Anda di halaman 1dari 2

EKMA4366-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FE/Fakultas Ekonomi


Kode/Nama MK : EKMA4366/Pengembangan SDM
Tugas 2

No. Soal
1. Pada suatu hari di Kampus UT Pondok Cabe dilakukan pembelajaran tatap muka. Dosen yang hadir
tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Dosen hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan
mediator dalam pembelajaran. Dosen yang menerapkan sikap mengakui, menghargai dorongan diri,
bahkan memberikan motivasi kepada mahasiswa agar mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
secara optimal melalui proses interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam
budaya kelas maupun di luar kelas. Dosen lebih menekankan pada penyampaian (transfer)
pengetahuan baru melalui serangkaian proses pengalaman belajar. Sementara mahasiswa, diposisikan
sebagai subyek yang aktif yang arahkan untuk mampu membangun sendiri pengetahuannya, mencari
arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru
dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.

Dari fenomena yang terjadi pada pembelajaran tatap muka di Kampus UT Pondok Cabe, menurut
Saudara :
1. Jenis asumsi inti teori apa yang digunakan oleh dosen UT tersebut ?
2. Jelaskan perbedaan antara asumsi inti teori konstruktivisme tersebut dengan teori kognitivisme?

Jawaban
1. Berdasarkan deskripsi yang diberikan, dosen di Kampus UT Pondok Cabe menerapkan pendekatan
pembelajaran yang melibatkan mahasiswa sebagai subyek aktif dalam membangun pengetahuan mereka
sendiri. Dosen berperan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator dalam proses pembelajaran. Dalam
konteks ini, dosen kemungkinan besar mendasarkan pendekatannya pada asumsi inti teori
konstruktivisme.

Konstruktivisme adalah teori pembelajaran yang berfokus pada peran aktif siswa dalam membangun
pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi sosial. Teori ini menyatakan bahwa
pembelajaran terjadi saat siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pemahaman
dan pengalaman mereka sebelumnya.

Dalam pendekatan konstruktivisme, dosen dianggap sebagai fasilitator atau pemandu dalam proses
pembelajaran. Mereka menghargai dorongan internal siswa, memberikan motivasi, dan menciptakan
lingkungan belajar yang mendukung kolaborasi dan interaksi sosial. Dosen juga mendorong siswa untuk
mencari arti dari apa yang mereka pelajari, membangun konsep-konsep baru dengan kerangka berfikir
yang mereka miliki, dan aktif berpartisipasi dalam diskusi dan refleksi.

Dengan menekankan pada pengalaman belajar, interaksi sosial, dan pembangunan pengetahuan oleh
siswa, pendekatan ini sesuai dengan asumsi inti teori konstruktivisme. Dosen di Kampus UT Pondok
Cabe mungkin beranggapan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan
mereka sendiri dan bahwa pembelajaran lebih efektif ketika siswa terlibat secara aktif dalam proses
tersebut.

2. Perbedaan antara asumsi inti teori konstruktivisme dan teori kognitivisme adalah sebagai berikut:
a. Fokus pada Proses Belajar: Konstruktivisme menekankan bahwa pembelajaran terjadi melalui
konstruksi pengetahuan oleh siswa melalui interaksi dan pengalaman. Sementara itu, kognitivisme
lebih fokus pada pemrosesan informasi dalam pikiran individu, termasuk aspek-aspek seperti
perhatian, memori, dan pemecahan masalah.
b. Peran Aktif Siswa: Konstruktivisme menganggap siswa sebagai subyek aktif dalam pembelajaran, di
mana mereka membangun pengetahuan mereka sendiri melalui refleksi dan interaksi sosial. Di sisi
lain, kognitivisme cenderung melihat siswa sebagai penerima informasi yang memproses secara
individual.
c. Sosial dan Kontekstual: Konstruktivisme menekankan pentingnya konteks sosial dalam
pembelajaran, di mana siswa berinteraksi dengan orang lain untuk membangun pengetahuan mereka.
Sementara itu, kognitivisme lebih fokus pada proses kognitif internal individu, dengan penekanan
pada aspek-aspek seperti pemrosesan informasi dan memori.
d. Peran Fasilitator: Dalam konstruktivisme, peran dosen atau guru adalah sebagai fasilitator atau
pemandu, yang mendukung dan memfasilitasi pembelajaran siswa melalui interaksi, pertanyaan, dan
diskusi. Dalam kognitivisme, peran guru lebih menekankan pada penyampaian informasi, instruksi,
dan pengawasan.
e. Pengetahuan yang Dibangun: Konstruktivisme menekankan bahwa siswa membangun pengetahuan
mereka sendiri melalui refleksi dan konstruksi aktif. Di sisi lain, kognitivisme lebih melihat
pengetahuan sebagai hasil dari pemrosesan informasi oleh pikiran individu.
Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan perspektif yang berbeda dalam melihat bagaimana pembelajaran
terjadi dan bagaimana siswa terlibat dalam proses tersebut. Konstruktivisme menekankan peran aktif
siswa dan konstruksi pengetahuan, sementara kognitivisme lebih menekankan pemrosesan informasi dan
aspek-aspek kognitif individu.

Anda mungkin juga menyukai