Anda di halaman 1dari 8

Selasa, 23 September 2014

ANTIGEN DAN IMUNOGEN

ANTIGEN DAN IMUNOGEN

PENDAHULUAN

1 Sistem imun

System imun diperlukan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Berbagai komponen system imun
bekerja sama dalam sebuah respon imun. Apabila seseorang secara imunologis terpapar pertama kali
dengan antigen kemudian terpapar lagi dengan antigen yang sama, maka akan timbul respon imun
sekunder yang lebih efektif. Reaksi tersebut dapat berlebihan dan menjurus ke kerusakan individu
mempunyai respon imun yang menyimpang. Kelainan yang disebabkan oleh respon imun tersebut
disebut hipersensitivitas. Secara garis besar dapat digolongkan adanya dua kelompok respon imun
abnormal yang berlebihan. Kelompok pertama adalah respon yang berlebihan terhadap antigen asing
(hipersensitivitas) yang berakibat kerusakan jaringan, di mana kelainan ini dibagi menjadi 4 tipe reaksi
hipersensitivitas dan kelompok kedua adalah respon terhadap antigen sendiri (self antigen) yang
berakibatkan terjadinya penyakit autoimun

2. Pengertian Antigen dan Imunogen

Antigen adalah suatu substansi yang dianggap asing oleh tubuh, dan akan memacu terjadinya respon
imun yang akan akhirnya akan memacu produksi antibodi. Antigen yang berhasil masuk ke dalam tubuh
akan mengaktifkan berbagai respon imun spesifik maupun non-spesifik. Jika antigen ini tidak ditangani
dengan baik oleh sistem imun kita, antigen tersebut dapat menimbulkan penyakit sesuai dengan jenis
penyakit yang dibawanya.

Imunogen adalah substansi yang menginduksi respon imun spesifik, humoral, seluler, atau keduanya.
Setelah diolah oleh Antigen Presenting Cell (APC), maka imunogen akan pecah menjadi antigen yang
dapat bereaksi dengan produk respon imun spesifik. Sementara hapten berukuran lebih kecil dari
antigen. Karena ukurannya yang kecil itulah, maka hapten tidak imunogenik. Akan tetapi, bila
digabungkan dengan suatu molekul pembawa, maka gabungan tersebut dapat menginduksi respon
imun.

3Macam Macam Antigen


1. Antigen eksogen Adalah antigen yang disajikan dari luar tubuh hospes dalam bentuk
mikroorganisme, tepung sari, obat obatan atau polutan Antigen ini bertanggung jawab terhadap suatu
spectrum penyakit manusia, mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang ditengahi
imunologik, seperti misalnya asma bronkiale

2. Antigen endogen Adalah antigen yang terdapat dalam individu Meliputi : antigen xenogeneik
(heterolog/heterogeneik), antigen idiotipik (autolog), dan antigen alogeneik (homolog)

3. Antigen xenogeneik / heterolog / heterogeneik Adalah antigen yang terdapat dalam aneka macam
spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannyaPenting pada kedokteran klinik, karena antigen-
antigen ini menimbulkan respons antibody yang berguna dalam diagnosis penyakit

4. Antigen idiotipik dan autolog Merupakan komponen tubuh sendiri Contoh : antigen-antigen spesifik
immunoglobulin.

5. Antigen alogeneik / homolog Adalah antigen yang secara genetic diatur oleh determinan antigenic
yang membedakan satu individu spesies tertentu dari individu lain pada spesies yang sama Pada
manusia, determinan antigenic semacam ini terdapat pada sel-sel darah merah, sel-sel darah putih,
trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh termasuk
antigen histokompatibiltas

Penyebab ebola

Codot dan kalong termasuk jenis kelelawar besar. Di Afrika, sebagian besar jenis hewan ini membawa
virus di dalam tubuhnya, termasuk di antaranya virus Ebola. Tidak seperti manusia, kelelawar kebal
terhadap virus-virus tersebut. Karena sering dijadikan bahan makanan, virus yang terdapat pada daging
kelelawar dapat dengan mudah menjangkiti manusia.

jurnal PLOS Neglected Tropical Diseases menyebutkan, sebagian kelelawar di kawasan sejak lama
membawa virus Ebola dan seringkali bersentuhan dengan manusia. Hal lain adalah kelelawar yang telah
terjangkit virus bermigrasi ke Afrika Tengah.

Hewan yang menampung virus Ebola dari kelelawar juga menyimpan ancaman. Ketika kelelawar
membuang kotoran berbentuk buah yang tidak dicerna secara utuh, hewan lain seperti Antilop atau
tikus bisa memakan sisa makanan tersebut. Melalui cara itu virus Ebola menyebar dan mengepung
manusia

Satwa liar di Afrika sering diburu untuk dimakan. Dikenal dengan nama "Bushmeat," daging hewan liar
ini diolah dan dijual di pasar-pasar tradisional. Namun justru kebanyakan hewan-hewan tersebut
membawa berbagai macam virus.
Cara mengolah daging dianggap sebagai salah satu sumber masalah. Manusia bisa terjangkit virus hanya
dengan bersentuhan dengan darah atau lapisan kulit dalam hewan. Bahkan di Eropa pun manusia
dilarang menyentuh kelelawar tanpa sarung tangan, kendati jenis virus yang dibawa jenis kelelawar di
benua biru ini kebanyakan tidak berbahaya.

MERS

MERS atau Middle East Respiratory Syndrome adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
virus korona. Asal virus korona belum diketahui secara pasti, namun diduga bahwa virus ini kemungkinan
besar berasal dari unta yang tinggal di Arab Saudi dan sekitarnya.

PENYAKIT RIKETSIA ADALAH

Penyakit riketsia (Rickettsia) adalah infeksi yang disebabkan oleh kelompok bakteri gram negatif dari
golongan Rickettsiae, Ehrlichia, Orientia, dan Coxiella. Nama Rickettsia diambil dari seorang peneliti dan
juga ahli patologi Amerika, Howard Taylor Ricketts. Beliau akhirnya wafat karena terkena penyakit
turunan tifus yang sedang ditelitinya. Meskipun namanya serupa dengan kelainan karena kekurangan
vitamin D, yaitu rickets, bakteri Rickettsia bukanlah penyebabnya. Penyakit ini bersifat endemik hampir di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Endemik berarti keadaan suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.

GEJALA

RickettsiaSpesies Rickettsia dapat menyebabkan penyakit seperti Rocky Mountain spotted fever,
rickettsialpox dan spotted fever lain, tifus epidemik, dan tifus murine (tifus endemik). Gejala umumnya
mulai dari yang ringan seperti demam dengan kulit berbintil-bintil (ruam) kemerahan, mual, muntah,
nyeri perut, tekanan darah turun, hingga klinis yang lebih berat seperti peradangan otak, gagal ginjal, dan
kegagalan pernapasan. Bakteri biasanya menyerang dan merusak dinding pembuluh darah sehingga
terjadi kebocoran darah ke kulit yang disebut edema. Lama-lama terjadi volume darah berkurang, suplai
darah dan nutrisi ke bagian-bagian tubuh terganggu, sehingga nantinya terjadi gangguan fungsi organ.

Penyakit Rocky Mountain spotted feverPenyakit ini dapat menimbulkan angka kematian 20-25% walau
sudah diterapi dengan antibiotika yang tepat. Risiko keparahan dan kematian meningkat pada laki-laki,
orang lanjut usia, dan orang berkulit hitam yang disertai kekurangan enzim G6PD (glucose-6-phosphate
dehydrogenase). Infeksi pertama dulu diketahui terjadi di negara bagian Rocky Mountain, Amerika
Serikat. Bakteri Rickettsia rickettsii penyebab Rocky Mountain spotted fever ini mampu mengakibatkan
kerusakan yang parah pada sel otot halus pembuluh darah, sehingga terjadilah perdarahan.
Rickettsialpox dan spotted fever lainPenyakit epidemik ini ditandai dengan demam, ruam kemerahan,
dan matinya jaringan kulit. Kebanyakan penderita ditemukan kelainan ruam kemerahan disertai
gelembung berair seperti pada cacar air. Varian lainnya ada Boutonneuse fever dengan ruam kemerahan
yang agak meninggi (papular). Demam ini punya banyak nama sesuai wilayah terjadinya, ada yang
disebut Kenya tick typhus, Mediterranean spotted fever, South African tick bite fever, North Asian tick
typhus, Queensland tick typhus, dan Oriental spotted fever.

Tifus epidemik (Brill-Zinsser disease)Serangan bakteri Rickettsia prowazekii memiliki masa laten
(penderita terinfeksi, tapi tidak menunjukkan gejala apa-apa) di antara masa epidemiknya. Saat daya
tahan tubuh penderita menurun, demam tifus bisa muncul lagi dengan nama Brill-Zinsser disease
(relapsing louse-borne typhus).

Tifus endemik (Murine typhus; flea-borne typhus)Gejala tifus endemik mirip dengan tifus epidemik tapi
lebih ringan dan jarang menyebabkan kematian. Demam disertai dengan bintil-bintil pada kulit muncul
pada infeksi oleh bakteri dari kelompok spotted fever.

Ehrlichia Spesies ini menyebabkan ehrlichioses yang bervariasi tingkat keparahannya, mulai dari demam
menyerupai Rocky Mountain spotted fever, kecuali ruamnya yang lebih sedikit, hingga sindroma infeksius
yang lebih berat menyerupai mononukleosis. Ada yang disebut demam sennetsu, dan hanya ditemukan
di Jepang dan Malaysia. Serangan ini biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.

Orientia Bisa ditemukan gejala demam, nyeri kepala, dan pembengkakan kelenjar limfe. Pada beberapa
kasus disertai nyeri otot, nyeri perut, atau batuk dalam 6 – 21 hari sejak terpapar bakteri penyebab.

Coxiella Spesies Coxiella burnetii menyebabkan Q fever, tidak termasuk zoonosis yang ditularkan melalui
gigitan serangga penyebab. Penderita tertular dengan menghirup partikel udara yang mengandung
bakteri ini. Serangan bisa menjadi akut dan kronis dengan gejala demam akut yang tiba-tiba dan disertai
radang paru-paru seperti pneumonia (radang paru) atau infeksi kronis yang berlangsung lama disertai
radang selaput pembungkus jantung seperti endokarditis.

Bartonella Menimbulkan Bartonellosis atau penyakit Carrion, dan ditularkan oleh lalat pasir (sand flies)
yang sering ada di daerah ketinggian sedang di Andes, Amerika Selatan bagian Barat. Bakteri ini bisa juga
menyebabkan penyakit serupa tifus epidemik yang disebut Trench fever, tapi biasanya sembuh sendiri
atau self-limited. Bakteri Bartonella henselae menyebabkan penyakit garukan atau garutan kucing (cat-
scratch disease) karena infeksi terjadi di area bekas garutan kucing rumah yang terinfeksi. Sehubungan
dengan epidemik AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), Bartonella henselae menjadi infeksi
oportunistik (penyakit penyerta; yang menyerang penderita dengan kekebalan tubuh menurun) yang
disebut angiomatosis basiler. Klinisnya menyerupai lesi hemangioma di kulit dan organ dalam, disertai
dengan pembesaran dan peradangan kelenjar limfe di sekitar area garutan atau garukan kucing. Gejala
ini bisa terjadi dalam beberapa bulan dan biasanya sembuh dengan sendirinya. Bartonella bacilliformis
menyerang sel darah merah manusia, dan bisa mengakibatkan anemia hemolitik akut bahkan sering
menjadi parah. Jika infeksi menjadi kronis, muncul lesi yang serupa dengan angiomatosis basiler, disebut
verruga peruana (Peruvian warts). Penyakit ini sering disebut Oroya fever atau Carrion's disease.
Penamaannya berawal dari seorang mahasiswa kedokteran Peruvian bernama Daniel Carrion yang
membuktikan bakteri penyebab verruga peruana. Dia akhirnya wafat terkena anemia hemolitik infeksius
akut yang tengah ditelitinya.

Laki-laki sering disebut lebih berisiko kemungkinan karena terkait dengan kebiasaan melancong atau
karena pekerjaan yang berhubungan dengan habitat serangga penyebab. Pada spotted fever, wanita
justru kurang rentan karena diduga terkait daya protektif dari hormon kewanitaan.

PENYEBAB

Berdasarkan reaksi serologi atau kekebalan serumnya, Rickettsia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu tifus
(tifus epidemik, tifus endemik (tifus murine)), scrub typhus, dan spotted fever.Belakangan ini scrub
typhus dimasukkan dalam jenis baru yang disebut Orientia. Jadi kini lebih sering disebut dua kelompok
besar yaitu tifus dan spotted fever. Bakteri Rickettsia, kecuali pada kasus Q fever, termasuk zoonosis, bisa
ditemukan di binatang dan menularkannya ke manusia.

Bakteri spesies Rickettsia dan Orientia bisa ditemukan di binatang atau serangga kecil kelompok
artropoda, yaitu sejenis tungau, kutu, tuma, atau caplak yang terinfeksi. Bakteri ini bisa juga ditemui di
kotoran yang mengandung binatang-binatang terinfeksi tersebut.

Bakteri Rickettsia rickettsii adalah penyebab Rocky Mountain spotted fever. Rickettsialpox disebabkan
oleh infeksi bakteri Rickettsia akari. Bakteri ini sering ditemukan pada tikus sebagai pembawa.
Boutonneuse fever disebabkan oleh bakteri Rickettsia conorii yang memiliki hubungan dekat dengan
Rickettsia rickettsii. Bakteri penyebab spotted fever lainnya di beberapa wilayah yang tersebar di seluruh
dunia, dinamai sesuai geografisnya, misalnya ada Rickettsia sibirica (Asia Utara), Rickettsia australis
(Queensland), Rickettsia japonica (Asia).

Penyakit tifus epidemik disebabkan oleh Rickettsia prowazekii. Epidemik terjadi di musim dingin di area
pegunungan seperti Himalaya, Meksiko, Amerika Tengah, dan Afrika. Tifus endemik atau Murine typhus
disebabkan oleh Rickettsia typhi yang sering terdapat pada tikus dan kutunya. Bakteri Orientia
tsutsugamushi terdapat pada tungau muda yang disebut chigger.

Bakteri Ehrlichia sering ditemukan di rusa atau kijang. Bakteri Coxiella sering terdapat di plasenta domba
yang terinfeksi berat dan mamalia lainnya, bisa juga ditemukan di susu, urin, dan kotoran mamalia yang
terinfeksi.

Rickettsia dan Orientia masuk ke kulit manusia melalui gigitannya atau kontak dengan kotoran di atas,
menyebar mengikuti peredaran darah lalu menginfeksi sel-sel tubuh dan membelah diri di sana. Coxiella
burnetii ditemukan menginfeksi paru-paru manusia dan mampu menyebar ke sumsum tulang, hati, dan
yang lebih jarang, hingga ke katup jantung.

PENGOBATAN

Umumnya penyakit Rickettsia dan penyakit yang menyerupainya masih berespon baik dengan pilihan
terapi antibiotika asal tahap pengobatan segera dimulai pada fase awal penyakit. Pada Q fever,
pengobatan saat fase akut lebih menunjukkan peluang keberhasilan dibanding sudah memasuki fase
kronis seperti pada radang selaput pembungkus jantung yang kronis.

Upaya pencegahan melalui beberapa vaksin telah dikembangkan untuk mencapai tingkat keamanan dan
efektivitas yang diinginkan. Sebagian di antaranya dianggap menemui kegagalan. Antibiotika sendiri
bukan untuk pencegahan. Karena infeksi sering berisiko terhadap para pelancong, peringatan diberikan
untuk selalu waspada jika memasuki daerah endemik.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan untuk mengurangi risiko terjangkit
penyakit Rickettsia dengan cara hindari kontak dengan artropoda penyebab seperti tungau, kutu, tuma,
atau caplak, termasuk mewaspadai hewan-hewan peliharaan yang terinfeksi seperti anjing dan kucing.
Gunakan repellent serangga, pakaian yang protektif, dan cepat memeriksa diri setelah mengunjungi area
yang terbukti endemis. Hal ini lebih ditekankan lagi bagi orang yang berisiko seperti mereka yang
memiliki kekebalan tubuh alami rendah.
MERS atau Middle East Respiratory Syndrome adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
virus korona. Asal virus korona belum diketahui secara pasti, namun diduga bahwa virus ini kemungkinan
besar berasal dari unta yang tinggal di Arab Saudi dan sekitarnya.

MERS memang menular, tapi penularannya tidak semudah flu biasa. Virus penyebab MERS umumnya
menular melalui kontak langsung, misalnya pada orang yang merawat penderita MERS yang tidak
menerapkan prosedur perlindungan diri terhadap virus dengan baik.

alodokter-mers

Gejala MERS

MERS memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa karena virus penyebabnya yang sejenis. Gejala-gejala
MERS yang umumnya muncul meliputi:

Demam.

Batuk-batuk.

Napas pendek.

Gangguan pencernaan, seperti diare, mual, dan muntah.

Nyeri otot.

Selain itu, tanda-tanda pneumonia juga sering ditemukan pada pemeriksaan pengidap MERS.

Karena tahap-tahap awal penyakit ini memiliki kemiripannya dengan gejala flu, MERS termasuk penyakit
yang sulit dideteksi. Anda sebaiknya lebih waspada dengan segera memeriksakan diri jika mengalami
gejala-gejalanya.

MERS dengan tingkat keparahan yang tinggi berpotensi memicu gagal organ, terutama ginjal, dan syok
sepsis. Oleh sebab itu, pasien yang mengalaminya membutuhkan penanganan darurat di rumah sakit.
Faktor Risiko MERS

Para pakar juga berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko
seseorang untuk tertular MERS. Faktor-faktor tersebut adalah:

Usia. Para lansia lebih rentan terkena penyakit ini.

Sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya pada pengidap HIV.

Penyakit kronis, contohnya kanker, diabetes, atau penyakit paru-paru.

Konsumsi daging unta kurang matang atau susu unta mentah.

Pernah berkunjung ke Arab Saudi. Jika Anda mengalami demam serta gejala MERS dalam dua minggu
setelah bepergian ke negara tersebut, segera periksakan diri Anda ke dokter.

Sering berada di dekat penderita MERS, misalnya bagi petugas medis yang merawat penderita di rumah
sakit atau keluarga yang tinggal serumah dengan penderita.

Sering berinteraksi dengan unta, karena MERS ditemukan pada beberapa unta.

Contoh-contoh antigenitas

Beberapa jenis antigen:

1. Protein 6. Bakteri

2. Polisakharida 7. Virus

3. Polipeptida Sintetik 8. Sel darah yang asing

4. Asam nukleat 9. Sel-sel dari transplantasi organ

5. Hapten 10. Toksin

Anda mungkin juga menyukai