BAHASA
DOSEN PENGAMPU
PROF. YENNI ROZIMELA, M. Ed., Ph. D
ERNA NAWIR
NIM. 20326003
JENJANG STUDI S3
PROGRAM STUDI ILMU KEGURUAN BAHASA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
INSTRUKSI:
Dari 20 strategi yang ditawarkan pada artikel, pilih 5 yang menurut Anda paling
penting diterapkan pada siswa Sekolah Menengah Atas. Setiap poin yang dipilih
berikan alasan yang menyakinkan dan disertai contoh kasus yang menunjukkan
point penting tersebut (SELECT AND ARGUE).
Lima (5) strategi yang dipilih yang menurut saya penting diterapkan pada siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) adalah:
2. Offer Praise
Strategi ini menunjukkan pentingnya reward berupa pujian yang bisa diberikan
sang guru apabila muridnya telah menyelesaikan sebuah tugas dalam proses
belajar. Pujian ini memiliki dampak positif bagi siswa karena dapat meningkatkan
rasa percaya diri siswa sehingga bisa lebh memotivasi mereka untuk selalu belajar,
dapat menjadi inspirasi bagi siswa yang lain.
Memberikan pujian adalah satu alat yang paling sederhana akan tetapi sebagai
sarana yang sangat efektif untuk mempertahankan dan meningkatkan motivasi
belajar siswa sehingga perilaku belajar yang diharap dari siswa dapat diperoleh.
Karena menumbuhkan dan mempertahankan motivasi belajar sanat penting dalam
pencapaian tujuan pembelajaran (Amatembun, 1989; Nurhadi, 1983) Inilah
alasannya mengapa strategi ini sangat penting untuk diterapkan.
Guru yang biasa menggunakan strategi ini pada umumnya memiliki kedekatan atau
hubungan yang lebih baik dengan siswanya (Goleman, 1995).
Adanya hubungan ini juga merupakan pendekatan sosio-emosional antara baik
antara guru dengan muridnya maupun kedekatan antar murid.
Guru sebenarnya kunci dari pengembangan hubungan semacam ini. Oleh karena itu,
guru mampu mengembangkan iklim kelas yang yang baik melalui pemeliharaan
yang baik didalam kelas.
Contoh strategi dalam memenej kelas melalui pemberian pujian ini misalnya
sebagai keberlanjutan dari penerapan aturan kelas yang dibuat bersama. Pemberian
pujian dapat meningkatkan kesadaran siswa untuk lebih mematuhi aturan kelas
sehingga dampak positif akan kepatuhan akan berefek baik pada hasil belajar
mereka karena mereka akan lebih belajar dlm kondisi belajar yg lebih kondusif dan
tujuan pembelajaran tercapai.
4. Interview Students
Strategi ini menunjukkan bahwa apa yang dibutuhkan oleh siswa sebagai pebelajar
sangat penting untuk diidentifikasi oleh guru. Jadi, harus sedetail dan sekreatif
mungkin untuk mampu memenuhi semua kebutuhan belajar tiap siswa yang
diajarnya. Inilah alasan mengapa strategi ini juga merupakan strategi yang sangat
penting dalam memenej kelas, karena pada hakikatnya pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikan manakala terjadi hal-hal yang dapat memgganggu
suasana pembelajaran (Sanjaya, 2008).
Melakukan wawancara terhadap siswa apabila siswa tidak dapat focus pada apa
yang disampaikan oleh guru atau secara pasif terlibat dalam proses pembelajaran.
Guru dapat menanyakan hal-hal seperti hal-hal apa yang bisa membantu siswa yang
bermasalah dalam belajar itu untuk mampu focus kepada pembelajaran, kemudian
menanyakan dengan siapa siswa tersebut dapat diajak kerjasama dalam rangka
usaha memhami materi ajar atau terlibat aktif dalam proses, kemudian strategi atau
topic seperti apa yang sekiranya menarik minat siswa tersebut untuk lebih terlibat
dlm proses pembelajaran sesuai dengan relevansi materi ajar.
Contoh kasus misalnya terdapatnya siswa yang perkembangannya terganggu
khususnya kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Siswa yang memiliki
latar belakang masalah perkembangan ini biasanya dikenal anak dengan masalah
autis. Jika guru menemukan masalah pada anak didik SMA yang cenderung
mengalami masalah perkembangan seperti ini, maka strategi ini akan sangat
bermanfaat dan efektif agar sang guru dapat mengelola kelasnya dengan baik.
Karena tidak tertutup kemungkinan, siswa dengan latar belakangan masalah
perkembangan semacam ini amlllkan melakukan hal-hal yang disruptif dan
repetitive dan ini akan menghambat terciptanya kondisi kelas yang kondusif.
Amatembun, (1989). Manajemen Kelas Penuntun bagi Guru dan Calon Guru. Bandung: FIF
IKIP Bandung.