Disusun oleh
Kelompok 1
1. ARSANTI SUSILOWENI
2. DANNY AKBAR NUGROHO
3. FERIE SULISTIONO
NIM. 12030114410053
Nim. 12030114410085
Nim. 12030114410085
DAFTAR ISI
Hal
I
II
III
Daftar Isi.................................................................................................................
PENDAHULUAN .................................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumus Masalah ..............................................................................................
PEMBAHASAN ....................................................................................................
A. Perkembangan Rasa Keingintahuan ..............................................................
B Pengertian Filsafat Ilmu .................................................................................
B Objek Filsafat..................................................................................................
C. Fungsi Filsafat ................................................................................................
D. Ciri ciri Berpikir Filsafat
1. Berpikir Radikal .............................................
2. Mencari Asas ..
3. Mencari Kebenaran ............................................
4. Mencari Kejelasan ..
5. Berpikir Rasional
E. Kegunaan Filsafat ...
PENUTUP ..............................................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................................
Daftar Pustaka
ii
1
1
7
8
8
11
15
16
17
17
17
17
18
18
18
22
22
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu kodrat manusia adalah untuk mencari tahu apa yang belum
diketahui. Disadari atau tidak, sebenarnya seseorang lebih banyak belajar dari
pertanyaan daripada jawaban. Anak kecil adalah penanya sejati, dia tanyakan
2
semua apa yang di sekitarnya, dia menganggap segala sesuatu itu luar biasa, dia
selalu ingin tahu, makanya banyak orang beranggapan bahwa anak kecil adala
filosof sejati. Namun pada umumya setelah dewasa, orang menganggap hal-hal
yang ada disekitarnya biasa- biasa saja, jadi tidak perlu dipertanyakan. Memahami
orang dan kodrat manusia hanyalah soal mengenali dan mengakui seseorang
sebagaimana mereka adanya, bukan apa yang orang pikirkan tentang mereka dan
bukan orang menginginkan mereka menjadi apa. Tindakan manusia diatur oleh
pikirannya sendiri, Sifat ini sangat kuat dalam diri manusia sehingga pikiran yang
menonjol dalam kasih sayang adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh si
pemberi dengan memberi, bukan dengan menerima. Kodrat manusia sejak awal
memang demikian dan akan tetap demikian sampai akhir zaman karena manusia
ditempatkan di bumi dengan kodrat itu. Manusia sebagai animal rational dibekali
hasrat ingin tahu. Manusia selalu ingin tahu dalam hal apa sesungguhnya yang ada
(know what), bagaimana sesuatu terjadi (know how), dan mengapa demikian (know
why) terhadap segala hal. Orang tidak puas apabila yang ingin diketahui tidak
terjawab.
Keingintahuan manusia tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri
atau keadaan sekelilingnya, Tetapi terhadap semua hal yang ada di alam fana ini
bahkan terhadap hal-hal yang ghaib. Manusia berusaha mencari jawaban atas
berbagai pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu manusia berusaha mendapatkan
pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Ilmu Pengetahuan berawal
pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro
cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos). Di dalam sejarah perkembangan pikir
manusia ternyata yang dikejar itu esensinya adalah pengetahuan yang benar atau
secara singkat disebut kebenaran.
Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan
mengenai hal yang dipertanyakannya .Rasa keingintahuan manusia dimulai dari
rasa ingin mengenal dirinya sendiri yang kemudian berkembang kepada rasa
keingintahuan manusia pada alam sekitarnya.
Rasa ingin tahu hanya akan mendorong seseorang untuk mengkaji
fenomena alam semesta di saat hati nuraninya menyakini bahwa alam semesta ini
3
telah diciptakan berdasarkan hukum kausalitas dan aturan yang selaras, keyakinan
seperti ini tidak akan muncul kecuali dari keimanan terhadap Tuhan, dan ia tidak
akan dimiliki oleh seorang materialis sejati. Oleh karenanya seorang materialis yang
menghabisi usianya di dalam lab-lab dan pusat-pusat kajian guna mengkaji dan
meneliti rahasia dan fenomena alam semesta, pada dasarnya hati nuraninya
menyakini akan keberadaan Tuhan, walaupun secara zahir ia menampakkan dirinya
sebagai seorang materialis.
Rasa keingintahuan tersebut terpuaskan dengan kemampuan bahasa
manusia untuk berkomunikasi dan bertukar pengalaman tentang segala hal yang
ada di alam serta kegunaannya bagi manusia. Meskipun demikian manusia masih
mempunyai
keterbatasan
misalnya
keterbatasan
manusia
dalam
melihat,
mendengar, berpikir dan merasakan tentang apa yang terjadi disekitarnya secara
benar dan utuh.
Manusia adalah makhluk transenden yang tak pernah puas dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya. Bahkan leluhur manusia, Adam yang telah
diberi pengetahuan langsung oleh Allah dan berpengetahuan lebih ketimbang
mahluk lain masih saja ingin tahu rahasia buah kuldi. Rasa ingin tahu manusia tak
pernah terpuaskan, ia terus bertanya dan bertanya.
Dalam manusia curiosity (rasa ingin tahu) pikiran manusia berkembang dari
waktu ke waktu rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah
sehingga terjadi timbunan pengetahuan. Maka terjadilah perkembangan akal
manusia sehingga justru daya pikirnya lebih berperan dari pada fisiknya. Dengan
akal tersebut manusia memenuhi tujuan hidupnya disamping untuk melestarikan
hidup untuk memenuhi kepuasan hidup serta juga untuk mencapai cita-cita.
Manusia ingin mengetahui segala sesuatu. Segala sesuatu yang terjadi
(situasi, kondisi, keadaan, sifat, karakter, ciri-ciri, peristiwa, kejadian) maupun apa
saja yang ada (benda, hewan, tumbuhan, dll.) baik yang ada/terjadi di
lingkungannya (environment) maupun yang ada/terjadi di dalam dirinya sendiri
(peredaran darah, degup jantung, rasa senang, sedih, dll.)
yang
satu
dirangkaikan
dengan
realitas
lain
menghasilkan
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu
kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat
itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan
bagaimana pohon ilmu pengetahuan telah tumbuh mekar-bercabang secara
subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang
mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin
maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula
sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih
khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang
dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat
sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapanungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya,
dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan
yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal
tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono
dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat.
Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat
sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih
lanjut
Koento
Wibisono
dkk.
(1997)
menyatakan,
karena
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
7
Mitos adalah cerita rakyat yang dibuat-buat atau dongeng yang ada
kaitanya dengan kejadian, gejala yang terdapat di alam, manusia pada alam
sekitarnya. Mitos sebenarnya adalah manusia dengan imajinasinya berusaha
secara sungguh-sungguh menerangkan gejala alam yang ada, namun
usahanya belum dapat tepat karena kurang memiliki pengetahuan sehingga
untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh, dewa,
atau dewi. Tujuan manusia menciptakan mitos, karena pada saat itu
penduduk masih dalam tingkat mistis peradabannya. Mereka percaya akan
adanya kekuatan-kekuatan gaib yang melebihi kekuatan manusia biasa.
Dalam zaman demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa
faktor yaitu :
a. karena keterbatasan pengetahuan manusia,
b. karena keterbatasan penalaran manusia,
c. karena keingintahuan manusia untuk sementara telah terpenuhi.
Telah dikemukakan bahwa kebenaran memang harus dapat diterima oleh
akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yaitu penerimaan atas
dasar kata hati tentang sesuatu itu benar. Kata hati yang irasional dalam
kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran
(pseudo science), kebenaran dan hasaratnya ingin tahu sudah terpenuhi,
paling tidak untuk sementara waktu.
2. Manusia berpikir rasional:
Rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran
atau rasio. Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam
otak. Dengan berpikir rasional, manusia dapat meletakkan hubungan dari
apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi. Kemampuan manusia
mempergunakan
daya
akalnya
disebut
intelegensi,
sehingga
dapat
mulanya
perasaan
manusialah
yang
lebih
berperan
dalam
8
yang
sedemikian rupa,
telah
diketahuinya
itu
kemudian
dikembangkan
bila diceritakan pada zaman dulu, niscaya akan dianggap sebagai omong
kosong atau juga bisa dianggap sebagai hal yang tidak masuk akal
(irrasional).
Kemampuan belajar manusia bisa jadi mulanya diawali dari rasa
keingintahuannya saja.
Respon
manusia ketika menghadapi suatu ketidak pastian inilah yang disebut dengan
curiosity atau rasa ingin tahu. Curiosity akan mengarahkan manusia kepada
perilaku yang berusaha mengurangi ketidakpastian. Rasa ingin tahu yang
tinggi dapat juga dikaitkan dengan teori Maslow, yang menyatakan bahwa
manusia memiliki kebutuhan yang salah satunya adalah kebutuhan untuk
memahami.
Rasa ingin tahu (curiosity) akan sesuatu hal, apakah itu rasa heran,
takjub, bahkan keinginan menyingkap kebenaran akan sesuatu yang menarik
hatinya, sebenarnya dimiliki oleh setiap orang, namun hasrat besar atau
kecilnya rasa keingintahuan pada setiap orang itu bisa jadi berbeda-beda
antara yang satu dengan lainnya, akan tetapi rasa keingintahuan itu tetap
ada dan merupakan sifat alami yang positif yang dimiliki oleh setiap orang.
Ambil contoh, seorang anak yang akalnya mulai berkembang sering
menanyakan hal-hal yang masih belum dipahaminya, dan apapun yang ada
disekelilingnya maupun dihadapannya yang belum diketahuinya, misalnya
seorang anak kecil tidak tahu bahaya daripada air yang baru dimasak oleh
ibunya, sebelum ia berhasil menjangkau benda panas tersebut. Rasa
keingintahuannya mendorong untuk menjangkau benda panas tersebut dan
setelah ia merasakan panasnya benda itu, barulah ia menyadari bahaya dari
air yang baru dimasak itu
Namun sayangnya, perkembangan curiosity ini sering terjebak oleh
lingkungan kehidupan yang serba rutin dan mekanis dalam keseharian,
apalagi dimasa-masa sulit seperti sekarang ini yang untuk mendapatkan
kebutuhan pokok saja kita harus berpacu agar tidak kehabisan diambil orang
lain.
sekolah, nonton TV, tidur, bangun, terus berulang seperti itu, yang tidak ada
bedanya dengan robot atau program komputer, termasuk makan yang harus
tiga kali sehari, baik ia dalam kondisi lapar atau tidak tidak lapar, dan kalau
10
11
Bagi para filusuf pra-Socrates filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk
memahami hakikat alam dan realitas dengan mengandalkan akal budi.
2. Plato
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli
dan murni. Kemudian ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan
tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu
yang ada.
3. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsipprinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada.
4. Rene Descartes
Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan
yang
pangkal
12
d. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata
dan pengertian (concept).
e. Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan
yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.
9. Poedjawijatno
Filsafat adalah ilmu (tentang segala sesuatu) yang menyelidiki keterangan
atau sebab yang sedalam-dalamnya
10. Sidi Gazalba
Filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan
sebagai hasil dari berpikir secara radikal, sistematis, dan universal.
11. Lorens Bagus, mendefinisikan filsafat:
a. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan
lengkap tentang seluruh realitas.
b. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
c. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan:
sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
d. Penyelidikan kritis atas pengpengetahuan.
e. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu manusia melihat apa yang
dikatakan dan mengatakan apa yang manusia lihat.
Dari serangkaian definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
filsafat adalah proses berpikir secara radikal (mendasar, mendalam, samapi
ke akar-akarnya), sistematis (teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan),
dan universal ( umum, terintegral, dan tidak khusus, serta tidak parsial)
terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada.
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap
yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta
kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju
dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah
kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk
mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa
heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada
gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan
manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat
13
dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk
memahami hakekat dari sesuatu ada yang dijadikan objek sasarannya,
sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang
filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami
apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa
hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu suatu
keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan
tentang apakah ada (being, sein, het zijn) itu. Inilah awal-mula sehingga
seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis,
agnostisistis
dan
lain
sebagainya,
yang
implikasinya
akan
sangat
16
ringkas
dapat
disebutkan
bahwa
fungsi
filsafat
menurut
Penyebab
lahirnya
filsafat,
salah
satunya
ialah
keraguan.
Untuk
logis
sehingga
dipertanggungjawabkan.
diperoleh
kebenaran
yang
dapat
ilmuwan. Para ahli matematika, astronomi, ilmu bumi adalah seorang filusuf
di masa itu.
Berpikir filsafati mengubah cara berpikir mistis menjadi rasional, luas,
integral, sistematis, logis, kritis dan analitis. Dalam perkembangannya ilmu
pengetahuan mulai mandiri dan filsafat menjadi induk segala ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan memajukan peradaban manusia hingga
mengembangkan
optimisme
yang
hampir
tak
terbatas.
Namun
dilakukan oleh filsafat sebagai ilmu yang tak terbatas. Tidak hanya
menyelidiki bidang tertentu tapi juga mempersoalkan hakikat, prinsip dan
asas seluruh realitas yang ada.
2. Dalam kehidupan sehari-hari
Meski abstrak, filsafat menggiring pemahaman manusia selain itu juga
menuntun manusia ke tindakan dan perbuatan yang konkrit berdasarkan
pengertian dan pemahaman yang jelas.
3. Cabang-cabang filsafat
Mulanya filsafat meliputi keseluruhan jenis ilmu pengetahuan, selanjutnya
berkembang pada masa Renaissance pada abad ke-17M dan sesudahnya
ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat luar biasa dan
memisahkan diri dari filsafat, walau begitu arti filsafat tidak mati tetap hidup
dengan corak baru sebagai ilmu istimewa yang mencoba memecahkan
masalah yang tidak terpecahkan oleh jangkauan ilmu.
Persoalan mengenai bagian filsafat dengan corak baru tersebut menggiring
pembicaran tentang cabang-cabang filsafat. Beberapa klasifikasi cabang
cabang filsafat :
a. M.J.Langeveld membagi masalah tiga utama:
1. Lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan
segala cipta Tuhan);
2. Lingkungan masalah (pengetahuan dan logika);
3. Lingkungan masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, moral, yang
sebagai berikut:
1. Metafisika
2. Logika
3. Ajaran tentang ilmu pengetahuan
4. Filsafat alam
5. Filsafat kebudayaan
6. Filsafat sejarah
7. Etika
8. Estetika
9. Antropologi
c. Alburey Castell, guru besar filsafat di University of Oregeon membagi
masalah filsafat enam bagian,yaitu:
1. Masalah teologis
19
2. Masalah metafisika
3. Masalah epitemologi
4. Masalah etika
5. Masaah politik
6. Masalah sejarah
d. Will Durrant dalam bukunya berjudul The Story of Philosophy
mengemukakan lima cabang filsafat sebagai berikut:
1. Logika
2. Estetika
3. Etika
4. Politika
5. Metafisika
e. Aristoteles membagi filsafat ke dalam tiga bidang studi:
- Filsafat Spekulatif atau teoritis, bersifat objektif dan termasuk di
dalamnya bidang fisika, metafisika, biopsikologi dsb dengan tujuan
-
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat adalah proses
berpikir secara radikal (mendasar, mendalam, samapi ke akar-akarnya),
sistematis (teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan), dan universal (umum,
terintegral, dan tidak khusus, serta tidak parsial) terhadap segala yang ada dan
yang mungkin ada. Objeknya meliputi segala pengetahuan manusia serta segala
sesuatu yang ingin diketahui manusia. Filsafat berfungsi untuk menyelamatkan
21
materialisme,
melepaskan
kungkungan
kegelisahan
dan
DAFTAR PUSTAKA
22
23