Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah EVALUASI TES PAI
yang diampu oleh :
DARMAWAN M.Pd.I
Oleh :
KATA PENGANTAR........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan Makalah......................................................................................................................3
BAB II Pembahasan............................................................................................................................4
A. Pengertian Metode Dalam Pendidikan Agama Islam.....................................................4
B. Relevansi Dengan Tujuan Pembelajaran..........................................................................5
C. Relevansi Dengan Bahan Ajar.....................................................................................................5
D. Relevansi Dengan Situasi.....................................................................................................7
Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang.
Hal ini di sebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti
pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan
pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Keberhasilan pendidik
melaksanakan pembelajaran ranah afektifdan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi
afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat
penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya.Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi
lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan
penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah
afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).Pada umumnya penilaian
yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada penilaian ranah kognitif. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan karena pendidik kurang memahami penilaian ranah afektif dan
psikomotor
B.Rumusan masalah
C.Tujuan masalah
Lebih cenderung mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.
Butir- butir item dari test model ini kurang relevan untuk diajukan.
Seringkali tester kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam soal
CONTOH:
} المدرسة..............{ محمد يذهب
} فاطمة من الجامعة.............{
}................{ يصلي أحمد في
2 Fill in (mengisi titik dalam kalimat yang dikosongkan)
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang
dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan
yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.bahasa dalam fill in hendaknya jelas, yang
dihilangkan tidak hanya satu kata, jawaban merupakan kata-kata pendek, dan jumlah jawaban
harus tertentu.
Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
Mudah dalam penyusunannya
Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
Dapat digunakan berkali-kali
Objektif
Mudah ditebak
Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan benar atau
salah
Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali
1) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar materi yang diajarkan
2) Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat menggunakan kunci jawaban
3) Jawaban sudah pasti benar atau salah sehingga penilaian bisa objektif
CONTOH:
اللغة .أ
يدرس .ب
أحمد .ج
العربية .د
Cara penulisan seperti diatas adalah lebih baik daripada pilihan jawaban disusun ke samping.
5. Matching (menjodohkan)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokan,
memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri
jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban.
Tugas murid adalah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok
dengan pertanyaannya.
Contoh:
“ pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan dengan
cara menempatkan huruf yang terdapat di muka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang
disediakan pada lajur kanan”.
Ranah afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana afektif mencakup
watakprilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa
sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi.
Rana afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :
5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek
nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah
menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai . nilai itu telah tertaman secara konsisten
pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.
Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan), merespon, menghargai,
mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.
1) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial
program) bagi anak didiknya.
2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain
diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada
orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
4) Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
Ada lima karakteristik afektif berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral.
1) Sikap
Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu
objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif,
kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati
dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terfadap
sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pelajaran, pendidik dan sebagainya.
2) Minat
Menurut getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yanh
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktifitas, pamahaman dan keterampilan
untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang
memiliki intensitas tinggi.
3) Konsep Diri
Menurut smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intesitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah
afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah.
Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu
daerahkontinum, mulai dari rendah sampai tinggi.
4) Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan atau
prilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan
nilai mengacu pada keyakinan.
5) Moral
Piaget dan kohlberg banyak membahas tenyang perkembangan moral anak. Namun kohlberg
mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Moral berkaitan
dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orng lain atau perasaan terhadap
tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau
mukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan
agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral
berkaitan dengan prinsip, nilai dan keyakinan seseorang.
Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan.
Namun biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif
sekaligus. Misalnya penampilannya dalam menggunakan termometer diukur mulai dari
pengetahuan mereka mengenai alat tersebut, pemahaman tentang alat dan penggunaannya
(aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam bentuk keterampilan. Untuk pengukuran
yang terakhir ini harus diperinci antara lain : cara memegang, cara melatakkan/menyipkan
kedalam ketiak atau mulut, cara membaca angka, cara mengembalikan ke tempatnya dan
senagainya. Ini semua tergantung dari kehendak kita, asal tujuan pengukuran dapat tercapai.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja
(performance) yang telah di kuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat nerupa tes paper and
pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes untuk kerja.
Kegiatan psikomotorik yang di lakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya
yang dapat di pakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat
di nilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-
olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan
tujuannya untuk mengetahui apakh peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat
tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas di lapangan yang sebenarnya.
Tes simulasi dan tes untuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika
peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan daftar
cek (chek-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang di ukur dapat
menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kerang, dan tidak
baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah
praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu
juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila di bandingkan dengan ranah
psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes untuk kerja atau
lembar tugas.
Contohnya kemampuan psikomotor yang di bina dalam belajar matematika misalnya berkaitan
dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku),
menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut, dll) ata tanpa
alat. Contoh lainnya, siswa di bina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-
jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan
peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat di
lakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.
(6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan
interprestatif.
BAB lll
PENUTUP
A.Kesimpulan