
timbul sebagai vesikel dikulit yang dapat menyebabkan rasa sakit.
Infeksi berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakit sering digolongkan
ke dalam sistem organ yang terkena seperti infeksi virus pernapasan, bentuk
kelainan klinik yang ditimbulkan seperti virus yang menyebabkan eksantema, dan
sifat infeksi laten virus.
Bakteri
Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, berukuran antara 0,5-10
µm. Bakteri juga merupakan organisme hidup dan dapat ditemukan di mana-
mana. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu
infeksi bakteri. Infeksi bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit,
nyeri atau borok pada bagian tubuh. Bakteri memiliki flagel atau bulu cambuk,
pili atau fimbriae, kapsula atau lapisan lendir, dinding sel dimana ada yang
struktur dinding sel bakteri Gram negatif yaitu merupakan struktur yang berlapis,
sedangkan bakteri Gram positif mempunyai satu lapis yang tebal.

Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur tidak hanya terjadi di luar baguan tubuh
(kulit), tetapi terjadi juga di dalam tubuh. Misalnya Candida Albicans. Candida
Albicans adalah jenis fungi yang seperti ragi, umumnya ditemukan di dalam
mulut, kerongkongan, usus, dan saluran genital. Normalnya, bakteri baik dalam
usus akan berkompetisi dengan candida dan menjaganya agar tetap terkendali
tanpa menyebabkan masalah kesehatan apapun. Namun ketika keseimbangan
antara bakteri baik dan candida terganggu, maka infeksi candidas tidak dapat
dihindari. Contoh lain adalah infeksi jamur yang terjadi di susunan saraf pusat,
seperti meningitis, meningoensafilitis, intrakranial tromboflebitis, dan abses otak.

Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas
dan menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas
pertahanan yang berbeda.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam
host vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada
dalam host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di
dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor
imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel antigeniknya secara
spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.
4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk
masing-masing parasit.

Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang
sama dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai
enzim yang penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat,
suksinat, dan glutamat serta merubah asam glutamat menjadi asam
aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan
Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab
spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur
jikametabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur
bertunas pada suhu 32o C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat
pada pemanasan dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.
Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel
daripeptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan
Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5
mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat.
Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang
infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti
dan sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial
dan kemudian badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu
24-48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen
spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam
dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon
atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan
jenis hospes yang diserangnya.
Dua spesies yangterpenting adalah
1. Clamidia psittaci, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang tersebar
secara difus dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit
Psittacosis pada manusia, ornitosis pada burung, dan lain-lain.
2. Clamidia trachomatis, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang
padat dan mengandung glikogen. Dapat menyebabkan
pneumonitis padatikus.Pada manusia dapat menyebabkan penyakit
trachoma, konjungtivitas inklusi, uretritis, non-spesifik, salpingitis,
servisitis, dan pneumonitis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius


Penyakit dapat menular terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi agen,
proses transmisi dan pejamu. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
transmisi agen infeksius diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor penyebab atau agen
b. Sumber penular
Sumber penular juga mempengaruhi proses transmisi agen infeksius seperti
hewan, manusia, air, dan lain-lain.
c. Penularan Kontak secara langsung, mis. penyakit kelamin
 Kontaminasi dan luka, mis. infeksi luka, rabies.
 Inokulasi, mis. gigitan serangga (malaria), suntikan (serum hepatitis)
 Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi, mis. hepatitis A,
poliomielitis, kolera
 Menghirup debu dan droplets, mis. influenza, tuberkulosis.

Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius


Pejamu memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan
dan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama
diperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa permukaan dan sekret yang
diproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak peptidoglikan dinding bakteri.
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke
dalam sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk
kelainan klinik yang di timbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema, dan
sifat infeksi infeksi laten virus. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi
bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian tubuh. Ada
waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi
bakteri. Masing-masing faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur
menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung
mengenai daerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka,
badan, kaki, lipatan paha, dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan
protozoa menimbulkan infeksi melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
Riketsia. Clamidia.

Daftar Pustaka
Staf Pengajar FK UI. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku AjarPatologi I
(Umum). Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai