Alat Penukar
Kalor
EFEKTIVITAS
PERPINDAHAN PANAS
10
Teknik Teknik Mesin 13029 Agus Budihadi ST,. MT
Fajar Anggara ST.,M.Eng
Abstract Kompetensi
Efektivitas perpindahan panas di dalam Setelah memahami materi yang dibahas
sebuah alat penukar kalor didefinisikan pada modul ini anda diharapkan mampu
sebagai perbandingan antara laju menerapkan konsep efektivitas
perpindahan panas yang aktual atau perpindahan panas untuk mengevaluasi
sebenarnya terjadi di dalam sebuah APK performance sebuah APK pada kondisi
dengan laju perpindahan panas maksimum termal
yang mungkin secara termodinamika
berlangsung di dalam alat tersebut. Konsep
ini juga dapat dipergunakan untuk
melakukan perancangan atau melakukan
evaluasi performance sebuah APK.
Efektivitas Perpindahan Panas
Konsep efisiensi dipergunakan pad banyak bidang teknik untuk menilai seberapa besar
performance suatu sistem atau mesin pada kondisi tertentu. Pada peralatan penukar kalor,
efisiensi atau efektivitas perpindahan panas di dalam sebuah alat penukar kalor (APK)
didefinisikan sebagai perbandingan antara laju perpindahan panas yang aktual atau
sebenarnya terjadi di dalam sebuah APK dengan laju perpindahan panas maksimum yang
mungkin secara termodinamika berlangsung di dalam alat tersebut.
Konsep ini juga dapat dipergunakan sebagai alternatif untuk melakukan perancangan atau
melakukan evaluasi performance sebuah APK, di samping konsep beda temperatur rata-
rata logaritmik.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah memahami materi yang dibahas pada modul ini anda diharapkan mampu
menerapkan konsep efektivitas perpindahan panas untuk mengevaluasi performance
sebuah APK pada kondisi termal
Efektivitas proses perpindahan panas di dalam sebuah alat penukar kalor didefinisikan
sebagai perbandingan antara laju pertukaran energi panas yang sebenarnya terjadi
terhadap laju pertukaran energi panas maximum yang mungkin dapat terjadi pada alat
tersebut :
Sementara itu laju pertukaran energi panas maksimal yang mungkin dapat terjadi di dalam
sebuah APK adalah pada APK jenis aliran berlawanan (counter flow). Besarnya laju
pertukaran energi panas maksimum tersebut dapat diestimasikan dengan menggunakan
persamaan berikut :
(20)
Th,i adalah temperatur aliran fluida panas yang masuk ke dalam APK counter flow
Cmin adalah laju kapasitas panas yang lebih rendah di antara Cc dan Ch.
Laju kapasitas panas bagi aliran fluida pendingin, Cc diberikan oleh persamaan :
Sementara itu, Laju pertukaran energi panas aktual yang terjadi di dalam sebuah APk
counter flow dapat dinyatakan sebagai berikut.
Laj u pertukaran energi panas di dalam APK, apabila aliran fluida panas mengalami
perubahan fasa maka :
Di mana,
Sedangkan aliran fluida panas tidak mengalami mengalami perubahan fasa maka :
Di mana,
Pada sisi yang lain, apabila aliran fluida pendingin mengalami perubahan fasa maka :
Sedangkan aliran fluida pendingin tidak mengalami mengalami perubahan fasa maka :
Di mana,
Pada sisi yang lain, bagi sebuah APK, NTU (Number of Transfer Unit) adalah sebuah
besaran tak berdimensi yang diberikan oleh persamaan :
Di sini,
Sebagai contoh, hubungan antara efektifitas ε dan NTU bagi APK jenis shell & tubediberikan
oleh persamaan :
(25)
Atau :
(26)
Pada umumnya fluida yang dipergunakan pada beragam instalasi industri, baik yang
dipergunakan sebagai fluida pendingin ataupun fluida proses, bukan fluida yang benar-
benar bebas dari kotoran, partikel atau kandungan-kandungan senyawa yang tidak
diinginkan yang berukuran sangat kecil walaupun telah mengalami proses penyaringan.
Setelah beberapa lama aliran fluida bersirkulasi di dalam APK maka kedua aliran fluida kerja
akan menyebabkan terbentuknya lapisan fouling (pengotoran permukaan) pada permukaan
perpindahan panasnya, baik di permukaan bagian dalam pipa maupun di permukaan bagian
luarnya. Lapisan tersebut berasal dari kandungan-kandungan kotoran, partikel, atau
senyawa-senyawa yang tidak diinginkan yang turut terangkut di dalam kedua fluida kerja
yang mengalir dan bersirkulasi di dalam alat penukar kalor. Kandungan-kandungan tersebut
Deposit yang kemudian terbentuk di permukaan, baik di permukaan bagian dalam tube
ataupun pada permukaan luar tube misalnya, umumnya mempunyai konduktivitas termal
yang cukup rendah sehingga akan menyebabkan adanya tahanan termal tambahan di
dalam APK. Semakin besar tahanan termal tambahan tersebut maka semakin besar pula
terjadinya penurunan laju pertukaran energi panas di dalam APK sehingga efektivitas proses
perpindahan panasnya menjadi lebih rendah.
Pada awal pengoperasian sebuah APK performance alat tersebut bergantung kepada
koefisien perpindahan panas global di mana permukaan tube bagian dalam dan bagian luar
masih dalam keadaan bersih (clean). Kemudian, selang beberapa waktu pengoperasian
tertentu (bergantung kepada jenis APK yang dipergunakan), permukaan dalam dan luar tube
mulai dilapisi oleh lapisan pengotoran yang berasal dari senyawa, atau kandungan tertentu,
atau partikel yang terangkut di dalam kedua aliran fluida kerja. Semakin lama lapisan
pengotoran tersebut akan semakin tebal, dan deposit yang terbentuk di permukaan
menghasilkan tahanan termal termal tambahan di dalam APK sehingga laju pertukaran
energi panasnya mulai berkurang.
Pada keadaan tersebut, APK biasa disebut sebagai dalam keadaan “fouled”, apabila
permukaan perpindahan panas di kedua sisi telah dilapisi oleh lapisan fouling (pengotoran
permukaan). Dalam keadaan tersebut akan terdapat sejumlah tertentu tahanan termal akibat
terbentuknya lapisan pengotoran, dan koefisien perpindahan panas global di dalam APK
menjadi seperti yang diberikan oleh persamaan berikut :
Di mana,
Rf,o : tahanan termal fouling bagi aliran di permukaan luar pipa, m2K/W
Oleh karena itu kita dapat memiliki persamaan antara koefisien perpindahan panas global
“fouled” dan “clean” seperti berikut :
Di sini ∑Rf adalah jumlah dari kedua tahanan termal atau faktor fouling masing-masing fluida
kerja. Pada umumnya, semakin tebal lapisan pengotoran terbentuk di permukaan maka
akan semakin besar pula tahanan termalnya.
Dampaknya adalah koefisien perpindahan panas global (U) yang terdapat di dalam APK
menjadi semakin lebih kecil, sehingga laju pertukaran energi panas di dalam APK menjadi
berkurang. Artinya kecepatan proses pertukaran energi panasnya menjadi lebih rendah,
atau efektivitas penukar kalor menjadi menurun.
Lapisan fouling dapat terbentuk dari partikel partikel atau senyawa kimia lainnya yang
terangkut di dalam aliran fluida. Pertumbuhan lapisan tersebut dapat meningkat apabila
permukaan deposit yang terbentuk mempunyai sifat adhesif yang cukup kuat. Gradien
temperatur yang cukup besar di antara aliran fluida dengan permukaan dapat juga
meningkatkan kecepatan pertumbuhan deposit. Dalam keadaan di mana tebal lapisan
pengotoran telah menjadi signifikan maka laju aliran massa fluida yang mengalir di dalam
APK dapat menjadi berkurang. Untuk mempertahankan keadaan laju aliran yang sama
seperti yang diinginkan maka diperlukan daya pemompaan yang lebih besar daripada yang
seharusnya diperlukan. Apabila kondisi tersebut berlangsung secara berkelanjutan maka
biaya pengoperasian dapat meningkat.
Pada sisi yang lain, terbentuknya lapisan pengotoran pada permukaan di dalam APK akan
menyebabkan naiknya kekasaran permukaan. Hal tersebut dapat berdampak pada kenaikan
kerugian tekanan bagi aliran fluida kerja.
a. Fouling partikel atau sedimentasi adalah lapisan deposit yang berasal dari partikel partikel
yang terangkut di dalam fluida. Jenis fouling ini dapat juga berkombinasi dengan fouling
yang berasal dari senyawa senyawa kimia.
b. Fouling biologi adalah lapisan deposit yang berasal dari senyawa bakteri dan/atau
mikroorganisme lainnya.
c. Scaling adalah lapisan crystalline padat yang terbentuk pada permukaan yang berada
pada daerah bertemperatur cukup tinggi. Apabila temperatur permukaan melebihi batas
pelarutan dari sebuah larutan yang mengandung garam (misalnya calsium sulfate, gypsum)
maka lapisan kristal padat akan terbentuk.
d. Fouling oleh reaksi kimia, dalam hal ini lapisan deposit yang terbentuk berasal dari hasil
reaksi kimia antara senyawa senyawa yang berada di sekitar permukaan.
e. Korosi, yang merupakan hasil dari reaksi kimia antara senyawa senyawa yang terdapat di
fluida kerja dengan permukaan.
Di dalam praktek, umumnya lapisan fouling yang terbentuk merupakan hasil kombinasi dari
beberapa jenis fouling.
Di dalam proses perancangan harga tahanan termal fouling yang tepat harus dipilih. Harga
harga tersebut umumnya dapat diperoleh dari standar TEMA (Tubular Exchanger
Manufacturers Association) atau dari data data experimental lainnya.
Pemilihan harga faktor fouling tentu saja akan berdampak pada penambahan luas
permukaan yang harus dirancang. Oleh karena itu untuk memperoleh performance yang
optimal harus dipilih harga faktor fouling yang sebaik-baiknya. Pemilihan harga yang terlalu
tinggi akan mengakibatkan biaya pembuatan alat menjadi terlalu besar. Sedangkan
pemilihan harga yang terlalu rendah akan menyebabkan laju pertukaran energi panas
menjadi lebih rendah pada saat deposit terbentuk di permukaan. Harga harga faktor fouling
yang khas bagi beberapa fluida kerja dapat diperoleh dari berbagai lietratur tentang APK.
Refrigerants 0.176
Sedangkan Over Surface (OS) adalah perbandingan antara luas permukaan perpindahan
panas total dalam keadaan “fouled” (kotor), yaitu yang diperoleh dengan memperhitungkan
adanya lapisan fouling di permukaan APK, dengan luas permukaan perpindahan panas total
dalam keadaan “clean”, yaitu yang tanpa memperhitungkan adanya lapisan fouling.
parameter tersebut diberikan oleh persamaan berikut :
Sebuah APK shell & tube yang akan berfungsi sebagai pemanas 60 000 kg/h aliran larutan
gula bertemperatur 25 oC pada instalasi industri pengolahan gula menjadi 50 oC. Sementara
itu sebagai media pemanas tersedia 75 000 kg/h aliran air panas bertemperatur 80 oC yang
dialirkan ke dalam bagian tube dengan kecepatan rata-rata dibatasi 1,5 m/s. Untuk
keperluan APK akan dipergunakan tube berukuran ¾” (16 mm ID, 19 mm OD) dengan
panjang 3 m, dan membentuk aliran dengan pola 2 lintasan di dalam bagian shell. Panas
jenis air dianggap sama dengan 4004 J/kgK, dan panas jenis larutan gula 3601 J/kgK.
c. Laju pertukaran energi panas maksimum yang mungkin terjadi di dalam APK
a. Laju pertukaran energi panas maksimum yang mungkin terjadi di dalam APK
Daftar Pustaka
1. Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, “Fundamentals of Heat & Mass Transfer”, 3th
ed., John Wiley & Sons, New York.
2. Keith Escoe, A., 1986, “Mechanical Design of Process Systems”, vol. 2, Gulf Pub.
Company, Houston Texas.
3. Arthur P. Fraas, 1989, “Heat Exchanger Design Handbook”, 2nd edition, John Wiley
& Sons, New York.
4. Kakac, S., 1987, ”Boilers, Evaporators, and Condensers”, chapter 4, John Wiley &
Sons, New York.
5. Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir , Modul Ajar Perpindahan Panas, Universitas Mercu
Buana, Jakarta