Anda di halaman 1dari 14

MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN ABAD 21 DI TENGAH PANDEMI COVID 19

Dosen Pengampu : Drs. Achmad Fanani, S.T., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 2 PGSD 2019 C

1. Ayu Retno Sari (198000116)


2. Sinta Usmafiroh (198000187)
3. Mufarridun Balangga (219990022)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran
Sekolah Dasar

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PEDAGOGIK DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan hanya kehadirat Allah SWT, oleh karena Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Pada penyusunan
makalah ini, kami menyadari bahwa bentuk dan penyusunannya masih jauh dari
kesempurnaan. Makalah ini berisi mengenai pembahasan materi tentang MEWUJUDKAN
PEMBELAJARAN ABAD 21 DI TENGAH PANDEMI COVID 19. Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pengembangan
Pembelajaran Sekolah Dasar.

Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada Drs. Achmad Fanani, S.T., M.Pd. Selaku dosen pengampuh mata Bimbingan dan
Konseling di SD, serta pihak lain yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 19 Oktober 2021

Penulis,

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................1
BAB II METODE PENELITIAN...............................................................2
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................4
A. Strategi Pembelajaran abad 21 ...........................................................4
B. Tantangan Pendidik dan Peserta didik...............................................5
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................8
Daftar Pusaka................................................................................................9

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, dunia pendidikan banyak mengalami


perubahan. Perubahan tersebut, bukan hanya pada hal yang bersifat negatif, namun justru
melahirkan banyak hal yang bersifat positif. Pandemi Covid-19 telah menjadikan pendidikan
di Indonesia semakin banyak melahirkan inovasi dan menumbuhkan kreativitas, baik bagi
peserta didik maupun pendidik.
Sejak 13 Juli 2020 sekolah sudah memasuki tahun ajaran baru, namun aktivitas
pembelajaran secara tatap muka di sekolah masih belum dilakukan.  Sampai saat ini belum
ada ketegasan kapan proses pembelajaran tatap muka di sekolah di mulai, meskipun
kebijakan pemerintah sudah mengarah ke tatanan kenormalan baru. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama kementerian dalam negeri  (Kemendagri) telah
melakukan evaluasi penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran 2020/2021 yang sudah
berjalan.  Dari hasil evaluasi tersebut, Mendikbud menegaskan kembali pentingnya kesehatan
dan keselamatan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan di masa pandemi Covid-
19. Masih tingginya tingkat penyebaran virus corona di berbagai daerah menyebabkan
pemerintah tidak berani mengambil risiko menyelenggarakan pembelajaran secara tatap
muka di sekolah.
Dengan demikian, pembelajaran jarak jauh  masih menjadi pilihan utama, meskipun
masih banyak kendala yang dialami baik oleh  peserta didik maupun pendidik. Di sisi lain,
pembelajaran di masa pandemi ini memberikan pengalaman yang luar biasa bagi peserta
didik dan pendidik.  Pendidik yang sebelumnya acuh tak acuh dengan pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi (TIK), kini dipaksa untuk mau belajar. Demikian juga
sekolah yang awalnya masih ragu, secara perlahan mulai belajar mengembangkan
manajemen sekolah berbasis TIK.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai


berikut:

1. Bagaimana strategi pembelajaran pada abad ke 21 ?


2. Apa tantangan pendidik dan peserta didik pada pembelajaran abad 21 di era pandemi?
3. Bagaimana pembelajaran abad 21 Dalam era industry 4.0 ?

C. Tujuan Penulisan

Dalam penelitian ini penulis ingin mendapatkan penjelasan secara empiris terkait
mewujudkan pembelajaran abad 21 di tengah pandemi covid 19 dalam era industry 4.0.

ii
BAB II
METODE

1. Project Based Learning

Metode project based learning ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran
Mendikbud no.4 tahun 2020. Project based learning ini memiliki tujuan utama untuk
memberikan pelatihan kepada pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi, gotong royong, dan
empati dengan sesama.
Menurut Mendikbud, metode project based learning ini sangat efektif diterapkan
untuk para pelajar dengan membentuk kelompok belajar kecil dalam mengerjakan projek,
eksperimen, dan inovasi. Metode pembelajaran ini sangatlah cocok bagi pelajar yang berada
pada zona kuning atau hijau. Dengan menjalankan metode pembelajaran yang satu ini,
tentunya juga harus memerhatikan protokol kesehatan yang berlaku

2.   Daring Method

Untuk menyiasati ketidak kondusifan di situasi seperti ini, metode daring bisa
dijadikan salah satu hal yang cukup efektif untuk mengatasinya. Dilansir dari Kumparan,
Kemendikbud mengungkapkan bahwa metode daring bisa mengantasi permasalahan yang
terjadi selama pandemi ini berlangsung.
Metode ini rupanya bisa membuat para siswa untuk memanfaatkan fasilitas yang ada
di rumah dengan baik. Seperti halnya membuat konten dengan memanfaatkan barang-barang
di sekitar rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan belajar melalui sistem online.
Nah, metode daring ini sangatlah cocok diterapkan bagi pelajar yang berada pada kawasan
zona merah. Dengan menggunakan metode full daring seperti ini, sistem pembelajaran yang
disampaikan akan tetap berlangsung dan seluruh pelajar tetap berada di rumah masing-
masing dalam keadaan aman.

3. Luring Method

Luring yang dimaksud pada model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan.
Dalam artian, pembelajaran yang satu ini dilakukan secara tatap muka dengan
memperhatikan zonasi dan protokol kesehatan yang berlaku. Metode ini sangat pas buat
pelajar yang ada di wilayah zona kuning atau hijau terutama dengan protocol ketat new
normal.
Dalam metode yang satu ini, siswa akan diajar secara bergiliran (shift model) agar
menghindari kerumunan. Dikutip dari Kumparan, model pembelajaran Luring ini disarankan
oleh Mendikbud untuk memenuhi penyederhanaan kurikulum selama masa darurat pendemi
ini.
Metode ini dirancang untuk menyiasati penyampaian kurikulum agar tidak berbelit saat
disampaikan kepada siswa. Selain itu, pembelajaran yang satu ini juga dinilai cukup baik bagi
mereka yang kurang memiliki sarana dan prasarana mendukung untuk sistem daring.

4. Home Visit Method

ii
Seperti halnya metode yang lain, home visit merupakan salah satu opsi pada metode
pembelajaran saat pandemi ini. Metode ini mirip seperti kegiatan belajar mengajar yang
disampaikan saat home schooling. Jadi, pengajar mengadakan home visit di rumah pelajar
dalam waktu tertentu.

Dilansir dari Kumparan, metode ini disarankan oleh Kepala Bidang Kemitraan Fullday
Daarul Qur’an, Dr. Mahfud Fauzi, M.Pd yang mana sangat pas untuk pelajar yang kurang
memiliki kesempatan untuk mendapatkan seperangkat teknologi yang mewadahi. Dengan
demikian, materi yang akan diberikan kepada siswa bisa tersampaikan dengan baik. Karena
materi pelajaran dan keberadaan tugas yang diberikan bisa terlaksana dengan baik.

5. Integrated Curriculum

Metode pembelajaran ini disampaikan oleh anggota Komisi X DPR RI Prof.


Zainuddin Maliki. Dikutip dari JPNN.com, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah
Surabaya ini menyampaikan bahwa pembelajaran akan lebih efektif bila merujuk
pada project base. Yang mana, setiap kelas akan diberikan projek yang relevan dengan mata
pelajaran terkait.

Metode pembelajaran yang satu ini tidak hanya melibatkan satu mata pelajaran saja,
namun juga mengaitkan metode pembelajaran lainnya. Dengan menerapkan metode ini,
selain pelajar yang melakukan kerjasama dalam mengerjakan projek, dosen lain juga diberi
kesempatan untuk mengadakan team teaching dengan dosen pada mata kuliah lainnya.
Integrated curriculum bisa diaplikasikan untuk seluruh pelajar yang berada di semua wilayah,
karena metode ini akan diterapkan dengan sistem daring. Jadi pelaksanaan integrated
curriculum ini dinilai sangat aman bagi pelajar.

6. Blended Learning

Metode blended learning adalah metode yang menggunakan dua pendekatan


sekaligus. Dalam artian, metode ini menggunakan sistem daring sekaligus tatap muka
melalui video converence. Jadi, meskipun pelajar dan pengajar melakukan pembelajaran dari
jarak jauh, keduanya masih bisa berinteraksi satu sama lain.

Dikutip dari sibatik.kemendikbud.go.id, Yane Henadrita mengungkapkan bahwa


metode blended learning adalah salah satu metode yang dinilai efektif untuk meningkatkan
kemampuan kognitif para pelajar.

Sebenarnya, metode ini sudah mulai dirancang dan diterapkan awal abad ke-21.
Namun, seiring dengan merebaknya wabah Covid-19, metode yang satu ini dikaji lebih dalam
lagi karena dinilai bisa menjadi salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk para
pelajar di Indonesia. Mengingat wabah pandemi yang tidak tahu pasti kapan berakhirnya,
metode pembelajaran tersebut mungkin bisa anda jadikan opsi untuk para peserta didik anda.
Dengan adanya metode-metode tersebut, diharapkan agar pendidikan di Indonesia tetap
berjalan dengan baik dan berjalan lancar. Yuk memulai pembelajaran online di kampus
dengan SEVIMA EdLink, yang sudah banyak digunakan perguruan tinggi.

ii
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemendikbud (2013), merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad ke-
21menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber,
merumuskan permasalahan, berpikir analitis, kerjasama dan berkolaborasi dalam
menyelesaikan masalah. Menurut Frydenberg & Andone (2011), untuk menghadapi
pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis,
pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan
menguasai teknologi informasi dan komunikasi.Abad 21 benar-benar membutuhkan guru
yang profilnya efektif, professional dan mempesona yang cocok untuk menghadapi
tantangan abad 21. Kompetensi guru yang sudah dirumuskan pemerintah meliputi
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi
pedagogik perlu dikontekstualisasikan dan dilakukan penyesuaian sehingga mampu
mempersiapkan dan memprediksi kebutuhan belajar peserta didik abad 21 dan tuntutan
masyarakat abad 21 yaitu : 1) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru
mengenai pengelolaan pembeajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai
dengan mengevaluasi; 2) Kompetensi kepribadian merupakan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, canggih, humoris namun
tegas, dan berwibawa selalu memesona bagi peserta didik; 3) Kompetensi sosial pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan ,orangtua serta masyarakat; 4)
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

A. Strategi Pembelajaran Abad 21


Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan kepada kemampuan siswa untuk
berpikir kritis, mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi
informasi komunikasi, dan berkolaborasi. Pencapaian ketrampilan tersebut dapat dicapai
dengan penerapan metode pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan
ketrampilan.
Kemampuan berpikir kritis siswa dibangun melalui pembelajaran yang
menerapkan taksonomi pembelajaran sebagaimana disampaikan oleh Benyamin Bloom
tahun 1956 yang telah direvisi pada tahun 2001. Bloom membagi tujuan pendidikan
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan pendidikan
mengalami penyempurnaan pada tahun 2001 (Anderson dan Krathwohl, 2001).

ii
Taksonomi pembelajaran dikelompokan dalam dimensi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif.
Dimensi proses pengetahuan terdiri empat bagian yaitu faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif. Krathwohl (2002), Anderson & Krathwohl (2001)
menyebutkan bahwa pengetahuan faktual menekankan pada pengetahuan faktual, yaitu
pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur
dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu, yang mencakup pengetahuan tentang
terminologi dan pengetahuan tentang bagian detail. Pengetahuan faktual menyajikan
fakta-fakta yang muncul dalam pengetahuan. Pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan
yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih
besar dan semuanya berfungsi sama-sama, yang mencakup skema, model pemikiran dan
teori. Pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan
sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru, dan Pengetahuan metakognitif, yaitu
mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri
sendiri.
Dimensi poses pengetahuan terbagi dalam tiga yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor (Anderson & Krathwohl, 2001:67-68) ranah kognitif terbagi dalam enam
tingkat yaitu : 1) mengingat (remember) : mengambil, mengakui, dan mengingat
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang; 2) memahami (understand):
membangun makna dari lisan, pesan tertulis, dan grafis melalui menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan
menjelaskan; 3) menerapkan (apply): melaksanakan atau menggunakan prosedur melalui
pelaksana, atau menerapkan; 4) menganalisis (analyze): breaking materi menjadi bagian-
bagian penyusunnya, menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan satu sama lain
dan yang secara keseluruhan struktur atau tujuan melalui membedakan,
mengorganisasikan, dan menghubungkan; 5) evaluasi (evaluate): membuat penilaian
berdasarkan kriteria dan standar melalui memeriksa dan mengkritisi; dan 6) menciptakan
(create): menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk suatu kesatuan yang
utuh atau fungsional, reorganisasi elemen ke pola baru atau struktur melalui
menghasilkan, perencanaan, atau menghasilkan.Proses pembelajaran yang mampu
mengakomodir kemampuan berpikir kritis siswa tidak dapat dilakukan dengan proses
pembelajaran satu arah. Pembelajaran satu arah, atau berpusat pada guru, akan
membelenggu kekritisan siswa dalam mensikapi suatu materi ajar. Siswa menerima
materi dari satu sumber, dengan kecenderungan menerima dan tidak dapat mengkritisi.
Kemampuan berpikir kritis dibangun dengan mendalami materi dari sisi yang berbeda
dan menyeluruh.
Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan
mengajak siswa melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai setiap materi ajar
terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk mendorong motivasi belajar siswa.
Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif masih berpikir konkrit,
kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan kehidupan nyata akan
meningkatkan penguasaan materi oleh siswa. Menghubungkan materi dengan praktik
sehari-hari dan kegunaannya dapat meningkatkan pengembangan potensi siswa.

ii
Penguasaan teknologi informasi komunikasi menjadi hal yang harus dilakukan
oleh semua guru pada semua mata pelajaran. Penguasaan TIK yang terjadi bukan dalam
tataran pengetahuan, namun praktik pemanfaatnyanya. Metode pembelajaran yang dapat
mengakomodir hal ini terkait dengan pemanfaatan sumber belajar yang variatif. 

B. Tantangan Pendidik dan Peserta Didik

Akibat pandemi Covid-19 yang tejadi sejak Maret 2020 lalu, seluruh proses
pembelajaran di sekolah dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh. Proses pembelajaran
dilakukan secara daring dari rumah masing-masing peserta didik. Dengan berubahnya
kegiatan pembelajaran dari kebiasaan kegiatan pembelajaran melalui tatap muka di
sekolah berubah menjadi pembelajaran jarak jauh menuntut pendidik untuk ikut
bertransformasi menggali kreativitasnya dalam menyampaikan materi pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran yang tersedia, seperti: Google Class
Room, Zoom, Google Meet, dan lain-lainnya agar pembelajaran bisa tetap berlangsung.
Tentunya hal ini memberikan nuansa yang berbeda, baik bagi peserta didik maupun
pendidik.  Pembelajaran jarak jauh ini memberikan tantangan tersendiri bagi pendidik
dalam merancang kegiatan pembelajaran.
Aktivitas pembelajaran yang dirancang oleh pendidik seyogianya mampu
mengembangkan kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan
berkomunikasi dan berkolaborasi, kecakapan kreativitas dan inovasi. Aktivitas
pembelajaran juga harus menargetkan tercapainya kecakapan abad ke-21 yang
mengintegrasikan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan
teknologi, informasi, dan komunikasi, meskipun dalam kondisi pandemi seperti saat ini.
Oleh karena itu, dalam merancang kegiatan pembelajaran, hendaknya pendidik
memanfaatkan strategi yang mampu menumbuhkan kecakapan abad ke-21.
Untuk mengembangkan pembelajaran abad ke-21, pendidik harus memulai
langkah perubahan yang hal ini merupakan prinsip dalam melaksanakan pembelajaran
abad ke-21. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pendidik meliputi: (1) Mengubah
pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi pola pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subjek pembelajaran
yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Peserta didik
tidak lagi dituntut untuk mendengar dan menghafal, tetapi peserta didik dituntut untuk
mengonstruksi pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan kapasitas dan tingkat
perkembangan berpikirnya. Peserta didik juga perlu diajak berkontribusi untuk
memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat. (2) Peserta didik harus
dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-
orang yang berbeda latar belakang budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam
menggali informasi dan membangun makna, peserta didik perlu didorong untuk bisa
berkolaborasi dengan teman-temannya. (3) Materi pembelajaran perlu dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari. Pendidik membantu peserta didik agar dapat menemukan nilai dan
makna dari hal-hal yang sedang dipelajari dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. (4) Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi peserta didik untuk terlibat
dalam lingkungan sosialnya.

Guna mewujudkan pembelajaran abad ke-21 ada beberapa hal penting yang perlu
mendapat perhatian. (1) Peran utama pendidik adalah merancang rencana pelaksanaan

ii
pembelajaran (RPP). Dalam merancang RPP pendidik harus mampu mengkombinasikan
antara target yang diharapkan dalam kurikulum nasional, pengembangan kecakapan abad
ke-21, dan pemanfaatan teknologi di dalam pembelajaran. (2) Memasukkan unsur
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thingking/HOTS). Pendidik dituntut untuk mampu
memberikan tugas pada tingkat aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Dengan hal ini
diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis. (3) Menerapkan pola
pendekatan dan model      pembelajaran yang bervariasi. Beberapa pendekatan yang dapat
digunakan antara lain  pembelajaran inquiry, pembelajaran berbasis masalah, dan
pembelajaran berbasis projek. (4) Integrasi teknologi sekolah. Pendidik dan peserta didik
harus mempunyai akses teknologi yang baik. Selain itu, pendidik dan peserta didik juga
harus mampu memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran.
Dalam mewujudkan pembelajaran abad ke-21 di tengah pandemi Covid-19,
setidaknya ada lima keterampilan yang harus dimiliki oleh pendidik. Pertama,
keterampilan berpikir kritis. Keterampilan ini merupakan keterampilan fundamental pada
pembelajaran abad ke-21. Keterampilan berpikir kritis ini mencakup kemampuan
mengakses dan  menganalisis informasi. Kedua, keterampilan pemecahan masalah.
Keterampilan memecahkan masalah mencakup ketrampilan mengidentifikasi, mencari,
memilih, mengevaluasi, dan mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan
informasi. Pendidik harus memiliki kemampuan untuk mencari berbagai solusi dari sudut
pandang yang berbeda dalam memecahkan masalah yang kompleks. Ketiga, keterampilan
komunikasi dan kolaborasi. Kemampuan komunikasi mencakup keterampilan dalam
menyampaikan pemikiran dengan jelas, sedangkan kemampuan kolaborasi adalah
kemampuan untuk bekerja sama, baik dalam lingkup mikro maupun
makro. Keempat, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Dengan memiliki kemampuan
berpikir kreatif dan inovatif diharapkan pendidik dapat menerapkan ide-ide baru dalam
proses pembelajaran sehingga dapat memacu peserta didik untuk berpikir kreatif dan
inovatif. Kelima, literasi teknologi dan informasi. Literasi teknologi dan informasi
mencakup kemampuan mengakses, mengevaluasi, dan memanfaatkan teknologi dan
informasi dalam pembelajaran. Literasi teknologi dan informasi memiliki pengaruh yang
besar dalam pemerolehan keterampilan lain yang diperlukan pada kehidupan di abad ke-
21. Pendidik diharapkan mampu memperoleh banyak referensi dalam pemanfaatan
teknologi dan informasi guna menunjang proses pembelajaran
Akhirnya, tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 menjadi salah satu
pendorong bagi pendidik untuk menguasai dan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.
Pembelajaran berbasis TIK merupakan hal penting dalam transformasi pembelajaran abad
ke-21, sehingga kemampuan TIK pendidik menjadi persyaratan utama dalam
pembelajaran abad ke-21.
Kondisi pandemi mengajarkan banyak hal, termasuk mempersiapkan segala
kemungkinan yang akan terjadi. Kondisi pandemi menjadi pendorong terwujudnya
pembelajaran abad ke-21. Kita berharap pandemi Covid-19 ini segera berlalu, sehingga
pembelajaran secara normal melalui tatap muka di sekolah dengan memanfaatkan TIK
dapat segera terwujud. Tidak ada yang lebih efektif yang bisa menggantikan interaksi
pembelajaran melalui tatap muka di sekolah.
Dalam era industry 4.0 ini, perubahan zaman yang sangat drastis mengharuskan
generasi milenial zaman sekarang untuk benar-benar mengerti dan memahami serta bisa
mengaplikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek) dengan benar dan tepat. Perkembangan ilmu teknologi sudah barang
tentu harus di imbangi dengan tingkat keimanan dan ketaqwaan (Imtaq) sebagai benteng
dan penyeimbang dalam segi keagamaan dalam menghadapi arus globalisasi dan
teknologi yang semakin pesat di dasawarsa ini. 

ii
Peran orang tua dalam pengawasan anak dirumah dan lingkungan sosialnya sangat
berpengaruh ketika peserta didik berada di lingkungan sekolah. Begitupun sebaliknya,
ketika peserta didik berada di lingkungan sekolah, otomatis  peran guru sebagai pendidik
sekaligus sebagai orangtua kedua bagi siswa juga  berpengaruh terhadap peserta didik
ketika berada di lingkungan sosialnya. Maka dari itu, sangatlah penting kerja sama dari
orangtua dan guru untuk bisa  saling mengawasi peserta didik ketika berada di zonanya
masing-masing.
Selaku guru akan memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya, dengan
berbagai metode pengajaran, umpan balik, lontaran pertanyaan, dan nasihat. Tugas sorang
guru tidaklah mudah di zaman sekarang ini, adanya Pendidikan Profesi Guru (PPG)
sebagai sarana menuju guru profesional sebagai barometer pengetahuan dan skill guru di
masa sekarang.
Mudah-mudahan tujuan akan tercapai dan terlaksana demi kemajuan dunia
pendidikan di Kecamatan dan Kabupaten Brebes khususnya serta kemajuan pendidikan
nasional di Indonesia umumnya

ii
BAB IV

A. Kesimpulan
Pembelajaran abad 21 dalam masa pandemic covid-19, memberikan pemahaman baru
dalam proses pembelajaran, dimana belajar mengajar yang dilakukan di rumah. Yang tentu
saja membutuhkan perencanaan dan pelaksanaan yang afektif. Guru dapat merancang
berbagai rencana pembelajaran dalam bentuk tugas yang bisa ddilakukan secara daring, baik
itu secara video call, Google class, zoom, atau kunjungan langsung Pada peserta didik bagi
yang tidak memiliki Jaringan internet. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan Selama
masa pandemic ini tentu saja dengan Jarak jauh, melalui pembelajaran yang telah Dirancang
dan disusun dengan baik oleh guru Kelasnya, sehingga pemanfaatannya dapat Terlaksana
dengan baik, yang tentu saja Dengan bantuan orang tua dalam melatih dan Membimbing
anaknya di rumah. Disinilah Peran guru dan orang tua dalam pembelajaran Jarak jauh.
B. Saran
Dalam konteks ini Saran bagi guru selama pandemic covid-19, agar selalu memberikan
pendidikan yang terbaik, tidak monoton yang membuat siswa jenuh dan bosan menghadapi
pelajarannya. dan pastinya diharapkan masih memicu pada pembelajaran.

ii
Daftar Pustaka
Bibliography
Dr. Hj. St. Mislikhah, M.Ag., Dosen Pascasarjana IAIN Jember dan Ketua Program Studi
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah S2 Pascasarjana IAIN Jember

Iman Santoso, Guru Kelas Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kalikamal, Kecamatan Brebes,


Kabupaten Brebes, Jawa Tengah

Kemdikbud RI. (2020). Edaran Tentang Pencegahan Wabah COVID-19 di Lingkungan


Sekolah Seluruh Indonesia

ii

Anda mungkin juga menyukai