Anda di halaman 1dari 7

OPTIMASI DAYA MAKSIMUM OFFSHORE WIND TURBINE DENGAN

MPPT PERTURB AND OBSERVE


(APLIKASI : PESISIR PANTAI DI NIAS TIMUR)
Robbyo Ardiles P(1), Syafruddin(2)
Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA
e-mail : robbyoardilesp@gmail.com

Abstrak

Pembangkit listrik tenaga angin telah dikembangkan di berbagai negara terutama yang mempunyai potensi
tenaga angin yang besar. Pulau Nias merupakan salah satu pulau yang sebagian besar pembangkitnya masih
menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Pemanfaatan wind turbine dengan MPPT di pesisir pantai
Nias Timur mampu menghasilkan daya listrik secara optimal sebesar 1100 Watt. MPPT berbasis metode Perturb and
Observe (P&O) diterapkan untuk melacak titik daya maksimum dari wind turbine dengan waktu tempuh yang lebih
singkat. Pada Tugas Akhir ini menggunakan simulasi MATLAB untuk memodelkan dan mengendalikan daya keluaran
dari wind turbine yang terhubung dengan boost converter. Dari hasil simulasi pada kecepatan angin rata-rata, MPPT
mampu meningkatkan kecepatan putaran rotor wind turbine dengan rata-rata kenaikan sebesar 0.96 rad/s serta daya
keluaran menjadi maksimum dengan rata-rata kenaikan sebesar 7.22 %. Rata-rata waktu tempuh titik maksimum oleh
MPPT juga lebih singkat yakni 0.67 s dibandingkan tanpa adanya MPPT sebesar 0.84 s.

Kata kunci : Boost converter, MPPT, Perturb and Observe, Wind Turbine

1. Pendahuluan
Energi angin merupakan energi yang dapat Pengunaan PLTD di area Nias menyebabkan biaya
digunakan sebagai sumber pembangkitan tenaga pokok produksi (BPP) listrik untuk komponen bahan
listrik yang sedang mengalami perkembangan bakar menjadi tinggi.
teknologi yang sangat cepat. Potensi energi angin Berbagai macam sumber energi terbarukan
di Indonesia banyak ditemui pada pesisir selatan (renewable energy) yang bersih dan melimpah
Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau di Indonesia tersedia di alam sedang dikembangkan saat ini [2].
bagian timur. Berdasarkan data Blueprint Salah satu sumber energi terbarukan yang dapat
Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, dikembangkan di pulau Nias yaitu teknologi turbin
Departemen ESDM RI, dapat dilihat bahwa angin lepas pantai (offshore wind turbine).
potensi Pembangkit Listrik Tenaga Angin di MPPT metode P&O akan disimulasikan pada
Indonesia sangat menarik untuk dikembangkan software MATLAB menggunakan pembangkit listrik
karena dari potensi sebesar 9.29 GW, baru sekitar tenaga angin (wind turbine) dengan menggunakan
0.0006 GW yang dikembangkan, yang berarti kecepatan angin yang berubah-ubah pada pesisir
masih dibawah 0.5% [1]. pantai di Nias Timur (offshore).
Nias merupakan salah satu pulau yang juga
kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yang secara 2. Tinjauan Pustaka
geografis terpisah dari daratan di bagian barat 2.1 Energi Angin
Pulau Sumatera. Pemenuhan kebutuhan energi Energi angin merupakan sumber energi
listrik di Area Nias saat ini masih disuplai dari terbarukan yang berlimpah serta tidak menghasilkan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). polusi atau meningkatkan gas rumah kaca. Angin
yang bergerak terjadi karena perbedaan suhu tidak
merata oleh matahari terhadap permukaan bumi Dimana:
[3]. Gerakan angin mengakibatkan timbulnya
energi kinetik yang dapat dimanfaatkan untuk 1 1 0.035
𝜆𝑖
= 𝜆+0.88𝛽
– 𝛽3 + 1 (5)
berbagai keperluan, seperti penggerak generator
pembangkit listrik melalui sistem konversi dengan
turbin angin. Karakteristik nilai koefisien C1 sampai C6
adalah : C1 = 0,5176, C2 = 116, C3 = 0,4, C4 = 5, C5 =
2.2 Energi Kinetik Angin 21 dan C6 = 0,0068. Dimana nilai maksimum Cp (λ ,
Energi kinetik angin akan masuk ke turbin 𝛽) = 0,48 yang diperoleh saat 𝛽 = 0̊ dan λ = 8.1. Nilai
angin melalui bilah turbin (blades). Energi ini λopt ini akan menentukan titik daya maksimum yang
kemudian diubah ke dalam bentuk energi mekanik dapat diubah dari energi angin oleh turbin angin [5].
sehingga menghasilkan torsi untuk memutar
generator. Energi kinetik yang dihasilkan oleh
angin saat mengalir melalui sisi turbin dinyatakan 2.4 Karakteristik Turbin Angin
pada persamaan (1) [4]. Energi kinetik angin menggerakkan rotor turbin
angin yang terhubung dengan generator untuk
1 1
𝑃𝑤𝑖𝑛𝑑 = . M. 𝑣 2 𝑤𝑖𝑛𝑑 = . 𝜌. 𝐴r . 𝑣 3 𝑤𝑖𝑛𝑑 (1) menghasilkan listrik. Hubungan antara kecepatan
2 2 putaran rotor turbin dan torsi yang dihasilkan pada
kecepatan angin berbeda dapat dilihat pada Gambar
Dimana : 1[5].
Pwind = Daya angin yang mengalir (Watt)
M = Massa angin yang mengalir (kg/s)
Torsi Generator
𝜌 = Massa jenis udara (1.225 kg/m3)
Ar = Luas Area rotor saat berputar (m2)
vwind = Kecepatan angin (m/s)

2.3 Koefisien Daya (Power Coefficient)


Kecepatan rotor turbin
Koefisien daya menunjukkan efisiensi yang
dimiliki oleh turbin angin dalam menghasilkan Gambar 1. Hubungan karakteristik torsi mekanik
energi dari angin. Efisiensi ini dapat diperoleh generator dan kecepatan rotor turbin angin
dengan membandingkan energi mekanik yang
dihasilkan rotor (Pm) dengan energi kinetik dari
angin (Pwind) seperti persamaan (2) dan (3) [4].
Berdasarkan hubungan kurva karakteristik torsi-
kecepatan rotor turbin angin pada Gambar 1, torsi
𝑃𝑚
𝐶𝑝 (𝜆, 𝛽 ) = 𝑃𝑤𝑖𝑛𝑑
(2) maksimum (Pm) dapat dihasilkan oleh turbin angin
1 seperti persamaan (6).
𝑃𝑚 = . 𝜌. 𝐴𝑟 . 𝑣 3 𝑤𝑖𝑛𝑑 . 𝐶𝑝 ( 𝜆 , 𝛽 ) (3)
2
1 1
𝑇𝑚 = 2 . 𝜌. 𝐴r .v3wind . 𝐶p ( 𝜆 , 𝛽 ) . 𝜔
(6)
Dimana :
𝐶𝑝 (𝜆 ,𝛽) = Power coefficient turbin angin
2.5 Permanent Magnet Synchronous Generator
Power coefficient (Cp) yang merupakan fungsi (PMSG)
nonlinear dari tip speed ratio (λ) dan blade pitch Generator sinkron dengan magnet permanen
angle (𝛽) dinyatakan pada persamaan (4) berikut (PMSG) merupakan generator yang menggunakan
ini : magnet permanen seperti SmCo and NdFeB sebagai
sistem eksitasi pada rotor generator sehingga
−𝐶6 mengurangi kesulitan dalam sistem kontrolnya.
𝐶2
Cp (λ, 𝛽) = 𝐶1( 𝜆𝑖 - 𝐶3.𝛽 − 𝐶4) 𝑒 𝜆𝑖 + C6.λ (4) PMSG akan mengubah daya mekanik
(2.8) dari turbin
angin menjadi daya elektris. Struktur dari maksimum akan menghasilkan efisiensi yang tinggi.
PMSG dapat dilihat pada Gambar 2 [6]. [8].
Pada pengontrolan MPPT dengan metode
Perturb and Observe ini, algoritma pengendali
menggunakan prinsip seperti “melacak-mengingat-
menggunakan kembali” [9]. Algoritma pelacakan ini
akan memulainya seperti sebuah sistem yang belajar
dari keadaan awal seperti memori kosong dengan
performa yang belum baik. Selama pelaksanaan,
sistem ini akan mencari data dengan metoda
pencarian Hill-Climb, yaitu sistem mencoba mencari
Gambar 2. Struktur PMSG pada sumbu-dq data atau seperti mencari pengalaman secara bertahap
untuk melatih memori kecerdasan sistem tersebut
sehingga pengalaman yang sudah terlatih akan
2.6 DC-DC Boost Converter tersimpan pada memori kecerdasan sistem.
Boost converter merupakan konverter yang Algoritma pelacak ini bergantung pada lokasi
berfungsi untuk mengubah tegangan masukan DC dari titik operasi dan hubungan antara perubahan daya
menjadi tegangan keluaran DC lain yang lebih (ΔP) dan kecepatan rotor (ω), lalu menghitung sinyal
tinggi. Adapun skema dari rangkaian boost optimum yang diinginkan untuk mengendalikan
converter dapat dilihat pada Gambar 3 berikut [7]. sistem ke titik MPP [8].

3. Metode Penelitian
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan software simulasi MATLAB
R2013a-Simulink pada komputer, simulasi ini
mengunakan kecepatan angin yang diperoleh dari
Gambar 3. Rangkaian ekivalen boost converter Stasiun Meteorologi Maritim Belawan kota Medan.
Lama penelitian ini direncanakan selama 2 (dua)
Untuk mendapatkan tegangan yang lebih bulan.
tinggi dari pada masukannya, boost converter
menggunakan komponen penyaklaran (switching) 3.2 Data dan Peralatan
untuk mengatur unjuk kerja (duty cycle). Hal ini
Penelitian ini menggunakan peralatan sebuah
sesuai dengan persamaan (7) berikut ini.
komputer dengan software simulasi MATLAB
𝑉
𝑖𝑛
R2013a-Simulink, jurnal sebagai referensi serta data
𝑉𝑜 = 1−𝐷 (7) kecepatan angin rata-rata, minimum dan maksimum
yang terdapat di perairan wilayah Nias Timur.
Dimana :
𝑉𝑖𝑛 = Tegangan masukan (V)
3.3 Pelaksanaan Penelitian
𝑉𝑜 = Tegangan keluaran (V)
Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan
D = Duty Cycle
dengan pemodelan simulasi wind turbine
menggunakan permanent magnet synchronous
generator (PMSG) pada MATLAB-Simulink. Data
2.7 Metode Perturb and Observe kecepatan angin rata-rata yang telah ditentukan akan
Maximum Power Point Tracking atau yang dimasukkan sebagai masukan pada kecepatan angin
sering disebut dengan MPPT adalah metode turbin angin. Turbin angin akan dihubungkan dengan
pelacakan nilai daya maksimum (MPP) dari suatu rectifier serta DC converter tipe boost yang akan
sistem. Pada suatu titik tertentu sistem tersebut dihubungkan ke beban resistif. Metode MPPT dengan
memiliki daya maksimum. Daya keluaran yang algoritma Perturb and Observe kemudian digunakan
untuk mengoptimasi keluaran daya maksimum 4.2 Hasil Pemodelan Wind Turbine Dengan MPPT
dari wind turbine. P&O

3.4 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian dapat dilihat melalui
diagram alir pada Gambar 4 berikut :

Mulai

Pengumpulan data kecepatan angin,


spesifikasi offshore wind turbine

Membuat model wind turbine dan Gambar 6. Pemodelan wind turbine dengan MPPT
boost converter pada Matlab-R2013a P&O
Melakukan kontrol boost converter
dengan MPPT metode Perturb and
4.3 Simulasi Wind Turbine tanpa MPPT P&O pada
Observe Kecepatan Angin Rata-Rata
Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik dari wind turbine pada kecepatan angin
Simulasi offshore wind turbine dengan MPPT
rata-rata yang telah diperoleh sebelumnya. Pada
pengujian ini akan diperoleh kecepatan putaran rotor,
Analisa tegangan dan daya tegangan serta daya keluaran yang dihasilkan wind
keluaran dari offshore wind turbine
sebelum dan sesudah MPPT
turbine PMSG pada keluaran rectifier yang dipasang
di beban. Hasil simulasi wind turbine tanpa MPPT
pada kecepatan angin 3.2 m/s ditunjukkan pada Tabel
1.
Apakah MPPT mempengaruhi daya Tidak
keluaran offshore wind turbine
Tabel 1. Hasil simulasi tanpa MPPT P&O pada
kecepatan angin 3.2 m/s
Ya

Kesimpulan R Tegangan Arus Daya Kecepatan


No
(Ohm) (Volt) (A) (Watt) rotor (rad/s)
1 25 3.30 0.13 0.43 1.40
Selesai 2 50 6.50 0.13 0.85 2.30
3 100 13.00 0.13 1.69 4.11
Gambar 4. Diagran alir penelitian 4 150 20.00 0.13 2.68 6.09
5 200 131.00 0.66 85.81 37.40
4. Hasil dan Pembahasan 6 250 137.50 0.55 75.63 39.04
4.1 Hasil Pemodelan Wind Turbine Tanpa dan 7 300 141.50 0.47 66.93 40.21
Dengan MPPT P&O 8 350 145.00 0.41 60.03 41.09
9 400 146.30 0.37 54.13 41.79
10 450 150.00 0.33 50.10 42.35
11 500 152.00 0.31 46.36 42.81
12 550 154.00 0.28 42.35 43.20
13 600 155.00 0.25 39.37 43.52
14 650 156.00 0.24 36.82 43.81
15 700 157.00 0.22 34.54 44.06
16 750 158.00 0.21 32.71 44.27
17 800 159.00 0.20 31.01 44.46
18 850 160.00 0.19 30.40 44.63
19 900 162.00 0.18 29.16 44.78
20 1000 164.00 0.16 26.90 45.00
Gambar 5. Pemodelan wind turbine tanpa MPPT
P&O
4.4 Simulasi Wind Turbine Dengan MPPT P&O turbine saat kecepatan angin 3.2 m/s yakni sekitar
pada Kecepatan Angin Rata-Rata 11.63%.
Pada hasil simulasi ini kita akan melihat
perbedaan karakteristik daya dan tegangan Besar perubahan tegangan DC yang dihasilkan
terhadap waktu serta perubahan dari variabel torsi, menyebabkan arus keluaran DC juga ikut berubah,
arus induktor, kecepatan rotor serta karakteristik sehingga mempengaruhi torsi elektromagnetik (𝑇𝑒 ).
duty cycle dari pemasangan MPPT pada boost Perubahan 𝑇𝑒 yang muncul akibat pemasangan MPPT
converter saat kecepatan angin 3.2 m/s dan beban seperti Gambar 8.
resistif 200 Ω.

Te
Daya

Gambar 8. Torsi elektromagnetik PMSG saat


(a) kecepatan angin 3.2 m/s

Berdasarkan hasil simulasi pada Gambar 8,


terlihat besar torsi elektromagnetik (𝑇𝑒 ) yang
dihasilkan dari PMSG dengan MPPT mulai saat t=0.7
Tegangan

detik mempunyai torsi maksimum sebesar 2.05 Nm.


Sedangkan 𝑇𝑒 dari PMSG tanpa MPPT memiliki nilai
maksimum 2.27 Nm mulai saat t=0.9 detik. Hal ini
menunjukkan bahwa 𝑇𝑒 dari PMSG yang dipasang
(b)
MPPT berada dibawah 𝑇𝑒 PMSG tanpa adanya
Gambar 7(a) Kurva P-t pada kecepatan angin 3.2 m/s MPPT.
(b) Kurva V-t pada kecepatan angin 3.2 m/s
Selanjutnya, perubahan dari 𝑇𝑒 PMSG yang ada
kemudian akan mengubah torsi mekanik (𝑇𝑚 ) dari
Berdasarkan hasil simulasi, diperoleh nilai wind turbine sebelumnya sampai mencapai suatu titik
daya maksimum keluaran wind turbine yang kestabilan. Hasil simulasi yang diperoleh seperti
dipasang MPPT sebesar 95.79 Watt mulai saat Gambar 9 berikut.
t=0.7 detik untuk mencapai nilai maksimum yang
stabil. Sedangkan tanpa MPPT, daya maksimum
yang diperoleh hanya sebesar 85.81 Watt mulai
saat t=0.9 detik. Adapun nilai tegangan DC yang
Tm

dihasilkan setelah melewati boost converter


dengan MPPT adalah 138.4 Volt sedangkan
tegangan DC keluaran rectifier tanpa adanya
MPPT adalah sebesar 131 Volt. Gambar 9. Torsi mekanik PMSG saat kecepatan
angin 3.2 m/s
Dengan membandingkan kedua hasil daya
maksimum keluaran wind turbine kemudian Perubahan dari torsi mekanik (𝑇𝑚 ) wind
diperoleh persentase peningkatan daya sebesar : turbine akibat pemasangan MPPT pada boost
converter dapat dilihat pada Gambar 4.21 dimana
(95.79 − 85.81) Watt pada saat t=0.54 detik, 𝑇𝑚 dengan MPPT mencapai
η= × 100 = 11.63% nilai maksimum sebesar 4.4 Nm kemudian mencapai
85.81 Watt
posisi stabil (settling time) saat t=0.8 detik dengan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, MPPT besar torsi 2.1 Nm. Sedangkan 𝑇𝑚 tanpa MPPT
P&O berhasil meningkatkan daya keluaran wind mencapai nilai maksimum sebesar 4.4 Nm saat
t=0.72 detik, kemudian mencapai posisi stabil memliki kenaikan daya rata-rata sebesar 7.22 %
(settling time) saat t=1 detik dengan besar torsi dengan rataan waktu (t) mencapai titik
2.3 Nm. maksimum sebesar 0.67 s.
3. MPPT yang tersambung pada boost converter
Adapun perubahan dari 𝑇𝑒 PMSG kemudian telah berhasil menghasilkan karakteristik duty
akan mengubah torsi mekanik (𝑇𝑚 ) wind turbine cycle yang berbeda untuk meningkatkan
yang ada menjadi semakin rendah. Hal ini akan tegangan keluaran dari wind turbine untuk
menyebabkan perubahan kecepatan pada rotor memperoleh titik daya maksimum (MPP). Hal
wind turbine. Adapun perubahan kecepatan rotor ini dapat diamati melalui perubahan torsi
yang diperoleh seperti Gambar 10. elektromagnetik dan torsi mekanik sebelum dan
sesudah dipasang MPPT yang kemudian
menghasilkan peningkatan kecepatan rotor dari
PMSG dengan rata-rata kenaikan sebesar 0.96
rad/s pada kecepatan angin rata-rata.
Kec. Rotor

4. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa


pemanfaatan MPPT pada wind turbine mampu
meningkatkan rasio daya keluaran dari sistem
Gambar 10. Kecepatan rotor PMSG saat terutama saat kecepatan angin rata-rata yang
kecepatan angin 3.2 m/s rendah.

Terlihat pada Gambar 10, dimana terjadi 5.2 Saran


perubahan kecepatan rotor wind turbine. Adapun saran dari penulis sebagai
Kecepatan rotor menjadi meningkat dan stabil pengembangan dari tugas akhir ini adalah sebagai
pada saat t=0.7 detik dengan besar kecepatan 38.3 berikut :
rad/s sedangkan wind turbine tanpa adanya MPPT
memiliki kecepatan rotor sebesar 37.40 rad/s dan 1. Penulis berharap agar tugas akhir selanjutnya
stabil pada saat t=1 detik. membahas tentang performa dari wind turbine
yang dipasang MPPT saat dihubungkan ke suatu
jaringan listrik.
5. Penutup
2. Menggunakan metode Maximum Power Point
5.1 Kesimpulan
Tracking (MPPT) lainnya yang lebih baik dan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang
akurat untuk optimasi daya terutama pada saat
dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
kecepatan angin yang tinggi sehingga potensi
1. Daya maksimum yang dapat dibangkitkan energi angin yang ada di Indonesia dapat
wind turbine pada kecepatan angin rata-rata di dimanfaatkan dengan baik.
pesisir pantai Nias Timur setelah penambahan
MPPT Perturb and Observe yakni sebesar 6. Daftar Pustaka
1100 Watt.
[1] Kementerian ESDM RI. 2006. Blueprint
2. Penerapan MPPT menggunakan metode Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025. Arsip
Perturb and Observe telah berhasil ESDM RI. Jakarta.
meningkatkan keluaran daya maksimum dari [2] Puslitbangtek Ketenagalistrikan, EBT dan
wind turbine. Dari hasil simulasi mulai dari Konservasi Energi. 2015. Analisis Keekonomian
kecepatan rata-rata terendah 3.2 m/s sampai Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
kecepatan rata-rata tertinggi 7.8 m/s dengan Pada Sistem Ketenagalistrikan Nias. Vol. 14.
perubahan beban 100-200 ohm, sistem tanpa Jakarta Selatan.
MPPT mencapai nilai maksimum yang stabil [3] Freris. L., & Infield. D. 2008. Renewable Energy
dengan rataan waktu (t) sebesar 0.84 s. in Power Systems. John & Wiley Sons, Ltd.
Sedangkan sistem yang dilengkapi MPPT United Kingdom.
[4] Zubiaga, M., Abad, G., & Barrena, J.A. 2012.
Energy Transmission and Grid Integration of
AC Offshore Wind Farms. Intech. Croatia.
[5] Patel, S. 2015. Control of Grid connected
Wind Energy Conversion System based
PMSG. International Journal of Advance
Engineering and Research Development. Vol.
2.
[6] Putri, R.I., Pujiantara, M & Priyadi, A. 2018.
Maximum Power Extraction Improvement
using Sensorless Controller Based on
Adaptive Perturb and Observe Algorithm for
PMSG Wind Turbine Application. IET
Electric Power Applications, Vol. 12, Iss 4.
[7] Hart, D.W. 2011. Power Electronics.
McGraw-Hill.
[8] Thongam, J. S., & Mohand Ouhrouche. 2011.
MPPT Control Methods in Wind Energy
Conversion Systems. University of Quebec at
Chicoutimi. Canada.
[9] Shukla R.D. & R. K. Tripathi Shukla. 2012.
Maximum Power Extraction Schemes &
Power Control in Wind Energy Conversion
System. International Journal of Scientific &
Engineering Research, Vol. 3, Iss 6.

Anda mungkin juga menyukai