Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS ENERGI DAN EXERGI

Investigasi Variasi Nilai Temperature Dead State pada Exergi dan Energi di
Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Disusun oleh:

Nama : Elbi Zalita Pramadani B (061640411593)


Febry Veronica (061640411595)
Kelas : 5 EGB
Dosen : Imaniah Sriwijayasih, S.ST., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN (DIV) TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018
Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
karunia dan rahmat-Nya serta dengan diiringi dengan usaha yang dilakukan,
kami dapat menyelesaikan makalah Analisis Energi dan Eksergi yang berjudul
“Investigasi Variasi Nilai Temperature Dead State pada Exergi dan Energi di
Pembangkit Listrik Tenaga Uap“.
Pada makalah ini kami akan membahas pokok pembahasan tentang
pengertian eksergi, analisis eksergi, hubungan eksergi dengan dead state, dan
Perhitungan eksergi dan efesiensi pada PLTU.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Semoga apa yang
telah ditulis mengenai Analisis Eksergi dan Energi dapat bermanfaat bagi kita
semua kedepannya. Sebelumnya, kami mengucapkan mohon maaf apabila tulisan
pada makalah ini terdapat kesalahan, karena manusia tidak akan luput dari
kesalahan walaupun manusia itu selalu berusaha dan mencoba untuk menjadi
seseorang yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

Palembang, Oktober 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan efisiensi energi dalam produksi energi adalah tujuan utama
ekonomi, dan tren ini akan terus meningkat dalam waktu dekat. Diketahui
bahwa cara paling efektif untuk menggunakan energi lebih efisien adalah
melalui analisis energi dan eksergi. Eksergi dapat didefinisikan sebagai
pekerjaan bermanfaat maksimum yang dapat diperoleh dari sistem. Metode
analisis eksergi didasarkan pada hukum kedua termodinamika. Oleh karena
itu, digunakan untuk melihat berbagai kerugian secara kualitatif maupun
kuantitatif untuk desain dan analisis sistem energi. Di sisi lain, analisis energi
didasarkan pada analisis hukum pertama, yang tidak memberikan penilaian
kualitatif tentang berbagai kerugian yang terjadi dalam komponen individu
dari pabrik tersebut. Oleh karena itu, analisis eksergi dapat digunakan untuk
menentukan lokasi, jenis dan besarnya kerugian atau hilangnya eksergi dalam
kinerja sistem. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak peneliti telah
melakukan analisis energi dan eksergi untuk pembangkit listrik termal. Dalam
penelitian ini, umumnya, dua jenis nilai temperatur dipertimbangkan. Ini
adalah tetap dan suhu ambien yang bervariasi dari pembangkit listrik. Studi
tentang analisis energi dan exergi yang dibuat untuk menentukan efisiensi
pabrik dan ireversibilitas untuk suhu keadaan mati tetap diberikan dalam
referensi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki analisis
kinerja energik dan eksergetik dimemesan untuk mengidentifikasi
peningkatan yang diperlukan dalam komponen untuk pembangkit listrik
tenaga panas batu bara yang ada. Sengupta et al. 10 menyelidiki analisis
eksergi dari pembangkit listrik tenaga panas 210 MW berbasis batubara di
India. Ganapathy et al.11 menyajikan analisis eksergi dari pembangkit listrik
tenaga panas yang dipicu oleh lignit operasi. Analisis energi dan eksergi dari
pembangkit listrik Kostolac di Serbia diselidiki oleh Mitrovic´ et al.12
Hussein et al.13 mempresentasikan analisis eksergi dari pembangkit listrik
tenaga panas 120 MW di Malaysia. Oktay14 melakukan analisis energi dan
eksergi dari pembangkit listrik bertenaga batubara di Turki. Erdem et al.15
menganalisis secara komparatif kinerja pembangkit listrik termal dari sudut
pandang energetik dan exergetik. Rosen16 melaporkan perbandingan berbasis
energi dan eksergi dari pembangkit listrik tenaga batubara dan pembangkit
listrik tenaga nuklir. Cihan et al.17 mempresentasikan analisis energi-eksergi
dan saran modernisasi untuk pembangkit listrik siklus gabungan.
Selain ini, ada studi berdasarkan analisis eksergi untuk sistem termal
dengan berbagai suhu keadaan mati di Refs. 18–30. Mati (referensi) definisi
negara analisis eksergi telah dipelajari oleh Krakow.18 Dia melaporkan
bahwa analisis eksergi adalah perbandingan implisit dari kinerja sistem termal
nyata dengan kinerja ideal, sistem termal reversibel. Wepfer dan Gaggioli19
menyajikan bahwa analisis eksergi dari tanaman kimia sering relatif tidak
sensitif terhadap variasi suhu lingkungan T0 dan tekanan P0. Mereka telah
menunjukkan bahwa perubahan kecil dan wajar dalam properti negara mati
memiliki sedikit pengaruh pada kinerja sistem yang diberikan. Al-Muslim
dkk. Mempelajari efek dari berbagai acuan suhu pada efisiensi eksergi unit
distilasi minyak mentah satu dan dua tahap. Mereka menemukan bahwa
peningkatan suhu referensi menurunkan efisiensi eksergi dalam sistem
distilasi minyak mentah satu dan dua tahap. Rosen dan Dincer21 menyelidiki
efek sebenarnya dari berbagai sifat keadaan mati pada eksergi dan analisis
energi dari sistem termal. Analisis energi dan eksergi yang mereka buat
menunjukkan bahwa hasilnya tidak peka terhadap variasi sifat-sifat ini.
Regulagadda et al.22 melakukan analisis exergy termodinamik menggunakan
data desain dari pembangkit listrik aktual yang sedang dibangun di India.
Mereka mempresentasikan studi parametrik untuk menentukan bagaimana
kinerja sistem bervariasi dengan parameter operasi yang berbeda. Kopac dan
Hilalci23 menerapkan analisis energi dan eksergi untuk menyelidiki efek
suhu lingkungan pembangkit listrik termal C¸ atalag˘zı di Turki. Mereka
menemukan bahwa kehilangan eksergi tertinggi terjadi di boiler, sedangkan
kehilangan energi tertinggi terjadi di kondensor. Mereka juga menunjukkan
bahwa efisiensi eksergi dari seluruh komponen pembangkit listrik, kecuali
untuk kondensor, menurun dengan peningkatan suhu sekitar. Aljundi24
menyajikan analisis energi dan eksergi dari pembangkit listrik tenaga uap Al-
Hussein di Yordania untuk suhu mati. Kehancuran eksergi maksimum
ditemukan dalam sistem boiler diikuti oleh turbin, sedangkan kehilangan
energi maksimum ditemukan di kondensor. Dia juga menghitung efek suhu
negara referensi. Dia juga menunjukkan bahwa komponen dari pembangkit
listrik termal membuat sedikit perubahan efisiensi eksergi dengan perubahan
suhu keadaan mati. Vosoogh dan Hajidavalloo25 mempelajari efisiensi energi
dan eksergi dari panas superkritis. pembangkit listrik di bawah kondisi
ambien yang berbeda. Mereka menyimpulkan bahwa efisiensi eksergi boiler
menurun dengan meningkatnya suhu sekitar; sebaliknya, efisiensi eksergi
turbin sedikit meningkat. Ameri et al.26 melakukan analisis energi, eksergi
dan exergoeconomic dari pembangkit listrik tenaga uap untuk mendapatkan
efisiensi tinggi dan ekonomi pada pembangkit listrik tenaga uap Hamedan.
Efek dari variasi beban dan suhu lingkungan dihitung, dan efisiensi eksergi
komponen penting dari pembangkit listrik diselidiki pada beban yang berbeda
dan suhu lingkungan. Selain itu, analisis eksergoekonomi dilakukan untuk
menghitung biaya penghancuran eksergi untuk setiap komponen pembangkit
listrik. Hasilnya menunjukkan bahwa boiler memiliki biaya dan kehancuran
tertinggi dalam hal efisiensi exergy. Dalam makalah lain, Ameri dan
Ahmadi27 mempelajari analisis termal dan eksergi dari pembangkit listrik
siklus gabungan 400 MW. Mereka menentukan efek dari variasi suhu ambien
yang berbeda pada kehilangan eksergi untuk kondisi yang dipicu dan tidak
terpakai. Mereka menemukan bahwa variasi suhu lingkungan tidak
mempengaruhi hilangnya pembangkit uap panas dalam kasus yang tidak
dihuni sangat. Analisis eksergi dari sistem siklus daya termal dengan
kapasitas 300 MW dilakukan oleh Zhao dan Chai.28 Mereka menyelidiki
bahwa efisiensi eksergi sistem bervariasi dengan perubahan suhu sekitar.
Mereka menunjukkan bahwa efisiensi eksergi menurun dengan peningkatan
suhu ambien. Selain itu, Guoqiang et al.29 melakukan analisis energi dan
eksergi untuk sistem panas 300 MW dari pembangkit listrik Xiaolongton.
Mereka menemukan bahwa efisiensi total eksergi untuk keseluruhan sistem
tetap sama dengan berbagai suhu lingkungan di bawah kondisi kerja tertentu.
Kaushik et al.30 memberikan tinjauan rinci tentang analisis energi dan
eksergi pada berbagai pembangkit listrik termal.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis energi
dan eksergi pada pembangkit listrik termal C¸ ayırhan (C¸ TPP) di Turki.
Efisiensi energi dan eksergi, kehilangan energi, penghancuran eksergi
(irreversibility) dan laju produksi entropi dalam boiler, turbin, con-denser,
pemanas air umpan, pipa dan pompa ditentukan. Selain penelitian ini, analisis
eksergi diterapkan untuk menentukan pengaruh berbagai suhu keadaan mati
untuk komponen utama pembangkit listrik. Selain itu, saran untuk komponen
pembangkit utama dari pembangkit listrik dibuat untuk meningkatkan
efisiensi termodinamika sistem.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan eksergi ?


2. Apa manfaat analisis pada eksergi ?
3.Bagaimana hubungan eksergi dengan dead state ?
4.Bagaimana perhitungan eksergi dan efesiensi pada PLTU ?

1.3 Tujuan
1. Mengeteahui pengertian eksergi
2. Mengetahui manfaat analisis pada eksergi
3. Mengetahui hubungan eksergi dengan dead state
4. Mengetahui perhitungan eksergi dan efesiensi pada PLTU
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Exergi

Exergi adalah kualitas energi, yang mempunyai kuantitas dan kualitas.


sedangkan energi hanya kuantitasnya saja. energi terfokus pada hukum
termodinamika pertama sedangkan exergi terfokus pada hukum
termodinamika kedua. pada energi zat yang masuk dalam sistem sama dengan
yang keluar dari sistem. sedangkan exergi pada saat masuk berbeda saat
keluar dari sistem karena pada exergi dihitung juga lossesnya dalam sistem
sehingga efisiensinya tidak 100 persen. dan exergi ini dipengaruhi oleh
lingkungan sedangkan energi tidak.exergi dalam keadaan mati atau dead state
adalah nol, tapi jika exergi jauh dari dead state maka exerginya besar . Dead
state adalah suatu keadaan dimana kondisi dalam sistem sama dengan kondisi
lingkungan, sehingga exergi yang didapat adalah nol.

Aplikasi yang dapat diambil banyak sekali dalam kehidupan kita sehari-
hari misalnya adalah seorang petani yang sedang mencangkul sawah dia
mengeluarkan exerginya tapi disaat itu juga exergi intelektual dia juga
dimanfaatkan seperti dengerin radio yang pake bahasa inggris sehingga dia
dapat belajar berbahasa inggris.

Contoh dalam turbin uap atau kompresor. pada saat masuk dan keluar
beda exergi yang didapat karena di dalam sistem exerginya juga mengalami
losses atau irreversibillty atau exergy of degradation.

Glossary:

Dead state : keadaan mati dimana exergi yang dihasilkan adalah nol.
contoh, gelas yang berisi air panas adalah sistem.setelah dingin atau mencapai
suhu yang sama dengan lingkungan maka itulah dead state.

System : sesuatu batasan yang akan kita amati atau analisa.


2.2 Manfaat Analisis Energi

Analisis eksergi didasarkan pada hukum termodinamika pertama dan


kedua, yang merupakan alat penting untuk menganalisis sistem
energi. Potensi kerja yang berguna dari suatu sistem pada keadaan yang
ditentukan disebut eksergi. Exergy adalah properti dan dikaitkan dengan
keadaan sistem dan lingkungan. Suatu sistem yang berada dalam ekuilibrium
dengan lingkungannya memiliki nol eksergi dan dikatakan berada pada
keadaan mati. Suhu dan tekanan dari lingkungan dikenal seragam di T0 dan
P0. Dalam penelitian ini, nilai status mati (referensi) digunakan untuk T0 dan
P0 diambil sebagai 298,15 K dan 101,325 kPa masing-masing. Selain itu, T0
dianggap antara 5 dan 300C untuk menentukan efek dari keadaan mati yang
bervariasi dari tekanan konstan pada 101,325 kPa.

Metode analisis eksergi (analisis kemanfaatan) sangat tepat digunakan


untuk mendorong tercapainya penggunaan sumber daya energi dengan lebih
efektif, karena eksergi memungkinkan untuk menentukan lokasi, penyebab,
dan besar sebenarnya dari kerugian dan pemborosan suatu sistem termal.
Dengan demikian eksergi dapat digunakan dalam sistem baru yang lebih
efeisien dan dapat meningkatkan efisiensi dari sistem yang sudah ada.

Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa selain memiliki


kuantitas, energi juga memiliki kualitas, dan suatu proses yang riil akan
berlangsung pada arah kualitas energi yang semakin menurun. Jadi walaupun
tidak ada kuantitas energi yang hilang, kualitas energi selalu berkurang
selama proses. Besaran dari kualitas energi ini disebut eksergi.

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung eksergi adalah


 Eksergi Spesifik
Ψ =¿
 Eksergi
X =ṁ . a
X =ṁ ¿
 Eksergi Loss
eksergi loss=eksergi∈−eksergi out
 Efesiensi
eksergi out
efesiensi=
eksergi∈¿ × 100 % ¿
Dimana,
Ψ = eksergi spesifik (kj/kg)
x = eksergi (MW)
ṁ = laju alir massa (ton/h)
h = entalpi (kj/kg)
T = temperatur (˚F)
s = entropi (kj/kg.k)

2.3 Hubungan Eksergi dan Dead State


Dead state atau keadaan mati tercapai ketika terdapat dua buah
system yang telah mencapai keadaan setimbang antara keduanya. Pada
keadaan mati, masing-masing system dan lingkungan memiliki energy,
tetapi nilai exerginya adalah nol, karena tidak adanya kemungkinan terjadi
perubahan spontan di dalam system atau dalam lingkungan, juga tidak
timbul interaksi antara keduanya.
Hukum eksergi untuk proses steady state sistem terbuka adalah
sebagai berikut :

∑ ṁi e i + ∑
i k
( 1− TT ) Q =∑ ṁ e + ¿Ẇ + İ ¿
k
k
o
o o

di mana ṁi dan ṁo adalah laju aliran keluar dan aliran masuk


masing-masing sistem. Selain itu, ẇ adalah kerja dan ireversibilitas sistem
pada masing-masing. Dalam persamaan di atas, e adalah eksergi spesifik,
yang didefinisikan sebagai berikut:
e=e ph +e ch
di mana eph dan ech adalah eksergi spesifik fisik dan eksergi
kimia, masing-masing. Eksergi spesifik fisik didefinisikan sebagai berikut:
e ph=¿
di mana h, s dan T adalah entalpi, entropi dan suhu absolut, yang
mengacu pada kondisi dead state. Campuran eksergi kimia didefinisikan
sebagai berikut:
1 n
e mix =
ch
[∑
i=1 n
x i e + RT o ∑ x i n xi +G E
chi

i=1
]
GE adalah Gibbs energi yang dapat diabaikan pada campuran gas
tekanan rendah. Persamaan di atas tidak dapat digunakan untuk
menghitung eksergi bahan bakar. Eksergi spesifik bahan bakar
didefinisikan untuk menghitung eksergi kimia dari bahan bakar yaitu
sebagai berikut:
e fuel =γf × LHV
di mana ɣf = 1.06 adalah faktor eksergi berdasarkan nilai kalor
yang lebih rendah. Selanjutnya, tingkat total pengeluaran bahan bakar
dihitung sebagai berikut:
Ė fuel =ṁfuel × e fuel

Hukum ke 2 efesiensi didefinisikan sebagai berikut:


actual work
η11
reversibble work

Hubungan eksergy loss dan efesiensi untuk setiap komponen siklus


telah diformulasikan dan tercantum dalam tabel 3.

2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Pembangkit listrik tenaga uap adalah pembangkit listrik dimana generator
listrik digerakkan uap. Air dipanaskan lalu berubah menjadi uap dan memutar
turbin uap yang menggerakkan generator listrik. Setelah melewati turbin, uap
dikondensasikan dalam kondensor. Variasi terbesar dalam desain pembangkit
listrik tenaga uap adalah karena sumber bahan bakar yang berbeda.
Hampir semua pembangkit listrik menggunakan tenaga batubara, nuklir,
panas bumi, solar termal, pabrik insinerasi limbah serta banyak pembangkit
listrik tenaga gas alam adalah uap listrik.
Gas alam sering dibakar di turbin gas maupun boiler. Panas buangan dari
turbin gas dapat digunakan untuk menaikkan uap, dalam siklus gabungan
tanaman yang meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.
Di seluruh dunia, kebanyakan tenaga listrik diproduksi oleh pembangkit
listrik tenaga uap, yang menghasilkan sekitar 86% dari semua pembangkit
listrik.
Satu-satunya jenis pembangkit listrik lain yang saat ini memiliki
kontribusi signifikan adalah pembangkit listrik tenaga air dan turbin gas, yang
dapat membakar gas alam atau diesel. Panel fotovoltaik, turbin angin dan
pembangkit panas bumi biner juga listrik non-uap, namun saat ini tidak
menghasilkan banyak listrik.

Gambar 1. Skema diagram PLTU

Pembangkit uap / termal menggunakan energi panas yang dihasilkan dari


pembakaran batubara untuk menghasilkan energi listrik. Jenis pembangkit
listrik ini banyak digunakan di seluruh dunia.
Pembangkit listrik ini menggunakan siklus Rankine. Ini adalah siklus uap
yang dihasilkan di boiler, lalu dibawa ke turbin uap (prime mover). Dari
turbin uap didinginkan kembali ke air di Kondensor, air yang dihasilkan
dimasukkan kembali ke dalam boiler untuk mengulangi siklusnya.
Karena banyaknya bahan bakar (batu bara), pembangkit listrik semacam
ini bisa digunakan untuk menghasilkan sejumlah besar energi listrik. Di
kebanyakan negara, pembangkit listrik ini digunakan sebagai pembangkit
listrik beban dasar. Ini karena pembangkit tenaga uap lambat untuk memulai
dan tidak dapat digunakan untuk memenuhi beban puncak yang umumnya
terjadi dalam waktu singkat.
Pembangkit listrik ini (bersama dengan PLTN) terus berjalan sangat
dekat dengan efisiensi penuh selama 24 jam sehari (kecuali jika dipelihara).
Mereka memiliki kehidupan khas 30 sampai 40 tahun (walaupun kebanyakan
pemerintah telah mengurangi angka ini menjadi 35 tahun).
Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap.

PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara


tertutup. Siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara
berulang-ulang. Urutan sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut :

 Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas


permukaan pemindah panas. Di dalam boiler air ini dipanaskan dengan
gas panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah
menjadi uap.
 Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu
diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik
berupa putaran.
 Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar
menghasilkan energi listrik  sebagai hasil dari perputaran medan magnet
dalam kumparan, sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik
dari terminal output generator
 Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan
dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air
kondensat. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi
sebagai air pengisi boiler.

2.5 Hubungan Energi dan Eksergi pada Komponen-Komponen PLTU


Tabel 1. Hubungan Energi dan Eksergi pada Komponen-Komponen
PLTU.

Tabel 2. Energy dan exergy analisis pada power plant pada To = 298,15 K dan
Po = 101,3 kPa

Point T (K) P ṁ (ton/h) h (kJ/kg) s (kJ/kgK) Ψ (kJ/kg) e (kj/kg) Ė (MW)


(Mpa)
1 41,6 1,4 395,099 174,250 0,594 1,799 19123,89 197,46
2 72,3 1,4 395,099 302,600 0,983 14,169 33210,27 1555,03
3 72,8 1,4 395,099 304,700 0,989 14,480 33440,74 1589,18
4 100,1 1,4 395,099 419,460 1,308 34,130 46035,62 3745,77
5 100,1 1,4 395,099 419,460 1,308 34,130 46035,62 3745,77
6 134,5 1,4 395,099 565,240 1,682 68,402 62034,93 7507,10
7 167 18,300 477,003 710,100 1,992 120,835 94088,84 16010,81
8 194 18,300 477,003 825,510 2,274 152,167 109380,76 20162,28
9 190 18,300 477,003 807,620 2,236 145,607 107010,32 19293,04
10 234 18,300 477,003 1008,90 2,647 224,347
0 133680,09 29726,20
11 230 16,900 477,003 990,200 2,610 216,679 131202,33 28710,12
12 538 13,720 477,003 3428,43 6,535 1484,670
0 454269,83 196720,02
13 363 3,870 433,246 3128,23 6,652 1149,586
0 376470,32 138348,27
14 538 3,700 433,246 3535,35 7,236 1382,587
0 425465,62 166388,96
15 306 0,720 395,099 3071.11 7,310 896,284
0 337053,47 98366,90
16 41,6 0,06 335,023 2373,20 7,707 80,008
0 220854,61 7445,73
17 39 0,039 395,099 163,380 0,559 1,364 17930,91 149,75
18 208 4,707 43,757 890,400 2,410 176,509 10822,56 2145,42
19 172,3 1,863 62,727 729,320 2,065 118,291 12707,79 2061,12
20 105,1 0,343 23,336 440,560 1,364 38,534 2855,81 249,78
21 77,8 0,149 41,122 325,650 1,049 17,541 3719,83 200,37
22 45 0,06 60,076 188,450 0,634 4,073 3144,81 67,97
23 380 4,707 43,757 3150,39 6,601 1186,952
0 38292,12 14427,07
24 440 1,863 18,970 3337,55 7,284 1170,476
0 17587,03 6167,76
25 310 0,640 19,174 3081,44 7,379 886,042
0 16412,09 4719,16
26 245 0,343 23,336 2955,86 7,437 733,169
0 19160,54 4817,39
27 155 0,149 17,786 2782,70 7,472 559,574
0 13748,08 2764,60
28 100 0,039 18,954 2683,88 7,902 332,549
0 14130,63 1750,87
29 163 0,666 ... 687,420 1,983 100,840 ... ...
30 22 0,200 10000 92,320 0,325 0,072 256444,44 198,78
31 34 0,200 10000 142,500 0,492 0,461 395833,33 1279,19
Perhitungan Nilai Eksergi

1. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 174,250−104,92 ) −298,15 K ( 0,594−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 69,3 3 ) −(67,62042)
kg kg
kj
e = 1,79 958
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 395,099
h | ||
1ton 3600 s |
×1,70958
kg
kj kw
=
187,6359301
s kj
s||
= 19 7 , 4397 k W

2. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 302,600−104,92 ) −298,15 K ( 0,983−0,3672)
kg kgK
kj kj
e = ( 197,68 ) −(18 3,60077)
kg kg
kj
e = 14,169
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 395,099
h |
1ton 3600 s|| |
×14,169
kg
kj kw
=
1555,0438
s kj
s
||
= 1555,0438 KW

3. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 304,700−104,92 ) −298,15 K ( 0,989−0,3672)
kg kgK
kj kj
e = ( 199,78 ) −(185,38967)
kg kg
kj
e = 14,480
kg
Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 395,099
h | ||
1ton 3600 s |
×14 , 480
kg
kj kw
=
1589,175978
s kj
s||
= 1589,175978 k W

4. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 419,460−104,92 ) −298,15 K ( 1,308−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 3 14,54 ) −(280,49952)
kg kg
kj
e = 34,130
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 395,099
h | ||
1ton 3600 s |
×34,130
kg
kj kw
=
3745,758019
s kj
s
||
= 3745,758019 k W

5. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 419,460−104,92 ) −298,15 K ( 1,308−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 3 14,54 ) −(0,9408)
kg kg
kj
e = 34,130
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 395,099
h | ||
1ton 3600 s |
×34,130
kg
kj kw
=
3745,758019
s kj
s||
= 3745,758019 k W
6. e = ( h−ho ) −T o ( S−So )
kj kj
e = ( 565,240−104,92 ) −298,15 K ( 1,682−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 460,32 ) −(392,00762)
kg kg
kj
e = 68,402
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 395,099
h | ||
1ton 3600 s |
×68,402
kg
kj kw
=
7507,100499
s kj
s
||
= 7507,100499 k W

7. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 710,100−104,92 ) −298,15 K ( 1,992−0,3672 )
kg kgK
kj kj kj
e = ( 605,18 ) −( 484,43412) = 120,835
kg kg kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 477,003
h | ||
1 ton 3600 s |
× 120,835
kg
kj kw
= 16010,7382 s kj
s||
= 16010,7382 k W

8. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 825,510−104,92 ) −298,15 K ( 2,274−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 720,59 ) −(568,51242)
kg kg
kj
e = 152,167
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 477,003
h | ||
1 ton 3600 s |
× 152,167
kg
kj kw
=
20162,25431
s kj
s
||
= 20162,25431 k W

9. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 807,620−104,92 ) −298,15 K ( 2,236−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 702,7 ) −(557,18272)
kg kg
kj
e = 145,607
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 477,003
h | ||
1 ton 3600 s |
× 145,607
kg
kj kw
=
19 293,04884
s kj
||
s
= 19293,04884 k W

10. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 1008,900−104,92 ) −298,15 K ( 2,647−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 903,98 ) −(679,72237)
kg kg
kj
e = 224,347
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 477,003
h | ||
1 ton 3600 s |
× 224,347
kg
kj kw
=
29726,16446
s kj
s
||
= 29726,16446 k W

11. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 990,200−104,92 ) −298,15 K ( 2,610−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 885,28 ) −(668,69082)
kg kg
kj
e = 216,679
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 477,003 7
h |
1 ton 3600 s ||
× 216,679|kg
kj kw
=
28710,1902
s kj
s ||
= 28710,1902 k W

12. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 3428,430−104,92 ) −298,15 K ( 6,535−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 3 323,51 ) −(1838,92957)
kg kg
kj
e = 1484,670
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 477,003
h | ||
1 ton 3600 s |
× 1484,670
kg
kj kw
=
196720,0122
s kj
s
||
= 196720,0122 k W

13. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 3128,230−104,92 ) −298,15 K ( 6,652−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 3023,31 ) −(1873,81312)
kg kg
kj
e = 1149,586
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1h kj
Ė = 433,246
h | ||
1 ton 3600 s |
× 1149,586
kg
kj kw
=
138348,2045
s kj
s ||
= 138348,2045 k W
14. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 3535,350−104,92 ) −298,15 K ( 7,236−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 3 430,43 ) −(2047,93272)
kg kg
kj
e = 1382,587
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1h kj
Ė = 433,246
h | ||
1 ton 3600 s |
× 1382,587
kg
kj kw
=
166388,9687
s kj
s
||
= 166388,9687 k W

15. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 3071,110−104,92 ) −298,15 K ( 7,310−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 2966,19 ) −( 2069,99582)
kg kg
kj
e = 896,284
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 395,099
h | ||
1ton 3600 s |
×896,284
kg
kj kw
=
98366,92003
s kj
s ||
= 98366,92003 k W

16. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 2373,200−104,92 ) −298,15 K ( 7,707−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 2268,28 ) −( 2188,36137)
kg kg
kj
e = 80,008
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 335,023
h |
1ton 3600 s||
×80,008 |
kg
kj kw
=
26804,52018
s kj
s
||
= 26804,52018 k W

17. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 163,380−104,92 ) −298,15 K ( 0,559−0,3672 )
kg kgK
kj kj kj
e = ( 58,46 ) −(57,18517) = 1,364
kg kg kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 395,099
h |
1ton 3600 s||
×1,364 |
kg
kj kw
=
149,6986211
s kj
s ||
= 149,6986211 k W

18. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 890,400−104,92 ) −298,15 K ( 2,410−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = 785,48 −( 609,06082)
kg kg
kj
e = 176,509
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1h kj
Ė = 43,757
h | ||
1 ton 3600 s |
× 176,509
kg
kj kw
=
2145,417865
s kj
s
||
= 2145,417865 k W

19. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 729,320−104,92 ) −298,15 K ( 2,065−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 624,4 ) −(506,19907)
kg kg
kj
e = 118,291
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 62,727
h |
1ton 3600 s || |
×118,291
kg
kj kw
=
2061,122099
s kj
s ||
= 2061,122099 k W

20. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 440,560−104,92 ) −298,15 K ( 1,364−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 335,64 ) −(297,19592)
kg kg
kj
e = 38,534
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 23,336
h |
1ton 3600 s|| |
×38,534
kg
kj kw
=
249,7859511
s kj
s
||
= 249,7859511 k W

21. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 325,650−104,92 ) −298,15 K ( 1,049−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 220,73 ) −(203,27867)
kg kg
kj
e = 17,541
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 41,122
h |
1ton 3600 s|| |
×17,541
kg
kj kw
=
200,366945
s kj
s ||
= 200,366945 k W
22. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 188,450−104,92 ) −298,15 K ( 0,634−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 83,53 ) −(79,54642)
kg kg
kj
e = 4,073
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 60,076
h |
1ton 3600 s|| |
× 4,073
kg
kj kw
=
67,96931889
s kj
s
||
= 67,96931889 k W

23. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 3150,390−104,92 ) −298,15 K ( 6,601−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 3045,47 ) −(1858,60747)
kg kg
kj
e = 1186,952
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1h kj
Ė = 43,757
h | ||
1 ton 3600 s |
× 1186,952
kg
kj kw
=
14427,07185
s kj
s||
= 14427,07185 k W

24. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 3337,550−104,92 ) −298,15 K ( 7,284−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 3 232,63 ) −(2062,24392)
kg kg
kj
e = 1170,476
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 18,970
h |
1ton 3600 s|| |
×1170,476
kg
kj kw
=
6167,758256
s kj
s
||
= 6167,758256 k W

25. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 3081,440−104,92 ) −298,15 K ( 7,379−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 2976,52 ) −(2090,56817)
kg kg
kj
e = 886,042
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 19,174
h | ||
1 ton 3600 s |
× 886,042
kg
kj kw
=
4719,158141
s kj
s||
= 4719,158141 k W

26. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 2955,860−104,92 ) −298,15 K ( 7,437−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 2850,94 ) −(2107,86087)
kg kg
kj
e = 733,169
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 23,336
h |
1ton 3600 s|| |
×733,169
kg
kj kw
=
4752,564384
s kj
s
||
= 4752,564384 k W

27. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 2782,700−104,92 ) −298,15 K ( 7,472−0,3672 )
kg kgK
kj kj kj
e = ( 2677,78 ) −( 2118,29612) = 559,574
kg kg kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 17,786
h |
1ton 3600 s ||
×559,574 |
kg
kj kw
=
2764,606434
s kj
s||
= 2764,606434 k W

28. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 2683,880−104,92 ) −298,15 K ( 7,902−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 2578,96 ) −(2246,50062)
kg kg
kj
e = 332,5 49
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 18,954
h |
1 ton 3600 s|| |
× 332,549
kg
kj kw
=
1750,870485
s kj
s
||
= 1750,870485 k W

29. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 687,420−104,92 ) −298,15 K ( 1,983−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 582,5 ) −( 481,75077)
kg kg
kj
e = 100,840
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė=0
h | ||
1ton 3600 s
×100,840 |
kg
kj kw
0
= s kj
||
s
= 0k W
30. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )
kj kj
e = ( 92,320−104,92 ) −298,15 K ( 0,325−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = (−12,6 ) −(−12,581 93)
kg kg
kj
e = 0,072
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 10000
h |1ton 3600 s|| |
×0,072
kg
kj kw
=
200
||
s kj
s
= 200 k W

31. e = ( h−ho ) −¿ ( S−So )


kj kj
e = ( 142,500−104,92 ) −298,15 K ( 0,492−0,3672 )
kg kgK
kj kj
e = ( 3 7,58 ) −(37,20912)
kg kg
kj
e = 0,461
kg

Ė = ṁ×a
ton 1000 kg 1 h kj
Ė = 10000
h |1ton 3600 s|| |
×0,461
kg
kj kw
=
1280,555556
s kj
s||
= 1280,555556 kW
Tabel 3. Perbandingan Nilai Eksergi dari Jurnal dan Perhitungan

Point Mass flow rate (m) Specific exergy Exergy flow rate (Ex) Eksergy (kW)
(ton/h) (ex) (kJ/kg) (kW) Perhitungan

1 395.099 1.799 197.


46 197,4397
2 395.099 14.169 1555.0
3 1555,0438
3 395.099 14.480 1589.1
8 1589,175978
4 395.099 34.130 3745.7
7 3745,758019
5 395.099 34.130 3745.7
7 3745,758019
6 395.099 68.402 7507.1
0 7507,100499
7 477.003 120.835 16010.
81 16010,7382
8 477.003 152.167 20162.
28 20162,25431
9 477.003 145.607 19293.
04 19293,04884
10 477.003 224.347 29726.
20 29726,16446
11 477.003 216.679 28710.
12 28710,1902
12 477.003 1484.670 196720
.02 196720,0122
13 433.246 1149.586 138348
.27 138348,2045
14 433.246 1382.587 166388
.96 166388,9687
15 395.099 896.284 98366.
90 98366,92003
16 335.023 80.008 7445.7
3 26804,52018
17 395.099 1.364 149. 149,6986211
75
18 43.757 176.509 2145.4
2 2145,417865
19 62.727 118.291 2061.1
2 2061,122099
20 23.336 38.534 249.
78 249,7859511
21 41.122 17.541 200.
37 200,366945
22 60.076 4.073 67.97 67,96931889
23 43.757 1186.952 14427.
07 14427,07185
24 18.970 1170.476 6167.7
6 6167,758256
25 19.174 886.042 4719.1
6 4719,158141
26 23.336 733.169 4817.3
9 4752,564384
27 17.786 559.574 2764.6
0 2764,606434
28 18.954 332.549 1750.8
7 1750,870485
29 ….. 100.840 ….. 0
30 10000 0.072 198.
78 200
31 10000 0.461 1279.1
9 1280,555556
Table 4. Comparative results of exergy and energy analysis of various
components for To 298,15 K and Po 101,3 kPa
Heat Irreversibilit Exergy
Components loss/kW y/kW Heat loss/% loss/% ƞ/% ƞII/%

5
27 8
.
37 6
93 87 0
. . .
Boiler 5 6 8 43 5 82 69 41 95

5
.
27
43 07 6
. . .
Turbine 77 4 0 97 8 81 46 83 40

20 0
.
6
06 27 5
. . .
Condenser 9 44 45 8 8 91 99 64 44

0
.

41 18 3
. . .
Pumps 98 08 0 933 8 98 38 58 69

0
.

61 52 1
. . .
LPH 1 9 2 0 145 1 98 33 75 81

0
.

28 66 1
. . .
LPH 2 9 3 0 064 4 99 42 85 61

0
.

30 79 1
. . .
LPH 3 5 7 0 067 7 99 53 90 69

0
.

91 1
. . .
Dearatore 71 9 0 002 9 99 92 93 57

0
.

41 21 4
. . .
HPH 1 0 19 0 09 4 99 67 91 30

0
.

80 18 3
. . .
HPH 2 0 41 0 18 9 99 45 94 54

0
.

24 18 4
.
Pipe 78 89 0 55 0 … …

6
6
25 31 .
7 7
5
55 25 . . .
Overall plant 0 2 57 24 2 42 76 33 48
Perhitungan Effisiensi

Boiler

Dik : İ boiler = 276876 KW


Ė¿ (11, 13) = (28714 KW + 138338 KW)
= 167052 KW
Ėout (12, 14)= (196736 KW + 166396 KW)
= 363132 KW

Ėxfuel =LHV x mfuel x ɛfuel


kJ ton 1000 kg
= 13000
kg
x 3000 |
hari 1 ton | |241 hari || 1 jam
jam 3600 s |
13000 x 3000 x 1000 kJ
=
24 x 3600 s
kJ
= 451388,888 s
= 451388,888 KW

Eout −E ¿
ɳ =
Ėxfuel
196080 KW
= x 100%
451388,888 KW
= 43,439261 %

Turbine
Dik : İ turbin = 27074 KW
LP Turbine : Ė¿ (15) = 98377 KW
Ėout (16+26+27+28) = 16781 KW
IP Turbine : Ė¿ (14) = 166396 KW
Ėout (15+24+25) = 109261 KW
HP Turbine : Ė¿ (12) = 196736 KW
Ėout (13+23) = 152767 KW
Total Ė¿ = (98377 + 166396 + 196736) KW
= 761509 KW
Total Ėout = (16781 + 109261 + 152767) KW
= 278811 KW
−I turbine
ɳ =(1 ¿ x 100%
Ė¿ −Ėout
27074 KW
=(1- ) x 100%
( 461509−278811 ) KW
8,107 MW
1− ×100 %
(318,8168841−242,1346014)MW
27074 KW 8,107 MW
=(1- ) x 100%1− ×100 %
182698 KW (76,6822827) MW
= ( 1 – 0,148189909) x 100%
= 0,851810091 x 100%
= 85,1810 %

Condenser

Dik : İ condenser = 2744 KW


Ė¿ (16+22+30) = 7716 KW
Ėout (17+31) = 1674 KW

I condensor
ɳ = ( 1− ¿ x 100%
Ė¿
2744 KW
= (1− ¿ x 100%
7716 KW
= (1 – 0,355624676) x 100%
= 0,644375324 x 100%
= 64,4375 %
Pumps
Dik : İ pumps = 1808 KW
Ė¿ (17) = 7716 KW
Ėout (1+7) = 1674 KW

Wpumps = Ė¿ −Ė out −¿ İ pumps


= (7716 – 1674 – 1808) KW
= 4234 KW

I pumps
ɳ = ( 1− ¿ x 100%
W pumps
1808 KW
= (1− ¿ x 100%
4234 KW
= (1 –0,427019367) x 100%
= 0,572980633 x 100%
= 57,2980 %

LPH 1
Dik :Ė¿ (1+21+28)) = 2156 KW
Ėout (2+22) = 1634 KW
İ LPH = 522 KW

I LPH
ɳ = ( 1− ¿ x 100%
Ė¿
522 KW
= (1− ¿ x 100%
2156 KW
= (1 – 0,242115027) x 100%
= 0,757884972 x 100%
= 75,7884 %

LPH 2

Dik :Ė¿ (3+20+27) = 4610 KW


Ėout (4+21) = 3947 KW
İ LPH = 633 KW

I LPH
ɳ = ( 1− ¿ x 100%
Ė¿
663 KW
= (1− ¿ x 100%
4610 KW
= (1 – 0,143817787) x 100%
= 0,856182212 x 100%
= 85,61822126 %

LPH 3

Dik :Ė¿ (5+26) = 8564 KW


Ėout (6+20) = 7767 KW
İ LPH = 797 KW

I LPH
ɳ = ( 1− ¿ x 100%
Ė¿
797 KW
= (1− ¿ x 100%
8564 KW
= (1 – 0,093063988) x 100%
= 0,906936011 x 100%
= 90,69360112 %

Deaerator
Dik :Ė¿ (6+19+25) = 14300 KW
İ deaerator = 919 KW

I deaerator
ɳ = ( 1− ¿ x 100%
Ė¿
919 KW
= (1− ¿ x 100%
14300 KW
= (1 – 0,064265734) x 100%
= 0,935734265 x 100%
= 93,5734%

HPH 1

Dik :Ė¿ (7+18+24) = 24345 KW


Ėout (8+19) = 22226 KW
İ HPH = 2119 KW

I HPH
ɳ = ( 1− ¿ x 100%
Ė¿
2119 KW
= (1− ¿ x 100%
24345 KW
= (1 – 0,08704046) x 100%
= 0,912959539 x 100%
= 91,2959%

HPH 2

Dik :Ė¿ (9+23) = 33730 KW


Ėout (10+18) = 31889 KW
İ HPH = 1841KW

I HPH
ɳ = ( 1− ¿ x 100%
Ė¿
1841 KW
= (1− ¿ x 100%
33730 KW
= (1 – 0,054580492) x 100%
= 0,945419507 x 100%
= 94,5419%

Power Cycle
wnet
ɳ = X 100%
Efuel
(W HPT +W IPT +W LPT )−W pumps
= x 100%
E fuel

Ėxfuel = LHV x mfuel x ɛfuel


kJ ton 1000 kg
= 13000
kg
x 3000 |
hari 1 ton | |241 hari || 1 jam
jam 3600 s |
13000 x 3000 x 1000 kJ
=
24 x 3600 s
kJ
= 451388,888 s
= 451388,888 KW

Wpumps = Ė¿ −Ė out −¿ İ pumps


= (7716 – 1674 – 1808) KW
= 4234 KW

W HPT = ṁ12 .h12−¿¿ ¿ + ṁ23. h23)


ton 1000 kg 1 h kJ kJ
=477,003 | || |
h 1 t on 3600 s
× 3428,430 −¿ 3428,430
kg kg
+ 43,757

ton 1000 kg 1 h kJ
| ||
h 1 t on 3600 s |× 3150,390 )
kg
kj kw
=
( 454269,8319−( 376470,315+38292,11534 ))
s kj
s
||
=( 454269,8319−¿414762,4305) KW
= 38292,11533 KW

W IPT = ṁ14 . h14−¿ ¿ ¿+ ṁ24. h24 + ṁ25. h25 )


ton 1000 kg 1h kJ kJ
=433,246 | || |
h 1t on 3600 s
× 3128,230 −¿ 3071,110
kg kg
+ 18,970

ton 1000 kg 1 h
h | 1 t on || 3600 s |
× 3337,550

kJ ton 1000 kg 1 h kJ
kg
+19,174 | |
h 1 t on 3600 s | × 3081,440 )
kg
=
kj kw
(376470,3151−(337053,4693+17587,0343+16412,09182))
s kj
||
s
= (376470,3152 – 371052,5954) KW
= 5417,7198 KW

W LPT = ṁ15 .h 15−¿ ¿ ¿+ ṁ26. h26 + ṁ27. h27 + ṁ28. h28 )


ton 1000 kg 1 h Kj kJ
=395,099 | || |
h 1 t on 3600 s
×3071,110 −¿ 2373,200
kg kg
+ 23,336

ton 1000 kg 1 h kJ ton


| ||
h 1 t on 3600 s |× 2955,860 +17,786
kg h

|1000 kg 1 h
||
1 t on 3600 s | kJ
×2782,700 +18,954|
kg
1000 kg 1 h
||
1t on 3600 s | kJ
×2683,880 )
kg

=
kj kw
(337053,4693−(220854,6065+19160,54138+1374,08395+14130,6282))
||
s kj
s
= (337053,4693– 267893,86) KW
= 69159,60927 KW

wnet
ɳ = X 100%
Exfuel
(W HPT +W IPT +W LPT )−W pumps
=
E xfuel
( 38292,11533+5417,7198+69159,60927 ) MW −4234 KW
=
451388,888 KW
X 100 %
123598,8144 KW
= x100%
451388,888 KW
= 0,2738189 x 100%
= 27,38189%
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasil utama dari penelitian ini dirangkum di bawah ini.
1. Exergi adalah kualitas energi, yang mempunyai kuantitas dan kualitas
2. Heat loss tertinggi diperoleh pada kondensor sebesar 45,80%, diikuti
oleh boiler sebesar 8,43% Terlihat bahwa setengah dari heat loss
terjadi di kondensor, dan kerugian panas ini tidak dapat dimanfaatkan
secara praktis.
3. Kehilangan eksergi utama dan ireversibilitas (58%) dari pembangkit
listrik termal terjadi di boiler karena ireversibilitas reaksi pembakaran
bahan bakar. Kehilangan exergy kedua dan ireversibilitas ditemukan di
turbin.
4. Dead state yang berbeda-beda tidak ada efek pada efisiensi energi,
sedangkan itu mempengaruhi efisiensi eksergi.
5. Hasil efisiensi eksergi semakin menurun dengan meningkatnya suhu
dead state dalam siklus pembangkit listrik.
6. Tingkat kehancuran eksergi dan kehilangan eksergi persen meningkat
dengan peningkatan berbagai suhu dead state, sedangkan entropi
mengalami penurunan.
7. Perubahan ireversibilitas, laju entropi dan persen kehilangan exergy
dari boiler lebih tinggi dari komponen yang lain

3.2 Saran
Penulis memahami masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk
kebaikan penulis kedepannya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada pembaca secara umum terlebih bagi penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

1. G. Wall: ‘Exergy – a useful concept’, PhD thesis, Chalmers University of


Technology, Go¨ teborg, Sweden, 1986.
2. G. Wall: ‘Exergy flows in industrial processes’, Energy, 1998, 13, (2), 197–208.
3. T. J. Kotas: ‘The exergy method of thermal plant analysis’; 1995,
Malabar, Krieger Publishing Company.
4. I. Dinc¸er: ‘The role of exergy in energy policy making’, Energy
Policy, 2002, 30, (2), 137–149.
5. A. Y. C¸ engel and M. A. Boles: ‘Thermodynamics: an engineering
approach’,
6. New Media Version, 6th edn; 2008, New York, McGraw Hill, Inc.A.
Bejan: ‘Advanced engineering thermodynamics’; 1988, New York, John
Wiley and Sons Inc.
7. A. Bejan, G. Tsatsaronis and M. Moran: ‘Thermal design and
optimization’; 1996, New York, Wiley.
8. N. Singh S. C. Kaushik and R. D. Misra: ‘Exergetic analysis ofa solar
thermal power plant system’, Renewable Energy, 2000, 19135–19143.
9. M. A. Rosen and I. Dincer: ‘On exergy and environmental impact’, Int. J.
Energy Res., 1997, 21, 643–654.
10. S. Sengupta, A. Datta and S. Duttagupta: ‘Exergy analysis of a coal-
based 210MW thermal power plant’, Int. J. Energy Res. 2007, 31, 14–
28.
11. T. Ganapathy, N. Alagumurthi, R. P. Gakkhar and K. Murugesan:
‘Exergy analysis of operating lignite fired thermal power plant’,

J. Eng. Sci. Technol. Rev., 2009, 2, (1), 123–130.

Anda mungkin juga menyukai