Dosen Pengampu : Ibu Williya Novianti, M.Pd & Bapak H. Agus Sumitra, M.Pd
Karmila 21010228
CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat
karunia serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Beserta keluarga dan sahabatnya, dan semoga kepada kita sebagai umatnya. Aamiin. Tidak
lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Williya Novianti, M.Pd & Bapak H. Agus
Sumitra, M.Pd selaku dosen pengampu yang sudah memberikan tugas ini.
Makalah ini berisi penjelasan tentang Paradigma Perkembangan CyberCounseling,
yang semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan tentang
pembelajaran mata kuliah Teknologi Informasi dalam Bimbingan dan Konseling kepada kami
khususnya, kepada pembaca pada umumnya.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna.
Maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun untuk kami selanjutnya
agar bisa menjadi lebih baik, terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya teknologi pada masa sekarang semakin pesat, dengan adanya
teknologi juga mempermudah manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
berkembangnya teknologi ini berdampak juga pada perkembanga teknologi informasi
dalam Bimbingan dan Konseling diantaranya pada penyelenggaraan dukungan system.
Berbicara dunia globalisasi dengan pesatnya teknologi dan luasnya informasi menuntut
dunia konseling untuk menyesuaikan dengan lingkungannya agar memenuhi kebutuhan
masyarakat luas. Pemanfaatan TI dalam Bimbingan dan Konseling berupa
CyberCounseling, atau bisa disebut juga E-Counseling yang mana diharapkan akan
dapat mempermudah pelayanan kepada konseli.
Layanan konseling dapat dilaksanakan secara individual dan kelompok. Pada
saat zaman semakin berkembang, tidak hanya dapat dilakukan tatap muka secara
langsung, tetapi bisa juga dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi yang
ada. Tujuannya adalah agar tetap memberikan Bimbingan dan Konseling dengan cara-
cara yang lebih menarik, interaktif, dan tidak terbatas tempat, tetapi juga tetap
memperhatikan asas-asas serta kode etik dalam Bimbingan dan Konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu CyberCounseling atau E-Counseling ?
2. Bagaimana Sejarah CyberCounseling di Indonesia ?
3. Bagaimana Penerapan CyberCounseling ?
4. Apa saja macam-macam atau contoh aplikasi situs web CyberCounseling ?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari CyberCounseling
2. Agar dapat mengetahui awal mulanya CyberCounseling di Indonesia
3. Dapat mengetahui bagaimana penerapan CyberCounseling di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN CYBERCOUNSELING
Cybercounseling merupakan layanan profesional antara konselor dan konseli
yang terpisah jarak dan waktu dengan memanfaatkan teknologi internet baik interaktif
maupun non interaktif, baik secara langsung dan ataupun tidak langsung, dengan
menggunakan situs yang aman dan berisi informasi informasi yang senantiasa
diperbaharui, dimana layanan konseling bisa diberikan melalui email, chat, video
conferencing, yang aman (Wibowo, 2016). Lebih lanjut Haberstroh & Duffey (2011)
menjelaskan pelaksanaan cyber counseling berupa komunikasi antar konselor dan
konseli melalui streaming video dan audio. Cybercounseling dapat mempermudah
pemberian layanan konseling sehingga dapat dilakukan kapan dan di mana saja tanpa
perlu hubungan tatap muka (face to face).
Cybercounseling merupakan terobosan baru yang menjanjikan untuk
menggantikan layanan konseling face toface (Hidayah & Triyono, 2010; Hidayah &
Ramli, 2013; dan Hidayah, 2015a dan 2015b). Model layanan konseling online, atau
cyber counseling, dibutuhkan oleh para guru BK di era globalisasi, dimana peserta didik
tidak terikat oleh jarak dan waktu ketika berkonsultasi dengan guru BK. Bimbingan
dapat dilakukan di luar jam sekolah, sehingga tidak mengganggu jam belajar peserta
didik di sekolah. Konseling online berbasis website terbaru hasil pengembangan adalah
videocall (Hidayah, 2015a dan 2015b). Dalam pelaksanaannya ada beberapa istilah
yang biasa digunakan untuk dalam penyebutan konseling online termasuk terapi online
atau internet, konseling elektronik, terapi elektronik, terapi cyber, terapi menggunakan
email, konseling berbasis web, konseling internet, konseling cyber, konseling sesi
tunggal sinkron,dan terapi-e-mail (Li Lau, Jaladin, & Abdullah, 2013).
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN CYBERCOUNSELING
Penggunaan cybercounseling berawal dari penyelenggaraan konselung online
pada decade 1960-1970 dengan perangkat lunak program aplikasi Eliza. Meskipun di
negara luar awal munculnya e-counseling atau cyber counseling sudah terbilang lama,
namun perkembangannya di Indonesia sendiri baru dikenal sejak munculnya aplikasi
aplikasi yang menggunakan jaringan internet, seperti jejaring sosial dalam bentuk akun
facebook, twitter, line, email, google talk, dan masih banyak jenis aplikasi yang lain.
Di samping itu konseling juga bisa dilakukakan dengan menggunakan bantuan media
telephone, handphone, dan media khusus teleconference. Pelayanan ini dilakukan oleh
konselor untuk memberikan kenyamanan bantuan yang dibutuhkan konseli ketika
menghadapi suatu masalah dan tidak mungkin dilakukan secara face to face.
Pada tahun 2021, layanan konseling daring atau cybercounseling di Indonesia
sudah mulai berkembang, terutama sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan
akan dukungan kesejahteraan mental selama pandemi COVID-19. Banyak orang
mengalami stres, kecemasan, dan depresi selama pandemi, dan cybercounseling
menjadi salah satu cara untuk mendapatkan dukungan.
Penerimaan masyarakat terhadap cybercounseling juga semakin meningkat
seiring berjalannya waktu. Lebih banyak orang menyadari manfaat mendapatkan
dukungan kesejahteraan mental melalui layanan daring, terutama karena kenyamanan
dan privasi yang ditawarkannya.
D. PENERAPAN CYBERCOUNSELING
Meski dilakukan secara on line, proses konseling dengan model ini memiliki
tiga tahapan penyelenggaraan (Ifdil:2011, dalam jurnal Mariana, 2021) yaitu :
1. Tahap Persiapan
Mencakup aspek teknis penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software). Selain itu kesiapan konselor pada aspek keterampilan, kelayakan
akademik, penilaian, secara etik, hokum dan lainnya.
2. Tahap Proses
Tahapan cyber counseling tidak jauh berbeda dengan tahapan proses konseling
langsung (Prayitno : 2004, dalam jurnal Mariana, 2021). Tahap-tahap yang
dilakukan yakni: tahap pengantaran, penjagaan, penafsiran, pembinaan dan
penilaian. Namun dalam pelaksanaanya “kontinum flesksibel”. Pada sesi cyber
counseling lebih menekankan pada terentasnya masalah konseli dengan cara
melakukan bentuk pendekatan, teknik atau terapi yang digunakan.
3. Tahap Pasca
Ada tiga yaitu di pasca proses cyber counseling, antara lain:
a) Konseling akan sukses dengan ditandai dengan kondisi klien yang KES
(effective daily living- EDL)
b) Konseling akan dilanjutkan ada sesi tatap muka (Face to Face- FtF)
c) Konseling akan dilanjutkan pada sesi cyber counseling berikutnya dan atau
Konseli akan direferal pada Konselor lain atau ahli lain.
1. Konseli dan konselor tidak harus bertemu satu sama lain dalam ruang fisik, dengan
cara seperti itu keduanya tidak harus bepergian, terikat janji temu, dan
mengeluarkan biaya untuk sampai di suatu tempat.
2. Berkaitan dengan kebaikan layanan Cyber-conseling, konselor sekolah dapat
memanfaatkan keunggulan internet ini untuk mendekatkan dirinya dengan guru,
orang tua dan siswa. Hal ini sejalan dengan salah satu peran konselor, untuk
mengkombinasikan sumber daya untuk memaksimalkan perluasan layanannya.
Kebijaksanaan konselor menggabungkan keterampilan membantu Internet untuk
membangun lingkungan kolaboratif antara siswa, guru dan orang tua (Amir Awang,
2007, dalam jurnal Mariana 2021).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa cyber counseling merupakan proses pemberian
bantuan kepada konseli yang dilakukan secara on line atau melalui media komunikasi
jaringan internet yang dilakukan di mana pun dan kapan pun atas persetujuan konseli
dengan konselor sehingga dalam pelaksanaannya lebih efektif dan efisien. Dengan
Layanan BK yang diberikan berbasis online, diharapkan peserta didik dan guru BK /
Konselor dapat saling difasilitasi karena banyak peluang dan manfaat yang tersedia
dalam upaya mendukung tercapainya tujuan konseling. Informasi yang dibutuhkan
dapat diakses kapan saja dan di mana saja bila diperlukan, dapat diunduh dan digunakan
secara offline, digandakan dan didistribusikan menggunakan alat pendukung
elektronik. Kunci untuk mewujudkan hal tersebut terletak pada integrasi yang mulus
dari beberapa program perangkat lunak dan jangkauan kekuatan Internet yang jauh.
Sebagian besar peserta didik di sekolah saat ini telah memanfaatkan teknologi informasi
melalui internet dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa kelebihan dari cyber counseling dan juga kelemahannya bisa menjadi
pertimbangan bukan hanya untuk peserta didik dan guru BK selaku konselor sekolah.
Tetapi juga orang tua dan pemangku kebijakan untuk membuka peluang seluas-luasnya
terhadap perkembangan teknologi dalam dunia pembelajaran juga kebermanfaatannya
bagi sesama. Di tengah situasi kesehatan fisik yang tak menentu, jangan sampai
kesehatan mental generasi muda khususnya peserta didik ikut terganggu. Hadirnya
cyber counseling sebagai solusi konseling di masa pandemi diharapkan mampu
membantu terentaskannya masalah peserta didik saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mariana Puspa Sari. (2021). Cybercounseling : Solusi Konseling di Masa Pandemi. Jurnal
Paedagogy : Vol. 8 No. 4 : Oktober 2021
Erly Oviane. (2022). Analisis Trend Penggunaan Media Sosial dalam Pelaksanaan
Cybercounseling. Jurnal Pendidikan dan Konseling : Volume 4 Nomor 4 Tahun 2022