Anda di halaman 1dari 9

BENDUNGAN ASI

1. Pengertian bendungan ASI


Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi.Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari Saluran
Sistem laktasi.Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena
Sebelum laktasi (Walyani 2016)
Bendungan Air Susu Ibu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASIdan rasa nyeri
di sertai kenaikan suhu badan (Maryunani, 2015)
2. Etiologi
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI
terkumpulan pada daerah duktus.Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah
melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak
bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus (Marmi, 2015).
Bendungan ASI biasanya terjadi pada payudara ibu yang memiliki produksi ASI banyak,
jikaa diraba terasa keras dan terkadang menimbulkan nyeri serta seringkali disertai
peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan di payudara dan
demam (Andina,2018).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
a. Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadipeningkatan
produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. Apabilabayi sudah
kenyang dan selesai menyusu payudara tidak dikosongkan, makamasih terdapat sisa
ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidakdikeluarkan dapat menimbulkan
bendungan ASI).
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidakmenyusukan
bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap,maka akan
menimbulkan bendungan ASI).
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah dalam
menyusuidapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa
nyeripada saay bayi menyusu. Akibatnya, ibu tidak mau menyusui bayinya dan
terjadibendungan ASI).
d. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalammenyusu.
Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak maumenyusu dan
akibatnya terjadi bendungan ASI).
e. Puting susuterlalu panajang (puting susu yang panjang menimbulkan kesulitanpada
saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola danmerangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya, ASI tertahandan menimbulkan
bendungan ASI) (Rukiyah, 2012).
3. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3
hari. Hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin)
waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar
payudara terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil
kelenjar-kelenjar. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau
kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, maka dapat
terjadi pembendungan air susu.
Sejak hari kedua sampai keempat setelah persalinan, ketika ASI secara normal
dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Dengan penghisapan yang efektif dan
pengeluaran ASI oleh bayi, rasa tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang
menjadi bendungan, payudara terasa penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran
ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan edematous (Novita, 2011).
4. Tanda dan gejala pembengkakan payudara

Payudara bengkak ditandai dengan nyeri sekitar payudara, edema,tegang, dan mengkilat,
tampak kemerahan, ASI tidak mengalir, dapat ditemui demam selama 24 jam dengan
suhu kurang dari 38ºC (WHO, 2006). Tanda lain yang ditemukan adalah bayi tidak dapat
menyusui, puting lecet, mastitis, ketidaknyamanan pada aksila, puting datar, nyeri tekan
pada payudara (Henning, 2006).
5. Penatalaksanaan Bendungan ASI
Penatalaksanaan Kasus pada ibu nifas dengan bendungan ASI adalah:
a. Cara menyusui yang baik dan benar
Menurut Maryunani (2015), cara menyusui yang baik dan benar adalah sebagai
berikut:
1) Sebelum menyusui, keluarkan sedikit ASI untuk mengolesi puting ibu agar
bayi mencium aromanya dan lebih berselera menyusu.
2) Susui bayi setiap kali ia menginginkannya dan selama yang ia mau.
3) Saat menyusui, letakan bayi dalam pangkuan sedemikian rupa hingga wajah
dan tubuhnya menghadap ke payudara ibu. Posisinya harus lurus searah dari
telinga, hidung, dan badannya. Dagunya menempel di payudara ibu.
4) Duduklah dalam posisi yang nyaman dan tegak, jangan
membungkuk, kalau perlu sangga tubuh bayi dengan bantal. Ibu yang baru
saja menjalani persalinan dengan operasi sesar tak perlu khawatir karena posisi
bayi berada di atas perut.
5) Jika paudara menyusu pada payudra kiri, letakkan kepalanya di siku lengan
kiri ibu. Lengan kiri bayi bebas ke arah payudara. Begitu pula sebalikya.
6) Topanglah payudara dengan meletakan ibu jari tangan ibu diatas puting dan
keempat jari menyangga payudara.
7) Usai menyusui, bayi akan melepaskan isapannya. Kalau tidak lepaskan
puting dengan memasukan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau tekan dagu bayi agar bibir bawahnya terbuka. Jangan langsung
menarik puting terlalu kuat selagi masih berada didalam mulut bayi karena
akan membuatnya lecet.
8) Bila puting lecet, lakukan kompres dingin di payudara dan tetaplah menyusui
bayi. Usai menyusui, usapkan tetesan ASI untuk pelumasan dan
pelindungan. Jika menggunakan obat dokter, seka puting dengan air atau waslap
basah yang lembut setiap kali menyusui.
b. Perawatan Payudara
Menurut Wahyuni dan Purwoastuti (2015), perawatan payudara adalah suatu
tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk
memperlancar ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah
melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakuakan untuk
merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara
sangat penting dilakuakan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini dikarenakan
payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi
yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.
1) Tujuan perawatan payudara
a) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi.
b) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.
c) Untukmenonjolkan puting susu yang terbenam.
d) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus.
e) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan.
f) Untuk memperbanyak produksi ASI.
g) Untuk mengetahui adanya kelainan.
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin
yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari
(Wahyuni dan Purwoastuti, 2015).
2) Langkah-langkah perawatan payudara yaitu:
a) Persiapan Alat
I. Baby oil secukupnya.
II. Kapas secukupnya.
III. Waslap 2 buah.
IV. Handuk bersih 2 buah.
V. Bengkok.
VI. Dua baskom berisi air (hangat dan dingin).
VII. Bra yang bersih dan terbuat dari katun untuk menyokong payudara.
b) Persiapan ibu
I. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan
handuk.
II. Baju ibu dibuka.
III. Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan
handuk, buka handuk pada daerah payudara.
c) Pelaksanaan perawatan payudara
I. Puting susu dikompres dengan menggunakan kapas minyak selama 3-4
menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.
II. Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari, dan jari telunjuk
diputar kedalam dengan kapas minyak tadi.
III. Penonjolan puting susu yaitu: Puting susu cukup di tarik sebanyak 20
kali. Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap. Memakai pompa
puting susu.
IV. Pengurutan payudara:
i. Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan.
ii. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil
dengan dua atau tiga jari dengan tangan kanan, mulai dari pangkal
payudara berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting
susu.
iii. Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara
dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara (lakukan
gerakan seperti ini pada payudara kanan).
iv. Kedua telapak tangan diantara kedua payudara, urutlah dari atas
sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya
perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.
v. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal
payudara ke arah puting susu. Lakuakan gerakan ini sekitar 30 kali.
vi. Merangsang payudara dengan air hangat dan dingin secara
bergantian.
vii. Setelah itu usahakan menggunakan BH yang longgar atau khusus,
yang dapat menopang payudara.
Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi yaitu
akan terjadi mastitis dan abses payudara. Mastitis merupakan inflamasi atau infeksi
payudara dimana gejalanya yaitu payudara keras, memerah, dan nyeri, dapat disertai
demam >38ºC (Kemenkes RI, 2013) sedangkan abses payudara merupakan
komplikasi lanjutan setelah terjadinya mastitis dimana terjadi penimbunan nanah
didalam payudara (Rukiyah, 2012).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Meihartati (2017) ibu nifas dengan
bendungan ASI yang melakukan perawatan payudara selama menyusui berdampak
baik yaitu tidak terjadinya bendungan ASI. Hal ini dikarenakan gerakan pada
perawatan payudara akan melancarkan reflek pengeluaran ASI serta dapat mencegah
dan mendeteksi dini kemungkinan adanya bendungan ASI.
Menurut Kemenkes RI (2015) menjelaskan bahwa perawatan payudara
bertujuan untuk melancarkan sirkulasi dan mencegah tersumbatnya aliran susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI serta menghindari terjadinya
pembengkakan dan kesulitan menyusui. Pijat oketani merupakan salah satu cara
perawatan payudara yang dapat melancarkan pengeluaran ASI dan mencegah
bendungan ASI.
6. Evidance based midwifery bendungan ASI
1. PIJAT OKETANI TERHADAP PRODUKSI ASI
Pijat oketani merupakan manajemen keterampilan untuk mengatasi masalah laktasi
seperti produksi ASI yang tidak cukup atau ASI kurang dan pembengkakan payudara
(machmudah, 2017). Pijat oketani terdiri dari 8 tehnik tangan yaitu, 7 tehnik
memisahkan kelenjar susu atau retro-mammae dan 1 tehnik pemerahan pada setiap
payudara kiri dan kanan. Bertujuan untuk mengatasi masalah ibu Postpartum dengan
pemijatan tanpa rasa nyeri (Jeongsug et al, 2012).
Pijat oketani akan membuat payudara menjadi lunak, lentur dan areola serta puting
susu menjadi lebih elastis. Pijat oketani dapat menyebabkan kelenjar mammae
menjadi mature dan lebih luas, sehingga kelenjar - kelenjar air susu semakin banyak
dan ASI yang diproduksi juga menjadi lebih banyak (Macmudah, 2017).
Berdasarkan jurnal dengan judul “Pengaruh Pijat Oketani Terhadap Produksi Asi
Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota” oleh Sari dan
Syukrianti (2020) didapatkan bahwa produksi ASI sebelum dilakukan pijat oketani
ASI yang < 100 cc adalah 20 responden (80%) dan produksi ASI normal atau ≥ 100
cc adalah 5 responden (20%) sedangkan produksi ASI sesudah diberikan pijat oketani
mengalami peningkatan yaitu produksi ASI ≥ 100 cc adalah 21 responden (84%) dan
produksi ASI<100 cc adalah 4 responden (16%). Hasil uji statistic dengan
menggunakan uji T test diperoleh -value sebesar 0.000 (≤ 0.05). Dengan demikian
dapat disimpulkan ada pengaruh pijat oketani terhadap produksi ASI Ibu Nifas.
2. PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN AIR SUSU
IBU
Perawatan payudara dan puting sangat penting dalam proses laktasi. Ke dua
perawatan ini seringkali menjadi “penyelamat” bagi ibu dalam melewati masa-masa
awal menyusui yang kadang terasa sangat berat. Misalnya jika terjadi puting lecet,
seringkali lecetnya ringan saja. Awal yang baik niscaya membuat proses selanjutnya
berjalan dengan baik pula. Dari awal yang baik tersebut tidak terlepas dari
pengetahuan ibu sendiri dalam merawat payudaranya. Demikian halnya dengan
menyusui, ibu yang lebih tahu tentang perawatan payudara maka cenderung
mempunyai keinginan lebih besar dalam menyusui (Riksani, 2012).
Berdasarkan jurnal dengan judul “Hubungan Perawatan Payudara Dengan Kejadian
Bendungan Air Susu Ibu (Asi) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sakra” oleh Sari, dkk
tahun 2021 menunjukan bahwa dari 45 responden yang melakukan perawatan
payudara yaitu dengan kategori baik 12 orang (20.0%), kategori cukup 24 orang
(53.3%), dan kategori kurang 9 orang (26.7%). Dan dari 45 responden yang
mengalami kejadian bendungan ASI yaitu dengan kategori tinggi 11orang (24.4%),
kategori sedang 21 orang (46.7%), dan kategori rendah 13 orang (28.9%). Hasil
Perhitungan uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rank didapatkan nilai
signifikan P-value = 0,000 atau lebih rendah dari standar signifikan yaitu α=0,2876
(0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Suela.
3. Kompres Daun Kubis Dingin sebagai Terapi Pendamping Bendungan ASI
Kubis atau kol (Brassica Oleracea Var. Capitata) merupakan sayuran ekonomis yang
sangat mudah ditemukan. Kubis . mengandung asam amino glutamine yang diyakini
dapat mengobati semua jenis peradangan, salah satunya radang yang terjadi pada
payudara. Kubis juga kaya akan kandungan sulfur yang diyakini dapat mengurangi
pembengkakan dan peradangan payudara.
Menurut Dalimartha (2005), daun kubis mengandung asam amino glutamine yang
diyakini dapat mengobati semua jenis peradangan, salah satunya radang yang terjadi
pada payudara. Kubis dapat digunakan sebagai terapi luar dengan cara pengompresan
pada bagian tubuh yang membengkak ataupun terasa nyeri. Kandungan sulfur yang
tinggi pada kubis juga diyakini dapat mengurangi pembengkakan dan peradangan
pada payudara . Daun kubis hijau (brasica capitata) mengandung zat sulphure, dimana
adanya zat tersebut membuat daun kubis memiliki sifat antibiotik dan anti-inflamasi,
yang dapat membantu memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah kapiler, sehingga
akan meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk dari daerah tersebut.
Berdasarkan jurnal dengan judul “Pengaruh Pemberian Kompres Daun Kubis Dingin
sebagai Terapi Pendamping Bendungan ASI terhadap Skala Pembengkakan dan
Intensitas Nyeri Payudara serta Jumlah ASI pada Ibu Postpartum di RSUD Bangil”
oleh Damayanti dkk, (2020) menunjukan bahwa pada kelompok kompres daun kubis
dingin (kelompok intervensi) menunjukkan bahwa nilai p-value untuk penurunan
skala pembengkakan sebesar 0,000, p-value untuk penurunan intensitas nyeri sebesar
0,000, dan p value untuk peningkatan jumlah ASI adalah 0,000 dimana nilai p dari
ketiga variabel < α (0,05). Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada ketiga variabel antara nilai sebelum dan sesudah pemberian perlakuan
pada kelompok kompres daun kubis dingin. Pada kelompok perah ASI (kelompok
kontrol) menunjukkan bahwa nilai p-value untuk penurunan skala pembengkakan
sebesar 0,003, p-value untuk penurunan intensitas nyeri sebesar 0,001, dan p-value
untuk peningkatan jumlah ASI adalah 0,000 dimana nilai p dari ketiga variabel < α
(0,05). Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada ketiga
variabel antara nilai sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada kelompok perah
ASI.

Anda mungkin juga menyukai