Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 2

PENGEMBANGAN SDM (EKMA4366)


Pada tanggal 20 Agustus 2020, FEUT Menyelenggarakan Pembelajaran tatap muka. Dosen yang
hadir tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Dosen hanya berperan sebagai fasilitator,
motivator dan mediator dalam pembelajaran. Dosen yang menerapkan sikap mengakui,
menghargai dorongan diri, bahkan memberikan motivasi kepada mahasiswa agar mampu
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara optimal melalui proses interaksi dalam jaringan
sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Dosen lebih
menekankan pada penyampaian (transfer) pengetahuan baru melalui serangkaian proses
pengalaman belajar. Sementara mahasiswa, diposisikan sebagai subyek yang aktif yang
diarahkan untuk mampu membangun sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka
pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir
yang telah ada dan dimilikinya.
 Dari fenomena yang terjadi pada pembelajaran tatap muka di FEUT, menurut Saudara :

1. Sebutkan Jenis asumsi inti teori yang digunakan oleh dosen UT dalam kegiatan
pembelajaran tatap muka tersebut?
2. Jelaskan perbedaan antara asumsi inti teori tersebut dengan teori kognitivisme?

Jawaban

1. Menurut saya, fenomena yang terjadi pada pembelajaran tatap muka di FEUT tersebut
diatas dosen menggunakan jenis asumsi inti teori konstruksivisme. Teori Konstruktivisme
menyatakan bahwa mahasiswa harus menemukan sendiri dan mentrasformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Dalam teori ini dosen tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri di dalam
benaknya, dengan arti kata siswa harus aktif. Sementara guru berperan sebagai fasilitator
yang membantu siswa belajar. Sebagai fasilitator guru dituntut menggunakan strategi–
strategi belajar aktif. Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
(Sanjaya, 2010:126)
Berdasarkan uraian diatas, kita dapat melihat bahwa fenomena yang terjadi pada
pembelajaran tatap muka di FEUT tersebut sesuai dengan asumsi inti teori
konstruktivisme.

2. Berikut perbedaan antara asumsi inti teori konstruktivisme dengan teori kognitivisme;
 Implikasi teori kognitivisme dalam kegiatan pembelajaran lebih memusatkan perhatian
kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain itu,
peran siswa sangat diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam kegiatan
belajar. Teori ini juga memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal
kemajuan per- kembangan. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur
aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok-
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
 Teori Konstruktivisme lebih menekankan pada diri siswa dalam penyusun pengetahuan
yang ingin diperoleh oleh siswa tersebut. Teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa
untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlakukan guna menggembangkan dirinya sendiri. Konstruktivisme memandang
bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas
kolaboratif dan refleksi dan interpretasi. Seseorang yang belajar akan memiliki
pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan
persepektif yang didalam menginterprestasikannya.
 

Anda mungkin juga menyukai