Anda di halaman 1dari 13

Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal.

1340-1352

ANALISIS EFISIENSI THERMAL DAN EKSERGI PADA


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) TIPE SINGLE
FLASH

Radith Satria Perdana1*, Novan Akhiriyanto1


1
Teknik Instrumentasi Kilang, Politeknik Energi dan Mineral Akamigas, Jalan Gajah Mada No.38, Cepu
*E-mail: radithperdana99@gmail.com

ABSTRAK

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) memanfaatkan energi thermal yang terkandung
dari dalam bumi untuk memutar sudu – sudu turbine sehingga dapat membangkitkan tenaga listrik.
Saat ini PT. Geo Dipa Energi (Persero) mengoperasikan PLTP dengan kapasitas terpasang 1 X 60 MW
untuk memikul beban jaringan interkoneksi Jawa – Madura – Bali (JAMALI). Supaya dapat
membangkitkan tenaga listrik secara optimal, rugi – rugi panas pada saat menjalankan siklus harus
serendah mungkin untuk mendapatkan efisiensi thermal yang tinggi. Peralatan instrumentasi yang
digunakan sebagai alat ukur variabel proses harus terkalibrasi agar tidak berpengaruh terhadap hasil
analisis. Hasil perhitungan diperoleh nilai efisiensi thermal PLTP Patuha sebesar 19,48%. Nilai
destruksi eksergi terkecil terdapat pada perlengkapan cooling tower sebesar 410,23567 kW dengan
efisiensi eksergi 97,78%. Nilai destruksi eksergi terbesar terdapat pada perlengkapan condenser
sebesar 16.943,50177 kW dengan efisiensi eksergi 52,22% saat PLTP membangkitkan tenaga listrik
sebesar 52.268,382 kW di bulan Desember 2021. Simulasi dilakukan pada cycle tempo untuk
mengetahui pengaruh variasi tekanan, suhu dan laju aliran massa terhadap kuantitas daya listrik yang
dibangkitkan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa variasi laju aliran massa lebih berpengaruh secara
signifikan dibanding variasi tekanan dan suhu terhadap kuantitas daya listrik yang dibangkitkan.

Kata kunci: Termodinamika, panas bumi, PLTP, efisiensi thermal, eksergi.

1. PENDAHULUAN

Sistem panas bumi terbentuk akibat perpindahan panas dari sumber panas pada lapisan
bumi menuju sekitarnya yang terjadi secara konduksi dan konveksi. Perpindahan panas secara
konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena
interaksi antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada
dasarnya terjadi akibat gaya apung (buoyancy). Air selalu memiliki kecenderungan untuk
bergerak ke bawah akibat gaya gravitasi. Jika air tersebut berinteraksi dengan suatu sumber
panas maka akan terjadi perpindahan panas secara konveksi sehingga menyebabkan suhu air
menjadi lebih tinggi dan berat jenisnya menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air
yang lebih panas menguap sehingga bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun
ke bawah, proses ini disebut sirkulasi air atau arus konveksi [1].
Di antara semua sumber daya terbarukan, panas bumi adalah yang paling dapat
diandalkan dan energi stabil yang terus tersedia terlepas dari cuaca dan perubahan iklim [2].
Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia, dan telah mengembangkan
pembangkit listrik tenaga panas bumi lebih cepat dalam hal kapasitas dalam 5 tahun terakhir.
Selama rentang waktu 45 tahun, Indonesia telah mengembangkan 1.948,5 MW atau sekitar
6,5 persen dari 29.000 MW panas bumi sepanjang tahun 2018. Pembangunan berjalan sangat
lambat dalam hal target nasional yang saat ini sedang dihadapi karena memiliki tantangan
yang sulit. Kapasitas tambahan dari 2015 hingga 2018 adalah sekitar 510 MW. 190 MW
1340
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

lainnya diperkirakan akan pada akhir 2019 untuk memproduksi total 2.138,5 MW di seluruh
Indonesia [3].
Pada saat ini PT. Geo Dipa Energi Unit 1 Patuha mengoperasikan Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan kapasitas 1 X 60 MW. Supaya dapat membangkitkan
daya listrik optimal maka perlu efisiensi yang baik dengan meninjau perfomansi dari masing-
masing perlengkapan pada PLTP tersebut. Fluktuasi daya listrik yang dibangkitkan
bergantung pada kondisi dan kuantitas uap yang diproduksi dari sumur. Dengan demikian
diperlukan analisis menggunakan Hukum I dan Hukum II Termodinamika untuk mendapatkan
efisiensi sistem PLTP. Selain itu, digunakan analisis eksergi untuk mengetahui lokasi dan
besarnya nilai rugi eksergi dengan meninjau tiap perlengkapan pada PLTP. Simulasi Cycle
Tempo juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variasi tekanan, suhu, dan laju aliran
massa terhadap pembangkitan tenaga listrik. Penulisan penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui lokasi terbesar eksergi terdestruksi dan total eksergi terdestruksi yang dapat
mengurangi efisiensi sistem serta pengaruh variasi tekanan, suhu, dan laju aliran massa
terhadap pembangkitan tenaga listrik.

2. METODE

Metode penelitian mencakup kerangka penelitian tahapan – tahapan yang dilakukan


untuk pemecahan masalah pada studi ini.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

A. Studi Literatur
Pelaksanaan penelitian diawali dengan melakukan studi literatur. Studi literatur bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman penulis terhadap topik penilitian dan mengetahui parameter
data yang akan diambil di lapangan. Studi literatur dilakukan dengan mempelajari tentang
1341
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

sistem panas bumi, PLTP, termodinamika, efisiensi thermal, dan eksergi. Studi literatur
dilakukan dengan cara mempelajari bahan referensi berupa buku dan jurnal terkait penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian.

B. Parameter dan Asumsi


Pada pengerjaan penelitian ini digunakan parameter dan asumsi untuk melakukan
pendekatan pada keadaan sebenarnya. Parameter yang terkait pada penelitian ini berupa
tekanan, suhu, dan laju aliran massa. Selain itu, asumsi yang digunakan pada penelitian ini
adalah setiap perlengkapan pada siklus berada dalam keadaan setimbang (deadstate) sehingga
energi kinetik dan potensial diabaikan, efisiensi generator sebesar 98%, dan proses
kondensasi uap ditinjau secara keseluruhan pada main condenser.

C. Data yang digunakan


Penelitian ini menggunakan data pada saat plant sedang beroperasi di PLTP 1 Patuha PT.
Geo Dipa Energi (Persero). Data yang digunakan merupakan data operasi pada bulan
Desember 2021, data instrumentasi, mechanical, dan heat balance.

D. Perhitungan Efisiensi Thermal Plant


Dalam melakukan perhitungan efisiensi thermal plant digunakan data yang telah diolah
pada Microsoft Excel. Data tersebut kemudian menjadi input pada MATLAB untuk dihitung
sehingga mendapatkan efisiensi thermal plant. Tahapan dalam menghitung efisiensi thermal
sebagai berikut:
1. Menghitung nilai perfomansi sistem menggunakan persamaan [4]:

SSC =
𝑊𝑛𝑒𝑡
(1)
2. Menghitung entalpi exhaust turbine menggunakan persamaan [5]:
𝑊𝑡
(h3 - h4) . ṁ3 = (2)
𝜂𝑔
3. Menghitung fraksi uap exhaust turbine dan efisiensi isentropik turbine menggunakan
persamaan [5][6]:
S4s = S3 = Sf4 + x4 . Sfg4 (3)
ℎ3− ℎ4
ηt = (4)
ℎ3− ℎ4𝑠

4. Menghitung efisiensi thermal plant menggunakan persamaan [4]:


𝑊𝑛𝑒𝑡
ηth = (5)
𝑄𝑖𝑛

E. Perhitungan Eksergi
Eksergi adalah energi yang dapat digunakan untuk menghasilkan kerja [7]. Eksergi adalah
pekerjaan teoritis maksimum yang diperoleh dari keseluruhan sistem yang terdiri dari sistem
dan lingkungan sebagai sistem datang ke dalam kesetimbangan dengan sistem dan lingkungan
pada saat keadaan mati (deadstate) [8]. Setelah melakukan perhitungan efisiensi thermal plant
kemudian dilanjutkan dengan perhitungan eksergi, efisiensi eksergi pada tiap perlengkapan
dan plant serta eksergi yang terdestruksi. Data parameter yang telah ada dihitung dengan
menggunakan MATLAB. Perhitungan eksergi tiap state menggunakan persamaan sebagai
berikut [8]:
𝑝𝑘
Ek = ṁ [(hk – h0) - T0 (𝑆𝑘0 − 𝑆00 − 𝑅 ln )]
𝑝0
(6)
Destruksi eksergi merepresentasikan hilangnya potensi kerja. Destruksi Eksergi
disebabkan karena irreversibilitas pada proses seperti gesekan, pencampuran, rekasi kimia,
1342
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

perpindahan panas melalui suhu tak terbatas, ekspansi tak terkendali, kompresi atau ekspansi
tak setimbang selalu menghasilkan entropi, segala sesuatu yang menghasilkan entropi selalu
mendestruksi eksergi. Eksergi yang terdestruksi sebanding dengan nilai entropi yang
dihasilkan [9]. Setelah mendapatkan nilai eksergi pada tiap state, maka perhitungan nilai
eksergi terdestruksi sebagai berikut [10]:
Ed = Ein – Eout (7)
Nilai efisiensi eksergi sebuah PLTP adalah nilai daya listrik yang dibangkitkan dibagi
dengan total input eksergi dari laju aliran fluida panas bumi. Nilai efisiensi eksergi PLTP
dapat dinyatakan sebagai berikut [11]:
𝐸𝑜𝑢𝑡
ѱ= x 100 (8)
𝐸𝑖𝑛
𝑊𝑛𝑒𝑡
Ѱp = x 100 (9)
Efp−Eb
𝑊𝑛𝑒𝑡
Ѱp = x 100 (10)
Ein

F. Simulasi Pembangkitan Tenaga Listrik Pada Cycle Tempo


Software Cycle-Tempo 5.0 merupakan program yang dapat digunakan untuk perancangan,
pemodelan dan optimasi sistem pembangkit tenaga listrik, kalor, dan siklus refrigerasi. Tujuan
dari penggunaan Cycle Tempo adalah untuk mengetahui performansi sistem yang
dimodelkan. Dalam penelitian ini performansi sistem yang dicari berupa daya mekanikal yang
dibangkitkan oleh turbine dan daya listrik yang dibangkitkan generator. Cycle-Tempo juga
bisa digunakan untuk menghitung jumlah aliran massa dan energi yang dibutuhkan dalam
menjalankan suatu siklus. Hasil perhitungan MATLAB yang menggunakan libraries XSteam
menjadi input pada apparatus software Cycle-Tempo 5.0. Apparatus yang digunakan berupa
sink, source, pipe, shaft, turbine dan generator yang dirangkai sehingga terbentuk suatu
model sebagaimana terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skematik Model Cycle Tempo

Model yang dirancang kemudian disimulasikan untuk mendapatkan nilai daya mekanikal
dan daya listrik oleh generator untuk dapat dibandingkan dengan keadaan sebenarnya. Variasi
variabel tekanan, suhu dan laju aliran massa dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap
daya yang dibangkitkan. Simulasi pada cycle tempo menggunakan parameter dan data yang
telah dihitung pada MATLAB yang kemudian menjadi parameter pada apparatus cycle tempo
untuk dapat disimulasikan sehingga mendapatkan daya mekanikal turbine dan daya yang

1343
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

dibangkitkan generator dari hasil simulasi. Parameter yang menjadi masukan pada apparatus
sebagaimana terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Parameter Cycle Tempo


Parameter Nilai
P1 in 7,57766 bar abs
T2 out 168,2 °C
DELM 94,2081kg/s
GDCODE 2
ETHAI 0.86655
ETAGEN 0.98
P3 in 0.09805 bar abs

G. Analisis dan Pembahasan


Analisis dan pembahasan dilakukan setelah semua proses selesai sehingga didapatkan
nilai efisiensi thermal, eksergi dan data hasil simulasi pembangkitan tenaga listrik pada cycle
tempo untuk selanjutnya dianalisis.

3. PEMBAHASAN

A. Siklus Rankine PLTP Patuha


Siklus rankine dapat digunakan untuk analisis konversi uap pada sistem single flash.
Ilustrasi siklus rankine pada PLTP Patuha dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram T-s Siklus PLTP Patuha

Keterangan:
1. Proses 1-2: Proses flashing dari receiving header masuk ke demister dengan tekanan
7,74739 bar abs dan suhu 166,017 °C bertujuan untuk pemisahan uap dan brine
sehingga didapat uap kering. Proses flashing terjadi secara isenthalpy sehingga h1 = h2.
2. Proses 2-3: Uap kering masuk ke turbine dengan tekanan 7,57766 bar abs dan suhu
167,13737 °C sehingga termasuk ke dalam fasa superheated vapor berdasarkan steam
table A-6 Properties of Superheated Water Vapor. Nilai entropi pada state 3 sebesar
6,68 kJ/kg.K. Proses ini terjadi secara isotermis.

1344
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

3. Proses 3-4: Proses ideal pada turbine terjadi secara isentropik dimana tidak terjadi
perubahan entropi sehingga S3 = S4s pada state 4s. Pada keadaan sebenarnya terjadi
kenaikan entropi akibat proses ekspansi pada turbine dari 6,68 kJ/kg.K menjadi 6,95
kJ/kg.K pada state 4. Selain itu, terjadi penurunan tekanan dan suhu secara signifikan
menjadi 0.09805 bar abs dan 44,69355 °C.
4. Proses 4-5: Proses kondensasi fasa uap menjadi fasa cairan terjadi pada condenser
secara isobarik pada tekanan konstan yaitu 0.09805 bar abs dan terjadi penurunan suhu
menjadi 43.92617 °C pada sisi output.
5. Proses 5-6: Hasil dari kondensasi berupa brine dan Non Condensable Gas (NCG)
dipompakan menuju cooling tower untuk didinginkan.
6. Proses 6-7: NCG dilepas ke lingkungan dan brine setelah mengalami pendinginan
dipompakan ke sumur injeksi dan condenser spray.

B. Efisiensi Thermal Plant


Perhitungan efisiensi thermal dilakukan menggunakan fungsi XSteam pada software
MATLAB menggunakan data sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Hasil perhitungan
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Data Perhitungan Efisiensi Thermal


Parameter Nilai
ṁ 96,96399
Wnet 52.268,382 kW
P3 7,57766 bar abs
P4 0,09805 bar abs
T3 167,04704 °C
T4 44,69355 °C

Tabel 3. Hasil Perhitungan Efisiensi Thermal


Parameter Nilai
SSC 0,0019 kg/kWh
h4 2.199,98583 kJ/kg
x4 0,80345
ηth 19,48%

Pembangkit listrik tenaga panas bumi memanfaatkan uap yang terkandung di dalam
bumi untuk untuk memutar turbine sehingga dapat menghasilkan daya listrik. Uap yang
terkadung di dalam bumi terjadi akibat adanya perpindahan panas secara konveksi antara
dapur magma dan reservoir panas bumi yang menyebabkan perubahan fasa air menjadi uap
akibat pemanasan di atas titik didihnya sampai pada keadaan superheat. Perfomansi sistem
dihitung berdasarkan Specific Steam Consumption (SSC) yang merepresesntasikan kuantitas
uap dari sumur panas bumi untuk membangkitkan 1 kWh daya listrik. Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai SSC PLTP Patuha sebesar 0,0019 kg/kWh. Besarnya nilai SSC dipengaruhi
oleh variabel laju aliran massa dan daya listrik yang dibangkitkan. Semakin kecil nilai SSC
maka perfomansi sistem lebih efisien. Efisiensi thermal merepresentasikan unjuk kerja dari
suatu sistem untuk mengkonversi energi panas menjadi energi listrik atau dapat diartikan se-
bagai efisiensi dari sikus rankine pada pembangkitan tenaga listrik. Berdasarkan perhitungan
efisiensi thermal, diperoleh nilai hasil sebesar sebesar 19,48%. Hal ini disebabkan PLTP me-
manfaatkan uap yang terkandung di dalam bumi dimana tekanan dan suhu terbentuk secara
alami sehingga uap yang digunakan pada PLTP Patuha memiliki suhu mendekati saturasi pa-
1345
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

da tekanan tertentu. Suhu yang rendah akan membatasi efisiensi suatu sistem untuk menyerap
energi dalam menjalankan siklus pembangkitan tenaga listrik. Hal ini disebabkan suhu yang
relatif rendah memiliki entalpi yang kecil sehingga menyebabkan kerja turbine kurang opti-
mal. Sisa panas yang tidak dapat dimanfaatkan untuk dikonversi akan terbuang ke lingkungan,
kecuali jika bisa manfaatkan secara langsung. PLTP Patuha memanfaatkan energi panas dari
bumi yang berasal dari 10 sumur produksi, jauhnya jarak antar wellpad dan PLTP menyebab-
kan adanya rugi – rugi panas akibat faktor gesekan fluida pada saat penyaluran uap. Ren-
dahnya efisiensi sistem juga disebabkan oleh rugi – rugi panas yang terjadi pada perlengkapan
saat menjalankan siklus. Rugi friksi juga terjadi pada sudu – sudu turbine ketika bergesekan
dengan uap. Perlengkapan condenser dapat berpengaruh terhadap efisiensi sistem pada varia-
bel tekanan dan level. Jika tekanan vaccum pada condenser bernilai rendah maka dapat
meningkatkan efisiensi sistem. Namun, jika tekanan vaccum bernilai tinggi maka dapat
menurunkan efisisensi sistem serta variabel level pada condenser harus dijaga pada setpoint
agar tidak terlalu tinggi dan tidak mengurangi kerja dari turbine. peningkatan efisiensi sistem
pada prinsipnya dapat dilakukan dengan menjaga suhu pada proses sebelum turbine tetap
tinggi dan merekayasa penurunan suhu pada proses setelah turbine. Dengan demikian, untuk
mendapatkan efisiensi sistem yang tinggi perlu untuk menjaga perfomansi tiap perlengkapan
pada PLTP.

C. Eksergi
Perhitungan eksergi didasarkan dengan meninjau siklus rankine PLTP Patuha yang bertipe
single flash. Suhu lingkungan (T0) sebesar 17 °C atau 290.15 K sehingga didapatkan nilai
entalpi lingkungan (h0) sebesar 290,31 kJ/kg dan nilai entropi lingkungan (So) sebesar 1,67
kJ/kg.K yang dihitung secara interpolasi berdasarkan Tabel A-17 Ideal-gas properties of air.
Berdasarkan tinjauan siklus rankine tersebut didapatkan 7 state dengan data sebagaimana
terlihat pada Tabel 4. Hasil perhitungan eksergi tiap state dan efisiensi eksergi tiap
perlengkapan sebagaimana terlihat pada Tabel 5. dan Tabel 6.

Tabel 4. Data Parameter Tiap State


State P (bar abs) T (°C) ṁ (kg/s)
1 7,74739 166,01694 96,96399
2 7,76169 167,13737 96,19319
3 7,57766 167,04704 94,2081
4 0,09805 44,69355 94,2081
5 0,09805 43,92617 94,2081
6 3,46167 43,09738 94,2081
7 - 23,29135 94,2081

Tabel 5. Hasil Perhitungan Eksergi Tiap State


State Eksergi (kW)
1 99.367,48
2 98.547,7
3 96.250,77
4 35.461,56
5 18.518,06
6 18.490.71
7 18.080,47

1346
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

Tabel 6. Hasil Perhitungan Eksergi Terdestruksi dan Efisiensi Eksergi

Perlengkapan Eksergi Terdestruksi (kW) Efisiensi Eksergi


(%)
Demister 819,78538 99,17
Turbine 7.457,07193 82,63
Condenser 16.943,50177 52,22
Cooling Tower 410,23567 97,78

Analisis eksergi digunakan untuk mengetahui potensi energi yang dapat digunakan
menjadi kerja. Eksergi input pada PLTP Patuha sebesar 99.367,48 kW dimana keseluruhan
total eksergi tersebut tidak dapat diubah menjadi daya listrik akibat adanya pengaruh proses
irreversibility yang berakibat pada destruksi eksergi, rugi – rugi panas dan efisiensi pada tiap
perlengkapan sehingga hanya menghasilkan daya listrik sebesar 52.268,382 kW. Dalam
disiplin ilmu termodinamika, terdapat proses reversible yang merupakan keadaan dimana
sautu proses dapat kembali pada keadaan awal dan irreversibility dimana suatu proses tidak
dapat kembali ke keadaan awal. Pada analisis teknik, proses irreversibility dapat digunakan
sebagai pendekatan untuk menentukan unjuk kerja suatu sistem atau perlengkapan. Hal ini
didasarkan pada syarat destruksi eksergi dimana T0Sgen ≥ 0. Jika terdapat perubahan nilai
entropi yang dihasilkan oleh suatu proses dalam menjalankan sebuah siklus lebih besar
dari nol maka proses tersebut dapat dikatakan irreversibility. Sedangkan jika suatu proses
tidak menghasilkan perubahan entropi selama menjalankan siklus dimana T0Sgen = 0 maka
dapat dikatakan sebagai reversible. Destruksi eksergi dari hasil perhitungan perlengkapan
demister diperoleh sebesar 819,78538 kW yang disebabkan adanya rugi – rugi panas akibat
proses flashing dan terbentuknya korosi akibat impurities pada bagian bottom demister
sehingga efisiensi eksergi yang diperoleh pada demister sebesar 99,17%. Nilai Destruksi
eksergi pada turbine sebesar 7.457,07193 kW sehingga diperoleh efisiensi eksergi sebesar
82,63%. Hal ini disebabkan proses ekspansi pada turbine dan rugi friksi sehingga terdapat uap
yang tersaturasi menjadi brine serta adanya kotoran yang menyumbat sudu – sudu turbine
akibat komposisi dari fluida panas bumi. Selain itu, proses irreversible pada turbine dapat
menurunkan efisiensi isentropiknya sehingga terjadi kenaikan entropi pada turbine yang
berakibat berkurangnya daya mekanikal yang dihasilkan. Perlengkapan condenser memiliki
destruksi eksergi paling besar dibandingkan perlengkapan lainnya, yaitu sebesar 16.943,50177
kW sehingga diperoleh efisiensi eksergi sebesar 52,22%. Destruksi eksergi yang besar pada
condenser disebabkan masih terdapat potensi eksergi pada exhaust turbine dan proses
kondensasi yang terjadi pada condenser yang menyebabkan irreversibility. Perlengkapan
cooling tower memiliki destruksi eksergi sebesar 410,23567 kW akibat proses pendinginan
brine sehingga diperoleh efisiensi eksergi sebesar 97,78%. Nilai destruksi eksergi bergantung
pada kenaikan nilai entropi akibat proses irreversibility. Jika destruksi eksergi tinggi maka
akan berbanding terbalik dengan efisiensi eksergi.

D. Simulasi Pembangkitan Tenaga Listrik Pada Cycle Tempo


Setelah model dirancang, Masing – masing apparatus diisi dengan parameter seperti
tertera pada Tabel 1. untuk selanjutnya dilakukan running pada simulasi. Pada saat dilakukan
running harus dipastikan statusnya success dengan ditandai tidak adanya warnings dan errors
pada jendela statistics agar tidak memengaruhi hasil perhitungan software. Simulasi
konvergen pada iterasi pertama dengan ditandai nilai absolute deviation dan relative deviation
pada laju aliran massa telah memenuhi kriterianya. Hasil simulasi menunjukkan daya

1347
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

mekanikal yang dihasilkan turbine sebesar 53.311,43 kW dan daya listrik yang dibangkitkan
generator sebesar 52.245,21 kW sebagaimana terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Simulasi Pada Cycle Tempo

Terdapat perbedaan antara nilai daya listrik aktual dan simulasi sebesar 23,172 kW. Hal
ini disebabkan terjadinya kenaikan suhu pada sisi exhaust turbine yang sebanding dengan
kenaikan entalpi pada sisi exhaust turbine. Kenaikan suhu pada sisi exhaust turbine
disebabkan aspek ambient temperature pada cycle tempo diabaikan. PLTP Patuha secara
geografis terletak pada daerah pegunungan yang memiliki ketinggian ±2000 mdpl dan
ambient temperature saat keadaan normal sebesar ±17 °C. Rendahnya ambient temperature
pada PLTP Patuha dapat mereduksi kenaikan suhu pada sisi exhaust turbine menjadi 44,7 °C
pada kondisi aktual sehingga didapatkan nilai entalpi kurang dari hasil simulasi.

E. Simulasi Variasi Tekanan dan Suhu


Simulasi dilakukan dengan variasi tekanan dan suhu dengan parameter lain tetap. Variasi
tekanan dan suhu dilakukan dengan lima kali pengujian pada simulasi sebagaimana disajikan
pada Tabel suhu yang dipilih disesesuaikan dengan ambang batas minimal uap dalam fasa
superheat pada setiap variasi tekanan yang dipilih. Dari variasi tersebut dapat dibandingkan
daya listrik yang dibangkitkan generator pada setiap pengujian sebagaimana disajikan pada
Tabel 7.

Tabel 7. Data dan Hasil Variasi Tekanan dan Suhu

Tekanan (bar Suhu Daya


abs) °C (kW)
7,6 168,3 52.279,39
7,8 169,37 52.590,84
8 170,42 52.894,18
8,2 171,44 53.189,17
8,4 172,45 53.477,3

1348
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

Pada tabel di atas didapat lima variasi daya listrik yang dihasilkan dari masing – masing
variasi pada tekanan dan suhu, untuk mempermudah visualisasi hasil dari simulasi di atas
disajikan dalam bentuk grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 5.

Pengaruh Variasi Tekanan dan Suhu


Terhadap Daya Listrik Yang Dibangkitkan
200 54000

53500
150
53000
100
52500
50
52000

0 51500
1 2 3 4 5

Tekanan (bar abs) Suhu (°C) Daya (kW)

Gambar 5. Grafik Hasil Variasi Tekanan dan Suhu Pada Cycle Tempo

Gambar 5. menunjukkan bahwa kenaikan daya listrik yang dibangkitkan sebanding


dengan kenaikan tekanan dan suhu. Hal ini disebabkan variabel tekanan dan suhu memegang
peranan kunci dalam penentuan nilai entalpi pada tiap state. Uap dalam keadaan superheat
akan memiliki nilai entalpi yang semakin tinggi jika variabel tekanan dan suhu dinaikkan.
Kenaikan entalpi berpengaruh terhadap kenaikan kerja turbine, semakin besar entalpi input
dan semakin kecil entalpi output maka nilai kerja turbine akan semakin tinggi sehingga mam-
pu menghasilkan daya mekanikal yang tinggi setelah dikalikan dengan laju aliran massa uap.
Dari hasil pengujian di atas, daya listrik yang paling besar didapat pada pengujian ke lima
dengan menggunakan variasi tekanan 8,4 bar dan suhu 172,44 °C yang mampu membangkit-
kan daya listrik sebesar 53.477,3 kW. Variasi tekanan jika diimplementasikan langsung pada
plant perlu meninjau rating dari masing – masing perlengkapan yang digunakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan perlengkapan ataupun sistem mengalami trip akibat interlock
pada sistem pengaturan jika mendeteksi adanya tekanan dan suhu berlebih untuk alasan safety.

F. Simulasi Variasi Laju Aliran Massa


Simulasi variasi laju aliran massa dilakukan sebanyak lima kali pengujian dengan
parameter lain tetap. Simulasi dilakukan dengan melakukan variasi laju aliran massa
sebagaimana terlihat pada Tabel 8. Dari variasi tersebut dapat dibandingkan daya listrik yang
dibangkitkan generator pada setiap pengujian sebagaimana disajikan pada Tabel 8.

1349
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

Tabel 8. Data dan Hasil Variasi laju Aliran Massa

Laju Aliran Massa (kg/s) Daya


(kW)
96 53.329,01
99 54.902,73
102 56.566,45
105 58.230,16
108 59.893,88

Pada tabel di atas didapat lima variasi daya listrik yang dihasilkan dari masing – masing
variasi pada tekanan dan suhu, untuk mempermudah visualisasi hasil dari simulasi di atas
disajikan dalam bentuk grafik sebagaimana terlihat pada Gambar 6.

Pengaruh Variasi Laju Aliran Massa Uap Terhadap


Daya Listrik Yang Dibangkitkan
110 62000
60000
105
58000
100 56000
54000
95
52000
90 50000
1 2 3 4 5

Laju Aliran Massa (kg/s) Daya (kW)

Gambar 6. Grafik Hasil Variasi Tekanan dan Suhu Pada Cycle Tempo

Pada Gambar 6. hasil variasi daya listrik yang diperoleh melalui variasi laju aliran massa
uap dimana daya listrik terendah diperoleh pada pengujian pertama dengan variasi laju aliran
massa sebesar 96 kg/s yang membangkitkan daya listrik sebesar 53.329,01 kW. Sedangkan
daya listrik tertinggi diperoleh pada pengujian ke lima dengan variasi laju aliran 108 kg/s
yang membangkitkan daya listrik sebesar 59.893,88 kW. Kenaikan nilai laju aliran massa
berpengaruh pula terhadap kuantitas daya listrik yang dibangkitkan dimana semakin besar
nilai laju aliran maka semakin besar pula daya yang dibangkitkan. Variasi laju aliran massa
menghasilkan kenaikan kuantitas daya listrik lebih signifikan dibanding variasi nilai tekanan
dan suhu. Hal ini disebabkan karena laju aliran massa merupakan variabel pengali terhadap
kerja turbine dimana untuk mendapatkan nilai kerja turbine yang tinggi entalpi input harus
lebih besar terhadap entalpi exhaust turbine agar dapat diperoleh nilai Δh yang tinggi. Pada
pengujian variasi laju aliran massa tidak terdapat perubahan nilai entalpi pada sisi input dan
exhaust turbine karena perubahan nilai laju aliran massa tidak berpengaruh terhadap kerja
turbine.

1350
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

4. SIMPULAN

Hasil perhitungan efisiensi thermal PLTP Patuha diperoleh sebesar 19,48%. Nilai
efisiensi thermal yang rendah dipengaruhi oleh rendahnya suhu yang mendekati saturasi pada
tekanan tertentu sehingga membatasi efisiensi suatu sistem untuk menyerap energi thermal
dalam menjalankan siklus pembangkitan tenaga listrik.
Nilai destruksi eksergi terbesar berada pada condenser dengan nilai 16.943,50177 kW.
Hal ini disebabkan masih terdapat potensi eksergi dan terdapat proses kondensasi sehingga
perubahan fasa menyebabkan proses irreversibility yang dapat mendestruksi eksergi.
Hasil simulasi pembangkitan tenaga listrik pada cycle tempo menunjukkan bahwa variasi
antara tekanan, suhu, dan laju aliran berpengaruh terhadap kuantitas daya listrik yang
dibangkitkan. Variasi laju aliran berpengaruh signifikan dibanding tekanan dan suhu untuk
meningkatkan kuantitas daya listrik yang dibangkitkan.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] N. M. Saptadji, “Teknik Panasbumi,” Bandung: ITB Press, 2012.


[2] S. M. Bina, S. Jalilinasrabady, H. Fujii, “Exergetic Sensitivity Analysis of ORC Geothermal
Power Plant Considering Ambient Temperature,” in Geothermal Resources Council Transactions,
vol.40. 2016
[3] S. Darma, Y. L. Imani, M. N. A. Shidqi, T. D. Riyanto, M. Y. Daud, “Country Update: The Fast
Growth of Geothermal Energy Development in Indonesia,” in Proceedings World Geothermal
Congress 2020+1
[4] C. O. Colpan, M. A. Ezan, O. Kizilkan, “Thermodynamics Analysis and Optimization of
Geothermal Power Plants,” Amsterdam: Elsevier, 2021.
[5] K. C. Amrita, G. Nugroho, “Analisis Thermal pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PT.
Indonesia Power UPJP Kamojang” in Jurnal Teknik ITS, vol.7.No.2.
[6] S. Jalilinasrabady, R. Itoi, P. Valdimarsson, G. Saevardottir, H. Fujii, “Flash Cycle Optimization
of Sabalan Geothermal Power Plant Employing Exergy Concept,” in Geothermics, vol. 43, pp.75-
82.
[7] S. J. Zarrouk, H. Moon, “Efficiency of Geothermal Power Plants; a Worldwide Review,” in
Geothermics, vol. 51, pp.142-53.
[8] M. J. Moran, H. N. Shapiro, D. D. Boettner, M. B. Bailey, “Fundamentals of Engineering
Thermodynamics,” 9th ed., USA: Wiley, 2018.
[9] Y. Cengel, M. Boles, M. Kanoglu, “Thermodynamics An Engineering Approach,” 9th ed., New
York: Mc-Graw-Hill Education, 2019
[10] E. Balqis, K. Indriawati, B. Lelono, “Optimasi Daya Listrik pada PT. Pertamina Geothermal
Energy Area Kamojang, Jawa Barat,” in Jurnal Teknik POMITS, vol.1.No.1, pp.1-6.
[11] I. Dincer, M. Av Rosen, “Exergy: Energy, Environment and Sustainable Development,”
Amsterdam: Elsevier, 2007.
[12] B. Rudiyanto, M. A. Bahthiyar, N. A. Pambudi, Widjonarko, M. Hijriawan, “An Update of
Second Law Analysis an Optimization of a Single-Flash Geothermal Power Plant in Dieng,” in
Geothermics, vol.96, pp.102212.
[13] I. Dincer, M. Ozturk, “Geothermal Energy Systems,” Amsterdam: Elsevier, 2021.
[14] M. Yari, “Exergetic Analysis of Various Types of Geothermal Power Plants,” in Renewable
Energy, vol.35, pp.112-121.
[15] R. DiPippo, “Geothermal Power Plants: Principles, Applications, Case Studies and
Environmental Impact,” 4th ed., Oxford: Elsevier, 2016.
[16] S. M. Bina, S. Jalilinasrabady, H. Fujii, N. A. Pambudi, “Classification of Geothermal Resources
in Indonesia by Applying Exergy Concept,” in Renewable and Sustainable Energy Reviews,
vol.93, pp.499-506.
[17] V. Pierce, “Introduction to Geothermal Power,” Delhi: The English Press, 2011.

1351
Radith Satria Perdana, SNTEM, Volume 2, November 2022, hal. 1340-1352

Daftar Simbol

Ed = Eksergi Terdestruksi, kW
DELM = Laju Alir Massa, kg/s
ETAGEN = Efisiensi Generator, %
ETHAI = Efisiensi Isentropik Turbine , %
GDCODE = Tipe Turbine, -
H = Entalpi, kJ/kg
hf = Entalpi Cairan, kJ/kg
hg = Entalpi Uap, kJ/kg
hfg = Entalpi Campuran, kJ/kg
ṁ = Laju Aliran Massa, kJ/kg
P = Tekanan, bar abs
Pin = Tekanan Input, bar abs
Pout = Tekanan Output, bar abs
Q = Kalor, J
S = Entropi, kJ/kg.K
Sf = Entropi Cairan, kJ/kg.K
Sg = Entropi Uap, kJ/kg.K
Sfg = Entropi Campuran, kJ/kg.K
SSC = Specific Steam Consumption, -
T = Suhu, °C
wt = Kerja Turbine, kJ/kg
Wnet = Daya Listrik, kW
Wt = Daya Mekanikal Turbine, kW
x = Fraksi Uap, -
ηg = Efisiensi Generator, %
ηt = Efisiensi Isentropik Turbine, %
ηth = Efisiensi Themal, %
ѱ = Efisiensi Eksergi, %
Ѱp = Efisiensi Eksergi Plant, %

1352

Anda mungkin juga menyukai