Anda di halaman 1dari 22

MODUL PERKULIAHAN

Perpindahan
Panas
Alat Penukar Kalor Double
Tube

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

09
Teknik Teknik Mesin 13029 Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir

Abstract Kompetensi
Salah satu jenis alat penukar kalor yang Materi yang tersaji di dalam modul ini
juga banyak dipergunakan pada disusun agar setelah memahami materi
berbagai instalasi industri adalah alat yang dibahas para mahasiswa mampu
penukar kalor double tube. Alat tersebut melakukan perhitungan perancangan
biasanya digunakan untuk proses- untuk memperoleh gambaran
proses pemanasan atau pendinginan rancangan awal sebuah alat penukar
fluida kerja tertentu yang membutuhkan kalor double tube.
luas permukaan perpindahan panas
yang tidak terlalu besar (umumnya di
bawah 50 m2).
MODUL - 9

Alat Penukar Kalor Double Tube


Contents

1. Alat Penukar Kalor Double Tube ................................................................................................... 3


2. Beban Termal di dalam APK .......................................................................................................... 5
3. Beda Temperatur rata-rata di dalam APK ..................................................................................... 7
4. Koefisien perpindahan panas global di dalam APK ....................................................................... 8
4.1. Koefisien perpindahan panas aliran di dalam inner tube ......................................................... 10

4.2. Koefisien perpindahan panas aliran di dalam bagian annulus ................................................. 12

5. Daya Pemompaan aliran fluida ................................................................................................... 14


Ringkasan ............................................................................................................................................ 22
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 22

Latar Belakang

Salah satu jenis alat penukar kalor yang juga banyak dipergunakan pada berbagai instalasi
industri adalah alat penukar kalor double tube (APK DT). Alat tersebut biasanya digunakan
untuk proses-proses pemanasan atau pendinginan fluida kerja tertentu yang membutuhkan
luas permukaan perpindahan panas yang tidak terlalu besar (umumnya di bawah 50 m 2).
Alat ini memiliki kelebihan yaitu dapat bekerja dengan tekanan aliran yang relatif tinggi. Alat
jenis ini juga mudah dalam cleaning dan maintenance. Namun demikian, alat ini dimensi
utamanya cenderung besar sehingga harga APK per satuan luas perpindahan panas lebih
mahal.

Materi yang tersaji di dalam modul ini disusun agar setelah memahami materi yang dibahas
para mahasiswa mampu melakukan perhitungan perancangan untuk memperoleh gambaran
rancangan awal sebuah APK DT. Maksud utama perancangan sebuah APK adalah untuk
menentukan dimensi utamanya sesuai dengan spesifikasi rancangan, yang meliputi kondisi
termal kedua aliran fluida kerja dan geometri komponen utamanya. Efektivitas pertukaran
energi panas di dalam APK dan aspek biaya merupakan dua parameter yang paling penting
bagi proses perancangan APK. Biaya total meliputi biaya pembuatan APK (yang bergantung
kepada dimensi utama APK) dan biaya operasional (yang bergantung kepada biaya energi
pemompaan kedua aliran fluida kerja.

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Dimensi utama APK bergantung kepada banyak faktor, di mana faktor utamanya adalah
beban termal, beda temperatur rata-rata kedua fluida kerja, tahanan termal di dalam APK.
Sementara itu tahanan termal di dalam APK pada pokoknya bergantung kepada ukuran dan
jenis material atau bahan inner tube dan annulus, sifat-sifat fisik kedua fluida kerja,
kecepatan rata-rata aliran kedua fluida kerja. Masing-masing parameter tersebut di atas
akan kita bahas pada bagian di bawah ini.

Materi di dalam modul ini akan memberikan pemahaman kepada anda tentang bagaimana
melakukan perhitungan berturut-turut besarnya beban termal yang terjadi di dalam sebuah
APK DT, beda temperatur rata-rata, dan tahanan termal, serta daya pemompaan kedua
fluida kerja di dalam APK sehingga kita dapat memperkirakan dimensi utama APK serta
memperoleh gambaran kebutuhan biaya yang diperlukan bagi alat tersebut.

Tujuan Pembelajaran

Setelah memahami materi yang disajikan pada modul ini diharapkan anda mampu :

- menerapkan konsep beban termal bagi sebuah APK

- menerapkan konsep beda temperatur rata-rata di dalam APK

- menerapkan konsep koefisien perpindahan panas global di dalam APK

- menerapkan konsep daya pemompaan aliran fluida kerja di dalam APK double tube

Sistematika Pembahasan
Pada bagian pertama akan dibahas secra umum tentang jenis alat penukar kalor doble tube.
Kemudian di bagian kedua kita akan membahas konsep beban termal yang terjadi di dalam
sebuah alat penukar kalor. Pada bagian ketiga dibahas konsep beda temperatur rata-rata
logaritmik bagi kedua fluida kerja di dalam APK DT. Konsep koefisien perpindahan panas
global atau tahanan termal di dalam alat penukar kalor serta daya pemompaan aliran fluida
di dalam APK DT dibahas di bagian selanjutnya. Untuk memberikan kemudahan
pemahaman maka sebua contoh soal penerapan praktis perancangan APK DT juga
diberikan pada bagian akhir modul ini.

1. Alat Penukar Kalor Double Tube


Alat penukar jenis ini (APK DT) biasanya digunakan pada banyak instalasi industri untuk
proses-proses pemanasan atau pendinginan fluida kerja tertentu yang membutuhkan

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
dimensi utama luas permukaan perpindahan panas yang tidak terlalu besar (umumnya di
bawah 50 m2). Konstruksinya cukup sederhana di mana terdiri dari sebuah pipa atau tube
berdiameter tertentu yang diletakkan di dalam sebuah tube atau pipa yang lebih besar
diameternya, seperti diperlihatkan skema sederhananya pada gambar 9.1.

Gambar 9.1. Beberapa skema sederhana tentang APK DT

Tube bagian dalam dinamakan inner tube, sedangkan bagian atau ruang yang terletak di
antara permukaan luar inner tube dengan permukaan dalam pipa yang diameternya lebih
besar dinamakan annulus side. Sebuah APK DT dengan panjang tertentu biasanya
dinamakan satu hairpin. Biasanya inner tube disambung dengan belokan berbentuk U pada
ujung APK DT. Konfigurasi aliran kedua fluida kerja di dalam APK dapat dirangcang secara
Paralel flow atau Counter flow. Beberapa APK jenis ini dapat disusun antara satu dengan
lainnya secara seri atau paralel sesuai dengan kebutuhan performance yang diinginkan (dari
segi pressure drop dan beda temperatur rata-ratanya)

Pada umumnya inner tube, memiliki diameter permukaan luar berkisar dari 19 mm s/d 100
mm. Sedangkan bagian annulus umumnya memiliki diameter dalam dari mulai 50 mm s/d
400 mm. Panjang satu hairpin biasanya berkisar 1,5 m s/d 12 m.

Sebuah APK DT biasanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan pemanasan atau


pendinginan dengan kondisi termal tertentu. Seperti halnya APK jenis-jenis lainnya tujuan
pokok perancangan adalah untuk menentukan dimensi utamanya sesuai dengan spesifikasi

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
yang tertentu. Tentu saja para perancang menginginkan hasil rancangan dengan dimensi
yang secukupnya agar biayanya seekonomis mungkin, namun berfungsi seperti kondisi
termal yang diinginkan. Efektivitas pertukaran energi panas di dalam APK dan aspek biaya
merupakan dua parameter yang paling penting bagi proses perancangan APK. Biaya total
meliputi biaya pembuatan APK (yang bergantung kepada dimensi utama APK) dan biaya
operasional (yang bergantung kepada biaya energi pemompaan kedua aliran fluida kerja.

Dimensi utama APK bergantung kepada banyak faktor, di mana faktor utamanya adalah
beban termal, beda temperatur rata-rata kedua fluida kerja, tahanan termal di dalam APK.
Tahanan termal di dalam APK pada pokoknya bergantung kepada ukuran dan jenis material
atau bahan inner tube dan annulus, sifat-sifat fisik kedua fluida kerja, kecepatan rata-rata
aliran kedua fluida kerja. Masing-masing parameter tersebut di atas akan kita bahas pada
bagian di bawah ini.

2. Beban Termal di dalam APK


Beban termal yang bekerja di dalam sebuah APK besarnya sama dengan laju pertukaran
energi panas yang berlangsung di antara kedua fluida kerja. Apabila sistem APK kita
anggap adiabatik, artinya kerugian energi panas ke sekeliling dianggap kecil, maka
besarnya beban termal sama dengan laju pelepasan energi panas oleh aliran fluida yang
panas di dalam APK ke aliran fluida yang lebih dingin.

Sepeti telah kita bahas pada bagian 2 modul 8, apabila pada kedua liran fluida kerja di
dalam APK kita terapkan beberapa asumsi :

- aliran fluida panas yang masuk dan keluar APK kita anggap stasioner atau steady
- kehilangan energi panas ke sekeliling APK kita anggap kecil
- kehilangan energi karena gesekan aliran fluida dengan permukaan dalam tube kita
anggap juga kecil
- beda energi kinetik dan beda energi potensial pada kedua aliran fluida dianggap kecil

maka besarnya energi panas per satuan massa fluida yang dilepaskan oleh aliran fluida
panas (J/kg) di dalam APK apabila fluida panas tersebut mengalami perubahan fasa dapat
dihitung menggunakan persamaan (8.7) dan (8.8) :

Qh = hhi - hho (9.1)

Di mana

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
hhi enthalpi fluida panas saat mengalir masuk APK (J/kg)

hho enthalpi fluida panas saat mengalir keluar dari APK (J/kg)

Gambar 9.2. skema sederhana APK Double Tube

Sedangkan apabila aliran fluida panas tidak mengalami perubahan fasa maka :

Qh = cph ( Thi - Tho ) (9.2)

Di mana :

cph panas jenis tekanan konstan fluida panas (J/kgK)

Thi temperatur rata-rata fluida panas saat mengalir masuk ke dalam APK (K)

Tho temperatur rata-rata fluida panas saat mengalir keluar dari dalam APK (K)

Sementara itu, bagi aliran fluida pendingin besarnya energi panas per satuan massa fluida
yang diterima olehnya (J/kg) apabila fluida panas tersebut mengalami perubahan fasa
dapat dihitung menggunakan persamaan :

Qc = hco - hci (9.3)

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Di mana :

hco enthalpi fluida pendingin saat mengalir keluar dari APK (J/kg)

hci enthalpi fluida pendingin saat mengalir masuk ke dalam APK (J/kg)

Sedangkan apabila aliran fluida pendingin tidak mengalami perubahan fasa maka :

Qc = cpc ( Tco - Tci ) (9.4)

Di mana :

cpc panas jenis tekanan konstan fluida pendingin (J/kgK)

Tci temperatur rata-rata fluida pendingin saat mengalir masuk ke dalam APK (K)

Tco temperatur rata-rata fluida pendingin saat mengalir keluar dari dalam APK (K)

3. Beda Temperatur rata-rata di dalam APK


Aliran fluida kerja panas dan fluida pendingin di dalam APK double pipa dapat membentuk
konfigurasi aliran berbentuk parallel flow atau counter flow, dan besarnya beda temperatur
rata-rata di antara kedua fluida tersebut dapat dievaluasi dengan menggunakan persamaan
yang sama seperti yang diperlihatkan pada persamaan 8.23 di modul 8. Sementara itu
perbedaan konfigurasi aliran dan karakteristi perubahan temperatur aliran fluida kerja di
kedua jenis APK double pipe tersebut diperlihatkan pada gambar 9.2.

Seperti yang telah dibahas pada Modul 8 bagian 4 bahwa beda temperature rata-rata
logaritmik ΔTm di antara kedua fluida kerja yang mengalir di dalam APK double pipe tersebut
dapat dihitung menggunakan persamaan (8.23) :

T1  T2 T2  T1


Tm   (9.5)
ln( T1 / T2 ) ln( T2 / T1 )

Di sini, pada jenis yang counter flow (lihat gambar 9.2) :

ΔT1 : beda antara temperatur fluida panas masuk APK dengan temperatur fluida pendingin
keluar APK

ΔT2 : beda antara temperatur fluida panas keluar APK dengan temperatur fluida pendingin
masuk APK

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 9.3. skema sederhana diagram temperatur aliran fluida pada APK double pipe

Sedangkan pada jenis yang parallel flow :

ΔT1 : beda antara temperatur fluida panas masuk APK dengan temperatur fluida pendingin
masuk APK

ΔT2 : beda antara temperatur fluida panas keluar APK dengan temperatur fluida pendingin
keluar APK

4. Koefisien perpindahan panas global di


dalam APK
Seperti telah kita bahas pada modul 8 bagian 3 bahwa laju pertukaran energi panas di
dalam APK dapat diperkirakan besarnya dengan menggunakan persamaan (8.20) :

Q  U . A.Tm (9.6)

Di mana,

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
U koefisien perpindahan panas global di dalam APK (W/m 2K)

A luas permukaan perpindahan panas total (m 2)

ΔTm beda temperatur rata-rata logaritmik di dalam APK (K)

Sementara itu, koefisien perpindahan panas global di dalam APK double pipe juga dapat
dievaluasi besarnya dengan menggunakan persamaan (8.19) :

1 1 1 ln( d o / d i ) 1
   
UA UAo hi Ai 2kL ho Ao
(9.7)

Di mana :

A : luas permukaan perpindahan panas reference

hi : koefisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam inner tube (W/m2K)

Ai : luas permukaan bagian dalam inner tube (m2)

ho : koefisien perpindahan panas konveksi aliran fluida di luar pipa, atau di bagian annulus
(W/m2K)

Ao : luas permukaan bagian dalam bagian annulus (m2)

k : konduktifitas termal bahan inner tube (W/mK)

L : panjang inner tube (m)

do : diameter permukaan luar inner tube (m)

di : diameter permukaan dalam inner tube (m)

Besaran 1/UA dinamakan juga sebagai tahanan termal perpindahan panas di dalam APK
(K/W)

Faktor Fouling (pengotoran permukaan)

Dalam praktek, setelah dioperasikan beberapa lama permukaan perpindahan panas di


dalam APK akan mengalami pengotoran oleh kedua aliran fluida kerja. Untuk
mengantisipasi keadaan tersebut maka dalam persamaan koefisien perpindahan panas
global musti memperhitungkan faktor pengotoran. Oleh karena itu, dalam keadaan tersebut

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
persamaan koefisien perpindahan panas global di dalam APK dapat dinyatakan sebagai
berikut :

1 1 ln( d o / d i ) 1 R R
    fi  fo
U f Ao hi Ai 2kL ho Ao Ai Ao
(9.8)

Di sini

Uf : koefisien perpindahan panas global dalam keadaan “fouled” (kotor)

Rfi : tahanan termal pengotoran di bagian permukaan dalam tube

Rfo : tahanan termal pengotoran di bagian permukaan luar tube

Hubungan antara koefisien perpindahan panas global dalam keadaan “clean” (U c) dan
dalam keadaan “fouled” (Uf) diberikan oleh persamaan berikut :

1 1
  R f (9.9)
U f Uc

Di mana :

ΣRf : jumlah dari tahanan termal pengotoran di bagian permukaan dalam dan permukaan
bagian luar tube

Cleanliness Factor (CF) didefinisikan sebagai perbandingan antara koefisien perpindahan


panas global dalam keadaan “fouled” (kotor) dengan koefisien perpindahan panas global
dalam keadaan “clean” :

Uf
CF  (9.10)
Uc

Sedangkan Over Surface (OS) adalah perbandingan antara luas permukaan perpindahan
panas total dalam keadaan “fouled” (kotor) dengan luas permukaan perpindahan panas total
dalam keadaan “clean” :

Af
OS   1  U c .R f (9.11)
Ac

4.1. Koefisien perpindahan panas aliran di dalam inner tube

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Pada bagian di bawah ini kita akan membahas bagaimana menentukan besarnya koefisien
perpindahan panas konveksi aliran di dalam inner tube (hi) dan koefisien perpindahan panas
konveksi aliran fluida di luar pipa atau di bagian annulus (ho) bagi APK double pipe yang
bekerja pada kondisi termal tertentu.

Penentuan besarnya koefisien perpindahan panas konveksi aliran air di dalam tube
merupakan langkah yang sangat penting, karena selalu diperlukan pada saat kita
melakukan perhitungan perancangan sebuah alat penukar kalor jenis tubular.

Koefisien perpindahan panas konveksi (h i) biasanya juga dinyatakan dalam bentuk bilangan
tak berdimensi, yang disebut dengan bilangan Nusselt (Nu) dan dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :

hi di
Nui  (9.12)
kc

Di sini :

di diameter dalam tube (m)

kc konduktivitas termal fluida air di dalam tube (W/mK)

Pada umumnya bilangan Nusselt merupakan fungsi dari faktor gesekan permukaan,
bilangan Reynolds dan bilangan Prandtl, dan untuk fluida cair yang mengalir di dalam sebiah
tube harga koefisien tersebut dapat diperkirakan besarnya menggunakan persamaan :

( f / 2) Re Pr
Nui  (9.13)
1  8,7( f / 2) 0,5 (Pr 1)

Di mana :

f : koefisien gesekan

Re : bilangan Reynolds

Pr : bilangan Prandtl

Koefisien gesekan (f) bergantung kepada jenis material tube dan kekasaran permukaannya.
Salah satu korelasi yang biasa dipergunakan untuk memperkirakan besarnya koefisien
gesekan tersebut diberikan oleh persamaan berikut :

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
f  1,58 ln Re 3,28
2
(9.14)

Sementara itu, bilangan Reynolds aliran fluida cair di dalam tube berdiameter dalam di
diberikan oleh persamaan berikut :

um di
Re  (9.15)

Di sini :

ρ massa jenis fluida (kg/m 3)

µ viskositas dinamik fluida (kgm/s2)

um kecepatan rata-rata aliran di dalam tube (m/s)

Kecepatan rata-rata aliran air di dalam tube, apabila laju aliran massa aliran air adalah m c
dan luas penampang aliran air di dalam tube adalah Ai dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut :

mc
um  (9.16)
Ap

Di mana :

Ap luas penampang aliran di dalam tube (m 2)

Besarnya Luas penampang aliran (Ap) air di dalam tube berdiameter dalam di dapat dihitung
menggunakan persamaan :

di 2
Ap  (9.17)
4

4.2. Koefisien perpindahan panas aliran di dalam bagian annulus

Seperti halnya aliran di dalam tube, bagi aliran di bagian annulus koefisien perpindahan
panas konveksi (h o) dinyatakan dalam bentuk bilangan Nusselt, Nuo dan diberikan oleh
persamaan :

ho De
Nuo  (9.18)
kh

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Di sini :

De adalah diameter equivalen penampang annulus, yang dapat diperkirakan besarnya


menggunakan persamaan :

Di  d o
2 2
De  (9.19)
do

Di mana

Di adalah diameter dalam tube yang besar, atau selubung inner tube

do adalah diameter permukaan luar inner tube

Bagi aliran fluida yang dialirkan di dalam suatu saluran yang berbentuk annulus seperti di
atas maka bilangan Nusseltnya dapat diperkirakan besarnya menggunakan persamaan
yang bentuknya sama dengan yang berlaku bagi aliran di dalam tube :

( f / 2) Re Pr
Nuo  (9.20)
1  8,7( f / 2) 0,5 (Pr  1)

Namun, koefisien gesekannya diberikan oleh persamaan yang berbeda :

f  3,64 log Re 3,28


2
(9.21)

Dan bilangan Reynoldsnya dievaluasi berdasarkan diameter hidrolik, Dh

u m Dh
Re  (9.22)

Dengan :

4 Ac
Dh   Di  do (9.23)
pw

Sementara itu kecepatan rata-rata alirannya dapat dihitung berdasarkan laju aliran massa
fluida di bagian annulus (m h) menggunakan persamaan :

mh
um  (9.24)
Ac

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Di mana luas penampang alirannya adalah Ac yang diberikan oleh persamaan :


Ac  ( Di2  do2 ) (9.25)
4

5. Daya Pemompaan aliran fluida


Daya pemompaan fluida yang mengalir di dalam suatu saluran tertentu bergantung kepada
massa jenis fluida, laju aliran massanya, dan kerugian tekanan yang terjadi di dalam saluran
akibat gesekan dan akibat kerugian minor lainnya :

p.m f
Np  (9.26)
 . p

Di mana :

∆p : kerugian tekanan (Pa)

mf : laju aliran massa fluida (kg/s)

ρ : massa jenis fluida (kg/m 3)

ηp : efisiensi pompa

Bagi aliran fluida di dalam inner tube kerugian tekanannya dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut :

2 LN hp um2
pt  4 f (9.27)
di 2

Dengan Nhp adalah jumlah hairpin APK double tube

Sedangkan bagi aliran fluida di dalam bagian annulus kerugian tekanannya dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :

2 LN hp um2
pan  4 f (9.28)
Dh 2

Untuk lebih memahami materi yang dibahas di dalam modul ini maka anda dipersilahkan
mengerjakan contoh penerapan berikut.

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Studi kasus : perancangan awal sebuah APK DT

Sebuah APK DT akan dirancang untuk berfungsi mendinginkan aliran oli yang menjadi
minyak pelumas bagi sebuah mesin Diesel besar pada sebuah kapal laut. Mesin kapal
tersebut membutuhkan aliran oli bertemperatur 55 oC untuk melumasi mesin agar mesin
dapat bekerja optimum.

Dari mesin tersebut, 3 kg/s aliran oli panas yang bertemperatur 65 oC musti didinginkan
hingga 55 oC sebelum dimasukkan kembali ke dalam mesin kapal tersebut.

Sebagai media pendingin akan dipergunakan aliran air laut yang bertemperatur rata-rata 20
o
C, dipompa sehingga laju alirannya tersedia pada 1,5 kg/s.

Sebagai alat pendingin dipergunakan sebuah APK DT dengan inner tube berukuran ¾ in
standar (diameter dalam = 0,02093 m, diameter luar = 0,02667 m) berbahan carbon steel
(konduktivitas termal bahan = 52 W/mK).

Bagian annulus berukuran 2 in standar (diameter dalam = 0,0525 m). Panjang satu hairpin
ditetapkan 4,5 m.

Tujuan utama perhitungan adalah untuk menentukan dimensi utama APK, yaitu berapa
banyak jumlah hairpin yang diperlukan untuk keperluan tersebut di atas, di samping untuk
memperoleh gambaran tentang besarnya over surface dan perkiraan besarnya daya
pemompaan kedua fluida kerja.

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan :

Untuk perhitungan perancangan ini beberapa sifat fisik kedua fluida kerja diasumsikan
seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel

Sifat-sifat fisik Engine oil Sea water

1. Massa jenis (kg/m 3) 885 1013

2. Panas jenis tekanan


1,902 4,004
konstan (kJ/kgK)

3. Viskositas dinamik 0,000964


0,075
(kg/ms)

4. Konduktivitas termal 0,1442 0,639


(W/mK)

5. Bilangan Prandtl 1050 6,29

1. Perhitungan jumlah hairpin yang diperlukan

Jumlah hairpin yang diperlukan bagi APK DT dihitung menggunakan persamaan berikut :

Atotal
N hp 
A1hp

Di sini :

Atotal adalah luas total permukaan perpindahan panas yang diperlukan bagi APK

Aihp adalah luas permukaan perpindahan panas bagi satu hairpin dengan panjang 4,5 m

Luas permukaan perpindahan panas bagi satu hairpin dapat ditentukan secara mudah, yaitu
dapat dihitung dengan persamaan :

A1hp = 3,14 do L

Dengan,

do diameter luar inner tube, diketahui = 0,02667 m

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
L panjang tube, diketahui = 4,4 m

Sementara itu Atotal dihitung menggunakan persamaan (9.6) :

Q  U . A.Tm

Di sini, untuk memperoleh harga Atotal tersebut kita terlebih dahulu musti menghitung
besarnya beban termal (Q), koefisien perpindahan panas global (U) di dalam APK (W/m 2K)
dalam keadaan “fouled”, dan ΔTm beda temperatur rata-rata logaritmik di dalam APK (K).

Langkah-langkah perhitungan selanjutnya adalah sebagai berikut :

1) Perhitungan Beban termal (Q)

Beban termal dapat ditentukan dari besarnya laju pelepasan energi panas oleh aliran oli,
yaitu dihitung menggunakan persamaan (9.2).

Kemudian, temperatur aliran air pendingin saat keluar meninggalkan APK dapat dihitung
menggunakan Persamaan (9.4).

2) Perhitungan ΔTm beda temperatur rata-rata logaritmik di dalam APK

Besarnya beda temperatur rata-rata di dalam APK dapat dihitung menggunakan Persamaan
(9.5). Di sini kita pilih jenis counterflow, karena lebih efektif perpindahan panasnya.

3) Perhitungan koefisien perpindahan panas global (U) dalam keadaan “clean”

Koefisien perpindahan panas global di dalam APK double pipe dalam keadaan “clean” dapat
dievaluasi dengan menggunakan persamaan (9.7) :

1 1 1 ln( do / di ) 1
   
U c A U c Ao hi Ai 2kL ho Ao

Di mana :

A : luas permukaan perpindahan panas reference

hi : koefisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam inner tube (W/m2K)

Ai : luas permukaan bagian dalam inner tube (m2)

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
ho : koefisien perpindahan panas konveksi aliran fluida di luar pipa, atau di bagian annulus
(W/m2K)

Ao : luas permukaan bagian dalam bagian annulus (m2)

k : konduktifitas termal bahan inner tube (W/mK)

L : panjang inner tube (m)

do : diameter permukaan luar inner tube (m)

di : diameter permukaan dalam inner tube (m)

Persamaan di atas dapat ditulis juga sebagai berikut :

1 A A ln( d o / d i ) A
 o  o  o
U c hi Ai 2kL ho Ao

Kemudian, karena :

Ai : luas permukaan bagian dalam inner tube = 3,14 di L

Ao : luas permukaan bagian luar inner tube = = 3,14 do L

Maka persamaan di atas dapat ditulis menjadi :

1 d d ln( d o / d i ) 1
 o  o 
U c hi d i 2k ho

Pada persamaan tersebut terlihat bahwa besarnya koefisien Uc dapat ditentukan asalkan
semua besaran-besaran ini : ( do , di , k , hi , ho ) telah diketahui harganya.

Besaran-besaran ( do , di , k ) telah diketahui.

Sementara itu besaran-besaran ( hi , ho ) belum diketahui. Artinya harus dihitung terlebih


dahulu.

4) Perhitungan hi : koefisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam inner tube

Koefisien perpindahan panas konveksi (h i) dihitung melalui bilangan Nusselt (Nu) yang
dapat dihitung menggunakan persamaan (9.12)

Di mana :

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
di diameter dalam tube (m) diketahui

kc konduktivitas termal fluida air di dalam tube (W/mK) juga diketahui.

Sementara itu bilangan Nusseltnya dihitung menggunakan persamaan (9.13):

Namun demikian kita musti terlebih dahulu menghitung besaran-besaran :

f : koefisien gesekan dan Re : bilangan Reynolds

Sementara itu Pr : bilangan Prandtl bagi fluida air laut diketahui.

5) Perhitungan f : koefisien gesekan dan Re : bilangan Reynolds

Koefisien gesekan (f) dapat dihitung menggunakan persamaan (9.14)

Namun kita musti menghitung terlebih dahulu bilangan Reynolds menggunakan persamaan
(9.15), dengan :

ρ massa jenis fluida (kg/m 3) diketahui

µ viskositas dinamik fluida (kgm/s2) diketahui

Namun um kecepatan rata-rata aliran di dalam tube (m/s) belum diketahui, tetapi dapat
dihitung menggunakan persamaan (9.16)

Di mana :

mc : laju aliran massa air pendingin, diketahui besarnya.

Semntara itu Ap luas penampang aliran di dalam tube dapat dihitung menggunakan
persamaan (9.17)

6) Perhitungan ho : koefisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam bagian annulus

Koefisien perpindahan panas konveksi (h o) dapat dihitung melalui persamaan (9.18).

Dengan kh konduktivitas termal fluida oli, diketahui

Dan De adalah diameter equivalen penampang annulus, yang dapat diperkirakan besarnya
menggunakan persamaan (9.1).

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Dengan Di adalah diameter dalam tube yang besar, atau selubung inner tube, diketahui.

Sementara itu do adalah diameter permukaan luar inner tube, juga diketahui.

Bilangan Nusseltnya dapat dihitung menggunakan persamaan (9.20)

Dengan, koefisien gesekannya dihitung menggunakan persamaan (9.21).

Bilangan Reynoldsnya dihitung terlebih dahulu menggunakan persamaan (9.22).

Dengan diameter hidauliknya dihitung menggunakan persamaan (9.23).

Kecepatan rata-rata alirannya dihitung menggunakan persamaan (9.24)

Di mana luas penampang alirannya adalah Ac yang dihitung menggunakan persamaan


(9.25).

Sampai di sini, besaran-besaran ( hi , ho ) telah diketahui.

Kemudian, dengan menggunakan besaran-besaran ( do , di , k ) yang juga telah diketahui,


maka kita dapat menghitung koefisien Uc dengan menggunakan persamaan :

1 d d ln( d o / d i ) 1
 o  o 
U c hi d i 2k ho

7) Perhitungan koefisien perpindahan panas global (U) dalam keadaan “fouled” (kotor)

Koefisien perpindahan panas global dalam keadaan “fouled” (U f) dapat dihitung


menggunakan persamaan (9.9) :

Di sini ∑Rf adalah jumlah dari Rfi : tahanan termal pengotoran di bagian permukaan dalam
tube dan Rfo : tahanan termal pengotoran di bagian permukaan luar tube.

Rfi : tahanan termal pengotoran aliran air laut di bagian permukaan dalam tube, kita anggap
sebesar = 0,000088 m 2K/W

Rfo : tahanan termal pengotoran aliran oli di bagian permukaan luar tube, kita anggap
sebesar = 0,000176 m 2K/W

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Sampai di sini, dengan telah diketahuinya harga koefisien perpindahan global dalam
keadaan “fouled” (Uf) maka kita dapat menghitung besarnya Atotal menggunakan persamaan
(9.6).

Selanjutnya, kita dapat menghitung Jumlah hairpin yang diperlukan bagi APK DT
menggunakan persamaan berikut :

Atotal
N hp 
A1hp

8) Perhitungan over surface hasil perancangan

Besarnya Over Surface (OS) dapat dihitung menggunakan persamaan (9.11)

9) Perhitungan daya pemompaan kedua fluida kerja

Daya pemompaan fluida yang mengalir di dalam inner tube dapat dihitung menggunakan
persamaan (9.26), dengan :

mf : laju aliran massa fluida di dalam inner tube, diketahui.

ρ : massa jenis air pendingin, diketahui.

ηp : efisiensi pompa, kita anggap sama dengan = 0,85

Sementara itu, ∆p : kerugian tekanannya dihitung menggunakan persamaan (9.27), yaitu


dengan Nhp adalah jumlah hairpin APK double tube.

Daya pemompaan fluida yang mengalir di dalam annulus juga dihitung menggunakan
persamaan (9.26), dengan :

mf : laju aliran massa fluida di dalam annulus, diketahui.

ρ : massa jenis fluida oli, diketahui.

ηp : efisiensi pompa, kita anggap sama dengan = 0,85

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id
Sementara itu, ∆p : kerugian tekanannya dihitung menggunakan persamaan (9.28), yaitu
dengan Nhp adalah jumlah hairpin APK double tube.

Ringkasan
Pada modul ini anda telah mempelajari type alat penukar kalor double tube yang banyak
dipergunakan pada instalasi industri. Anda juga telah memperoleh gambaran bagaimana
menerapkan konsep beban termal di dalam alat penukar kalor untuk mengevaluasi
kinerjanya. Anda juga telah mempelajari konsep beda temperature rata-rata logaritmik, dan
koefisien perpindahan panas global di dalam alat penukar kalor double tube, serta
bagaimana menerapkannya untuk melakukan perancangan awal (perancangan termal)
terhadap sebuah alat penukar kalor double tube yang bekerja dengan kondisi termal
tertentu.

Daftar Pustaka
1. http://www.jcequipments.com/images/double-pipe-heat-exchangers.jpg
2. http://www.enggcyclopedia.com/wp-content/uploads/2010/12/double-pipe-hairpin-
type-heat-exchager-schematic.jpg
3. http://www.sysmodeling.com/web_images/double_pipe.jpg
4. http://nptel.ac.in/courses/103103032/module3/lec11/images/1.png

5. Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, “Fundamentals of Heat & Mass Transfer”, 3th
ed., John Wiley & Sons, New York

6. Arthur P. Fraas, 1989, “Heat Exchanger Design Handbook”, 2 nd edition, John Wiley
& Sons, New York

1 Alat Penukar Kalor Double Tube Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Chandrasa Soekardi http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai