3) Teori Constructivism : Konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik
mampu membina sendiri pengetahuannya, mencari arti apa yang dipelajari dan mampu
mengaitkan dengan pengalaman. Untuk implememtasi di dalam pembelajaran guru bisa
mengajak peserta didik untuk mendiskusikan satu masalah yang seringkali dijumpai
oleh peserta didik di lingkungannya. Kita contohkan saja masalah kenakalan remaja
yang sangat dekat jangkauannya dengan peserta didik. Dalam diskusi tersebut pendidik
tidak memberi batasan, sehingga peserta didik mampu mengonstruksi pengetahuannya
mengenai topik diskusi. Dari hal ini diharapkan peserta didik mampu berfikir kritis dan
mengonstruksi pemahamannya melalui pengalaman ataupun hal yang mereka lihat.
Model ini sangat mudah terapkan di dalam kelas. Langkah pertama yang harus
dilakukan yaitu guru memilih beberapa peserta didik yang dianggap lebih pandai atau
sudah dapat menguasai materi. Misalnya guru mengambil 7 peserta didik yang
pandai. Kemudian 7 peserta didik tersebut masing-masing diarahkan untuk
membentuk kelompok di mana anggotanya adalah teman-teman mereka yang masih
kurang mampu dalam memahami materi. Setelah terbentuk 7 kelompok guru
memberikan suatu topik materi apa yang harus dibahas pada masing-masing
kelompok. Kemudian peserta didik yang dianggap pandai inilah yang bertugas
memimpin jalannya diskusi di dalam kelompoknya masing-masing dengan
memberikan penjelasan terkait materi yang belum dipahami oleh teman-temannya.
Setelah diskusi kelompok selesai kemudian hasil tugasnya dipresentasikan kepada
kelompok lain di dalam kelas. Lalu setelah melakukan presentasi dibuka sesi diskusi
atau sesi tanya jawab sehingga dapat terbentuk proses belajar yang aktif dan dinamis.
Guru membentuk kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 5 peserta didik
Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub
materi yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
berdiskusi mengenai sub bab mereka
Setelah diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing (kelompok asli) dan bergantian mengajar satu
kelompoknya tentang sub bab yang telah mereka kuasai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan seksama
3) Debat Aktif
A. Identifikasi Masalah
1. Karakter dan Kepribadian Sandra
Berdasarkan hasil identifikasi dari kelompok 3, sikap tenang yang dialami
Sandra ketika di dalam kelas mencirikan bahwa Sandra memiliki sikap yang
introvert. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Komang dalam Ulwiyah dan
Muhammad (2021) menyatakan bahwa individu yang memiliki karakteristik
introvert lebih cenderung pendiam, pasif, tidak mudah bergaul, tenang dan
terkontrol. Hal ini sesuai dengan kepribadian Sandra yang cenderung lebih
nyaman dan fokus ketika menghabiskan waktu sendiri dibanding berkumpul
dengan teman sekelasnya.
Selain itu Sandra memiliki sikap suka meremehkan keterampilan teman-
temannya. Sandra menganggap bahwa keterampilan yang dimiliki oleh teman-
temannya dianggap spele dan tidak pernah sekalipun Sandra memberikan
apresiasi kepada temannya yang berhasil menciptakan suatu keterampilan. Hal ini
justru tidak baik jika harus dibiarkan begitu saja.
Sebagai pendidik kita harus mencari tahu apa yang menjadi penyebab atau
latar belakang terbentuknya sikap introvert dan suka meremehkan teman-
temannya pada diri Sandra. Sikap introvert dan mudah meremehkan teman-
temannya bisa jadi terbentuk karena faktor latar belakang keluarga yang kurang
baik, atau karena Sandra memiliki permasalahan dengan teman-temannya atau
bisa jadi ada faktor lain yang menjadi penyebab Sandra memiliki sikap tersebut.
2. Faktor Penyebab Permasalahan Sandra
Deskripsi lingkungan : Sandra adalah anak yang tinggal di daerah perkotaan
dengan latar belakang keluarga yang dapat dikatakan mampu karena ayah ibunya
adalah seorang pekerja kantoran yang sudah memiliki jabatan tinggi di kantornya.
Sejak kecil Sandara diasuh oleh asisten rumah tangganya karena memang kedua
orang tuanya sibuk bekerja dari pagi sampai malam sehingga Sandra kurang
memiliki kedekatan yang intens dengan kedua orang tuanya. Semenjak duduk di
bangku SD sampai SMA, Sandra selalu mengerjakan semua tugas sekolahnya
sendiri dan selalu menghadapi kesulitan yang dialaminya sendiri. Walau demikian
tetapi Sandra selalu berhasil mendapatkan peringkat 1 di kelas. Namun ketika
mendapatkan peringkat 1 orang tua Sandra tidak pernah memberikan apresiasi
terhadap keberhasilan Sandra, seolah-olah mendapatkan peringkat 1 tidak ada
artinya bagi orang tua Sandra. Hal tersebut ternyata yang melatarbelakangi Sandra
memiliki karakter tenang atau introvert di dalam kelas dan selalu meremehkan
keterampilan teman-temannya.
B. Solusi Mengatasi Permasalahan Peserta Didik Sandra
1. Penerapan Perspektif Sosial
Perencanaan yang sesuai untuk menyelesaikan permaslahan yang dialami oleh
Sandra yaitu dengan menerapkan perspektif sosial. Perspektif ini kami pilih
karena Sandra harus dapat meningkatkan kemampuan dalam membangun,
memelihara, dan memulihkan hubungan pribadinya dengan orang-orang di
sekitarnya. Hal yang dapat dilakukan sebagai seorang pendidik yaitu dengan
mengajak Sandra untuk berefleksi diri dan berdiskusi untuk menemukan masalah
dan solusinya agar Sandra dapat berbaur dengan teman-temannya dan tidak
meremehkan keterampilan teman-temannya. Kemudian sebagai pendidik juga
harus menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada kegiatan diskusi dan
kerja kelompok dengan harapan Sandra dapat menjadi peserta didik yang lebih
terbuka, dapat menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya agar lebih
aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian pendidik juga harus memberikan
contoh kepada Sandra agar lebih menghargai orang sekitarnya.
Selain itu sebagai pendidik perlu juga melakukan Home Visit rutin yang dapat
dilakukan 6 bulan sekali ke rumah peserta didik. Guru melakukan Home Visit ke
rumah semua peserta didik tanpa terkecuali. Tujuannya agar kita sebagai pendidik
juga tahu bagaimana kondisi latar belakang keluarga dari peserta didik kita, dan
kita sebagai pendidik dapat menjalin hubungan yang lebih dekat lagi dengan
orang tua dan keluarga peserta didik. Sehingga ketika terjadi masalah pada peserta
didik kita menjadi tahu solusi apa yang harus diberika. Kita juga harus melibatkan
orang tua dengan cara memberitahu kepada orang tua me agar orang tua juga bisa
membantu mencarikan solusi terhadap permasalahangenai masalah yang sedang
dihadapi anaknya, karena masalah yang dialami peserta didik tidak bisa jika harus
diselesaikan oleh pihak sekolah saja akan tetapi pihak keluarga juga harus
memiliki kontribusi dalam menyelesaikan permasalahan.
Guru membentuk kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 5 peserta didik
Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub
materi yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
berdiskusi mengenai sub bab mereka
Setelah diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing (kelompok asli) dan bergantian mengajar satu
kelompoknya tentang sub bab yang telah mereka kuasai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan seksama
C. Rencana Aksi
1. Kegiatan Awal
a. Melakukan salam dan doa untuk memulai pembelajaran, memeriksa kesiapan
dan kehadiran peserta didik
b. Menggali motivasi dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan peserta didik
kemudian mengecek kadaan sosial emosi peserta didik
c. Mengkaitkan materi pembelajaran yang akan dipelajari dengan pengalaman
peserta didik
d. Guru menjelaskan bahwa akan diadakan diskusi kelompok
2. Inti Pembelajaran
a. Guru menyampaikan peta konsep tentang macam-macam kelompok sosial
b. Peserta didik diarahkan untuk mencari informasi mengenai kelompok sosial
sebanyak-banyaknya melalui media apapun
c. Guru membentuk kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 5 peserta didik
d. Tiap peserta didik diberi bagian materi yang berbeda
e. Tiap peserta didik diberi bagian materi yang ditugaskan
f. Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub
materi yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
berdiskusi mengenai sub bab mereka
3. Penutup Pembelajaran
a. Setelah diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing (kelompok asli) dan bergantian mengajar satu kelompoknya tentang
sub bab yang telah mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
seksama
b. Tiap kelompok ahli memperesentasikan hasil diskusi
c. Guru memberikan evaluasi
4. Refleksi Guru
a. Guru mengevaluasi proses pelaksanaan pembelajaran
b. Guru mengecek kembali terkait pertisipasi dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
c. Guru menanyakan kepada peserta didik tentang hambatan dan langkah
perbaikan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran
5. Asesmen
Yang akan dinilai dalam proses pembelajaran ini adalah partisipasi dan keaktifan
peserta didik dan sikap saling menghargai pendapat antar teman di dalam proses
pembelajaran.
Daftar Pustaka
Hervia, dkk. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Peningkatan
Kemampuan Pemevahan Masalah Siswa SMP”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 06
(2010): 54
Putri, Zanetta Dwi. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Debat Aktif Untuk Meningkatkan
Keterampilan Komunikasi Siswa Pada Muatan Pelajaran PPKn Tema Globalisasi di Kelas
VI Sekolah Dasar Negeri 001 Airtiris. Skripsi. UIN Suska Riau
Suhardi, Didik. 2019. “Cooperative Learning Model : Solusi Peningkatan Kualitas Hasil
Belajar dan Pembentukan Karakter Siswa” .
https://jendela.kemdikbud.go.id/v2/berita/detail/cooperative-learning-model-solusi-
peningkatan-kualitas-hasil-belajar-dan-pembentukan-karakter-siswa#:~:text=Salah
%20satu%20yang%20bisa%20dilakukan,kelompok%20lain%20di%20dalam%20kelas .
Diakses pada 27 Desember 2022 pukul 13.40
Ulwiyah, Widya Zulfa dan Muhammad Widda Djuhan. “Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri 2 Ponorogo pada Proses Pembelajaran dalam
Perspektif Psikologi Sosial”. Vol 1 No 1 (2021). Hal 199
Widagda, I Nyoman Gelgel Anom Sarwa Adi, dkk. “Model Pembalajaran Debat Dalam
meningkatkan Kompetensi Berpikir Kritis pada Pelajaran PPKn Siswa Kelas VIII A di
SMP 6 Singaraja”. Vol 2 No 2 (2020). Hal 237-238