Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang arsitek yang professional, sebelum ia membangun sebuah gedung,
terlebih dahulu ia akan merancang bentuk gedung yang sesuai dengan struktur
dan kondisi tanah, selanjutnya ia akan menentukan berbagai bahan yang
dibutuhkan, menghitung biaya yang diperlukan termasuk menentukan berapa
jumlah pegawai yang dibutuhkan. Mengapa seorang arsitek perlu melakukan
semua itu? itulah pentingnya perencanaan. Melalui perencanaan yang matang
ia dapat menentukan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk membangun
gedung sesuai dengan harapan, bahkan ia pun dapat memprediksi kekuatan
gedung tersebut. Coba anda bayangkan bagaimana seandainya seorang arsitek
dalam membangun gedung tanpa perencanaan yang matang?
Nah , bagaimana dengan pembelajaran? Apakah seorang guru perlu
melakukan perencanaan? Kalau kita percaya guru sebagai pekerjaan
professional, tentu saja setiap guru yang akan melaksanakan pekerjaannya perlu
melakukan perencanaan. Dibawah ini akan dibahas mengenai perencanaan
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Perencanaan Pembelajaran?
2. Bagaimana Pentingnya Perencanaan Pembelajaran?
3. Bagaimana Manfaat dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran?
4. Bagaimana Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran?
5. Bagaimana Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Perencanaan Pembelajaran.
2. Mengetahui Pentingnya Perencanaan Pembelajaran.
3. Mengetahui Manfaat dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran.
4. Mengetahui Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran.
5. Mengetahui Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran


Menurut Wina (2008:23) Perencanaan Pembelajaran dilihat dari
terminology terdiri atas dua kata, yakni kata perencanaan dan kata
pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengembilan
keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang
akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian
menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
Menurut Ely dalam Wina (2008:24), mengatakan bahwa perencanaan itu
pada dasarnya adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu
menciptakan hasil yang diharapkan. Pendapat di atas menggambarkan, bahwa
suatu perencanaan diawali dengan adanya target atau Ely mengistilahkan
dengan kata “hasil” yang harus dicapai, selanjutnya berdasarkan penetapan
target tersebut dipikirkan bagaimana cara mencapainya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Kaufman dalam Wina (2008:24)
memandang bahwa perencanaan itu adalah sebagai suatu proses untuk
menetapkan “ke mana harus pergi” dan bagaimana untuk sampai ke “tempat”
itu dengan cara yang paling efektif dan efisien. Menetapkan “ke mana harus
pergi” mengandung pengertian sama dengan merumuskan “bagaimana agar
sampai ketempat itu” berarti menyusun langkah-langkah yang dianggap efektif
dalam rangka pencapaian tujuan. Sebuah rencana adalah sebuah dokumen dari
hasil kegiatan.
Sejalan dengan pendapat di atas, juga Terry dalam Wina (2008:24),
mengungkapkan bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah penetapan
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Dari beberapa pendapat di atas, Wina (2008:24-25) menyatakan bahwa
perencanaan memiliki minimal empat unsur sebagai berikut:

2
1. Adanya tujuan yang harus dicapai.
2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan.
3. Sumber daya yang dapat mendukung.
4. Implementasi setiap keputusan.

Tujuan merupakan arah yang harus dicapai. Agar perencanaan dapat


disusun dan ditentukan dengan baik, maka tujuan itu perlu dirumuskan dalam
bentuk sasaran yang jelas dan terukur. Dengan adanya sasaran yang jelas, maka
ada target yang harus dicapai. Target itulah yang selanjutnya menjadi fous
dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya.

Strategi berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan oleh


seorang perencana, misalnya keputusan tentang waktu pelaksanaan dan jumlah
waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas dan wewenang
setiap orang yang terlibat, langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh setiap
orang yang terlibat, penetapan kriteria keberhasilan , dan lain sebagainya.

Penetapan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, di


dalamnya meliputi penetapan sarana dan prasarana yang diperlukan, anggaran
biaya dan sumber daya lainnya, misalnya pemanfaatan waktu yang diperlukan
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

Implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya.


Implementasi merupakan unsur penting dalam proses perencanaan. Untuk
menilai efektivitas suatu perencanaan dapat dilihat dari implementasinya.
Apalah artinya sebuah keputusan yang tekad diambil, tanpa di implementasikan
dalam kegiatan nyata.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan
siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi
yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan
kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang
ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai
upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Wina, 2008:26). Sebagai suatu

3
proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatan pada kegiatan guru
atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama
berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai


dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh
aliran Psikologi Kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber
dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala
sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program
televisi, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong
terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar,
dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilisator dalam belajar
mengajar.

Dari kedua makna tentang konsep perencanaan dan konsep pembelajaran,


maa dapat disimpulkan pengertian perencanaan pembelajaran menurut Wina
(2008:28), bahwa perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan
keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan
pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang
harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan terebut dengan
memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Hasil akhir dari
proses pengambilan keputusan tersebut adalah tersusunnya dokumen yang
berisi tentang hal-hal di atas, sehingga selanjutnya dokumen tersebut dapat
dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

Karakteristik Perencanaan Pembelajaran menurut Wina (2008:29) sebagai


berikut:

1. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir, artinya


suatu perencanaan pembelajaran disusun tidak asal-asalan akan tetapi
disusun dengan mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat

4
berpengaruh, di samping disusun dengan mempertimbangkan segala
sumber daya tersedia yang dapat mendukung terhadap keberhasilan proses
pembelajaran.
2. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Ini berarti focus utama dalam perencanaan
pembelajaran adalah ketercapaian tujuan.
3. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itulah, perencanaan
pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman dalam mendesain
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

B. Pentingnya Perencanaan Pembelajaran


Seorang arsitek yang professional, sebelum ia membangun sebuah gedung,
terlebih dahulu ia akan merancang bentuk gedung yang sesuai dengan struktur
dan kondisi tanah, selanjutnya ia akan menentukan berbagai bahan yang
dibutuhkan, menghitung biaya yang diperlukan termasuk menentukan berapa
jumlah pegawai yang dibutuhkan. Mengapa seorang arsitek perlu melakukan
semua itu? itulah pentingnya perencanaan. Melalui perencanaan yang matang
ia dapat menentukan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk membangun
gedung sesuai dengan harapan, bahkan ia pun dapat memprediksi kekuatan
gedung tersebut. Coba anda bayangkan bagaimana seandainya seorang arsitek
dalam membangun gedung tanpa perencanaan yang matang.
Demikian seorang pekerja professional lainnya. Sebelum ia melakukan
pekerjaan sesuai dengan keahliannya, ia akan melakukan perencanaan terlebih
dahulu. Seorang pengacara professional, sebelum ia menangani kasus
hukumnya, terlebih dahulu ia akan mempelajari pasal-pasal yang terkait dengan
kasus hukumnya. Seorang pelatih sepakbola sebelum timnya melakukan
pertandingan terlebih dahulu ia akan merancang terlebih dahulu, bagaimana
agar timnya memenangkan pertandingan dengan mengkaji kekuatan tim
lawannya. Inilah hakikat perencanaan. Perencanaan disusun untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai.

5
Bagi seorang professional, merencanakan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab profesinya merupakan tahapan yang tidak boleh ditinggalkan. Menurut
Deshimer dalam Wina (2008:30) ada dua alasan perlunya perencanaan:
Pertama, hakikat manusia yang memiliki kamampuan dan pilihan untuk
berkreasi sesuai dengan pandangannya. Seorang professional dapat menentukan
waktu dan cara bertindak yang dianggap sesuai; Kedua, setiap manusia hidup
dalam berkelompok yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya
sehingga selamanya membutuhkan koordinasi dalam melaksanakan berbagai
aktivitas. Dengan demikian, suatu pekerjaan akan berhasil manakala semua
yang terlibat dapat bekerja sesuai dengan perannya masing-masing.
Bagaimana dengan pembelajaran? Apakah seorang guru perlu melakuan
perencanaan? Kalau kita percaya guru sebagai pekerjaan professional, tentu saja
setiap guru akan melaksanakan pekerjaannya perlu melakukan perencanaan.
Mengapa perencanaan pembelajaran dibutuhkan? Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal (Wina, 2008:31) :
Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apa pun
proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk
mencapai suatu tujuan. Guru yang melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan ceramah, tentu saja ceramahnya guru diarahkan untuk mencapai
tujuan; demikian juga guru yang melakukan proses pembelajaran dengan
menganalisis kasus, maka proses analisis kasus itu adalah proses yang
bertujuan. Dengan demikian semakin kompleks tujuan yang harus dicapai,
maka semakin kompleks pula proses pembelajaran yang berarti akan semakin
kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.
Kedua, pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran
minimal akan melibatkan guru dan siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri
tanpa keterlibatan siswa. Dalam suatu proses pembelajaran guru tanpa siswa
tidak akan memiliki makna. Bukankah segala upaya guru diarahkan untuk
membelajarkan siswa? Apalah artinya guru sebagai pengelola pembelajaran
tanpa siswa yang dikelolah? Demikian juga halnya, siswa tanpa guru dalam
proses pembelajaran tidak mungkin berjalan efektif, apalagi untuk siswa yang

6
masih memerlukan bimbingan sepenuhnya pada guru, misalnya siswa pada
tingkat pendidikan dasar, maka peran guru sangat dibutuhkan.
Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran
bukan hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses
pembentukkan perilaku siswa. Siswa adalah organisma yang unik, yang sedang
berkembang. Siswa bukan benda mati yang dapat diatur begitu saja. Mereka
memiliki minat dan bakat yang berbeda; mereka juga memiliki gaya belajar
yang berbeda. Itulah sebabnya proses pembelajaran adalah proses yang
kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan
terjadi. Kemungkinan-kemungkinan itulah yang selanjutnya memerlukan
perencanaan yang matang dari setiap guru.
Keempat, proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan
berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai
sumber belajar. Salah satu kelemahan guru dewasa ini dalam pengelolaan
pembelajaran adalah kurangnya pemanfaatan sarana dan praarana yang tersedia.
Dibandingkan dengan profesi lain, guru termasuk profesi yang sangat lambat
dalam memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana khususnya dalam
memanfaatkan berbagai hasil-hasil teknologi. Banyak sekali jenis-jenis hasil
teknologi-teknologi yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang
keberhasilan proses pembelajaran. Untuk menyampaikan materi pelajaran
misalnya, guru dapat memanfaatkan OHP atau LCD, dengan bantuan program
computer.

C. Manfaat dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran


1. Manfaat Perencanaan
Dalam mencapai sesuatu yang diinginkan perlu adanya perencanaan
terlebih dahulu, agar kita mengetahui alternative mana yang terbaik agar
proses pencapaian tujuan berjalan secara efektif. Dengan demikian, ada
beberapa manfaat penyusunan proses pembelajaran menurut Wina
(2008:33) sebagai berikut:

7
a. Melalui proses perencanaan yang matang, kita akan terhindar dari
keberhasilan yang bersifat untung-untungan. Artinya, dengan
perencanaan yang matang dan akurat, kita akan mampu memprediksi
seberapa besar keberhasilan yang akan dapat dicapai. Mengapa
demikian? Sebab perencanaan disusun untuk memperoleh keberhasilan,
dengan demikian kemungkinan-kemungkinan kegagalan dapat
diantisipasi oleh setiap guru. Misalnya guru paham tujuan apa yang
harus dicapai oleh siswa, strategi apa yang pantas dilakukan sesuai
dengan tujuan, darimana sumber yang dapat digunakan, tentu saja
hasilnya pun akan lebih bagus dan optimal. Inilah makna bahwa salah
satu manfaat perencanaan adalah kita akan terhindar dari hasil yang
bersifat untung-untungan.
b. Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Seorang perencana yang baik
akan dapat memprediksi kesulitan apa yang akan dihadapi oleh siswa
dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Dengan perencanaan yang
matang guru akan dengan mudah mengantisipasi berbagai masalah yang
mungkin timbul. Kita mesti menyadari bahwa proses pembelajaran
adalah proses yang kompleks dan sangat situasional. Berbagai
kemunginan bisa terjadi. Melalui perencanaan yang matang kita akan
dengan mudah mengantisipasinya sebab berbagai kemungkinan sudah
diantisipasi sebelumnya.
c. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat. Seiring
dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dewasa ini banyak sekali sumber-sumber belajar yang mengandung
berbagai informasi. Dengan demikian, siswa akan dihadapkan pada
kesulitan memilih sumber belajar yang dianggap cocok dengan tujuan
pembelajaran. Dalam rangka inilah perencanaan yang matang
diperlukan. Melalui perencanaan, guru dapat menentukan sumber-
sumber mana saja yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan
pembelajaran.

8
d. Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara
sistematis artinya, proses pembelajaran tidak akan berlangsung
seadanya, akan tetapi akan berlangsung secara terarah dan terorganisir.
Dengan demikian, guru dapat menggunakan waktu seefektif mungkin
untuk keberhasilan proses pembelajaran. Mengapa demikian? Sebab,
melalui perencanaan yang matang guru akan bekerja setahap demi
setahap untuk menuju perubahan yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
2. Fungsi Perencanaan
Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi di antaranya seperti
dijelaskan berikut ini (Wina, 2008:35):
a. Fungsi Kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang, akan
dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan
balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki program. Ecara
kreatif, guru akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan
menemukan hal-hal baru.
b. Fungsi Inovatif
Mungkinkah suatu inovasi pembelajaran akan muncul tanpa
direncanakan, atau tanpa diketahui terlebih dahulu berbagai kelemahan?
Tidak, bukan? Suatu inovasi hanya akan mungkin muncul seandainya
kita memahami adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala kita
memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses
pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram
secara utuh. Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.
c. Fungsi Selektif
Adakalanya untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran kita
dihadapan kepada berbagai pilihan strategi. Melalui proses perencanaan
kita dapat menyeleksi strategi mana yang kita anggap lebih efetif dan
efisien untuk dikembangan. Tanpa suatu perencanaan tidak mungkin
kita dapat menentukan pilihan yang tepat. Fungsi selektif ini juga

9
berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap esuai
dengan tujuan pembelajaran. Melalui proses perencanaan guru dapat
menentukan materi mana yang sesuai dan materi mana yang tidak
sesuai.
d. Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada
setiap orang yang terlibat, baik kepada pihak ekstenal seperti kepada
orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat
mengomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan dan hasil
yang ingin dicapai, strategi atau rangkaian kegiatan yang dapat
dilakukan. Oleh sebab itu, perencanaan memiliki fungsi komunikasi.
e. Fungsi Prediktif
Perencanaan yang disusun secar benar dan akurat, dapat
menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment
sesuai dengan program yang disusun. Melalui fungsi prediktifnya,
perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan
terjadi. Di samping itu, fungsi prediktif dapat menggambarkan hasil
yang akan diperoleh.
f. Fungsi Akurasi
Sering terjadi, guru merasa kelebihan bahan pelajaran sehingga mereka
merasa waktu yang tersedia tida sesuai dengan banyaknya bahan yang
harus dipelajari siswa. Akibatnya, proses pembelajaran berjalan tidak
normal lagi, sebab kriteria keberhasilan diukur dari sejumlah materi
pelajaran yang telah disampaikan pada siswa tidak peduli materi itu
dipahami atau tidak. Perencanaan yang matang dapat menghindari hal
tersebut.
g. Fungsi Pencapaian Tujuan
Mengajar bukanlah sekadar menyampaikan materi, akan tetapi
membentuk manusia secara utuh. Manusia utuh bukan hanya
berkembang dalam aspek intelektual saja, akan tetapi juga dalam sikap
dan keterampilan. Dengan demikian pembelajaran memiliki dua sisi

10
yang sama pentingnya, yakni sisi hasil belajar dan sisi proses belajar,
melalui perencanaan itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan
secara seimbang.
h. Fungsi Kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pembelajaran tertentu.
Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana materi
pelajaran telah dapat diserap oleh siswa, materi mana yang sudah dan
belum dipahami oleh siswa. Dalam hal inilah perencanaan berfungsi
sebagai control, yang selanjutnya dapat memberikan balikan kepada
guru dalam mengembangkang program pembelajaran selanjutnya.

D. Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran


Wina (2008:37-40) menjelaskan beberapa nilai perencanaan yang dapat
dijadikan sebagai kriteria penyusunan perencanaan :
1. Signifikansi
Signifikansi dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi
artinya, adalah bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar
proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
2. Relevan
Relevan artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perencanaan adalah bahwa
perencanaan yang kita susun memiliki nilai kesesuaian baik internal
maupun eksternal.
3. Kepastian
Nilai kepastian bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang
berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran,
tidak lagi memuat alternative-alternative yang dapat dipilih, akan tetapi
berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis.
4. Adaptabilitas
Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau
tidak kaku.

11
5. Kesederhanaan
Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah
diterjemahkan dan mudah diimpementasikan.
6. Prediktif
Perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat,
artinya perencanaan dapat menggambarkan “apa yang akan terjadi,
seandainya…”

E. Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran


Wina (2008:40-45) menjelaskan langkah-langkah penyusunan perencanaan
pembelajaran :
1. Merumuskan Tujuan Khusus
Tugas guru adalah merumuskan tujuan khusus pembelajaran atau indicator
pembelajaran, sebab tujuan umum pembelajaran dirumuskan oleh para
pengembang kurikulum.
Rumusan Tujuan Pembelajaran harus mencakup tiga aspek penting yang
diistilahkan oleh Bloom (1956) sebagai berikut :
a. Domain Kognitif
Domain Kognitif adalah Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan
pengembangan aspek intelektual siswa, melalui penguasaan pengetahuan
dan informasi.
b. Sikap dan Apresiasi
Domain Sikap (Afektif) adalah domain yang berhubungan dengan
penerimaan dan apresiasi seseorang terhadap suatu hal.
c. Keterampilan dan Penampilan
Domain Keterampilan adalah domain yang menggambarkan kemampuan
atau keterampilan (skill) seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja atau
performance.
2. Pengalaman Belajar
Langkah kedua dalam merencanakan pembelajaran adalah memilih
pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tujuan

12
pembelajaran. Pembelajaran dapat dilakukan dengan simulasi atau
dramatisasi agar pembelajaran dapat berkesan bagi siswa.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
Langkah ketiga dalam menyusun perencanaan pembelajaran dengan
pendekatan system adalah menentukan kegiatan belajar mengajar.
Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai, pada dasarnya kita
dapat merancang melalui pendekatan kelompok atau pendekatan
individual.
4. Orang-orang yang terlibat
Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan system juga bertanggung
jawab dalam menentukan orang yang akan membantu dalam proses
pembelajaran. Orang-orang yang akan terlibat dalam proses pembelajaran
khususnya yang berperan sebagai sumber belajar meliputi instruktur atau
guru, dan juga tenaga professional.
5. Bahan dan Alat
Penyeleksian bahan dan alat juga merupakan bagian dari system
perencanaan pembelajaran. Penentuan bahan dan alat dapat
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keberagaman kemampuan intelektual siswa.
b. Jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai
siswa.
c. Tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus.
d. Berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
e. Bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan.
f. Fasilitas fisik yang tersedia.
6. Fasilitas Fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruangan kelas,
pusat media, laboratorium, atau ruangan untuk kelas berukuran besar
(semacam aula).

13
7. Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan
Prosedure evaluasi merupakan faktor penting dalam sebuah system
perencanaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat
keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai
tujuan pembelajaran. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa akan
memberikan informasi tentang:
a. Kelemahan dalam perencanaan pembelajaran, yakni mengenai isi
pelajaran, prosedur pembelajaran dan juga bahan-bahan pelajaran yang
digunakan.
b. Kekeliruan mendiagnosis siswa tentang kesiapan mengikuti pengalaman
belajar.
c. Kelengkapan tujuan pembelajaran khusus.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran yang dilakukan perlu adanya perencanaan terlebih dahulu.
Karena dengan adanya perencanaan kita akan mengambil keputusan alternative
mana yang terbaik agar proses pencapaian tujuan berjalan secara efektif. Guru
yang melakukan perencanaan terlebih dahulu akan mampu mengantisipasi
permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran, dengan perencanaan
guru mampu memprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dapat dicapai.
Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis atau
proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, akan tetapi akan
berlangung secara terarah dan terorganisir.
Perencanaan memiliki beberapa fungsi seperti, fungsi kreatif, fungsi
inovatif, fungsi selektif, fungsi komunikatif, fungsi prediktif, fungsi akurasi,
fungsi pencapaian tujuan, dan fungsi control.

B. Kritik dan Saran


Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis selalu
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan
dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih
baik.

15
Daftar Pustaka

Wina Sanjaya. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana:


Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai