TINJAUAN PUSTAKA
Mempertimbangkan rotor angin melewati area A terbuka pada aliran angin ini.
Energi kinetic aliran angin yang tersedia untuk turbin dapat dihitung dengan:
1
= 2 (Lit. 6 hal. 20). . . (2)
2
Dimana adalah massa jenis udara dan v adalah volume udara yang tersedia
untuk rotor. Udara saling berinteraksi dengan rotor per satuan waktu di daerah
yang sama pada rotor (AT) dan ketebalan sama dengan kecepatan angin (V).
Oleh karena itu dapat ditunjukan torsi rotor (T) dinyatakan dengan:
1
= 2 (Lit. 6 hal. 23) . (6)
2
Dimana R adalah radius rotor. Rasio torsi aktual yang dikembangkan oleh
rotor dan daya torsi teoritis dikenal sebagai koefisien torsi (CT). jadi koefisien
torsi dinyatakan dengan:
2
= (Lit. 6 hal. 23) . (7)
2
Gambar 2.2 Variasi Tip Speed Ratio Dan Koefisien Daya CP Pada Berbagai Jenis
Turbin Angin
(Sumber : Hau, 2006)
Jadi, tip speed ratio adalah perbandingan rasio antara koefisien daya dan koefisien
torsi dari rotor.
CP
Maka:
1
= 1 2 2 2 (Lit. 4 hal. 83) (16)
2
dari persamaan (16) dapat disimpulkan bahwa daya terbesar yang diambil dari
angin adalah jika bernilai nol, yaitu angin berhenti setelah melalui rotor, namun
hal ini tidak dapat terjadi karena tidak memenuhi hukum kontinuitas. Energi angin
yang diubah akan semakin besar jika semakin kecil, atau dengan kata lain rasio
harus semakin besar.
Persamaan lainnya yang diperlukan untuk mencari besarnya daya yang
dapat diambil adalah persamaan momentum :
= (1 2 )(Lit. 4 hal. 83) (17)
sesuai dengan hukum kedua Newton bahwa gaya aksi akan sama dengan gaya
reaksi, gaya yang diberikan udara kepada rotor akan sama dengan gaya hambat
Untuk melengkapi uraian dari besarnya keluaran daya mekanik ini, harus
dibandingkan dengan daya yang terkandung pada aliran angin yang melewati
luasan area A yang sama, yaitu persamaan (13), besarnya rasio perbandingan
antara keluaran daya mekanik yang telah diubah dari energi angin dengan daya
yang terkandung pada angin Po disebut dengan power coefficient Cp dengan
persamaan :
1 2 2
4 1 2 (1 + 2 )
= = 1
(Lit. 4 hal. 84). . (24)
1 3
2
Koefisien daya tersebut dapat diubah menjadi fungsi dari perbandingan kecepatan
U2/U1, yaitu :
Koefisien daya hasil dari konversi daya angin ke daya mekanis turbin
tergantung pada perbandingan dari kecepatan angin sebelum dan sesudah
dikonversikan. Jikaketerkaitan ini di plot ke dalam grafik, secara langsung solusi
analitis juga dapat ditemukan dengan mudah. Dapat dilihat bahwa koefisien daya
mencapai maksimum pada rasio kecepatan angin tertentu seperti pada terlihat
pada gambar.
Gambar 2.7 Koefisien Daya Berbanding Dengan Rasio Kecepatan Aliran Sebelum
dan Setelah Konversi Energi
(Sumber :Hau, 2006)
Dengan U2/U1 = 1/3, besarnya effisiensi teoritis atau ideal atau maksimum dari
turbin angin Cp adalah :
16
= = 0,593 (Lit. 4 hal. 85) . (26)
27
Denga kata lain, turbin angin dapat mengkonversikan tidak lebih dari 60%
tenaga total angin menjadi tenaga berguna. Betz adalah orang pertama yang
menemukan nilai ini, untuk itu nilai ini disebut juga dengan Betz factor.
Mengetahui bahwa koefisien daya maksimum yang ideal dicapai pada U2/U1=1/3,
kecepatan angin yang melalui rotor menjadi :
Gambar 2.8Kondisi aliran udara melalui satu disk ideal membentuk konverter
tenaga dengan kemungkinan ekstraksi maksimum dari gaya mekanis
(Sumber : Hau, 2006)
Gambar 2.9 Kondisi aliran dan Gaya Aerodinamis pada Turbin Jenis Drag
(Sumber : Hau, 2006)
Sehingga
4
= (Lit. 4 hal. 87) . (35)
27
Nilai CD dari mendekati nol sampai titik maksimum, maksimum kira kira 1,5
untuk bentuk cekung yang digunakan pada anemometer standard. Dengan
demikian, koefisien daya maksimum untuk drag machine adalah:
4 6
(1,5) = = 22% (Lit. 4 hal. 85). . . (36)
27 27
Hal ini dibandingkan dengan kriteria Betz untuk turbin ideal dengan =
16
27
= 59 % . Ditunjukkan bahwa turbin tipe lift memiliki koefisien daya 30% lebih
Gambar 2.10 Gaya aerodinamis rotor turbin angin ketika dilalui aliran udara.
(Sumber: manwell. 2002)
Gambar 2.11 Jenis jenis pompa yang digerakkan oleh angin secara mekanikal
(Sumber : Mathew, 2006)
2.7.1 Pompa Air Tenaga Angin Mekanik (Mechanical Wind Pumps)
Pompa angin mekanik biasanya menggunakan turbinangin tradisional yang
dapatberputar pada kecepatan angin yang relatif rendah. Turbinangin seperti ini
sering disebutold American windmill atau American type windmill (lihat Gambar
2.10).Pompa air tenaga angin jenis ini mulai digunakan di Amerika pada akhir
abad ke 19 untukkebutuhan air rumah tangga dan pembuatan rel kereta api.
Selama kurang lebih 100 tahun terakhir ini, sudah lebih dari 8 juta turbin angin
Dengan penjelasan tentang pompa tenaga angin diatas yang akan dibahas
selanjutnya adalah pompa tenaga angin mekanik yang menggunakan pompa
piston.
Volume air yang keluar selama proses langkah dihasilkan dari daerah bagian
dalam silinder dan panjang langkah yang dilakukan selama proses langkah.
Dengan demikian, jika d adalah diameter dalam silinder dan s adalah panjang
langkah lalu, secara teoritis volume air yang di pompakan melalui saluran
discharge diberikan oleh:
2
=
(Lit. 6 hal. 127). . (37)
4
Dari gambar, dapat dilihat bahwa:
= 2 (Lit. 6 hal. 127) . . (38)
Dimana r adalah panjang engkol. Debit yang dihasilkan dari katup discharge dapat
dihitung dengan:
2
= (Lit. 6 hal. 128) (39)
2
Dimana adalah efisiensi volumetrik pompa dan N adalah putaran rotor
turbin. Biasanya, efisiensi volumetric pompa piston yang pada umumnya lebih
tinggi dari 90%.
Head statis total (ha) adalah perbedaan tinggi antara muka air disisi keluar
dan sisi isap ; tanda positif (+) dipakai apabila permukaan air pada sisi keluar
lebih tinggi daripada sisi isap.Adapun hubungan antara tekanan dan head tekan
dapat diperoleh dari rumus:
= 10 (Lit. 10 hal 27) . . (42)
Head losses (hl) yaitu head untuk mengatasi kerugian-kerugian yang terdiri
atas head losses di dalam pipa-pipa, dan head losses di dalam belokan-belokan,
katub-katub, dsb.
1. Head losses dalam pipa (kerugian mayor)
Untuk menghitung kerugian gesek di dalam pipa dapat dipakai rumus berikut
ini:
2
= (Lit. 10 hal 28 ) . . . . (44)
2
Dimana: va = Kecapatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
hf = Head losses dalam pipa (m)
g = Koefisien kerugian gesek dalam pipa
g = Perceptan gravitasi (9,8 m/s2)
L = Panjang pipa
d = Diameter dalam pipa (m)
Selanjutnya, untuk aliran yang laminer dan yang turbulen, terdapat rumus
yang berbeda. Sebagai patokan apakah suatu aliran itu laminer atau turbulen,
dipakai bilangan reynold:
= (Lit. 10 hal 28) . . (45)
= (Lit. 10 hal 28 ) . . . . (46)
Dimana: Re = bilangan reynold (tak berdimensi)
v = kecepatan rata-rata aliran di dala pipa (m/s)
d = diameter dalam pipa (m)
= visikositas kinematik zat cair (m2/s)
Faktor gesekan tergantung dari bilangan renoldnya. Jika alira dalam pipa
tersebut laminar maka harga faktor gesekan (f ) dapat dicari dengan rumus:
64
= (Lit. 10 hal 29) . . . (47)
Untuk aliran laminar, Re mempunyai harga maksimum sebesar 2000. Bila
bilangan reynold (Re) >2300 aliran dalam pipa adalah turbulen, maka faktor
gesekan f di dapat dari diagram moody. Head losses dalam jalur (kerugian minor).
Dimana f 1
v1 v2
v1 v2 D2
D1 D2 D1