PROGRAM PEMBELAJARAN
Rombel (Rabu/10.00-11.40)
Laila Listiana Ulya, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Universitas Negeri Semarang
2019
DAFTAR ISI
1
NAMA KELOMPOK
PERTEMUAN KE-14
TUJUAN PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
2
mendorong peserta didik terlibat aktif dalamkegiatan belajar maka: a) lingkungan belajar harus
menunjukkan suasana demokratis, b) kegiatan pembelajaran berlangsung interaktif terpusat pada peserta
didik, dan c)pendidik memperlancar proses belajar sehingga mampu mendorong peserta didik melakukan
kegiatan belajar mandiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya.
Asumsi pembelajaran:
1. Hakekat peserta didik
a) Peserta didik adalah individu yang bersifat unik
b) Latar belakang dan kebudayaan peserta didik
c) Tanggung jawab belajar
d) Motivasi belajar
2. Peranan pendidik
Tugas pendidik adalah berceramah tentang pelajaran yang diajarkan, sedangkan tugas fasilitator
adalah membantu peserta didik memperoleh pemahaman tentang isi pelajaran.
Pendidik Fasilitator
Membicarakan sesuatu Mengajukan pertanyaan
Mengajar dan ceramah di depan kelas Mendukung belajar dari belakang
Memberikan jawaban sesuai kurikulum Memberikan pedoman dan menciptakan
lingkungan yang mendorong peserta didik
membuat kesimpulan sendiri
Pembicaraan bersifat monolog Terus menerus berdialog dengan peserta didik
3. Hakekat proses belajar
a) Belajar merupakan proses social dan aktif
Pandangan pakar konstruktivisme social memandang belajar sebagai proses aktif dimana
peserta didik belajar menemukan prinsip, konsep, dan fakta untuk dirinya sendiri, dan karena
itu penting untuk mendorong berpikir intuitif pada peserta didik
b) Dinamika interaksi antara tugas, pendidik dan peserta didik
Karakteristik peran fasilitator dalam sudut pandang kontruktivisme social adalah bahwa
pendidik dan peserta didik terlibat secara sama dalam kegiatan belajar. Pengalaman belajar
bersifat subjektif dan objektif serta mempersyaratkan bahwa kebudayaan, nilai dan latar
belakang pendidik menjadi bagian penting dari jawaban antara peserta didik dan tugas dalam
membentuk makna.
4. Kolaborasi antar peserta didik
a) Belajar sambil mengajar
Peserta didik dengan perbedaan keterampilan dan latar belakang hendaknya berkolaborasi
dalam melaksanakan tugas dan diskusi dalam rangka memperoleh pemahaman tentang
kebenaran. Model kontruktivisme social menekankan pentingnya kolaborasi antara peserta
didik, dan berbeda dengan pendekatan pembelajaran tradisional yang bersifat kompetitif.
b) Pentingnya konteks
3
Paradigma kontruktivisme social memandang konteks yang menjadikan belajar sebagai pusat
belajar. Pengetahuan yang tidak sesuai dengan konteks(decontextualized knowledge) tidak
memberikan keterampilan kepada peserta didik untuk menerapkan pemahamannya pada
tugas-tugas yang bersifat autentik.
5. Asesmen
Holt dan Willard-Holt(2000) menekankan konsep asesmen dinamik yakni cara menilai potensi
peserta didik yang berbeda dari penilaian konvensional. Peranan asesor adalah berdialog dengan
peserta didik untuk memperoleh kinerja atas tugas tertentu dan berbagai dengan peserta didik
untuk memperbaiki kinerjanya.
6. Pemilihan, cakupan, dan urutan materi pembelajaran
a) Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu
Pengetahuan tidak dibagi menjadi materi belajar yang berbeda, namun hendaknya dipandang
sebagai keseluruhan yang terpadu
b) Keterlibatan peserta didik
Peserta didik hendaknya diberikan berbagai tugas yang mengacu pada keterampilan dan
pengetahuan di luar tingkat penguasaan yang telah dimiliki.
c) Struktur proses belajar
Struktur proses belajar adalah penting untuk memperoleh keseimbangan anatara derajat
kestrukturan dan fleksibilitas proses belajar.
Pendekatan pembelajaran
Pendekatan kontruktivisme menekankan pembelajaran dari atas ke bawah (top-down instruction), dan
bukan dari bawah ke atas (bottom-up instruction). Pendekatan rekonstruktivistik dalam pembelajaran
menggunakan kerjasama. Pembelajaran yang sangat berpengaruh terhadap prinsip-prinsip
konstruktivisme adalah diskaveri, penangkapan, dan belajar terbimbing (assisted learning) atau
scaffolding.
Pembelajaran diskaveri (discovery learning). Belajar diskaveri menekankan bahwa pemebelajaran harus
mampu mendorong peserta didik untuk mempelajari apa yang telah dimiliki. Penangkapan (reception
learning) peserta didik tidak selalu mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri
sehingga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa
yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran ekspositori terdidri dari tiga tahap penyajian yaitu: tahap
pertama(penyajian advance organizer); tahap kedua(penyajian materi atau tugas belajar); tahap
ketiga(memperkuat organisasi kognitif). Scaffolding merupakan strategif pembelajaran yang berkaitan
dengan dukungan kepada peserta didik dengan cara membatasi kompleksitas konteks dan secara
perlahan-lahan mengurangi batas-batas tersebut karena peserta didik telah memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan kepercayaan diri dalam mengatasi kompleksitas konteks tersebut(Young,1993).
Pembelajaran kontekstual
1. Pengertian
4
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu pendidik
menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata; memotivasi peserta didik
membuat hubungan anatara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata.
Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah untuk meningkatkan
prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang
dipelajari dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari.
2. Landasan pemikiran
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai
berikut.
a) Proses belajar
b) Transfer belajar
c) Peserta didik
d) Lingkungan belajar
3. Pendekatan pembelajaran kontekstual
Karakteristik pembelajaran kontekstual:
a) Proses pembelajaran
b) Tujuan pembelajaran
c) Pengalaman belajar
d) Integrasi pendidikan akademik dan karir
4. Komponen pembelajaran kontekstual
a) Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir yang dipergunakan dalam pembelajaran
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
b) Inkuiri
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL (Contextual
Teaching and Learning).
c) Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “bertanya”. Question (bertanya)
merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CLT.
d) Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pemebelajaran diperoleh dari kerjasama
dengan orang lain.
e) Pemodelan
5
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.
f) Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang
apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.
g) Penilaian autentik
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan peserta didik.
5. Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual
a) Prinsip kesaling-bergantungan
Prinsip kesaling-bergantungan mengajak pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan
pendidik lain, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam.
b) Prinsip diferensiasi
Kata diferen merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan
keragaman yang tidak terbatas, perbedaan, berlimpahan, dan keunikan.
c) Prinsip pengatura diri
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap entitas terpisah di alam semesta memiliki potensi bawaan
yang sangat berbeda anatara satu entitas dengan entitas lainnya.
6. Pendekatan pembelajaran kontekstual
Esensi pembelajaran kontekstual adalah membantu peserta didik mengaitkan antara materi ayang
dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi dunia nyata mereka sehari-hari. Pembelajaran
kontekstual menggunakan berbagai pendekatan diantaranya:
a) Pembelajaran berbasis masalah
b) Penggunaan keragaman konteks
c) Pengelompokan peserta didik
d) Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri
e) Pembentukan kelompok belajar saling bergantung
f) Menggunakan asesmen autentik
6
Konstruktivisme dibedakan dalam dua tradisi besar yaitu konstruktivisme psikologis (personal) dan sosial.
Konstruktivisme psikologis bercabang dua, yaitu yang lebih personal (Piaget,1981:43) dan yang lebih
sosial (Vygotsky); sedangkan konstruktivisme sosial berdiri sendiri (Kukla, 2003: 11-14).
Dalam penggunaan model konstruktivisme terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Keuntungan
yang terdapat dalam penggunaan model konstruktivisme yaitu :
a) Dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari konsep pembelajaran.
b) Melatih siswa berpikir kritis dan kreatif.
Di samping memiliki beberapa keuntungan seperti yang telah diswbutkan di atas, pembelajaran
konstruktivisme juga memiliki beberapa kelemahan. Adapun kelemahan pembelajaran konstruktivisme
adalah :
a) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak
cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
b) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti
membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
c) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana
prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.
Sumber:
Susanto, Hadi.2013. Pembelajaran Konstruktivisme.
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/10/pembelajaran-konstruktivisme/ diakses pada 2
Desember 2019 pukul 12.35
Foto Mindmap kelompok (di paste dalam 1 halaman)
7
8
9
STRATEGI PEMBELAJARAN
Yang menjawab itu nantinya akan mendapatkan hadiah berupa jajanan kecil.
Termasuk pelaksanaan ice breaking yang terkait dengan proses pembelajaran, misalnya untuk mencari
peserta yang salah melakukan instruksi sehingga diminta maju ke depan untuk menjawab pertanyaan,
dll.
ICE BREAKING
10
MEDIA PEMBELAJARAN
Disajikan secara luring (offline)
Media yang kami gunakan yaitu Mindmap besar yang ditempel pada papan tulis
Kertas hvs kecil yang berisikan pertanyaan untuk peserta didik
PENUNJANG PEMBELAJARAN
Penunjang dalam pembelajaran ini adalah ice breaking karena membuat peserta didik semangat belajar
kembali dan mencairkan susasana. Selain itu penunjang dalam pembelajaran ini adalah mind map yang
kami gunakan untuk melakukan presentasi sebagai patokan kami untuk melakukan presentasi dan
mempermudah proses belajar.
EVALUASI PEMBELAJARAN
Berisi umpan balik/feedback (komentar, kritik, saran) dari mahasiswa lain (yang ditulis dalam potongan
kertas seusai presentasi) tentang penampilan ketika membawakan pembelajaran di depan kelas/di depan
kamera via youtube. Dibuat sistem pengkodingan/tema-tema yang muncul dari umpan balik tersebut
1. Komentar
a. Presentasi cukup membosankan, tetapi karena ice breakingnya menarik jadi tertolong
b. Penyampaian materi yang mudah dipahami dan permainan yang menarik
c. Penyampaian materi masih kurang tetapi pembawaannya bagus dan ice berakingnya seru
dan membuat fokus
d. Icebreakingnya sangat menarik, Penyampaian materi cukup bagus
e. Penyampaian materi yang mudah dipahami dan permainan yang seru, kinerja kelompok
cukup baik
f. Materi kurang tersampaikan, kurang komunikatif dengan peserta didik saat menjelaskan tapi
gamenya asyik pada akhirnya memancing siswa aktif kembali
g. Penyegaran yang bagus dan menarik
2. Kritik
a. Penyampaian materi kurang tersampaikan pada peserta didik
b. Kurang komunikatif
3. Saran
a. Materi yang disampaikan jangan terlalu terpaku dengan buku
b. Lebih memanfaatkan mind map saat presentasi
c. Ice breaking yang diberikan sudah bagus, diharapkan kedepannya lebih bagus lagi dan
membuat lebih fresh dan peserta didiknya lebih fokus.
11