Anda di halaman 1dari 19

MACAM MACAM TES OBJEKTIF,PENGUKURAN RANAH AFEKTIF

DAN RANAH PSIKOMOTOR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah EVALUASI TES PAI
yang diampu oleh :

DARMAWAN M.Pd.I

Oleh :

FIRSTI MILLEN SARI 3118169

FAKHRI HASYIM 3118175

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang masih memberikan kesehatan,
keberkahan dan kesempatan bagi kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Rasulullah dan beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti jejak beliau
dengan baik hingga hari kiamat.

Tulisan ini berisi tentang. “MACAM MACAM TES OBYEKTIF,PENGUKURAN


RANAH AFEKTIF DAN RANAH PSIKOMOTOR” Kami berharap tulisan ini akan
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk dan isi makalah ini sehingga di masa mendatang bisa lebih baik.

Terimakasih kepada dosen pembimbing kami, DARMAWAN M.Pd.I yang telah


membantu menyelesaikan makalah ini hingga selesai. Dan dalam menyusun makalah ini kami
menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Baarakallahu fiikum..

Jakarta, 22 November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................3
C. Tujuan Makalah......................................................................................................................3
BAB II Pembahasan............................................................................................................................4
A. Pengertian Metode Dalam Pendidikan Agama Islam.....................................................4
B. Relevansi Dengan Tujuan Pembelajaran..........................................................................5
C. Relevansi Dengan Bahan Ajar.....................................................................................................5
D. Relevansi Dengan Situasi.....................................................................................................7

E. Relevansi Dengan  Peserta Didik....................................................................................7

F. Relevansi Dengan Evaluasi..............................................................................................9

BAB III Penutup................................................................................................................................12


A. Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Kemampuan berfikir merupakan ranah kognitif yang meliputi kemampuan menghapal,


memahami, menerapkan, menganalisis, mensistensis dan mengefaluasi. Kemampuan
psikomotor, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti lari,
melompat, menari, melukis, berbicara, membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya.
Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat membentuk tanggung
jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian
dari tujuan pembelajaran di sekolah, yang akan dicapai melalui pembelajaran yang tepat.

Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang.
Hal ini di sebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti
pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan
pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Keberhasilan pendidik
melaksanakan pembelajaran ranah afektifdan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi
afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat
penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya.Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi
lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan
penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah
afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).Pada umumnya penilaian
yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada penilaian ranah kognitif. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan karena pendidik kurang memahami penilaian ranah afektif dan
psikomotor

B.Rumusan masalah

1. Apa pengertian tes objektif ?


2. Macam macam tes objektif ?
3. Pengukuran ranah afektif,dan ranahpsikomotorik ?

C.Tujuan masalah

1. Agar mengerti pengertian tes objektif


2. Mengetahui macam macam tes objektif
3. Mengetahui tentang ranah afektif dan psikomotorik
BAB ll
PEMBAHASAN

A.Pengertian Tes Objektif


Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam
bahasa Perancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dapat dipergunakan untuk membedakan
antara emas dan perak serta logam lainnya. Sedangkan Sumadi Suryabrata, mengartikan tes
sebagai “ pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus
dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
melakukan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkan dengan standar atau tes tes lainnya”. (Sumadi Suryabrata, 1984:22)
Sedangkan tes objektif adalah suatu tes yang tersusun dimana setiap pertanyaan tes
disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih atau tes tulis yang itemnya dapat dijawab
dengan memilih jawaban yang sudah tersedia; sehingga peserta didik menampilkan keseragaman
data, baik bagi yang menjawab benar maupun yang menjawab salah. Kesamaan data inilah yang
memungkinkan adanya kesergaman analisis, sehingga subyektifitas pendidik rendah, sebab unsur
subyektifnya sulit berpengaruh dalam menentukan skor jawaban. Tes objektif dibentuk seperti
apapun dan dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama.
Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini
disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya
menilai jawaban yang diberikan.

B.Macam macam,Tes Objektif

1.Completion test (tes melengkapi)


Tes completion adalah merupakan salah satu bentuk tes jawaban bebas, dimana
butir-butir soalnya berupa satu kalimat dimana bagian-bagian tertentu yang dianggaap penting
dikosongkan. Kepada testee diminta untuk mengisi bagian-bagian yang ditiadakan.
Adapun beberapa petunjuk penyusunannya adalah sebagai berikut
a.       Hindarkan dari pernyataan yang tidak jelas
b.      Jangan menghilangkan kata-kata kunci terlalu banyak
c.       Hilangkan kata-kata yang mengandung arti penting
d.      Hindarkan dari munculnya indikator jawaban yang bisa dibaca
e.       Jawaban terdiri dari satu kata
f.       Jangan membuang kata terdepan dari suatu kalimat
g.      Besar kolom yang dikosongkan sama
h.      Disediakan kolom jawaban untuk mempermudah skoring
i.        Sediakan kunci tentang semua kemungkinan jawaban
j.        Meskipun dalam satu kalimat ada lebih dari satu isian hendaknya skoring tetap berdasarkan
jumlah isian

Kelebihan Completion test yaitu :

         Sangat mudah dalam penyusunannya.


         Lebih menghemat tempat ( menghemat kertas ).
         Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh test model ini.
         Digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf
pengenalan atau hafalan saja.

Kelemahan Completion test yaitu :

         Lebih cenderung mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.
         Butir- butir item dari test model ini kurang relevan untuk diajukan.
         Seringkali tester kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam soal

CONTOH:
‫} المدرسة‬..............{ ‫محمد يذهب‬
‫} فاطمة من الجامعة‬.............{
}................{ ‫يصلي أحمد في‬
2  Fill in (mengisi titik dalam kalimat yang dikosongkan)
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang
dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan
yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.bahasa dalam fill in hendaknya jelas, yang
dihilangkan tidak hanya satu kata, jawaban merupakan kata-kata pendek, dan jumlah jawaban
harus tertentu.

3.      True-false (benar-salah)


Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (stetement). Stetement tersebut ada yang
benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing
pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan
melingkari huruf S jika pernyataannya salah. Bentuk benar salah ada 2 macam yaitu:
1)      Dengan pembetulan (with correction): siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban
salah
2)      Tanpa pembetulan (without correction): siswa hanya diminta untuk melingkari jawaban B atau S

Petunjuk penyusunan tes benar – salah adalah sebagai berikut:


  Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk memprmudah
mengerjakan dan menilai (scoring).
  Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab
S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-
BB-SS-BB-SS.
  Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh: B-S. Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
  Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
  Hindarkan penggunaan kalimat yang sekedar bertujuan untuk menjebak peserta didik.
  Hindarkan penggunaan kalimat, atau ilustrasi yang tidak dikenal oleh peserta didik.
  Hindarkan penggunaan kalimat yang memiliki arti ganda.
  Hindarkan penggunaan kalimat yang panjang dengan struktur yang rumit, sebab hal ini akan
menimbulkan kecenderungan kepada peserta didik untuk menganggap benar.
  Gunakanlah kalimat yang sikat tetapi padat isi.

  Kelebihan Tes Benar Salah

 Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
 Mudah dalam penyusunannya
 Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
 Dapat digunakan berkali-kali
 Objektif

  Kelemahan Tes Benar Salah

 Mudah ditebak
 Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan benar atau
salah
 Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali

CONTOH TES BENAR-SALAH


1)      Penyakit malaria dijangkitkan oleh nyamuk Anopheles                             (B - S)
2)      Nahwu adalah ilmu yang membahas kata sebelum masuk pada kalimat (B - S)

4.      Multiple choice (pilihan ganda)


Pengertian bentuk tes tersebut adalah “ tes pilihan ganda merupakan tes obyektif
dimana masing-masing item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu
dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar. (Noeng Muhajir, 1981:81).
Adapun petunjuk umum  untuk menyusun tes yang berbentuk multiple choice ini
adalah sebagai berikut:
  Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban terdapat kesesuaian.
  Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun dengan singkat dan jelas.
  Soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang mudah difahami.
  Alternatif jawaban hendaknya disusun dalam kalimat yang panjang pendeknya relatif sama,
sehingga tidak menimbulkan dugaan bahwa kalimat yang panjang adalah jawaban yang benar.
  Gunakan perintah “ manakah alternatif jawaban yang paling baik”; atau “ pilihlah jawaban yang
lebih baik dari yang lain ” , apabila lebih dari satu jawaban yang benar.
  Jangan menggunakan alternatif jawaban yang tumpang tindih, maupun menggunakan kata-kata
sinonim.
  Setiap butur pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah, meskipun masalah itu agak
kompleks.
  Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok dialternatif-
alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang mengandung pengulangan
tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.

KEBAIKAN MULTIPLE CHOICE

1)      Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar materi yang diajarkan
2)      Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat menggunakan kunci jawaban
3)      Jawaban sudah pasti benar atau salah sehingga penilaian bisa objektif

KELEMAHAN MULTIPLE CHOICE

1)      Kemungkinan untuk melakukan tebakan masih cukup besar


2)      Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata

CONTOH:

‫ أين الفاعل في هذه الجملة ؟‬.‫يدرس أحمد اللغة العربية‬

‫ اللغة‬        .‌‫أ‬
‫ يدرس‬    .‌‫ب‬
‫ أحمد‬     .‌‫ج‬
‫ العربية‬       .‌‫د‬
Cara penulisan seperti diatas adalah lebih baik daripada pilihan jawaban disusun ke samping.
5.  Matching (menjodohkan)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokan,
memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri
jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban.
Tugas murid adalah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok
dengan pertanyaannya.
Contoh:
“ pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan dengan
cara menempatkan huruf yang terdapat di muka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang
disediakan pada lajur kanan”.

a)      Transmigrasi ...........             1. Masuknya penduduk dari negara lain


b)      Imigrasi ...................          2. Pindahnya penduduk ke negara lain
c)      Emigrasi ..................             3. Pindahnya penduduk dari desa ke kota

Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun bentuk matching adalah:


  Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item).
Sebab pertanyaan-pertanyaan yang pendek itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan
akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik
dijadikan dua seri.
  Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang lebih 1
½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai
kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan fikirannya.
  Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching testharus merupakan pengertian-
pengertian yang benar-benar homogen.
  Statemen yang menjadi soal, diletakkan di sebelah kiri dengan diberi nomor, sedangkan jawaban
diletakkan di sebelah kanan dengan menggunakan abjad.
  Dalam membuat petunjuk, jelaskan dasar yang digunakan untuk menjodohkan. Dalam soal
menjodohkan yang bersifat sederhana, dasar menjodohkan mungkin sudah jelas.
  Jangan penjodohan sempurna satu lawan satu. Satu jawaban mungkin dapat dijodohkan dengan
lebih satu statemen. Adakalanya baik memasukkan jawaban yang tidak ada pasangannya.

Adapun kebaikan dan kelemahan matching test adalah sebagai berikut.


KELEBIHAN MATCHING TEST
1)      Penilaian dapat dilakukan dengan cepat dan objektif
2)      Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang
saling berhubungan
3)      Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas

KELEMAHAN MATCHING TEST


1)      Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
2)      Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang saling
berhubungan

6.      Short answer test (tes jawaban singkat)


Bentuk soal jaawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam
bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai banar atau salah.
Ada dua bentuk soal jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan
tidak lengkap.
Beberapa petunjuk khusus dalam penyusunan tes ini antara lain dijelaskan oleh
Stanley, sebagai berikut:
a.       Menggunakan kalimat tanya
b.      Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat disampaikan
sesingkat mungkin, kalau perlu hanya dijawab dengan satu kata
c.       Disediakan kolom jawaban kalau memang lembar jawaban ingin dijadikan satu dengan lembar
soal
d.      Hindarkan susunan kalimat yang sama dalam buku teks
e.       Hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. (Stanley, and Kanneth 1978:220-221)

KELEBIHAN TES JAWABAN SINGKAT:


1)      Menyusun soal relatif mudah
2)      Kecil kemungkinan siswa menjawan dengan menebak
3)      Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
4)      Hasil penelitian cukup objektif

KELEMAHAN TES JAWABAN SINGKAT:


1)      Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
2)      Memerlukan waktu agak lama dalam penilaian meski tidak selama tes essay
3)      Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa.[15]

Contoh dari tes ini sebagai berikut:


1)      Khalifah yang memprakarsai untuk menulis hadits adalah.............
2)      Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits adalah..............
3)      Khalifatur rasul kedua adalah...................

7.      Rearrangement exercise (latihan menyusun kembali)


Rearrangement exercise adalah bentuk tes berupa rangkaian kalimat utuh dan benar,
kemudian diceraikan secara tidak beraturan, sehingga bentuk aslinya sulit dikenali, peserta didik
diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar.
Tes bentuk inidapat mengukur kemampuan logik atau logical squence peserta didik. Bentuk tes
ini banyak digunakan untuk mata pelajaran bahasa. Kesulitannya adalah dalam menentukan topik
bahasan yang memiliki homogenitas yang cukup baik.
Contoh soal rearrangement exercise:
‫ المدرسة‬ ‫ يذهب ـــــــــ‬ ‫ إلى ـــــــــ‬ ‫محمد ـــــــــ‬
‫ البيضاء‬ ‫ في ـــــــ البائع ـــــــ‬ ‫ يبيع ــــــــ‬ ‫السوق ـــــــ‬
‫ من‬ ‫ المدرسين ـــــــ‬ ‫ اإلدارة ـــــــ‬ ‫ ـــــــ‬ ‫خرج‬

C.Pengukuran Ranah Afektif


Pengertian Pengukuran Ranah AfektifHingga dewasa ini ranah afektif merupakan kawasan
pendidikan yang masih sulit digarap secara operasional. Kawasan afektif sering kali tumpang
tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Afek merupakan karakteristik atau unsur
afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan
sebagainya.

Ranah afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana afektif mencakup
watakprilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa
sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi.

Rana afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :

1) Receiving atau attending : (menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan seseorang


dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada  dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah : kesadaran
dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyelesaikan gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar.

2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya parsitipasi aktif”. Jadi kemampuan


menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan drinya
secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang
ini lebih tinggi dari pada jenjang receiving. Contoh hasil balajar ranah afektif responding adalah
peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau mengenali lebih dalam
lagi, ajaran-ajaran islam tentang kedisiplinan.

3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau


memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan
tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dri pada receiving atau responding. Dalam kaitan dalam
proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mampu menerima nilai yang diajarkan
tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah
baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai
dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta
didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada
diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun ditengah-tengah
kehidupan masyarakat.

4) Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai


sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.
Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Pemantapan dan
perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai afektif jenjang organization adalah peserta
didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden
Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.

5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek
nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah
menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai . nilai itu telah tertaman secara konsisten
pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.

Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan), merespon, menghargai,
mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.

Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :

1)  Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial
program) bagi anak didiknya.

2) Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain
diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada
orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.

3) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan
tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

4)  Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.

Ada lima karakteristik afektif berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral.

1)    Sikap

Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu
objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif,
kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati
dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terfadap
sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pelajaran, pendidik dan sebagainya.

2)    Minat

Menurut getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yanh
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktifitas, pamahaman dan keterampilan
untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang
memiliki intensitas tinggi.
3)    Konsep Diri

Menurut smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intesitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah
afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah.
Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu
daerahkontinum, mulai dari rendah sampai tinggi.

4)    Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan atau
prilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan
nilai mengacu pada keyakinan.

5)    Moral

Piaget dan kohlberg banyak membahas tenyang perkembangan moral anak. Namun kohlberg
mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Moral berkaitan
dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orng lain atau perasaan terhadap
tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau
mukai orang lain  baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan
agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral
berkaitan dengan prinsip, nilai dan keyakinan seseorang.

D. PENGUKURAN RANAH PSIKOMOTORIK

  Pengertian Pengukuran Ranah PsikomotorIstilah Psychomotor, psikomotor terkait dengan kata


motor, sensory-motor, atau perceptual- motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja
otot yang menjadi penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang sederhana
seperti gerakan-gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks seperti
gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji. Keterampilan lebih terkait dengan
psikomotor.

Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan.
Namun biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif
sekaligus. Misalnya penampilannya dalam menggunakan termometer diukur mulai dari
pengetahuan mereka mengenai alat tersebut, pemahaman tentang alat dan penggunaannya
(aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam bentuk keterampilan. Untuk pengukuran
yang terakhir ini harus diperinci antara lain : cara memegang, cara melatakkan/menyipkan
kedalam ketiak atau mulut, cara membaca angka, cara mengembalikan ke tempatnya dan
senagainya. Ini semua tergantung dari kehendak kita, asal tujuan pengukuran dapat tercapai.

 Ciri-ciri Pengukuran Ranah Psikomotor


Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melaluli keterampilan
manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya.

Penilaian psikomotorik dapat di lakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan.


Observasi sebagai alat penilaian banyak di gunakan untuk mengukur tingkah laku individu
ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengtukur atau menilai hasil
dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik,
kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins
ketika belajar.Observasi di lakukan pada saat prodses kegiatan itu berlangsung. pengamat
terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak di observasinya, lalu di
buat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam
pedoman yang di buat.sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah
laku yang tampak untuk observasi, bisa pula dalam bentuk member tanda cek pada kolom
jawaban hasil observasi.

Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja
(performance) yang telah di kuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat nerupa tes paper and
pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes untuk kerja.

1)    Tes simulasi

Kegiatan psikomotorik yang di lakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya
yang dapat di pakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat
di nilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-
olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.

2)    Tes untuk kerja (work sample)

Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan
tujuannya untuk mengetahui apakh peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat
tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas di lapangan yang sebenarnya.

Tes simulasi dan tes untuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika
peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan daftar
cek (chek-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang di ukur dapat
menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kerang, dan tidak
baik.

Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah
praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu
juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila di bandingkan dengan ranah
psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes untuk kerja atau
lembar tugas.
Contohnya kemampuan psikomotor yang di bina dalam belajar matematika misalnya berkaitan
dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku),
menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut, dll) ata tanpa
alat. Contoh lainnya, siswa di bina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-
jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan
peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat di
lakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.

Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi :

(1) gerak reflex,

(2) gerak dasar fundamen,

(3) keterampilan perceptual,

(4) keterampilan fisik,

(5) gerakan terampil,

(6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan
interprestatif.
BAB lll
PENUTUP
A.Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai