Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PERNIKAHAN DALAM ISLAM”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu : Mohamad Yusuf Ahmad Hasyim, Lc., M. A., Ph. D.

Disusun Oleh :

Damar Khakim

5111421005

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt saya panjatkan karena atas limpahan rahmat
hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pernikahan
Dalam Islam” ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada junjungan besar, Nabi Muhammad saw yang telah membimbing kita semua ke jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi
seluruh alam semesta.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yang diampu oleh Bapak Mohamad Yusuf Ahmad Hasyim, Lc., M.
A., Ph. D., saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya penyusunan makalah ini. saya juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Dengan segala kerendahan hati karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca supaya dalam
pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik.

Semarang, 29 November 2021

Damar Khakim

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ ii

DAFTAR ISI……....................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................1

1.3 Tujuan..............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................... 3

2.1 Konsep Pernikahan..........................................................3


2.2 Hukum pernikahan...........................................................4
2.3 Tujuan Pernikahan...........................................................5
2.4 Hikmah Pernikahan..........................................................5
2.5 Inseminasi Buatan............................................................7
2.6 Poligami...........................................................................8
2.7 Homo Seksual..................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................... 11

3.1 Kesimpulan.....................................................................11
3.2 Saran................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkeluarga merupakan impian yang pasti bagi setiap manusia dan merupakan
cerminan semua makhluk ciptaan Allah SWT, sehingga kelangsungan kehidupan di dunia
akan terus berlanjut. Manusia adalah salah satu makhluk yang sangat sempurna di
bandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia ditakdirkan untuk hidup berpasang -
pasangan dengan lawan jenisnya.

Dengan jalan pernikah merupakan cara yang paling baik untuk dapat melangsungkan
keturunan. Nikah adalah fitra yang berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai
makhluk Allah. Setiap manusia yang sudah dewasa serta sehat jasmani dan rohaninya pasti
membutuhkan pasangan yang berlawanan jenis kelaminnya. Teman hidup yang dapat
memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat mencintai dan dicintai, yang dapat mengasihi dan
dikasihi, serta yang dapat bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian dan
kesejahteraan dalam kehidupan berumah tangga.

Menikahi perempuan yang sholeh ,bahtera kehidupan rumah tangga yang baik.
Pelaksanaan ajaran agama terutama dalam kehidupan berkeluarga, berjalan dengan teratur.
Rasulullah saw memberikan penghargaan yang tinggi kepada istri yang sholeh. Mempunyai
istri yang sholeh, berarti Allah SWT menolong suaminya melaksanakan setengah dari urusan
agamanya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pernikahandan apa saja rukun dalam pernikahan?

2. Bagaimana hukum pernikahan menurut islam?

3. Bagaimana Tujuan Pernikahan dalam islam?

4. Apa hikmah dari pernikahan bagi seorang muslim?

5. Apa yang dimaksud dengan Inseminasi setelah pernikahan?

6. Bagaimana konsep Poligami menurut sudut pandang islam dan negara?

1
7. Apa yang dimaksud dengan Homo Seksual?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah pernikahan ini adalah :

1. Untuk lebih memahami tentang pernikahan yang lebih mendalam.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang hukum nikah menurut ajaran agama islam

3. Mendeskripsikan tentang pernikahan dari segala sudut pandang

4. Mampu mengimplentasikan dalam kehidupan beragama dan berbangsa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pernikah

            Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha- yankihu- nikaahan yang mempunyai
dua arti yakni: pertama berarti al-jam’u yang bermakna berkumpul, bersebadan atau bersatu;
kedua berarti al-wath’u yang bermakna bersetubuh, atau bersenggama. Sedangkan menurut
pengertian istilah adalah akad atau perjanjian yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki
dan perempuan untuk memenuhi hajat biologisnya sehingga antara keduanya (suami dan
istri) mempunyai hak dan kewajiban. Pada hakikatnya pernikahan merupakan suatu bentuk
akad atau perjanjian yang harus dipertanggung jawabkan baik terhadap sesama manusia
maupun terhadap Allah Swt. Perjanjian itu muncul dari lubuk hati yang tulus dan ikhlas, suka
rela untuk mewujudkan kebahagiaan hidup yang hakiki membentuk rumah tangga yang
sakinah, mawaddah, dan warahmat di bawah naungan ridha Allah Swt. Firman Allah SWT
surat An-Nisa ayat 1

 ‫ث ِم ۡنهُ َما ِر َجااًل َكثِ ۡيرًا َّونِ َسٓا ً‌ء ۚ َواتَّقُوا هّٰللا َ الَّ ِذ ۡى‬ ۤ
َّ َ‫ق ِم ۡنهَا ز َۡو َجهَا َوب‬
َ َ‫س وَّا ِح َد ٍة َّو َخل‬ ٍ ‫ٰيـاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُ ۡوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذ ۡى خَ لَقَ ُكمۡ ِّم ۡن نَّ ۡف‬
‫سٓا َءلُ ۡونَ بِ ٖه َوااۡل َ ۡر َحا َ‌م ؕ اِنَّ هّٰللا َ َكانَ َعلَ ۡي ُكمۡ َرقِ ۡيبًا‬
َ َ‫ت‬.

 “ Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri
yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Nikah adalah fitrah yang berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk
Allah SWT. Setiap manusia yang sudah dewasa serta sehat jasmani dan rohaninya pasti
membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis kelaminnya. Teman hidup yang dapat
memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat mencintai dan dicintai, yang dapat mengasihi dan
dikasihi, serta yang dapat bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian dan
kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.

Dalam menikah terdapat beberapa syarat Rukun nikah yang harus dipenuhi sebagai berikut:

Rukun nikah terdiri atas :

3
a. Calon suami, beragama islam, benar- benar pria, tidak karena terpaksa, bukan
mahram (perempuan calon istri), tidak sedang ihram haji, atau umroh dan usia
minimal 19 tahun.
b. Calon istri, beragama islam, benar-benar perempuan, tidak karena terpaksa, halal bagi
calon suami, tidak bersuami, tidak sedang ihram haji atau umroh dan usia minimal 16
tahun.
c. Sigat akad, Ijab dan kabul ini dilakukan oleh wali mempelai perempuan  dan kabul
diucapkan oleh wali mempelai laki-laki.
d. Wali mempelai perempuan, syaratnya laki-laki, beragam islam, balig (dewasa),
berakal sehat, merdeka ( tidak sedang ditahan ), adil dan tidak sedang ihram haji atau
umroh. Wali inilah yang menikahkan mempelai perempuan atau mengizinkan
pernikahannya.

2.2 Hukum Pernikahan

a. Nikah Hukumnya Mubah

            Hukum asal nikah adalah mubah artinya boleh dikerjakan boleh ditinggalkan.
Dikerjakan tidak ada pahalanya dan ditinggalkan tidak berdosa. Meskipun demikian,
ditinjau dari segi kondisi orang yang akan melakukan pernikahan.

b. Nikah Hukumnya Sunnah

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa pada prinsipnya nikah itu


sunnah.Alasannya perintah nikah dalam berbagai Al Qur’an dan hadist yang
hanya  merupakan  anjuran  walaupun  banyak  kata-kata  amar dalam ayat dan hadist
tersebut. Akan tetapi bukanlah amar yang berarti wajib sebab tidak semua amar harus
wajib, kadangkala menunjukkan sunnah. Adapun nikah hukumnya sunnah bagi orang
yang sudah mampu memberi nafkah dan berkendak untuk nikah.

c. Nikah Hukumnya Wajib.

Nikah menjadi wajib menurut pendapat sebagian ulama dengan alasan bahwa
diberbagai ayat dan hadits disebutkan wajib. Nikah menjadi wajib apabila sudah
mampu untuk menanggung semua resiko dari pernikahan.

4
d. Nikah Hukumnya Makruh

        
    Hukum nikah menjadi makruh apabila orang yang akan melakukan perkawinan
telah mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat, tetapi ia belum mempunyai bekal
untuk memberi nafkah tanggungaanya.

e. Nikah Hukumnya Haram

            Nikah menjadi haram bagi seseorang yang mempunyai niat untuk menyakiti
perempuan yang dinikahinya. Orang yang belum balig, pemabuk atau sakit gila, maka
dalam situasi dan kondisi semacam itu seseorang haram untuk menikah. Sebab, jika
mereka menikah dikhawatirkan hanya akan menimbulkan mudharat yang lebih besar
pada orang lain.

2.3 Tujuan Pernikahan

a. Untuk memnuhi hasrat naluriah yakni kebutuhan biologis secara syah. Sudah menjadi
fitrah manusia untuk tertarik dan saling mencintai pada lawan jenis dan mempunyai
keinginan yang kuat untuk mengadakan hubungan biologis. Karena itu Islam
menganjurkan untuk cepat-cepat menikah bagi laki-laki atau perempuan yang sudah
mampu (baik fisik maupun materi) untuk menikah, dengan demikian apa yang menjadi
kebutuhan atau hasrat dan keinginannya akan terpenuhi atau tersalurkan secara syah
dan halal.
b. Menjaga manusia dari kerusakan dan kejahatan. Manusia diciptakan oleh Allah dengan
diberi nafsu biologis. Nafsu biologis tersebut harus disalurkan, diarahkan, dan
dikendalikan, agar nafsu tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan
masyarakatnya. Tanpa adanya upaya untuk menyalurkan, mengarahkan, dan
mengendalikan, maka manusia akan rusak dan menjadikan mereka terjerumus dalam
perbuatan maksiat.
c. Menumbuhkan semangat berusaha untuk memperoleh rezeki. Ikatan pernikahan dalam
membentuk rumah tangga merupakan ikatan yang paling teguh dan kuat. Hal ini
dikarenakan ikatan tersebut terbentuk berdasarkan nilai cinta dan kasih sayang yang
tulus ikhlas tanpa pamrih antar suami dan istri.

2.4 Hikmah Pernikahan

5
            Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami
istri. yang merupakan pintu gerbang kehidupan berkeluarga yang mempunyai pengaruh
terhadap keturunan dan kehidupan masyarakat. Keluarga yang kokoh dan baik menjadi syarat
penting bagi kesejahteraan masyarakat dan kebahagiaan umat manusia pada umumnya.

            Agama Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang suci, baik dan
mulia. Pernikahan menjadi dinding kuat yang memelihara manusia dari kemungkinan jatuh
ke lembah  dosa yang disebabkan oleh nafsu birahi yang tak terkendalikan. Banyak sekali
hikmah yang terkandung dalam pernikahan, antara lain sebagai kesempurnaan ibadah,
membina ketentraman hidup, menciptakan ketenangan batin, kelangsungan keturunan,
terpelihara dari noda dan dosa dan lain-lain.

Beberapa hikmah pernikahan :

1. Membangun dan membentuk suatu rumah tangga yang harmonis, damai dan teratur
Manusia berjanji akan sehidup dan semati, sakit dan senang sehingga mereka menjadi
satu kesatuan dalam rumah tangga.
2. Pernikahan Dapat menciptakan Kasih Sayang dan Ketentraman
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kelengkapan jasmaniah dan rohaniah sudah
pasti memerlukan ketenangan jasmaniah dan rohaniah. Kebutuhan jasmaniah perlu
dipenuhi dan kepentingan rohaniah perlu mendapat perhatian. Ada kebutuhan pria yang
pemenuhnya bergantung kepada wanita. Demikian juga sebaliknya.
3. Pernikahan Dapat Melahirkan Keturunan yang Baik
Setiap orang menginginkan keturunan yang baik dan sholeh, anak yang sholeh adalah
idaman  semua  orang tua. Anak  yang sholeh  akan selalu mendoakan orang tuanya.
4. Dengan Pernikahan, Agama dapat Terpelihara
Menikahi perempuan yang sholeh ,bahtera kehidupan rumah tangga yang baik.
Pelaksanaan ajaran agama terutama dalam kehidupan berkeluarga, berjalan dengan
teratur. Rasulullah saw memberikan penghargaan yang tinggi kepada istri yang sholeh.
Mempunyai istri yang sholeh.
5. Pernikahan dapat Memelihara Ketinggian Martabat Seorang Wanita
Wanita adalah teman hidup yang paling baik, karena itu  tidak boleh dijadikan mainan.
Wanita harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya. Pernikahan merupakan cara untuk
melakukan wanita secara baik dan terhormat.
6. Pernikahan Dapat Menjauhkan Perzinahan

6
Setiap orang, baik pria maupun wanita, baik pria maupun wanita, secara naluriah
memiliki nafsu seksual. Nafsu ini memerlukan penyaluran dengan baik melalui
pernikahan. Jika nafsu birahi besar, tetapi tidak mau nikah dan tetap mencari penyaluran
yang tidak sehat, dan melanggar aturan agama, maka akan terjerumus ke lembah
perzinahan yang dilarang keras oleh agama.

2.5 Inseminasi Buatan

a. Inseminasi Buatan Suami (IBS)

Dalam masalah IBS suami istri masih terikat dalam akad nikah Artinya suami
istri yang berkeinginan untuk mempunyai keturunan itu adalah suami istri yang syah
menurut ketentuan Islam. Perbedaannya di sini adalah kalau suami istri biasanya
memperoleh anak atau keturunan melalui hubungan badan (bersenggama). Dalam IBS
ini mereka memperoleh keturunan dengan bantuan teknologi kedokteran. Bantuan
teknologi kedokteran dibutuhkan karena salah satu di antara keduannya mempunyai
hambatan untuk dapat membuahi atau dibuahi, sedangkan sperma dan ovum dalam
keadaan sehat dan memenuhi syarat untuk dapat membuahi atau dibuahi. Caranya
adalah sperma suami disemprotkan atau disuntikkan ke dalam rahim si istri ketika si
istri dalam keadaan subur; atau sperma dan ovum di ambil lalu dibuahi di luar, setelah
keduanya berbuah dipindahkan ke rahim si istri. Jadi interupsi dokter ini pada awal
kehamilan yaitu pada proses pembuahan. Para ulama fiqih memperbolehkan seorang
dokter membantu kehamilan dengan inseminasi buatan asal dilakukan kepada
pasangan suami istri yan syah dalam perkawinan. Peran dokter sama sekali tidak
mencederai status hukum nikah dari suami istri tersebut. Dengan kata lain, interupsi
dokter dalam terjadinya pembuahan pada seorang istri dari sperma suami sendiri,
tidaklah merusak akad nikah suami istri tersebut.

Apabila pasangan suami istri tidak bisa memiliki keturunan (anak) Sebagai
jalan keluarnya, maka Islam memperbolehkan mengambil anak angkat (orang lain).
Namun Islam melarang mengadobsi anak. Perbadaan antara mengasuh anak dengan
mengadobsi anak adalah terletak pada penghilangan garis keturunan atau nasab
seseorang yang menurut Islam dikaitkan dengan ayah(genitor) si anak tersebut.

7
Mengasuh anak adalah perbuatan dan pekerjaan terpuji, sedangkan mengadobsi anak
adalah perbuatan tercela.

9
2.6 Poligami

a. Konsep Poligami

Poligami adalah seorang laki-laki mempunyai istri lebih dari satu. Sedangkan
kebalikannya adalah poliandri, yaitu seorang wanita mempunyai suami lebih dari satu.
Pada dasarnya, Islam hanya mengakui monogami sebagai bentuk perkawinan yang
sah. Hanya dalam keadaan darurat saja seorang laki-laki boleh mempunyai istri lebih
dari satu. Sedangkan seorang wanita yang sudah menikah tidak sah melakukan
perjanjian atau pernikahan lagi dengan laki-laki lain. Hal tersebut dengan mudah kita
pahami jika kita memperhatikan kewajiban kaum laki-laki dan kaum wanita dalam
mengelola dan mengasuh anak atau keturunannya. Dalam hal ini kodrat alam telah
membagi sendiri-sendiri kewajiban kaum pria dan kewajiban kaum wanita; misalnya,
seorang pria dapat menghasilkan beberapa anak sekaligus dari istri lebih dari satu,
sedangkan kaum wanita sudah cukup memperoleh anak dari seorang suami saja. Oleh
sebab itu poligami pada saat tertentu membantu kesejahteraan masyarakat dan
mempertahankan kelangsungan umat, tetapi poliandri tidak sedikit pun berguna bagi
manusia.

b. Dasar Hukum Poligami

Hukum poligami dalam Islam adalah mubah. Poligami dibolehkan selama


tidak dikhawatirkan terjadinya penganiayaan terhadap para istri. Jika terdapat
kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya penganiayaan dan untuk melepaskan
diri dari kemungkinan dosa yang dikhawatirkan itu, dianjurkan atau
direkomendasikan agar mencukupkan beristri satu orang saja Dalam Undang-Undang
perkawinan di Indonesia pada dasarnya menganut asas monogami, apabila
dikehendaki oleh yang bersangkutan untuk melakukan poligami, maka hukum dan
juga agama dari yang bersangkutan mengizinkan seorang laki-laki beristri lebih dari
seorang, yang demikian ini, perkawinannya hanya dapat dilakukan apabila telah
memenuhi berbagai persyaratan yang telah ditentukan dan diputuskan oleh pengadilan

Dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, ketentuan yang berkaitan


dengan poligami diatur pada pasal 3, 4 dan 5

8
Pasal 3 

(1) Pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang istri. Seorang wanita hanya boleh
memiliki seorang suami.
(2) Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang
apabila dihendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

Pasal 4 

(1) Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam
pasal 3 ayat 2 Undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan ke Pengadilan
di daerah tempat tinggalnya.
(2) Pengadilan dimaksud dalam ayat 1 pasal ini hanya memberi izin kepada suami yang akan
beristri lebih dari seorang apabila: istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai
istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak
dapat melahirkan keturunan.

Pasal 5 
(1) Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal
4 ayat 1 Undang-undang ini harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. adanya persetujuan dari istri
b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak
mereka.
c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka.

2.7 Homo Seksual

Homo seksual adalah hubungan seks antara laki-laki dengan laki- laki.
Sedangkan lesbian adalah hubungan seks antara wanita dengan wanita. Cara ini tidak
dibenarkan dalam Islam sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam surat Al-
A’raf ayat 80 – 81 yang berbunyi:

َ‫س َب َق ُك ْم ِب َها مِنْ َأ َح ٍد مِنَ ا ْل َعالَمِين‬ َ ‫َولُو ًطا ِإ ْذ َقال َ لِ َق ْو ِم ِه َأ َتْأ ُتونَ ا ْل َفا ِح‬
َ ‫ش َة َما‬

9
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala
dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?”

َ‫ُون ال ِّنسَاءِ ۚ َبلْ َأ ْن ُت ْم َق ْو ٌم ُم ْس ِرفُون‬


ِ ‫ش ْه َو ًة مِنْ د‬ ِّ َ‫ِإ َّن ُك ْم لَ َتْأ ُتون‬
َ َ ‫الر َجال‬

“Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka),


bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.”

Para ulama menafsirkan ayat-ayat Alquran sebagaimana tersebut di atas bahwa


perbuatan homo dan lesbian yang diperbuat oleh kaum Nabi Luth merupakan perbuatan keji
dan termasuk perbuatan abnormal, karena hewan pun tidak ada yang berbuat demikian.
Homoseksual termasuk ketegori perbuatan dosa besar, karena ia merupakan perbuatan
menyimpang dari sunnatullah.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk menghalalkan hubungan
kelamin antara keduanya dengan dasar sukarela demi terwujudnya keluarga bahagia yang
diridhoi oleh Allah SWT.

Pernikahan adalah ikatan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri, yang
merupakan pintu gerbang kehidupan berkeluarga yang mempunyai pengaruh terhadap
keberlangsungan keturunan dan kehidupan dalam bermasyarakat. Agama  mengajarkan
bahwa pernikahan adalah sesuatu yang suci, baik dan mulia.

Ketika seorang muslim sudah mampu untuk menikah maka sangat diwajibkan untuk
menikah dengan tujuan untuk menghindarkan dari perbuatan zina yang dapat membawa
manusia ke jalan maksiat yang menjerumuskan kedalam lembah dosa.

3.2 Saran

Dengan jalan nikah menghindari dan menjauhkan seorang muslim dari perbuatan yang
menjurus ke perzinahan yang dapat menambah dosa.

Dalam wujud perkawinan, kedua mempelai yang dapat membuat hati menjadi tentram.
Baik suami yang mengangap istri yang paling cantik diantara wanita-wanita lain, begitu juga
seorang istri yang menganggap suminyalah laki-laki yang menarik hatinya. Masing – masing
merasa tentram hatinya dalam membina rumah tangga.

11
Daftar Pustaka

Rugia, Iker. 2016. Konsep Pernikahan islam. Makalah Pernikahan dalam Islam – Bersama
(satriodatuak.com) diakses pada 29 november 2021 pukul 11:09 WIB.

Indrianto, N. (2020). Pendidikan Agama Islam Interdisipliner Untuk Perguruan Tinggi.


Deepublish.

Arif, M. (2011). Pendidikan Agama Islam Inklusifmultikultural. Jurnal Pendidikan Islam, 1(1),
1-18.

Rasyak,Rezeki.2012.Pernikahan dalam islam


https://rezkirasyak.blogspot.com/2012/10/makalah-pendidikan-agama
islam.htmldiakses pada 29 november 2021 pukul 11:10 WIB.

iv

Anda mungkin juga menyukai