Anda di halaman 1dari 9

8/28/2013

Menentukan Visi dan Misi Keluarga (Seri

Muslimah activity
Membangun Kepribadian Muslimah Kaffah
Pengumpan: Tulisan Komentar

Menentukan Visi dan Misi Keluarga (Serial Fiqh Rumah Tangga)


April 16, 2010 oleh muslimahactivity Setiap pekerjaan dan aktivitas manusia mestilah memiliki tujuan dan target tertentu. Agar tujuan dan target tersebut bisa tercapai maka gambaran tentang tujuan dan target serta urutan pekerjaan juga harus jelas. Begitu pula dalam hal pernikahan. Visi keluarga adalah membangun keluarga sakinah yang penuh dengan kasih sayang. Sakinah berarti tentram. Tentram karena diridho Allah SWT . Maksud dari keluarga sakinah adalah: Semua unsur keluarga, suami, istri dan anak-anak hidup dalam ketaatan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah secara totalitas. Jadi unsur kelurga itu adalah orang-orang yang sholeh dan sholehah. Interaksi diantara mereka hanya menggunakan Islam sebagai patokan/standar, bukan dengan emosional, ataupun dengan aturan Barat Mereka berlomba-lomba untuk saling menunaikan kewajiban karena Allah SWT, bukan karena ridho manusia. Allah menegaskan: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
wordpress.com//menentukan-visi-d 1/9

8/28/2013 kasih dan

Menentukan Visi dan Misi (Seriterdapat tanda-tanda bagi kaum sayang. Sesungguhnya pada yang demikian ituKeluarga benar-benar yang berfikir (Q.S Ar-Ruum [30] :21)

Suami adalah seorang yang bertaqwa. Dia sangat memahami tanggung jawabnua sebagai pemimpin keluarga. Dialah nahkoda bagi sebuah biduk berisi istri dan anak-anaknya di dunia dan akherat. Penentu kebahagiaan mereka selama-lamanya. Secara pribadi dia rajin beribadah kepada Allah SWT dengan sholat, puasa, membayar zakat, menunaikan haji dan berdzikir. Menjaga hati, lisan dan amalnya agar senantiasa lurus tidak bengkok. Sebagai pemimpin keluarga dia mendidik, membimbing, mengayomi dan mendorong istri dan anaknya dalam ketaatan kepadaNya. Dia hanya menjadikan aturan Allah saja dalam setiap gerak hati, lisan dan amalnya. Dengan perintah Allah dia menggauli istrinya. Dengan perintah Allah dia mendidik anak-anaknya. Dengan perintah Allah pula dia menafkahi istri dan anak-anaknya. Jika fungsi internal keluraga yakni interaksi suami, istri dan anak-anak yang saling berkasih sayang hanya karena perintah Allah saja, maka saatnya mewujudkan fungsi eksternal. Suami, istri dan anakanak secara personal adalah hamba Allah yang terikat dengan batasan perintah dan larangan Allah. Mereka tidak hanya sibuk dalam batasan aktivitas dan berjuang untuk kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Mereka masing-masing memiliki tanggungjawab terhadap terbangungnnya masyarakat yang sehat dan lurus dalam naungan rahmat Allah SWT dengan melaksanakan aturanaturanNya. Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Peran keluarga sangat menentukan nasib masyarakat. Disinilah suami, istri dan anak-anak bahu membahu untuk memainkan peran mereka untuk turut dalam membangun masyarakat yang islami dan sejahtera dalam ridho Allah SWT. Yaitu menegakkan amar maruf nahiy mungkar dalam masyarakat. Berjuang bersama dan turut dalam barisan kaum muslimin lainnya dalam menegakkan syariatNya. Gambaran Nabi SAW dan para sahabatnya adalah keluarga sakinah yang telah sukses mengemban fungsi keluarga sakinah yang telah sukses mengemban fungsi keluarga internal dan eksternal. Misi keluarga sakinah secara internal adalah untuk membentuk sosok suami, istri dan anak-anak yang berkepribadian Islam. Yakni memiliki pola pikir dan pola sikap yang berlandaskan Aqidah Islam. Menjadi orang-orang yang hanya menjadikan Aqidah Islam sebagai standart dalam berfikir dan berbuat. Benar salah, baik buruk dan terpuji tercela setiap persoalan hanya dintentukan oleh keyakinannya terhadap laa ilaaha illallah muhammadur rosulullah. Bukan dengan emosional, apa kata orang ataupun dengan aturan Barat. Semua itu hanya akan terwujud dengan meneladani Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Suami, istri dan anak-anak memenuhi seluruh tuntutan dan kebutuhan hidupnya hanya dengan mencocokkan dengan aturan Allah SWT. Suami bekerja keras dengan niat melaksanakan perintah Allah bukan mencari uang semata. Tentu saja dengan pekerjaan yang halal. Suami mendidik dan membimbing istri dan anaknya dengan Islam juga karena perintah Allah bukan sekedar sebagai bentuk kasih sayang. Istri melayani suami, mengatur keluarga, mengasuh dan mendidik anaknya hanya karenaAllah dan dengan aturan Allah, bukan karena kasih sayang semata. Demikian juga anak-anak yang berbakti dan membantu orang tuanya karena Allah semata dan tentunya sesuai aturanNya, bukan karena balas budi belaka. Pilar-Pilar Rumah Tangga
wordpress.com//menentukan-visi-d 2/9

8/28/2013

Menentukan Visi dan Misi Keluarga (Seri

A. MOTIVASI PERNIKAHAN Pernikahan merupakan gerbang menuju kehidupan suami isteri. Pernikahan yang sejalan dengan tuntunan sunnah akan menghasilkan kehidupan rumah tangga (suami-isteri ) yang ideal. Tentunya, untuk menuju kehidupan suami-isteri yang ideal diperlukan persiapan matang yang sesuai dengan tuntunan sunnah Rasul. Unsur terpenting yang harus dipenuhi sebelum mengarungi kehidupan suami isteri adalah motivasi pernikahan. Motivasi yang benar merupakan fondasi yang kokoh untuk membangun kehidupan rumah tangga. Motivasi pernikahan yang benar juga merupakan jaminan bagi keberhasilan hidup berumahtangga. Untuk itu, Islam telah menerangkan apa yang seharusnya memotivasi seseorang untuk melangsungkan kehidupan suami isteri. Secara umum, seorang muslim tatkala melakukan perbuatan apapun harus diniatkan ikhlash karena Allah. Ini didasarkan pada firman Allah swt, artinya, Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agamanya yang lurus. [al-Bayyinah:5] Dalam sebuah hadits shahih telah dituturkan bahwa motivasi seseorang melakukan pernikahan ada empat perkara: Wanita itu dinikahi karena empat perkara, pertama, karena hartanya, kedua, karena keturunannya (kelas sosialnya), ketiga, karena kecantikannya, keempat, karena agamanya. Pilihlah olehmu, wanita yang beragama, niscaya kamu akan bahagia. [HR. Bukhari Muslim ] Hadits di atas telah menjelaskan kepada kita, bahwa motivasi pernikahan harus didasarkan pada prinsip ketaqwaan. Seorang muslim dan muslimat tidak diperkenankan melakukan pernikahan dengan motivasi selain mencari ridlo Allah swt. Ini didasarkan pada kenyataan, bahwa pernikahan adalah ibadah kepada Allah swt . Padahal, setiap ibadah harus dijalankan dengan niat yang benar, yakni ikhlash mencari ridlo Allah. Swt. Ketentuan semacam ini diperkuat dengan hadits lain yang menyatakan, bahwa. Rasulullah saw bersabda: artinya, Janganlah kamu menikahi perempuan itu karena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu akan membawa kerusakan bagi mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi mereka karena mengharap harta mereka, mungkin hartanya itu akan menyebabkan mereka sombong, tetapi nikahilah mereka dengan dasar agamanya. Dan sesungguhnya hamba sahaya yang hitam lebih baik asal ia beragama. [HR. Baihaqiy] Dalam riwayat lain disebutkan Sesungguhnya seorang wanita itu dinikahi karena agama, harta, dan kecantikannya. Untuk itu, nikahilah wanita yang taat beragama, niscaya kamu akan bahagia. [HR. Muslim dan Tirmidzi] Imam Tirmidzi menyatakan bahwa hadits ini berstatus hasan. Penulis kitab Raudlah menyatakan: Disunnahkan wanita itu berasal dari lingkungan, kabilah, dan karakter yang benar-benar shalihah. Sebab, wanita seperti ini bagaikan logam emas dan perak (sangat
wordpress.com//menentukan-visi-d 3/9

Visi dan Misi Keluarga (Seri logam emas dan perak (sangat benar-benar shalihah. Menentukan Sebab, wanita seperti ini bagaikan bernilai). Sebab, adat istiadat dan gaya hidup suatu kaum sangat berpengaruh pada seseorang dan menentukan kepribadiannya.

8/28/2013 karakter yang

Diriwayatkan dari Imam Nasaiy dengan sanad shahih, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, artinya, Sebaik-baik wanita adalah; yang jika engkau melihatnya, maka ia membagiakanmu, Jika engkau memerintahnya, maka ia senantiasa mentaatimu. Jika engkau memberikan sesuatu kepadanya, maka ia senantiasa berbuat baik kepadamu. Apabila kamu tidak berada di sisinya, ia selalu menjaga dirinya dan hartamu. Nash-nash di atas menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa pernikahan harus selalu didasarkan pada prinsip-prinsip ketaqwaan. Sebagaimana membangun sebuah rumah, maka membangun kehidupan rumah tangga juga diperlukan pondasi yang kokoh dan kuat. Pondasi itu adalah taqwa kepada Allah swt. Al-Quran telah menyatakan, artinya, Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridloanNya itu yang baik, ataukah orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan di ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dzalim. [at-Taubah:109] Ketaqwaan harus dijadikan dasar dalam membangun kehidupan rumah tangga. Seorang wanita tatkala hendak membangun rumah tangga dengan seorang laki-laki, dirinya harus termotivasi untuk membangun rumah tangga yang dihiasi dengan ketaqwaan. Tatkala dirinya menjatuhkan pilihan kepada seorang pria, dirinya hanya berfikir, apakah dengan menjatuhkan pilihan kepada pria tersebut, dirinya bisa semakin dekat dengan Allah atau tidak. Dirinya memahami benar, bahwa pernikahan merupakan ibadah yang bisa menyempurnakan agamanya. Ia juga sadar bahwa pernikahan merupakan salah satu cara untuk menjaga kemaluan dan kesucian diri. Ia selalu terdorong untuk mencari pasangan hidup yang senantiasa bertaqwa kepada Allah swt. Rasulullah bersabda: Jika telah datang (meminang putrimu) kepadamu, seorang yang kamu ridhoi agamanya dan akhlaqnya maka nikahkanlah dia, jika tidak kamu kerjakan yang demikian maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang meluas [HR. Tirmidzi] Seorang calon suami yang baik selalu berharap kepada Allah untuk mendapatkan pasangan hidup yang dapat menjaga kehormatan dirinya, keluarga, dan kedekatannya dengan Allah swt. Ia akan bersyukur, jika ia berhasil menyunting wanita shalihah. Sebab, ia telah mendapatkan keberuntungan yang sangat besar. Rasulullah saw bersabda, artinya: Barangsiapa diberi oleh Allah seorang isteri yang shalihah, maka dia telah membantunya untuk menyempurnakan setengah dari agamanya. Untuk itu, hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada setengah yang lainnya. [HR. Thabarani & al-Hakim ] Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Rasulullah saw bersabda, artinya, Di antara kebahagiaan bagi anak cucu Adam itu ada tiga, demikian pula kesengsaraannya. Kebahagiaan yang dimaksud adalah menikahi wanita yang shalihah, tempat tinggal yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Sedangkan di antara kesengsaraannya adalah memiliki isteri yang jahat, tempat tinggal yang
wordpress.com//menentukan-visi-d 4/9

8/28/2013 nyaman.

Menentukan Visi dan Misi Keluarga (Seri Sedangkan di antara kesengsaraannya adalah memiliki isteri yang jahat, tempat tinggal yang buruk dan kendaraan yang buruk pula. [HR. Ahmad dengan sanad shahih].

Seorang calon suami menyadari benar, bahwa isteri kadang-kadang bisa menjadi musuh dalam hidupnya. Allah swt berfirman, artinya, Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Taghabun:14] Maksud dari menjadi musuh bagimu adalah, kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama. Demikianlah, motivasi pernikahan yang benar merupakan faktor penentu bagi keberhasilan dan kebahagiaan kehidupan rumah tangga. Lebih dari itu, motivasi yang benar merupakan jaminan bagi kuat dan kokohnya kehidupan rumah tangga. Seorang muslim sejati tidak dibenarkan menikahi seorang wanita karena kecantikannya, hartanya, maupun derajatnya. Demikian juga sebaliknya, seorang wanita tidak dibenarkan menjatuhkan pilihan kepada seorang laki-laki karena ketampanan, kekayaan, dan derajatnya. Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa menikahi seorang wanita karena kedudukannya maka Allah tidak akan menambahkan kecuali kehinaan, dan siapa saja yang menikahi seorang wanita karena hartanya maka Allah tidak akan menambahkan kecuali kefakiran, dan siapa saja yang menikahi seorang wanita karena kemuliaan keturunannya maka Allah tidak akan menambahkan kecuali kerendahan, dan siapa saja yang menikahi wanita hanya untuk menundukkan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan menyambung silaturahmi maka barakah Allah untuknya karena istrinya dan barakah Allah untuk istrinya karenanya [HR. Thabrani] B. SUAMI SEBAGAI NAHKODA Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (Q.S An Nisaa [4]: 34) Allah telah menentukan suami sebagai pemimpin keluarga. Dia yang mendapat mandat dari Allah dengan kemampuan memimpin dan menafkahi istri dan anak-anaknya, suamilah nahkodanya. Kelayakannya dalam memimpin ditentukan karena statusnya sebagai laki-laki. Dengannya dia dituntut memiliki kapasitas sebagai pemimpin dan pemecah masalah. Juga, kemampuannya menafkahi keluarga. Namun demikin, bukan berarti suami sebagai pemimpin keluarga didasarkan kepada kemampuannya untuk memimpin dan menafkahi. Dia sebagai pemimpin semata-mata karena dia laki-laki. Jika suami mempunyai kekurangan dalam dua hal tersebut, maka istri dapat membantu dan mendorong agar suami memperbaiki diri. Jika suami sama sekali tidak berubah karena beberapa sebab sehingga tidak mampu memimpin dan menafkahi maka istri berhak mengajukan gugatan
wordpress.com//menentukan-visi-d 5/9

8/28/2013 sebab sehingga

Menentukan Visi dan Misi Keluarga (Seri tidak mampu memimpin dan menafkahi maka istri berhak mengajukan gugatan cerai kepada hakim.

Jadi kepemimpinan suami dalam keluarganya bukan karena sebab apapun. Semata-mata karena Allah telah menunjuknya dan memilihnya. Setiap keputusan dalam mengendalikan keluarga ada dalam wewenangnya. Khususnya jika terjadi beda pandangan terhadap kemaslahatan keluarga maka putusan suamilah yang berlaku selama tidak melanggar aturan Allah. Seorang istri yang mengharap ridhoNya tentu akan sangat setia dan taat kepada suaminya. Ridho suaminya adalah Ridho Allah selama sang suami taat kepadaNya. Istri memiliki tanggungjawab untuk mengoreksi langkah suaminya jika melenceng dari kebenaran. Dia tidak boleh taat jika sang suami memerintahkan kemaksiatan. Untuk mampu menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, maka sang suami harus memiliki akhlaq yang bagus. Karakter yang dimiliki calon suami dan isteri harus terbentuk dari pemahaman, bukan sekedar karakter liar yang lahir dari hawa nafsu. Sebab, sifat atau karakter yang tidak dipandu dengan aqidah dan pemahaman yang benar tentu akan menyebabkan seseorang berjalan hanya berdasarkan hawa nafsunya belaka. Karakter suami yang baik adalah karakter yang lahir dari aqidah dan hukum syariat. Sebab, Rasulullah saw telah bersabda, artinya, Sungguh pada hakekatnya tidak beriman diantara kalian sampai kalian menundukkan hawa nafsu kalian dengan apa yang aku bawa. [hadits] Ini menunjukkan bahwa, hawa nafsu atau keinginan seorang muslim harus tunduk dengan apa yang dibawa Rasulullah saw, yakni al-Quran dan Sunnah. Hadits ini merupakan bukti yang sangat terang, bahwa karakter seorang muslim harus sejalan dengan al-Quran dan Sunnah. Rasulullah saw sebagai panutan seluruh kaum muslim adalah orang yang memiliki akhlaq paling tinggi. Tidak ada satupun manusia yang mampu menyamai ketinggian budi pekerti beliau saw. Beliau saw adalah sosok kepribadian yang tanpa cacat dan cela. Bahkan, seluruh umat manusia mengakui bahwa karakter Rasulullah saw adalah karakter yang paling sempurna. Pada dasarnya keluhuran dan ketinggian akhlaq Rasulullah saw lahir dari al-Quran dan sunnah. Dalam sebuah riwayat yang dituturkan oleh Aisyah ra dinyatakan bahwa akhlaq Rasulullah saw adalah al-Quran. Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh menyatakan bahwa akhlaq adalah nilai universal yang terlepas dari al-Quran dan Sunnah. Akhlaq seorang muslim harus terbentuk dari al-Quran dan sunnah. Suami yang baik adalah suami yang memiliki akhlaq yang terlahir dari alQuran dan sunnah, bukan akhlaq yang lahir dari nilai-nilai universal belaka. B. ISTRI SEBAGAI IBU DAN PENGATUR RUMAH TANGGA Suami sebagai nahkoda yang menentukan arah jalannya biduk samudra luas. Istri yang merupakan partner suami bertugas sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Allah telah menetapkan istri sebagai tempat menanam benih suami. Istri dipersiapkan Allah dengan naluri keibuan untuk mampu melaksanakan tugas mendung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak. Istri memiliki kasih sayang yang penuh kelembutan dan perhatian, inilah yang dibutuhkan anak-anak dan sifat ini
wordpress.com//menentukan-visi-d 6/9

8/28/2013 kasih sayang

Menentukan Visi dan Misiinilah Keluarga (Seri yang penuh kelembutan dan perhatian, yang dibutuhkan anak-anak dan sifat ini jarang ditemui dalam diri laki-laki. Allah memang telah memilih istri sebagai ibu. Tugas utama nan luhur, generasi khairu ummah ada dalam genggaman ibu.

Istri adalah pengatur bagi rumah tangga suaminya. Manajemen rumah dialah yang bertanggung jawab. Bagaimana semua fungsi rumah dapat berjalan hingga semua penghuninya merasa nyaman ditentukan oleh pengaturan sang istri. Maka untuk melaksanakan dua tugas ini (sebagai pendidik dan pengatur rumah) maka sudah selayaknya sang istri banyak berada dirumah daripada suami. semua ini demi harmonisasi yang kokoh. Pengaturan yang adil, sesuai dengan potensi yang telah diberikan Allah sebagai pencipta. Sama sekali tidak ada maksud dari sang pencipta untuk merendahkan wanita dengan pembagian perannya. Kemuliaan, hanya dintentukan oleh taqwanya. Bukan oleh kebebasan keluar rumah yang dapat diraih. Juga bukan oleh besarnya income yang berhasil diraupnya. Untuk itu, hendaknya seorang wanita yang menjadi ibu dan pengatur rumah tangga memiliki kararter sebagai berikut: Taat Beragama dan Berusaha Menjalankan Urusan Agama. Sifat ini telah ditetapkan berdasarkan sunah Rasulullah saw. Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda, artinya: Sesungguhnya dunia ini adalah keindahan, dan tiadak ada keindahan di dunia ini yang lebih baik daripada seorang wanita shalihah. [HR. Ibnu Majah] Wanita shalihah adalah wanita yang telah terbangun kepribadian Islamnya. Pola fikirnya (aqliyyah) sejalan dengan aqidah dan ketentuan Islam. Pola kejiwaannya (nafsiyyah) juga sejalan dengan aqidah dan syariat Islam. Bila pola fikirnya sudah sejalan dengan Islam, tentu dirinya akan berusaha untuk menjalani kehidupan suami isteri sesuai dengan syariah Islam. Dirinya juga akan menjunjung tinggi nilai-nilai rumah tangga yang utama. Menyejukkan dan Menyenangkan Hati. Hendaklah wanita yang akan dinikahi menyenangkan hati dan menentramkan jiwa. Ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw; Sebaik-baik wanita adalah; yang jika engkau melihatnya, maka ia membagiakanmu,. Jika engkau memerintahnya, maka ia senantiasa mentaatimu. Jika engkau memberikan sesuatu kepadanya, maka ia senantiasa berbuat baik kepadamu. Apabila kamu tidak berada di sisinya, ia selalu menjaga dirinya dan hartamu. [HR. al-Nasaiy] Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha. (HR. An-Nasai) Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma bintu Yazid radhiallahu anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bertanya: Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya? Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun
wordpress.com//menentukan-visi-d 7/9

8/28/2013 diperbuatnya

Menentukan Visisemua dan Misi Keluarga (Seri bersama suaminya? Maka mereka diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami). Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya. (HR. Ahmad)

Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syari, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya. (HR. Muslim ) Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda: Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur. Ada yang bertanya kepada beliau: Apakah mereka kufur kepada Allah? Beliau menjawab: Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali. (HR. Al-Bukhari Muslim ) Daftar Materi yang akan kita bahas dalam Serial Fiqh Rumah Tangga 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Menentukan Visi dan Misi Keluarga Pilar-Pilar Rumah Tangga Menuju Gerbang Kehidupan Rumah Tangga Pola Hubunga Suami dan Istri Prinsip-Prinsip Menyelesaikan masalah keluarga Konsep Mendidik Anak Nafkah dan Pengaturan Belanja Keluarga Perkawinan Kaum Muslim dengan Orang-orang kafir Keluarga yang suka bertaubat Menggapai Kesejahteraan Meraih Posisi Keluarga Islam dan Poligami Peran negara dalam pendidikan keluarga dan masyarakat

Ditulis dalam Fiqh | Tinggalkan Sebuah Komentar Komentar RSS

Blog pada WordPress.com. Tema: MistyLook oleh WPThemes.


wordpress.com//menentukan-visi-d 8/9

8/28/2013

Menentukan Visi dan Misi Keluarga (Seri

wordpress.com//menentukan-visi-d

9/9

Anda mungkin juga menyukai