Anda di halaman 1dari 22

SEMINAR PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampu :
Dr.S.M.Salajang,M.Si

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DI KELAS VIII SMP
ADVENT TOMOHON PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Nama Penulis : Franklin Rully Yong


NIM : 16 504 008
Kelas : VI C

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS NEGERI MANADO
APRIL 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas VIII SMP Advent
Tomohon Pada Pembelajaran Matematika” dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Seminar Problematika Pembelajaran Matematika. Selama pembuatan
makalah “Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Problem Based Learning Di Kelas VIII SMP Advent Tomohon Pada Pembelajaran
Matematika” telah diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Oleh sebab itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu makalah ini.
Adapun, penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah
ini. Selain itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
dibutuhkan untuk perbaikan makalah ini kedepannya. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga dari makalah “Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas VIII SMP Advent
Tomohon Pada Pembelajaran Matematika” ini dapat diambil manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Tondano, 28 April 2019


Franklin Rully Yong

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai
peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
pengembangan ilmu dan teknologi (Akib, 2001 : 143). Menurut Soedjadi
(Akib, 2001 : 143) dewasa ini matematika sering dipandang sebagai bahasa
ilmu, alat komunikasi antara ilmu dan ilmuwan serta merupakan alat
analisis. Dengan demikian matematika menempatkan diri sebagai sarana
strategis dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual.
Pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai
peranan yang sangat penting sebab jenjang ini merupakan fondasi yang
sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan, dan kepribadian
anak. Matematika yang diberikan terutama pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap pendidikan,
peserta didik memiliki kemampuan tertentu bagi kehidupan selanjutnya.
Namun kenyataan menunjukkan banyaknya keluhan dari siswa
tentang pelajaran matematika yang sulit, tidak menarik, dan membosankan.
Keluahan ini secara langsung maupun tidak langsung akan sangat
berpengaruh terhadap presentasi belajar matematika pada setiap jenjang
pendidikan. Mulbar (Alwi, 2001 : 2) mengatakan bahwa pengajaran
matematika sulit diikuti oleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran
matematika sekolah hingga saat ini umumnya kurang berhasil.
Pernyataan diatas didukung oleh kenyataan di lapangan yang
menunjukkan bahwa hasil belajar matematika murid SMP Advent Tomohon
masih rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Banyak faktor
yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar matematika siswa, baik
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun berasal dari luar diri
siswa. Faktor dari dalam diri siswa misalnya, motivasi belajar dan minat
belajar. Sedangkan faktor yang berasal dari luar misalnya kemampuan guru
dalam mengelola proses belajar, sarana belajar, dan lingkungan.
Berdasarkan kenyataan di atas, kiranya perlu diamati permasalahan
mengenai minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika. Oleh
karena itu, peneliti memilih salah satu model kooperatif yang dapat menarik
perhatian siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Model yang digunakan
adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut guru dapat menjembatani dengan perbaikan sistem
pembelajaran yang digunakan.
Jika guru biasanya masih menggunakan model pembelajaran yang
klasikal, yaitu salah satunya dengan metode ceramah saja, maka selanjutnya
guru dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Problem Based Learning merupakan salah satu model yang dapat
digunakan oleh guru matematika untuk membantu siswa dalam memahami
materi yang disampaikan.
Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat belajar
dengan senang. Pembelajaran matematika sangat membutuhkan strategi dan
model pembelajaran yang disesuaikan dengan minat siswa dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud meneliti
tentang Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas VIII SMP Advent
Tomohon Pada Pembelajaran Matematika.

B. Hasil Observasi Lapangan


a) Gambaran Objek
1. Identitas Guru (Narasumber)
Nama : Bernard Richard Pantow, S.Pd
NIP :-
TTL : Merauke, 08 Februari 1995
Alamat : Jl. Kuriti, Lingk. IV, Kel. Matani III, Kec.
Tomohon Tengah
Guru bidang studi : Matematika
2. Pelaksanaan Observasi
Tempat : Kelas VIII SMP Advent Tomohon
Jumlah peserta didik : 10 orang
Tanggal : 15 April 2019
Waktu : 07:55 WITA – 09:55 WITA
Materi : Bangun ruang sisi datar

b) Kegiatan Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas VIII SMP Advent Tomohon
metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
diterapkan guru, yaitu :
1. Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
 Orientasi
- Melakukan pembukaan dengan salam pembuka,
memanjatkan syukur kepada Tuhan YME dan berdoa untuk
memulai pembelajaran.
- Memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap disiplin.
 Apersepsi
- Mengaitkan materi/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman siswa dengan
materi/kegiatan sebelumnya.
- Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
- Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan
pelajaran yang akan dilakukan.
 Motivasi
- Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
- Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka siswa
diharapkan dapat menjelaskan tentang materi : Pengertian
Bagun Ruang
- Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung.
 Pemberian Acuan
- Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu.
- Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung

2. Kegiatan Inti (50 Menit)


- Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari materi yang
berasal dari buku paket.
- Siswa dibimbing belajar mandiri untuk menemukan hal
baru dengan usahanya sendiri.
- Siswa dituntut untuk menyampaikan/mendemonstrasikan
hasil dari apa yang mereka pelajari.
- Guru memberikan penguatan pada siswa tentang materi
yang sedang dipelajari.
- Guru memberikan contoh dan melakukan tanya jawab.

3. Kegiatan Penutup (15 Menit)


- Guru melakukan refleksi dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya tentang hal-hal yang
belum dipahami siswa
- Guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari secara
keseluruhan.
- Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah dan
menginformasikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
- Salam dan doa penutup.
c) Deskripsi Proses Pembelajaran
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan , saat proses
pembelajaran berlangsung guru berupaya untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif. Akan tetapi sebagian besar siswa tidak
bersemangat saat proses pembelajaran berlangsung. Dari tingkah laku
siswa yang diamati kelihatan bahwa mereka tidak terlalu menyukai mata
pelajaran matematika. Jadi, proses pembelajaran yang berlangsung lebih
didominasi oleh guru dibandingkan keaktifan siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Minat Belajar


a) Pengertian Minat
Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan
terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan
dari luar. The Liang Gie (1994:28) mengungkapkan bahwa minat berarti
sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena
menyadari pentingnya kegiatan itu. Menurut Slameto (Djaali 2006:121)
minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Crow and Crow
(dalam Djaali 2006:121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan
gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan
dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan
itu sendiri.
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa minat merupakan rasa suka atau tertarik terhadap suatu hal atau
aktivitas seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu
kegiatan. Minat dapat juga dikatakan sebagai suatu keinginan atau
kemauan yang merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu hal
atau aktivitas tanpa adanya paksaan dari luar dirinya. Minat bisa juga
diartikan sebagai kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri
seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang. Jadi minat dapat
diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang
lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya melalui partisipasi dalam
suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir seperti bakat, melainkan
diperoleh kemudian.

b) Pengertian Belajar
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang belajar,
pada umumnya mereka memberikan penekanan pada unsur perubahan dan
pengalaman. Menurut Witherington (Sukmadinata 2007:155) menyatakan
bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Crow and
Crow (Sukmadinata 2007:155) mengemukakan bahwa belajar adalah
diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
Sedangkan menurut Hilgar (1962:252) menjelaskan bahwa belajar adalah
suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya
respon terhadap sesuatu situasi.
Berdasarkan penekanan unsur pengalaman tentang definisi belajar
dikemukakan pengertian belajar menurut para ahli, antara lain menurut Di
Vesta and Thompson (1970:112) menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari
pengalaman. Gage and Berliner (1970:256) mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena
pengalaman. Sedangkan menurut Hilgard (1983:630), mengemukakan
bahwa belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang brelatif
permanen yang terjadi karena pengalaman.

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan mengenai pengertian


minat dan pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah
aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala,
seperti : gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan
tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan
pengalaman. Dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka,
ketertarikan seseorang (siswa) terhadap aktivitas belajar yang ditunjukkan
melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan dalam belajar serta menyadari
pentingnya kegiatan itu.
Selanjutnya terjadi perubahan dalam diri siswa yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman
belajar. Minat siswa untuk belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap
keberhasilan belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang
menentukan derajat keaktifan siswa, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi siswa yang kurang berminat dalam
belajar, guru hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar
siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Minat belajar sangat mendukung
dan mempengaruhi pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah yang
akhirnya bermuara pada pencapaian tujuan pembelajaran.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar


Minat belajar siswa sangat menentukan keberhasilannya dalam proses
belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
bersumber pada dirinya dan luar dirinya atau lingkungannya antara lain sebagai
berikut :
a) Faktor Dari Dalam Diri
1. Aspek Jasmaniah
Mencakup kondisi fisik atau kesehatan jasmani dari individu siswa.
Kondisi fisik yang prima sangat mendukung keberhasilan belajar dan
dapat mempengaruhi minat belajar. Namun jika terjadi gangguan
kesehatan pada fisik terutama indera penglihatan dan pendengaran,
otomatis dapat menyebabkan berkurangnya minat belajar pada dirinya.
2. Aspek Psikologis
Menurut Sardiman (1994:44) faktor psikologis meliputi perhatian,
ingatan, bakat, dan motif.
Perhatian merupakan pemusatan energi psikologi yang tertuju
kepada suatu objek pelajaran atau kesadaran yang menyertai aktivitas
belajar. Tanpa adanya perhatian dalam aktivitas belajar akan
berdampak terhadap kurangnya penguasaan materi pelajaran, sehingga
hasil yang dicapai dalam belajar kurang memuaskan. Kurangnya
perhatian terhadap materi yang dipelajari juga mengakibatkan
kurangnya minat belajar pada diri siswa.
Ingatan, secara teoritis akan berfugsi untuk mencamkan atau
menerima kesan-kesan dari luar, menyimpan kesan, dan memproduksi
kesan. Oleh karena itu ingatan merupakan kecakapan untuk menerima,
menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Siswa
yang mempunyai daya ingat yang kurang sangat berpengaruh terhadap
minatnya untuk belajar.
Bakat adalah kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Hal ini dekat dengan
persoalan intelegensi yang merupakan struktur mental yang melahirkan
kemampuan untuk memahami sesuatu. Bakat yang dimiliki seseorang
akan menunjang keberhasilannya dalam belajar. Jika seseorang tidak
mempunyai bakat, akan berpengaruh terhadap minatnya dalam belajar.
Pada pembelajaran seni rupa, banyak ditemukan anak yang kurang
berminat untuk belajar karena tidak berbakat. Oleh karena itu bakat
berpengaruh terhadap minat belajar.

b) Faktor Dari Luar


1. Keluarga, meliputi hubungan antar keluarga, suasana lingkungan
rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
2. Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana
belajar, sumber-sumber belajar, media pembelajaran, hubungan siswa
dengan temannya, guru-gurunya dan staf sekolah serta berbagai
kegiatan kurikuler.
3. Lingkungan masyarakat, meliputi hubungan dengan teman bergaul,
kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari diri siswa
dan dar luar siswa saling berkaitan dalam menumbuhkan minat belajar. Jika
faktor-faktor tersebut tidak mendukung mengakibatkan kurang atau hilangnya
minat belajar siswa. Kurang atau hilangnya minat belajar siswa disebabkan oleh
banyak hal yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pencapaian hasil
belajar.
C. Faktor-Faktor Yang Dapat Menumbuhkan Minat Belajar
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif
untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan
menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Menurut Tanner and Tanner
(1975) menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru
pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa
tentang bahan yang akan dismpaikan dengan menghubungkan bahan pelajaran
yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang.
Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal ini biasa dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensasional, yang
sudah diketahui siswa.
Harry Kitson (The Liang gie 1995:130) mengemukakan bahwa ada dua
kaidah tentang minat (the laws of interest), yang berbunyi :
1. Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan untuk
memperoleh keterangan tentang hal tersebut.
2. Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan
kegiatan yang menyangkut hal tersebut.
Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari berbagai
keterangan selengkap mungkin mengenai mata pelajaran itu, umpamanya arti
penting atau pesonanya dan segi-segi lainnya yang mungkin menarik.
Keterangan itu dapat diperoleh dari buku pegangan, ensiklopedi, guru dan siswa
senior yang tertarik atau berminat pada mata pelajaran itu. Disamping itu perlu
dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Dengan
langkah-langkah itu minat siswa terhadap mata pelajaran itu akan tumbuh.
Pendapat lain yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan atau
meningkatkan minat belajar, dikemukakan oleh Crow and Crow (The Liang Gie
1995:132) yang menyatakan bahwa untuk mendukung tumbuhnya minat belajar
yang besar, perlu dibangun oleh motif-motif tertentu dalam batin seseorang
siswa. Ada lima motif penting yang dapat mendorong siswa untuk melakukan
studi sebaik-baiknya, yaitu :
1. Suatu hasrat keras untuk mendapatkan angka-angka yang lebih baik dalam
pelajaran.
2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam suatu bidang
studi.
3. Hasrat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
4. Hasrat untuk menerima pujian dari orang tua, guru, atau teman.
5. Cita-cita untuk sukses di masa depan dalam suatu bidang khusus.

Disamping itu penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar


mengajar juga dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini sebagai mana
yang dikatakan oleh Hamalik (Arsyad Azhar 2007:15) yang mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami
bahwa banyak sekali faktor yang dapat menumbuhkan atau membangkitkan
minat belajar bagi siswa. Tinggal bagaimana upaya yang harus kita lakukan
sebagai seorang guru dalam memecahkan masalah ini, sehingga siswa terbantu
untuk menemukan minatnya dalam mengikuti pembelajaran. . Siswa yang
memiliki karakter yang berbeda-beda memerlukan penanganan yang berbeda
pula, termasuk dalam hal menumbuhkan minat belajarnya. Dengan adanya
upaya dari guru dan pihak lain dalam menumbuhkan minat belajar bagi siswa,
diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akhirnya tertuju pada
keberhasilan belajar siswa.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Problem Based Leasrning


Menurut Kamdi (2007), “Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang berhubugan dengan masalah dunia nyata siswa. Masalah
yang diseleksi mempunyai dua karakteristik penting, pertama masalah harus
autentik yang berhubungan dengan konteks sosial siswa, kedua masalah harus
berakar pada materi subjek dari kurikulum”.
Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning
merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan
belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi masalah yang
nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta
kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran.
Berdasarkan pengertian mengenai Problem Based Learning, dapat
disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran
yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk
memulai pembelajaran. Jadi, masalah merupakan titik awal dari proses
pembelajaran Problem Based Learning. Masalah ini digunakan untuk mengikat
siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep
atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Dengan
demikian untuk memecahkan masalah tersebut siswa akan mengetahui bahwa
mereka membutuhkan pengetahuan baru yang harus dipelajari untuk
memecahkan masalah yang diberikan.

B. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Departemen Pendidikan Nasional (2003), Pembelajaran berbasis
masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa
belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil
menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses
belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.
Muslimin Ibrahim (2000) Pembelajaran berdasarkan masalah tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah,
dan ketrampilan intelektual.
Dari pengertian ini dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran
berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir
dan memotivasi siswa untuk terus belajar dan kita dapat mengetahui bahwa
pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar
siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya
akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.

C. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning


Terdapat tiga ciri utama dari model pembelajaran Problem Based
Learning:
1. Problem Based Learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi Problem Based Learning ada sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan siswa, siswa tidak hanya mendengar, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi melalui model Problem Based
Learning siswa menjadi aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya membuat kesimpulan.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem
Based Learning menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya tanpa masalah pembelajaran tidak akan mungkin bisa
berlangsung.
3. Pemecahan masalah menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

D. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning


1. Belajar dimulai dengan suatu masalah,
2. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata
siswa,
3. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu,
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri,
5. Menggunakan kelompok kecil,
6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari
dalam bentuk produk atau kinerja.

E. Langkah Operasional Problem Based Learning Dalam Proses


Pembelajaran
a) Mengorientasikan siswa kepada masalah
Pada tahap ini, guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas yang akan dilakukan agar peserta didik tahu apa tujuan utama
pembelajaran dan apa permasalahan yang akan dibahas. Guru memberikan
masalah yang menarik untuk dipecahkan siswa dan masalah yang diberikan
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar


Disamping mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah,
pembelajaran Problem Based Learning juga mendorong siswa belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama
dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa. Kelompok
harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang
efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting
memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk
menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.

c) Membimbing penyelidikan individu dan kelompok


Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data
dan melaksanakan eksperimen sampai mereka betul-betul memahami
situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup
informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru
membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari berbagai sumber, dan mengajukan pertanyaan pada
siswa untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan
untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka
mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan
pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk
menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut.
Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir
tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang
kualitas informasi yang dikumpulkan.

d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


Mengarahkan siswa dalam menyiapkan laporan pemecahan
masalah. Siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan temuannya,
serta kelompok lain menanggapi.

e) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah


Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan
belajarnya. Guru dan peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
pemecahan masalah yang dipresentasikan setiap kelompok. Guru
memberikan arahan jika temuan siswa belum sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Setelah selesai pembelajaran, jangan lupa agar guru memberikan
penguatan, dengan demikian peserta didik memiliki konsep yang bulat
tentang kompetensi dasar yang dipelajari.
F. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based
Learning
a) Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran Problem Based
Learning memiliki beberapa kelebihannya diantaranya :
1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri
yang menemukan konsep tersebut.
2. Melibatkan secara aktif dan menuntut keterampilan berpikir siswa
yang lebih tinggi.
3. Siswa dapat merasakan manfaat dari pembelajaran sebab masalah-
masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan
nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa
terhadap bahan yang dipelajari.
4. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi
dan menerima pendapat dari orang lain, menanamkan sikap sosial yang
positif diantara siswa.

b) Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Disamping kelebihannya , model ini juga mempunyai kelemahan,
yaitu:
1. Kesulitan memecahkan persoalan manakala siswa tidak memiliki
minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah tersebut bisa
dipecahkan.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan model
pembelajaran ini cukup lama.
3. Jika tidak diberikan pemahaman dan alasan yang tepat kenapa siswa
harus berupaya untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari,
maka siswa tidak akan belajar dari apa yang siswa pelajari.
G. Merencanakan Pembelajaran Problem Based Learning
a) Memutuskan sasaran dan tujuan
Salah satu cara untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti
meningkatkan keterampilan, intelektual, dan membantu siswa untuk
menjadi pelajar yang mandiri adalah guru akan menekankan tujuan dalam
pembelajaran.

b) Merancang Situasi bermasalah yang tepat


Kenyataannya bahwa situasi bermasalah yang membingungkan atau
tidak jelas akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa, sehingga membuat
mereka tertarik untuk menyelidiki. Sebuah situasi bermasalah yang baik
harus memenuhi 3 kriteria penting, yaitu :
1. Situasi pemasalahannya autentik. Hal ini berarti bahwa masalahnya
harus dikaitkan dengan pengalaman nyata siswa.
2. Masalah itu seharusnya tidak jelas sehingga menciptakan misteri atau
teka-teki, hal ini tidak dapat diselesaikan dengan jawaban sederhana dan
membuktikan solusi-solusi alternatif. Sehingga memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk berdialog dan berdebat.
3. Masalah itu seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektualnya. Dalam permasalahan tersebut harus
terdapat ilmu yang dapat dipelajari siswa secara tidak langsung dan
permasalahan tidak jauh dari kehidupan nyata peserta didik.

c) Mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistic


Dalam hal ini guru sebagai penanggungjawab meyediakan bahan-
bahan dan sumber daya lainnya yang akan digunakan oleh peserta didik.

H. Peran Guru Dalam Pembelajaran Problem Based Learning


Guru dalam pembelajaran Problem Based Learning terus berpikir tentang
beberapa hal, yaitu :
a. Bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada
didunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar.
b. Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah,
pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya.
c. Dan bagaimana siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecahan
masalah yang aktif.

Guru dalam pembelajaran Problem Based Learning juga memusatkan


perhatiannya pada :
a. Memfasilitasi proses pembelajaran, mengubah cara berpikir,
mengembangkan keterampilan inquiry, menggunakan pembelajaran kooperatif.
b. Melatih siswa tentang strategi pemecahan masalah, pemberian masalah,
pemberian alasan yang mendalam dan berpikir kritis.
c. Menjadi prantara proses penguasaan informasi, meneliti lingkungan
informasi, mengakses sumber informasi yang beragam, dan mengadakan
koneksi.

Hal-hal yang harus berperan dalam pembelajaran Problem Based Learning


yaitu:
1. Menyiapkan perangkat berpikir siswa
2. Menenekankan belajar kooperative
3. Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam pembelajaran berbasis
masalah.
4. Melaksanakan pembelajaran berbasis masalah.
BAB IV
KESIMPULAN

Problem Based Learning adalah sistem pembelajaran yang menggunakan


suatu permasalahan sebagai sumber pembelajaran. Dengan sistem ini siswa belajar
untuk memecahkan suatu masalah dengan pengetahuan yang dia miliki dan siswa
juga akan berusaha mengingat kembali pengetahuan yang pernah dia dapat untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam Problem Based Learning siswa dituntut untuk berpikir secara luas
dan cerdas agar mendapatkan solusi untuk permasalahan yang diajukan oleh guru.
Siswa juga dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Dengan sistem
Problem Based Learning ini maka kegiatan belajar akan lebih bermakna bagi siswa
dan siswa akan lebih memahami dan mengerti bahwa ilmu yang mereka dapat bisa
mereka aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Walaupun sistem PBL mempunyai kekurangan seperti membuat kelas
terkadang tidak kondusif dan butuh waktu lama tetapi sistem ini cukup baik karena
dapat meningkatkan minat belajar siswa dan mengembangkan potensi dan
kecerdasan intelektual siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Akib, Irwan. 2001. Analisis Kesulitan Mahasiswa Dalam Memahami


Konsep-Konsep Dalam Struktur Aljabar. Eksponen Jurnal Pendidikan Matematika
Dan Matematika Vol. 3
Alwi, Syafaruddin. 2001. Sumber Daya Manusia: Strategi Keunggulan
Kompetitif. (Edisi Pertama).
Gie, The Liang. 1995. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberty.
Djaali, H. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munandar, S.C. Utami. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah: Petunjuk bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sardiman, AM.1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman
bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Loekmono,JT. 1985. Bimbingan bagi Anak Remaja yang bermasalah.
Jakarta: CV. Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai