Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 2598-6198 SURYA TEKNIKA, Vol.

5 No 1 April 2020

STUDI PERHITUNGAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE


DENGAN MENGUNAKAN POLONOMIAL PANGKAT 4 (EMPAT)

Budiyono*)
Program Studi Teknik Mesin Diploma Tiga
Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Jl Pahlawan No 10 Kajen Kabupaten Pekalongan Telp (0285) 385313
Budiyonosp75@gmail.com

Ringkasan

Untuk mengurangi biaya produksi , perancangan alat penukar kalor terlebih dahulu sangatlah efektif dari pada
membeli alat penukat yang sudah jadi . Perancangan ini berupa dimemsi alat penukar kalor tipe shell and tube
mengunakan metode perhitungan polonomial pangkat 4 dan metode analisa perhitungan dengan mengunakan
program Exel . Perhitungan dimensi alat penukar kalor ini bertujuan untuk mempermudah dalam perancangan
dan pembuatan alat penukar kalor . Aalat penukar kalor yang dirancang adalah alat penukar kalor tipe shell and
tube yang banyak digunakan Di Perusahaan Garmen atau Texstile di Pekalongan. Adapun panas yang dihasilkan
dari Gas Buang Diesel sebesar 250 ˚C – 300 ˚C, dimana gas buang yang berasal dari Diesel tersebut dialirkan
ke alat penukar kalor sehingga Udara panas yang dikeluarkan menuju ke alat pengering mempunyai
temperature sebesar 70C dan kapasitas dari alat pengering sebesar 36kg/1 jam dan Q= 1098 W dan temperatur
70 oC,Sehingga dilakukan perancangan alat penukar kalor yang dibutuhkan untuk mengalirkan udara panas yang
sudah di naikan temperaturnya.Gas buang yang beasal dari PLTD dengan laju aliran massa 2.72 kg/s,
perancangan alat penukar kalor dengan tipe cangkang and pipa,dimana aliran panas gas buang melalui shell.dan
udara melalui pipa.

Kata kunci : Alat Penukar Kalor , Polonomial Pangkat , Dimensi

To reduce production costs , designing a heat exchanger in advance is very effective than buying a
ready - made exchanger . This design is in the form of dimensions of a shell and tube type heat
exchanger using the polonomial power 4 calculation method and the calculation analysis method
using the Exel program. Calculation of the dimensions of this heat exchanger aims to simplify the
design and manufacture of heat exchangers. The heat exchanger designed is a shell and tube type
heat exchanger which is widely used in Garment or Textile Companies in Pekalongan. The heat
generated from the Diesel Exhaust Gas is 250 C - 300 C, where the exhaust gas originating from the
Diesel is channeled to the heat exchanger so that the hot air released to the dryer has a temperature
of 70C and the capacity of the dryer is 36 kg. /1 hour and Q = 1098 W and a temperature of 70 oC, so
that the design of a heat exchanger is needed to circulate the hot air that has been raised in
temperature. The exhaust gas that comes from PLTD with a mass flow rate of 2.72 kg/s, the design
of a heat exchanger with shell and pipe type, where the flue gas heat flows through the shell and air
through the pipe. Keywords: Heat Exchanger, Power Polonomial, Dimension

Keywords: Heat Exchanger, Power Polonomial, Dimension

10
ISSN : 2598-6198 SURYA TEKNIKA, Vol.5 No 1 April 2020

. http://ejournal.politeknikmuhpkl.ac.id/index.php/surya_teknika

PENDAULUAN TINJAUAN PUSTAKA


Perpindahan Kalor.
Alat penukar kalor di industri industri gramen atau Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari
textile banyak tumbuh dipekalongan. Alat penukar berpindahannya suatu energy (berupa kalor) dari
kalor lebih rentan mengalami kerusakan dikarenakan suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan
bahan kimia yang diprosesnya yang bersifat korosif temperature. Perpindahan kalor tidak akan terjadi
bila bersentuhan dengan logam . Untuk mengurangi pada sistem yang temperaturnya sama. Perbedaan
biaya produksi , perancangan alat penukar kalor temperatur menjadi daya pengerak untuk terjadinya
terlebih dahulu sangatlah efektif dari pada langsung perpindahan kalor . Sama dengan perbedaan
membeli alat penukar kalor yang sudah jadi [1] tegangan sebagai penggerak arus listrik. Proses
Salah satu tipe alat penukar kalor yang paling banyak perpindahan kalor terjadi dari suatu sistem yang
digunakan adalah shell and tube Alat ini terdiri dari memilik temperature lebih tinggi ke temperature
sebuah shell silinder dibagian luar dan sejumlah tube yang lebih rendah . Keseimbangan pada masing
dibagian dalam dimana temperature fluida didalam masing sistem terjadi ketikan sistem memiliki
tube berdedan dengan diluar tube ( didalam shell) temperature yang sama [4].Perpindahan kalor dapat
sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida berlangsung dengan 3 (tiga) cara yaitu :
didalam tube dan diluar tube . Aadpun daerah yang1. Perpindahan kalor konduksi.
berhubungan dengan dalam tube disebut tube side dan a. Perpindahan kalor konveksi ( Alami dan paksa)
yang luar disebut shell side[2] . b. Perpindahan kalor radiasi.
Adapun tujuan dari penulisan adalah merancang Alat Penukar Kalor .
dimensi Aalat penukar kalor dengan mengunakan Menurut Dean A Barlet (1996) bahwa alat penukar
metode polonomial pangkat 4 yaitu : kalor memiliki tujuan mengontrol suatu sistem
1. Perhitungan dimensi alat penukar kalor tipe (temperature) dengan menambahkan atau
shell and tube dengan fluida panas berupa menghilangkan energi termal dari suatu fluida ke
gas dan fluida pendingin berupa udara . fluida lainnya. Walaupun ada banyak perbedaan
2. Mencari koefisien perpindahan kalor ukurun. Tingkat kesempurnaan dan penukar kalor
keseluruhan , mencari luas perpindahan menggunakan slemen elemen kokduksi termal yang
panas , dan factor pengotoran guna memisahkan dua fluida[5] . Salah satu dari elemen
mengetahui kualitas dari alat penukar kalor tersebut memindahkan energy kalor ke elemen yang
yang direncanakan. lainnya.
3. Membanding hasil perhitungan dengan Klasifikasi Alat Penukar Kalor.
program Exel dengan perhitungan manual Alat penukar kalor dapat diklasifikasi dalam beberapa
Dalam melakukan perancangan ini , penulis hanya kelompok sebagai berikut [6]:
menganalisa data yang diperoleh dari lapangan 1. Berdasarkan proses perpindahan kalor
untuk dilakukan perhitungan manual dan program a. Perpindahan kalor secara langsung
exel dengan mempehatikan standar yang ditentukan b. Perpindahan kalor secara tidak
dalam mendesain alat penukar kalor[3]. langsung.
Adapun dalam mengumpulkan data data penulis 2. Berdasarkan kontruksi
mengambil dari beberapa metode yaitu : a. Konstruksi tabung ( tubular )
1. Observasi yaitu mengumpulkan data b. Konstruksi tipe pelat.
dengan pengamatan secara langsung c. Konstruksi dengan luas permukaan
dilapangan. diperluas
2. Wawancara yaitu pencarian data dengan d. Konstruksi regeneatif
menanyakan secara langsung kepada 3. Berdasarkan Jenis aliran
pembimbing dilapangan tentang hal hal a. Aalat penukar kalor aliran sejajar (
yang berhubungan dengan permasalahan parallel Flow)
yang dibahas. b. Alat penukar kalor aliran berlawanaan
3. Pustaka yaitu pengumpulan data dengan ( counter Flow )
acuan buku buku pedukung yang c. Alat penukar kalor aliran silang
mempunyai hubungan dengan alat yang 4. Berdasarkan pengaturan aliran
ditinjau. a. Aliran dengan satu pass
Adapun sistematiak pembahasan dalam penulisan b. Aliran dengan multi pass
laporan ini terdiri dari : Pendahuluan , Tinjauan 5. Berdasarkan banyaknya fluida yang
pustaka , Metodelogi perancangan , Perhitungan dan digunakan
analisa data , kesimpulan dan saran a. Dua jenis fluida
b. Tiga jenis fluida atau lebih
6. Berdasarkan mekanisme perpindahan kalor.
a. Konveksi satu fasa

11
ISSN : 2598-6198 SURYA TEKNIKA, Vol.5 No 1 April 2020

b. Konveksi dua fasa


c. Kombinasi perpindahan kalor secara
konveksi dan radiasi.
Berdasarkan standar “ Tubular Exchanger
Manufacture Association “ ( TEMA) terdapat 3
macam kelas alat penukar kalor :
1. Kelas R , untuk peralatan yang bekerja
dengan kondisi berat . Biasa digunakan di
industri minyak.
2. Kelas C dibuat untuk penggunaan secara
umum . Didasarkan pada segi ekonomi dan
ukuran kecil digunakan untuk proses proses
umum industri.
3. Kelas B untuk pelayanan proses kimia

Standar TEMA juga mengklasifikasi alat penukar


kalor menurut tipe shell and tube yaitu :
1. Huruf pertama : A , B , C , N dan D
Menunjukan tipe ujung muka Gambar 2 Profil temperature alat penukar kalor
2. Huruf kedua : E , F , G , H , I , K dan X aliran sejajar alat penukar kalor aliran berlawanan
Menunjukan tipe shell Alat penukar kalor tipe aliran berlawanan , memiliki
3. Huruf ketiga : L, M , D , U , P , S , T dan arah aliran yang berlawanan . Perpindahan kalor
W menunjukan tipe ujung belakang. terjadi antara satu ujung bagian yang panas dari
kedua fluida dan juga bagian yang paling dingin.
Temperatur keluar fluida dingin dapat melebihi
temperature keluar fluida panas.

Gambar 1 Standar TEMA berdasar tipe bagaian alat Gambar 3 Profil temperature alat penukar kalor
penukar kalor aliran berlawanan

Alat Penukar Kalor Aliran Sejajar Alat Penukar Kalor Tipe “ Shell and Tube “
Alat penukar kalor tipe alira sejajar memiliki arah Alat penukar kalor tipe ini adalah salah satu jenis
aliran dari dua fluida yang bergerak secara sejajar . alat penukar kalor yang menurut konstruksinya
Kedua fluida masuk dan keluar pada sisi penukar dicirikan adanya sekumpulan “ tube” yang
panas yang sama. Temperatur fluida yang memberikan sipasangkan didalam “shell” terbentuk silinder di
energy akan selalu lebih tinggi disbanding temperature mana dua jenis mengalir secar terpisah, Masing
fluida yang menerima sejak memasuki alat penukar masing melalui sisi “tube” dan sisi “shell” alat
kalor kalor hingga keluar. Temperatur fluida yang penukar kalor tipe ini sering digunakan di indutri
menerima kalor tidak akan pernah mencapai kimia dan texstile . Satu fluida mengalir didalam
temperature fluida yang memberikan kalor : pipa , sementara fluida lain dialirkan dalam shell.
Agar aliran dalam shell turbulen dalam shell
turbulen dan untuk memperbesar koefisien

12
ISSN : 2598-6198 SURYA TEKNIKA, Vol.5 No 1 April 2020

. http://ejournal.politeknikmuhpkl.ac.id/index.php/surya_teknika

perpindahan panas konveksi, maka pada shell lebih mudah dalam proses pembersihan atau
dipasang penghalang (baffle). perawatannya.
4. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan
jumlah tube ( N ) yang digunakan dengan
mengunakan rumus :

A=N(лd)L

Dimana
Gambar 4 Alat penukar kalor tipe “shell and tube “ d = diameter luar tube ( mm)
L = Panjang Tube ( m)
Komponen Komponen Alat Penukar Kalor 5. Menentukan ukuran shell .Langkah ini
Aalat penukar kalor tipe “shell and tube “ memiliki dilakukan setelah kita mengetahui jumlah tube
komponen komponen yang sangat berpengaruh pada yang direncanakan kemudian perkirakan
konstruksinya . Adapun komponen komponen dari alat jumlah pas dan tube pich yang akan digunakan.
penukat kalor tipe ini adalah : 6. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan
jumlah baffle dan jarak yang digunakan.
Biasanya Baffle memiliki jarak yang seragam
dan minimum jaraknya 1/5 dari diameter shel
tapi tidak kurang dari 2 inchi.
7. Langkah yang terakhir adalah memerikas
kinerja dari alat penukar kalor yang telah
direncanakan . Hitung koefisien perpindahan
panas disisi tabung dan sisi shell hitung factor
pengotorannya apakah sesuai dengan standar
Gambar 5 Komponen alat penukar kalor tipe „shell yang diizinkan dan penurunan tekanan disisi
and tube” tube dan shell
A. TubeTube sheets Beda Temperatur Rata Rata Logaritma (LMTD)
B. Shell and shell side nozzles Faktor perhitungan pada alat penukar kalor adalah
C. Tube side channels and nozzles masalah perpindahan panasnya . Apabila panas yang
D. Channel Covers dilepaskan besarnya sama dengan Q persatuan waktu ,
E. Pass divides maka panas itu diterima fluida yang dingin sebesar Q
F. Rafles tersebut dengan persamaan :
Peracangan Alat Penukar Kalor Tipe : Shell and
Tube Q= U. A . ΔT
Setelah medesain alat penukar kalor dibutuhkan data Dimana :
dari laju aliran (flow Rate ) , temperature masuk dan Q = Kalor yang dilepaskan/ diterima (w)
temperature keluar , dan tekanan untuk operasi U = Koefisien perpindahan pans menyeluruh (
kedua fluida. Data ini dibutuhkan terutama untuk W/m2 C0 )
fluida gas jika densitas gas tidak diketahui. Untuk A = Luas Perpindahan Panas (m2)
fluida berupa cair (liguid) , data tekanan operasi ΔT= Selisih Temperatur Rata rata ( o C)
tidak terlalu dibutuhkan karena sifat sifatnya tidak Sebelum menentukan luas permukaan kalor ( A) maka
banyak berubah apabila tekannanya berubah terlebih dahulu ditentukan nilai LMTD . Hal ini
Langkah langkah yang biasa dilakukan dalam berdasarkan selisih temperature dari fluida yang
merencanakan atau mendesain alat penukar kalor masuk dan keluar dari kalor .
adalah :
1. Penentuan Heat duty ( Q ) yang diperlukan, LMTD = ΔTmax - ΔTmin
penukar kalor yang direncanakan harus Ln ΔTmax
memenuhi atau melebihi syarat ini . ΔTmin
2. Menentukan ukuran ( size ) alat penukar
kalor dengan perkiraan yang masuk akal
untuk koefisien perpindahan kalor METODOLOGI PERANCANGAN
keseluruhanya. Diagram Alir ( flow Chart)
3. Menentukan fluida yang akan mengalir disisi Diagram alir perencanaan alat penukar kalor (APK)
tube atau shell. Biasanya sisi tube tipe shell and tube
direncanakan untuk fluida yang bersifat
korosif, beracun , bertekanan tinggi , bersifat
mengotori dinding , Hal ini dilakukan agar

13
ISSN : 2598-6198 SURYA TEKNIKA, Vol.5 No 1 April 2020

Gas panas
Th,i = 300 C = 573 K
Cph = 0,306
Mulai Udara Dingin m = 2,72 kg/s
Tc,i = 303 K
Cpa = 1,135
Identifikasi masalah m = 1,6 kg/s
Masalah

Pengumpulan Data

Tc,o = 3 33 K
Pengolahan data

Th ,o = 5 56 K
Perancangan APK

Gambar 6. Diagram Alir Dan skema perpindahan


kalor
Keluaran
Maka selanjutnya, besarnya laju perpindahan energi
panas yang diterima oleh aliran fluida udara dapat
dihitung:
Selesai Qc = 1.6 kg/s . 1135 j/kg.K . (333-303)
Qc = 54.48 kW.
Gambar 5 Diagram alir perancangan APK
Temperatur aliran gas keluar alat penukar kalor
dapat dihitung melalui persamaan laju perpindahan
PERHITUNGAN ALAT PENUKAR KALOR energi panas yang dilepaskan oleh aliran fluida gas,
perancangan alat penukar kalor sesuai dengan yaitu:
kebutuhan panas atau aliran gas buang yang sesuai Bagi aliran fluida gas, diketahui:
untuk mengeringkan ikan di alat pengering pakaian Laju aliran massa gas, mh : 2.73 kg/s
/celana. Sehingga tahap-tahapan yang akan dilalui Temperatur aliran gas masuk, Thi : 573 K
dalam penelitian ini adalah: Dengan mengasumsikan alat tersebut diatas adalah
1. Analisis sistem perpindahan panas yang adiabatik maka besarnya:
terjadi di alat penukar kalor Qh = Qc = 54480 W
2. Menentukan kondisi optimum dari alat Sementara itu, sifat-sifat gas yang dievaluasi pada
penukar kalor temperatur kira-kira 573 K memberikan harga Cph =
Laju perpindahan energi panas yang diterima oleh 1176 J/kg.K (pada Tabel G-1 sifat-sifat fluida).
aliran fluida dingin dapat ditentukan melalui Maka, dengan menggunakan persamaan
persamaan: diatas diperoleh temperatur gas keluar dari alat
Diketahui untuk data alat penukar kalor: penukar kalor yaitu:
Laju aliran massa udara, mc : 1.6 kg/s Tho = Thi – Qc / mh Cph
Temperatur aliran air udara, Tci : 303 K Tho = 556K
Temperatur aliran air udara, Tco : 333 K Selanjutnya untuk mengetahui kalor yang terjadi
Untuk menentukan laju perpindahan kalor pada didalam alat penukar kalor yang akan didesain ,
media udara adalah maka terlebih dSetelah dilakukan analisis besarnya
Qc  mc .C p (Tci  Tco ) nilahulu dihitung lajy perpindahan kalor sebagai
berikut :
mc = 1.6 kg/s a. . Penentuan C(c) = m(c) Cp(c)
cp = 1135 J/kg.K Yaitu besarnya nilai C pada fluida pendingin
Tci = 303 K udara diperoleh:
Tho = 333 K C(c) = Cmax = 16.0 kg/s × 1135 J/kgK = 18.2
kW/K

14
ISSN : 2598-6198 SURYA TEKNIKA, Vol.5 No 1 April 2020

. http://ejournal.politeknikmuhpkl.ac.id/index.php/surya_teknika

b. Penentuan C(h) = m(h) Cp(h) Dengan menggunakan persamaan dibawah


Yaitu besarnya nilai C pada fluida ini yaitu:
pendingin gas diperoleh:
TLMTD 
Th ,i T c ,o   Th ,o  Tc ,i 
C(h) = Cmin = 27.2 kg/s × 306 J/kgK = 2.724 ln Th ,i  Tc ,o / Th ,o  Tc ,i 
kW/K
Sehingga dapat ditentukan besarnya nilai Dimana:
dari Cmin / Cmax sebesar 0.458
c. Kemudian dapat ditentukan nilai dari Th,in = 573 K
efisiensi exergetic dari APK tersebut Th,out = 556 K
dengan menggunakan persamaan sebagai Tc,in = 303 K
berikut:
Untuk Ch = Cmin
Tc,out = 333 K
Th , in  Th , o u t
 
Th , in  Tc , in
Maka, diperoleh besarnya nilai dari ΔTLMTD,
yaitu:
maka dapat dihitung besarnya nilai
efisiensi exergeticnya yaitu:
TLMTD 
573  333  556  303  140.45K
ln573  333 / 556  303
dimana:
Th,in = 573 K
Th,out = 556 K
f. Perhitungan laju perpindahan kalor pada
Tc,in = 303 K
APK (QAPK)
Cmin = 2.724 kW/K
Laju perpindahan kalor pada APK dapat
Maka, besarnya efisiensinya adalah:
dihitung dengan menggunakan persamaan
(2.724  (573  556)) berikut ini:
   0.111
(2.724  (573  303))
QAPK  U A TLMTD
d. Perhitungan NTU
Penentuan dari Number Thermal Unit Dimana:
(NTU) pada APK ini dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan berikut UA = 3.9486581 kW/K
ini:
1   .C min / C max  ΔTLMTD = 140.45 K
Ln 
 1  
NTU  Maka, dapat dihitung besarnya nilai laju
1  C min / C max
perpindahan kalor pada APK yaitu:
Dimana:
Q APK  3.9486581 kW / K 140.45K  375.616kW
ε = 0.111
Penentuan densitas fluida kerja dari gasdan udara.
Cmin / Cmax = 0.458
Dengan menggunakan beberapa langkah dalam
pengerjaan untuk mendapatkan besarnya nilai
Maka, diperoleh besar nilai NTU yaitu: densitas masing fluida kerja di APK, diperoleh dari
1  (0.111  0.458)  persamaan-persamaan berikut ini:
Ln 
 1  0.111   0.217
NTU  Sehingga apabila diurutkan dari langkah-langkah
1  0.458
tersebut dapat diperoleh dari –masing-masing
densitas fluida kerja tersebut yaitu:
a. Penentuan nilai UA pada APK
Menggunakan persamaan berikut ini: 1.Untuk udara yaitu:
UA  C min NTU
c 
1
 in   out c
Dimana: 2
Cmin = 2.724 kW/K
Dimana:
NTU = 0.217
Sehingga dapat ditentukan besarnya nilai ρin = 11.6489 kg/m3
UA, yaitu:
UA = 2.724 × 0.217 = 3.9486581 kW/K ρout = 10.0658 kg/m3
e. Penentuan ΔTLMTD

15
ISSN : 2598-6198 SURYA TEKNIKA, Vol.5 No 1 April 2020

Maka, diperoleh densitas udara yaitu:

Psf  sf 10 5 0.033  2.4355268  10 5


c 
1
11.6489  10.0658  10.8573kg / m3 r1 
 sf 2
m

2.72 2
 3.62
2
  sf  sf   2.4355268   2.4355268 
2.Untuk gas yaitu: r2          0.4
 out  in   3.6252338   1.2458199 


h 
1
in   out h r3  Z 
3.14
 0.953  1.2  0.9
2 4 4
t1 t3 0.31 0.22
v1  2   2   0.0000014
Dimana: s2 t 2 1066109.48 0.12

ρin = 0.97198 kg/m3 v2  2


t3
 2
0.22
 3.66
s2 0.12
ρout = 0.6522 kg/m3
Selanjutnya dapat diperoleh konstanta untuk
Maka, diperoleh densitas udara yaitu: persamaan polynomial pangkat 4 yaitu seperti
dibawah ini:

h 
1
0.97198  0.6522  0.8120kg / m3 a  v2
r1
 0.0060
2 r3
Perhitungan Polinomial Sederhana untuk r1
b  v1  0.00059
AlatPenukar Kalor r3
r2
Dimana tahapan-tahapan pengerjaan dengan c  v 2 s 2  324.02
r3
mengunakan polynomial pangkat 4 seperti berikut
ini: d  s3  v1 s2  0.09688
 4m tf   4  1.6kg / s  Dimana persamaan dasar dari polynomial tersebut
Udara  1      497125.9
    3.14  0.000041kg / s.m 
 adalah seperti persamaan dibawah ini:
 tf 
y  a0  a1 x  a 2 x 2  .......  an x n M
m 
 2.72kg / s 
 sf
Gas   2  
   59518
 aka hasil yang diperoleh dari persamaan diatas:
   457 kg / s.m 
0.
 sf  ~ ~ ~
a A 4  b A 3  c A  d  1606.7
Re Dh 4 2 4 59518
    1.27
Re D  1 3.14  1.2 497125.9
Sehingga diperoleh nilai A = 0.0165

0.2
fo  Re Dh 
z     (1.27) 0.2  0.953 Apabila dibuatkan grafik persamaan polynomial
f  Re D  pangkat 4 seperti Gambar 7 dibawah ini:
UA
t1  2

 tf Prtf
2 Cp tf m 3

3.948kW / K
 0.09
( 2  1.135 J / KgK  1.6kg / s  0.71)  2 / 3

UA
t2  2

0.5 Z  Cp sf m sf Prsf 3

3.948kW / K
 0.21
0.5  1.2  0.953  3.14  0.306 J / KgK  2.72kg / s  0.72
t2 0.21
t3    0.22
Z 0.953
 tf
4m 4  1.6kg / s
s1    2kg / s
 3.14
Ptf  tf 105 0.51  86.759582  105
s2  2
  1066109.48 Selanjutnya dapat dilakukan perhitungan
s1 22
luas permukaan alat penukar kalor berdasarkan hasil
    86.759582   86.759582 
s3   air  air       0.15
 out  in
   55.865273   117.65389 

16
ISSN : 2598-6198 SURYA TEKNIKA, Vol.5 No 1 April 2020

. http://ejournal.politeknikmuhpkl.ac.id/index.php/surya_teknika

metode optimasi dengan persamaan polynomial Tabel .1. Hasil perhitungan metode optimasi
pangkat empat, didapatkan parameter diameter pipa, polynomial pangkat 4
panjang pipa, jumlah pipa, luas pipa, koefisien
pindah panas dengan cara trial dan error. Dengan
menggunakan persamaan berikut ini:
No D (m) n ReD f L (m) L/D A (m2) U

a. Apabila dicoba pada diameter = 0.01 m (W/m2K)

Dapat dihitung untuk jumlah tube yang dibutuhkan


dengan persamaan dibawah ini: 1 0.01 33 1.5 x 10
5
0.00425 1.6 157 1.64 135

v 
1
~
 v2 A 2 5

n  1
 33buah 2 0.012 23 1.8 x 10 0.00409 2.0 163 1.70 130

D2
5
3 0.012 21 1.9 x 10 0.00374 2.1 164 1.71 129

Untuk, bilangan Reynold dialat


penukar kalor sebesar: 3 0.018 9 2.8 x 10
5
0.00352 3.0 178 1.86 119

1
Re D  1  1.5.10 5
nD Penentuan dimensi alat penukar kalor hasil
perhitungan polynomial
Selanjutnya dapat dihitung faktor Dengan menggunakan metode optimasi perhitungan
pengaruh dari gesekan fluida dengan APK: dimensi uatama alat penukar kalor untuk diberikan
udara panas sekitar 60oC untuk disuplaikan ke mesin
0.079 Re D ,
0.25
3x103  Re D  2 x10 4 pengering celana dan jeans. pada Tabel 4.2 untuk
f   0.20
 0.046 Re D , 2 x10 4  Re D  106 banyaknya tube dan panjang tube yang dibutuhkan
dengan pertimbangan adanya faktor gesekan dan
Faktor gesekan dipengaruhi dari bilangan Reynold,
juga bilangan Reynold yang mempernagruhi kinerja
hasil bil. Reynold sebesar 317391.9095, maka
fluida dan koefisien perpindahan kalor yang terjadi
digunakan persamaan dibawah ini:
didalam, sehingga pada Tabel 4.3. diperoleh faktor
0.2 yang berpengaruh apabila ingin diketahui faktor
f  0.046 ReD  0.046  (317391.9095)0.2  0.00425
konveksi (baik untuk udara dan gas) serta konduksi
Kemudian dapat diketahui panjang tube yang terhadap nilai UA (koefisien perpindahan panas
dibutuhkan dengan persamaan berikut ini: pada satuan luas).
Sehingga dengan memperhatikan hasil aspek
 FL 
 D perhitungan tersebut diperoleh dimensi utama dari
L  
D 
 1.6m alat penukar kalor tersebut yaitu seperti pada Tabel
f
Selanjutnya dapat dihitung luas perpindahan kalor
yang terjadi, pada persamaan berikut ini: 4.4 berikut ini:4.4 berikut ini:

A  n(DL)  1.6407m 2

Untuk langkah selanjutnya dapat dihitung koefisien


perpindahan kalor pada persamaan berikut ini:

UA
U   135W / m2 K
A
Selanjutnya apabila dilakukan langkah
yang sama menggunakan cara trial dan error untuk
D = 0.02 dan 0.03 m dapat dibuatkan tabel seperti
pada Tabel 4.2. dibawah ini:

17
ISSN : 2598-6198 SURYA TEKNIKA, Vol.5 No 1 April 2020

Tabel 2. Dimensi utama hasil polynomial pangkat 4 [2] A. Bejan, Heat transfer, second edition.
1995.
No Parameter / Dimensi Simbol Desain Satuan
[3] I. Bizzy and R. Setiadi, “Studi Perhitungan
1 Diameter Shell Ds 900 mm
Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube
Dengan Program Heat Transfer Research
2 Panjang L 1.6 m Inc. ( Htri ),” J. Rekayasa Mesin, vol. 13, no.
1, pp. 67–76, 2013.
3 Jumlah Tube Nt 33 Buah
[4] E. dan A. I. R. Kiswoyo, “Perancangan Dan
4 Diameter tube do 0.01 m Validasi Desain Alat Penukar Kalor Tipe
Shell and Tube Menggunakan
5 Beban Termal Q 83000 W
Computational Fluid Dynamics,” Din. J.
Temperatur udara Ilm. Tek. Mesin Vol. 8, No. 2, Mei 2017, vol.
6 masuk Tci 30
o
C 8, no. 2, pp. 39–46, 2017.

Temperatur udara [5] S. Yulianto, M. Qadri, and Fa. Maghfurah,


o
7 keluar Tco 60 C “Perencanaan pembuatan alat penukar kalor
jenis shell and tube skala laboratorium,”
Temperatur gas
o Semin. Nas. Sains dan Teknol. 2014, no.
8 masuk Thi 300 C
November, pp. 1–4, 2014.
o
9 Temperatur gas keluar Tho 283 C
[6] S. Ihsan, “Analisa Perhitungan Jumlah Tube
10 Laju Aliran Massa gas mh 2.72 kg/s Dan Diameter Shell Pada Kondensor
Berpendingin Air Pada Sistem Refrigerasi
Laju Aliran Massa Nh3,” J. Teknol. Proses dan Inov. Ind., vol.
11 udara mc 1.6 kg/s
2, no. 1, pp. 1–5, 2017, doi:
12 LMTD ΔTLMTD 240.45
o
C
10.36048/jtpii.v2i1.2351.

13 Susunan antar tube CL 30 Derajat

14 Jumlah OnePass CTP 0.93 -


.

Berdasarkan metode optimasi dengan polynomial


perencanan dimensi alat penukar kalor dihitung
dengan mengunakan trial and eror, dimana diameter,
tebal, dan jumlah pipa merupakan data variable.
Kontruksi alat penukar kalor optimum, dipilih
dikarenakan bahwa kondisi optimumnya dimana
adanya kinerja kompak dari kriteria yang dihasilkan
seperti pada Tabel 4.1. diatas terlihat bahwa hasil
yang kompak diperoleh pada kondisi no 1 yaitu
diameter tube adalah 0.01 m dan jumlah tube 33
buah, dimana dipengaruhi oleh bilangan Reynold
sebesar 1.5 . 105, dan memiliki faktor gesekan
sebesar 0.00425, dan luas penampang perpindahan
panas pada 1 m dan juga koefisien perpindahan
panas yang terjadi sebesar 135 W/m2K.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Budiyono, “Optimasi Alat Penukar Kalor


Dengan Pemanfaatan Gas Buang
Pembakaran Ketel Uap Untuk Pengeringan
Pakaian,” Surya Tek., vol. 1, no. 1, pp. 1–7,
2017.

18

Anda mungkin juga menyukai