Anda di halaman 1dari 3

PEMBELAJARAN DIFERENSIASI

RUANG KOLABORASI DAN DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

Nama Kelompok:
Maresya Darmanti

Muhammad Nurkhodri

Yosi Agustin

Yulisa Puji Astari

Dosen Pengampuh :

Dr. Jessi Alexander Alim, M.Pd

Dr. Neni Hermita, M.Pd

PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN GEL I

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS RIAU

2023
Kasus:

Di SDN 105 Pekanbaru tepatnya di kelas 2C ada seorang siswa yang tantrum.
Tantrum sendiri adalah suatu perilaku eksplosif dan tidak terkendali yang umumnya terjadi pada anak-
anak, di mana mereka mengekspresikan ketidakpuasan, frustrasi, atau keinginan yang tidak terpenuhi
dengan cara yang sangat emosional dan keras. Tantrum seringkali disertai dengan tangisan, berteriak,
melenting, bahkan mungkin juga termasuk menendang atau melempar objek. Biasanya, tantrum terjadi
ketika anak merasa kesulitan mengelola emosinya atau ketika mereka tidak mampu
mengomunikasikan keinginan atau ketidakpuasan mereka dengan cara yang lebih baik. Siswa tantrum
tersebut memiliki permasalahan yaitu sulitnya mengontrol emosi dalam bersosialisasi. Ketika kami
masuk untuk menggantikan wali kelas 2C, kami menjumpai siswa tersebut sedang berkelahi dengan
teman perempuannya. Dia mengejar temannya hingga ke depan kantor majelis guru. Dari kejadian
tersebut, tampak siswa tantrum tersebut tidak dapat mengontrol emosinya ketika marah. Kemudian
kami mencoba menenangkan siswa bersangkutan, setelah emosinya sedikit reda kami mencoba
memberikan nasehat agar siswa tantrum tersebut bisa berbaikan dengan teman yang bersangkutan.
Setelah kejadian tersebut kami bertanya kepada teman-temannya di kelas apakah siswa tersebut sering
berkelahidengan teman sekelasnya, rupanya siswa tersebut sering berkelahi dan dia membalas
perbuatan teman yang mengganggunya dengan pukulan. Setelah itu kami mengkonfirmasi kasus dari
siswa tantrum ini dengan wali kelas 2C, setelah tanya jawab dengan wali kelasnya kami mendapatkan
informasi mengenai siswa tersebut, bahwa siswa tersebut memang termasuk siswa berkebutuhan kusus
jadi kejadian yang terjadi sudah sering di maklumi oleh para guru.

Cooperative Learning:

Strategi Cooperative Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa bekerja sama
dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Strategi ini dapat efektif
diterapkan dalam kelas yang memiliki keberagaman tingkat kemampuan dan kebutuhan siswa,
termasuk siswa dengan kebutuhan khusus seperti yang dihadapi oleh kelas 2C di SDN 105 Pekanbaru.

Menurut kami strategi cooperative learning termasuk kedalam strategi pembelajaran berdiferensiasi
karena memberikan pengalaman pembelajaran yang inklusif dan mendukung bagi siswa tantrum
dengan kebutuhan khusus. Dengan merancang tugas yang memadukan aspek sosial dan akademis,
serta mempertimbangkan peran dan lingkungan kelompok, guru juga dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang mendukung keberagaman dan memfasilitasi perkembangan positif siswa.
Berikut ini adalah Teknis Strategi Pembelajaran Cooperative Learning dalam kasus siswa tantrum
tersebut:

1. Pembentukan Kelompok
Guru membentuk kelompok berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa, termasuk
keberagaman kemampuan dan preferensi sosial. Pembentukan kelompok dapat disesuaikan
dengan preferensi dan kenyamanan siswa tantrum.
2. Pembagian Peran
Setiap anggota kelompok diberikan peran yang berbeda sesuai dengan kekuatan dan
kemampuannya. Peran ini dapat mencakup pemimpin kelompok, pencatat, dan pelaksana tugas.
Dengan demikian, setiap siswa memiliki kontribusi yang unik.
3. Tugas Kolaboratif
Guru merancang tugas yang memerlukan kolaborasi dan interaksi antar anggota kelompok. Tugas
ini dirancang untuk merangsang diskusi dan pertukaran ide, menciptakan pengalaman
pembelajaran yang menarik dan berbeda.
4. Monitoring dan Dukungan Guru
Guru memantau aktivitas kelompok secara rutin, memberikan dukungan ketika diperlukan, dan
memberikan umpan balik untuk memastikan semua siswa terlibat dan memahami materi.
Dukungan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa tantrum.
5. Evaluasi Kelompok dan Individu
Evaluasi dilakukan secara formatif melalui observasi, partisipasi, dan kontribusi individu dalam
kelompok. Ini memungkinkan penilaian yang berfokus pada perkembangan dan kebutuhan
masing-masing siswa, mendukung pendekatan diferensiasi.

Anda mungkin juga menyukai