Anda di halaman 1dari 24

Motor Induksi

3.1 Pengenalan Motor Induksi

Motor induksi adalah motor listrik (ac) yang luas di gunakan penamaannya berasal dari
kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya,
dimana rotor motor bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotationg
magnetic field) yang dihasilkan oleh arus rotor

Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3 fase dan motor induksi 1 fase,
motor induksi 3 fase dioperasikan pada system tenaga 3 fase dan digunakan dalam berbagai
bidang industry dengan kapasitas yang besar. Motor induksi 1 fase dioperasikan pada system
tenaga 1 fase dan digunakan untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angina, lemari es,
pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi 1 fase mempunyai daya keluaran
rendah.

(a) Bentuk fisik (b) Motor induksi dilihat dari dalam

Gambar 3.1 Motor induksi 3-fasa


Gambar 3.2 Penerapan motor induksi di dunia industri

Data – data motor induksi mengenai daya, tegangan dan data lain yang berhubungan
dengan kerja motor induksi dibuat pada plat nama (name plate) motor induksi

Gambar 3.3 contoh data yang ada pada plat nama motor induksi

3.2 Konstruksi Motor Induksi

Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting seperti:


1. Stator : Bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat menginduksikan medan
elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
2. Celah : Merupakan celah udara, tempat berpindahnya energy dari stator ke rotor.
3. Rotor : Bagian yang bergerak adanya induksi magnet dari kumparan stator yang
diinduksikan kepada kumparan rotor.

(a) Stator dan Rotor Sangkar (b) Rotor Belitan


Gambar 3.3 Bentuk Konstruksi dari Motor Induksi

(a) Bentuk Rotor Sangkar (b) kumparan dikeluarkan dari


rotor
Gambar 3.4 Konstruksi Rotor Sangkar Motor Induksi

Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bagian – bagian sebagai
berikut:
a. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang
b. Inti stator dari besi lunak atau baja silicon
c. Alur, bahan yang sama dengan inti, dimana alur ini tempat meletakan betilan (kumparan
stator)
d. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.

Tujuan dari rangka stator induksi yang di desain dengan baik yaitu:

1. Menutupi inti dari kumparannya.


2. Melindungi bagian – bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan manusia
dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan udara terbuka.
3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan stator di desain untuk tahan
terhadap gaya putar dan goncangan.
4. Berguna sebagai saran rumahan ventilasii udara sehingga pendinginan lebih efektif

Berdasarkan konstruksi rotor, maka motor induksi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
- Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage).
- Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)

Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bagian – bagian :


A. Inti motor, terbuat dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti stator,
B. Alur, terbuat dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti, merupakan tempat
meletakkan belitan (kumparan) rotor.
C. Belitan rotor, bahannya dari tembaga.
D. Poros atau as.

Gambar 3.5 Gambaran sederhana bentuk alur / slot pada motor induksi
Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara stator dan
rotor, celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan rotor sehingga
menyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan rotor diatur agar
didapatkan hasil kerja motor yang optimum, jika celah udara antara stator dan rotor terlalu besar
maka akan mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya jika jarak antara cela
terlalu kecil / sempet maka menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin.

Gambar 3.6 Gambaran sederhana motor induksi dengan satu kumparan stator dan satu kumparan
rotor

Tanda silang (x) pada kumparan stator atau rotor pada gambar menunjukkan arah arus yang
melewati kumparan masuk ke dalam kertas (tulisan ini) sedangkan tanda titik (.) menunjukkan
bahwa arah arus keluar dari kertas.

3.3 Prinsip Kerja Motor Induksi


Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator kepada
kumparan rotornya. Kumparan stator induksi 3-fasa yang dihubungkan dengan suatu sumber
tegangan 3-fasa, maka kumparan stator akan menghasilkan medan magnet yang berputar. Garis –
garis gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya
sehingga timbul emf (ggl) atau tegangan induksi. Karena penghantar (kumparan) rotor
merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan rotor. Kumparan
rotor yang dialiri arus berada dalam gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga
kumparan rotor mengalami gaya Lorentz menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan
rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator.
Medan putar pada stator akan memotong konduktor – konduktor pada rotor, sehingga
terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor akan berputar mengikuti medan putar
stator, putaran relatif stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan memperbesar
kopel motor, karena akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip medan putar
stator dan putaran rotor akan menjadi besar, jika beban motor bertambar, putaran rotor
cenderung menurun.
Jumlah kutup menentukan kecepatan berputarnya medan stator yang terjadi diinduksikan
ke rotor, semakin besar jumlah kutup akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar
medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar ini disebut kecepatan sinkron.

ωsink = 2πf (listrik, rad/dt) (3.1)


= 2πf / P (mekanik, rad/dt)
Atau

Ns = 60. f / P (putaran/menit, rpm) (3.2)


yang mana :
f = frekuensi sumber AC (Hz)
P = jumlah pasang kutup
Ns dan ωsink = kecepatan putaran sinkron medan magnet stator

1. Sumber 3 fase

Gambar 3.7 Bentuk hubungan sederhana kumparan motor induksi 3 fase dengan dua kutup stator

Motor induksi 3-fase mempunyai kumparan 3 fase yang terpisash antara satu sama
lainnya yang berjerak 120º yang dialiri arus listrik 3 fase berbeda fase 120º antar fasenya,
sehingga akan menghasilkan resultan fluks magnet yang berputar seperti kutup magnet actual
yang berputar secarra mekanik.
(a) (b,)

Gambar 3.8 fluks terjadi pada motor induksi 3 fase dari gambar 3,7

(a) Fluks yang terjadi pada kumparan 3 fase diasumsikan sinusoidal seperti pada gambar
3.8 (b) dengan arah fluks positif seperti gambar

Nilai fluks maksimum yang terjadi pada salah satu fasenya disebut φ m maka resultan
fluks φ m dapat diperoleh dengan melakukan penjumlahan vector dari masing – masing fluks φ1 ,
φ 2, dan akibat pengaruh 3 fasenya. Ini φ r dapat dihitung setiap 1/6 perioda dari gambar 3.8 a
dengan mengambil titik – titik 0,1,2 dan 3 maka akan diperoleh bentuk gambar perputaran fluks
stator.

Resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap sebesar (3/2) φm dan berputar searah jarum
jam dengan besar sudut 60º.

Gambar 3.9 bentuk perputaran fluks stator dari gambar 3.4


Resultan fluks yang dihasilkan konstan sebesar 3/2 φm yaitu 1,5 kali fluks maksimum
yang terjadi dari setiap fasdenya, result flus yang terjadi berputar di sekeliling stator dengan
kecepatan konstan sebesar 60.f/P.

Fluks yang di hasilkan oleh kumparan a-a (fasa 1) pada saat “t” dapat dinyatakan dalam
koordinat polar,yaitu :

φ1 = φa cos φ (3.3)

Fluks yang dihasilkan oleh kumparan b-b (fasa 2) dan c-c (fasa 3) masing-masing adalah:

φ2 = φb cos (φ − 120 ˚) (3.4)


φ3 = φc cos (φ − 240˚) (3.5)

Karena amplitude fluks berubah menurut waktu secara sinusoid, maka amplitude amplitudo φa,
φb dan φc dapat dituliskan sebagai berikut.
φa = φmaks cos ωt (3.6)
φb = φmaks cos (ωt − 120 ˚) (3.7)
φc = φmaks cos (ωt − 240 ˚) (3.8)
Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut dan merupakan fungsi tempat (φ) dan waktu
(t), sehingga diperloleh:
φt(φ,t) = φm cos ωt cos φ + φm cos (φ − 120°) cos (ωt − 120°) + φm cos (φ − 240°) cos ( ωt −
240°)
Dengan memakai transformasi trigonometri dari :
cos α cos β = ½ cos (α − β) + ½ cos (α + β) (3.9)
didapat :
φt(φ,t) = ½φm cos (φ − ωt) + ½φm cos (φ + ωt) + ½φm cos (φ − ωt) + ½φm cos (φ + ωt − 240°) +
½φm cos (φ − ωt) + ½φm cos (φ + ωt − 480°)
Suku kedua, keempat, dan keenam saling menghapuskan, maka diperoleh:
φt (φ,t) = 1,5 φm cos (φ − ωt) (3.10)

2. Sumber 2-fasa atau 1 fasa


Gambar 3.10 Teori perputaran medan ganda pada motor induksi 1-fase

Untuk motor kapasitor-start kapasitor run, motor ini dapat dikatakan bekerja seperti
motor induksi 2-fasa yang simetris karena motor ini bekerja dengan dua kumparannya
(kumparan bantu dan kumparan utama) mulai dari start sampai saat running (jalan).

Motor induksi 1-fase bekerja dengan satu kumparan stator pada saat running(jalan) dapat
dikatakan bekerja bukan berdasarkan medan putar, tapi bekerja berdasarkan gabungan medan
maju dan medan mundur. Jika salah satu medan tersebut dibuat lebih besar maka rotornya akan
berputar mengikuti medan ini.

Pada gambar 3.6(a) memperlihatkan bahwa fluks total dihasilkan sebesar Φm, . Φm adalah
akibat pengaruh dari masing – masing komponen fluks A dan B mempunyai nilai sama sebesar
Φm / 2 yang berputar dengan arah berlawanan. Setelah fluks A dan B berputar sebesar +θ dan –θ
(gambar 3.6 b) reseultan fluks yang terjadi menjadi 2 x (Φ m / 2) sin (2θ/2) = Φm sin θ. Setelah
seperempat lingkaran resultan fluks yang terjadi (gambar 3.6 c) menjadi nol karena fluks A dan
B mempunyai harga yang saling menghilangkan. Setengah lingkaran (gambar 3.6d) resultan
fluks A dan B akan menghasilkan -2 x (Φ m / 2) = - Φm ( arah berlawanan dengan gambar 3.6 a).
Setelah tiga perempat lingkaran (gambar 3.6e) resultan fluks A dan B yang terjadi kembali nol
karena masing masing fluks saling menghilangkan.
3.4 Slip
Rotor dari motor induksi berputar dengan kecepatan Nr, dan medan stator berputar
dengan Ns, maka perbedaan kecepatan relative antara kecepatan medan magnet putar stator
terhadap kecepatan rotor disebut kecepatan slip.
Kec.slip = Ns – Nr (3.11)
Ns−Nr
Kemudian slip (s) adalah S= (3.12)
Ns
Frekuensi yang dibangkitkan pada belitan rotor adalah
( N s−N r ) p (3.13)
f 2=
120
p= jumlah kutup magnet stator
Ns. p
f 1= (3.14)
120
Dari persamaan – persamaan diatas diperoleh:
f 2 ( Ns−Nr)
= . f 2=sf 1 (3.15)
f1 Ns
Besarnya GGL induksi efektif pada kumparan stator adalah:
E1 = 4,44 f1 N1 φm (3.16)
Besarnya GGL induksi efektif pada kumparan rotor adalah:

E2S = 4,44 f2 N2 φm (3.17)


= 4,44 s f1 N2 φm
= s.E2
dimana :
E2 = GGL pada saat rotor diam (Nr = Ns)
E2S = GGL pada saat rotor berputar
N1 = jumlah lilitan primer (lilitan stator)
N2 = jumlah lilitan sekunder (lilitan rotor)
Kumparan rotor mempunyai reaktansi induktif yang dipengaruhi oleh frekuensi, maka:

X2S = 2π f2 L2 (3.18)
= 2π s.f1 L2
= sX2
dengan :
X2S = reaktansi pada saat rotor berputar.
X2 = reaktansi pada saat rotor diam.
3.5 Arus Rotor
Lilitan rotor dihubung singkat dan tidak mempunyai
hubungan langsung dengan sumber, arusnya diinduksikan oleh fluks magnet bersama (φ) antara
stator dan rotor yang melewati celah udara, sehingga rotor ini bergantung kepada perubahan-
perubahan yang terjadi pada stator.
Jika tegangan sumber V1 diberikan ke stator, pada stator maka timbul tegangan E1 yang
diinduksikan oleh fluks-fluks tersebut yang menimbulkan tegangan E pada rotor, (E2 = E1 pada
saat rotor ditahan dan s E2 = E1 pada saat motor berputar dengan slip s). Besarnya rotor I2 akan
diimbangi dengan arus stator tapi dengan arah berlawanan agar fluks magnet bersama (φm) tetap
konstan.

gambar 3.11 Diagram vector motor induksi dengan tinjauan sederhana

Slip s, arus rotor ditentukan oleh s E2 (GGL rotor) dan Z2 (impedansi rotor), sehingga
diperoleh:
sE 2 sE 2 E2
I 2= = = (3.19)
Z2 2 2
√ [ 2] 2
r sE 2
+( )
√[ ]
r2
s
+( X 22)

I2 ketinggalan sebesar ϕ2 terhadap E2, dengan:


sX 2
ϕ2 = arc tan (3.20)
r2

3.6 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi 3-fasa

Gambar 3.12 Rangkaian pengganti rotor motor induksi dengan tinjauan sederhana.
GGL induksi pada adalah sE2 = E1. Jika dibuat E1 = E2 maka unsur di rotor harus dibagi

r2
dengan “s”, sehingga dan sX2 menjadi X2. Selanjutnya dapat juga dibuatkan:
s
r2 (1−s )
=r 2+ r 2 (3.21)
s s
Dengan arus rotor I2 tetap sama dengan I2 sebelumnya, jika tahanan stator dinamakan = r1 dan
reaktansi induksi dari fluks bocor kumparan stator = X1, dapat dibuatkan rangkaian pengganti
motor induksi 3-fasa perfasa seperti gambar 3.13, rotor dilihat dari sisi stator diperoleh dengan Im
(tahanan karena pengaruh rugi-rugi inti) dan Xm (reaktansi induksi magnet) pada inti
Gambar 3.13 Rangkaian ekivalen motor induksi 3-fasa perfasa.

3.14 Rangkian ekivalen dengan rotor disesuaikan terhadap stator.


Untuk menghubungkan rangkaian stator dan rangkaian rotor, rangkaian rotor harus
disesuaikan dengan rangkaian stator. Apabila rangkaian rotor disesuaikan terhadap rangkaian
stator maka rangkaian rotor dianggap mempunyai nilai yang sama dengan bayangan dari
rangkaian stator, sehingga E1 = E2’. Untuk parameter – parameter yang lain pada sisi rotor pada
sisi rotor juga diberi tanda (‘) dilihat pada gambar 3.10 mengartikan bahwa semua rangkaian
rotor dilihat dari sisi stator.

3.7 Daya dan Rugi-rugi Daya pada Motor Induksi


Rugi-rugi pada motor induksi adalah rugi-rugi tembaga, rugi inti, dan rugi karena gesekan
dan hambatan angin.
Gambar 3.15 Daya dan rugi-rugi daya pada motor induksi
Jika dibuatkan daya aktif mekanik yang ditransfer dari stator melalui celah udara ke rotor (Pg)
adalah sebesar:
r2 2 ( 1−s )
Pg=I 22 .
s (
=I 2 . r 2 +r 2
s ) (3.22)

r '2 ' ( 1−s )


=( I ¿¿ 2')2 . 2 '
=I 2 ' .(r 2 +r 2 )¿
s s
Dan rugi-rugi daya aktif pada kumparan rotor (Pr2) sebesar;
Pr2 = I22 r2 = (I2’)2 (3.23)
Daya aktif mekanik yang bermanfaat untuk menggerakkan rotor (Pm) sebesar:
(1−s) (1−s)
Pm = I22 . r2 =(I2’)2 . r’2 (3.24)
s s
Bila perbandingan antara ketiga daya tersebut, dengan asumsi rugi-rugi putar diabaikan, dapat
dibuatkan perbandingan:
Pm : Pr2 = (1-s) : s (3.25)
Pg : Pm : Pr2 = 1 : (1 – s) : s (3.26)
Rugi – rugi daya aktif pada kumparan stator motor induksi 3 – fasa perfasa (P 1) dapat dibuat
sebagai berikut:
P1 = I12 r1 (3.27)
Daya masukan motor induksi 3-fasa perfasa menjadi:
Pin = P1 + Pg (3.28)
Daya 3-fasa dari motor induksi 3-fasa dapat dibuatkan sebagai berikut:
Pin (3ph) = 3. Pin (3.29)
Pin (3ph) = VLL. IL. Cos φ (3.30)
Dengan :
φ = perbedaan sudut antara VLL dan IL
VLL = tegangan antar fasa sistem 3-fasa (V)
IL = arus yang melelwati penghantar pada motor induksi 3-fasa (A)

3.8 Efisiensi pada Motor Induksi


Efisiensi motor sebagai perbandingan daya keluaran motor yang digunakan terhadap daya
masukan pada terminalnya, dapat dirumuskan:
POUT
η= x 100 % (3.31)
P¿
Dengan : η = efisiensi motor (%)
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah:
1. Usia. Motor baru lebih efisien
2. Kapasitas. Sebagaimana pada hampir kebanyakan peralatan, efisiensi motor meningkat
dengan laju kapasitasnya.
3. Kecepatan. Motor dengan kecepatan yang lebih tinggi biasanya lebih efisien.
4. Jenis rotor. Sebagai contoh, bahwa motor dengan rotor sangkar biasanya lebih efisien
dari pada motor dengan rotor belitan / cincin geser.
5. Suhu. Motor yang didinginkan oleh fan dan tertutup total (TEFC) lebih efisien daripada
motor screen protected drip-proof (SPDP).
6. Penggulungan ulang motor dapat mengakibatkan penurunan efisiensi.
7. Beban
Efisiensi motor ditentukan rugi – rugi atau kehilangan dasar yang hanya dapat dikurangi
oleh perubahan pada rancangan dasar motor dan kondisi sistem operasi. Kehilangan bervariasi
kurang lebih 2% - 20%.
Jenis Kehilangan Persentase kehilangan total
(100%)
Kehilangan tetap atau kehilangan inti 25
Kehilangan variable: kehilangan stator 34
I2R
Kehilangan variable: kehilangan rotor 21
I2R
Kehilangan gesekan & gulungan ulang 15
Kehilangan beban yang menyimpang 5
Tabel 1. Jenis kehilangan pada Motor Induksi (BEE India, 2004)
Pabrik motor membuat rancangan motor untuk beroperasi pada beban 50-100% dan
paling efisien pada beban antara 75%-80%. Jika beban menurun dibawah 50% efisiensi turun
dengan cepat. Mengoperasikan motor dibawah beban 50% memiliki dampak faktor daya,
efisiensi motor dan faktor daya yang medekati 1 sangat diinginkan untuk operasi efisien dan
menjaga biaya rendah untuk seluruh pabrik, tidak hanya untuk motor.

Gambar 3.16 perbandingan antara motor yang berefisiensi tinggi dengan motor standar

3.9 Torsi Motor Induksi


Torsi (T) secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pm
T= (3.32)
ωr
Dengan : ωr = kecepatan sudut (mekanik) dari rotor. Dari persamaan (3.12) dapat dibuat
bahwa Nr = Ns (1-s), sehingga diperoleh pula:
ωr = ωs (1-s) (3.33)
Bila dilihat torsi mekanik yang ditransfer pada rotornya (perhatikan gambar 3.14) akan
diperoleh hasil sebagai berikut.
2
1 s E2 r 2
Tg=
ws ¿ ¿
Dimana :
E 22 r2
k= α=
ω2 r 2 w2
Torsi start dibutuhkan pada motor induksi dapat dihitung dengan memasukkan nilai s = 1
pada persamaan (3.34), dengan persamaan (3.26) torsi mekanik yang bermanfaat memutar rotor
menjadi:
1 sα (1−s)
Tm= Pm=Pg ( 1−s ) = 2 2 k (3.35)
ωs s +α
dT
Torsi maksimum pada =0, dari persamaan (3.34) diperoleh hasil:
ds
dT
=α ( s2 +α 2 )−s . α ( 2 s )=0
ds
s2 +α 2−2 s 2=0
s2=α 2
s =± α (3.36)
Torsi maksimum (Tmx) sebesar:
kα 2 1
T mx = = k (3.37)
2α2 2
Torsi maksimum (1/2k) dicapai pada slip positif (mesin bertindak sebagai motor induksi)
dan pada slip negatif (mesin bertindak sebagai motor induksi) dan pada slip negatif (mesin
bertindak sebagai generator induksi). Gambar 3.17 contoh grafik karakteristik kerja motor
hubungan antara torque.

Gambar 3.17 Karakteristik torsi terhadap kecepatan motor

1. Saat motor start terdapat arus nyala awal tinggi dan torque rendah “pull-up torque”,
2. 80% kecepatan penuh, torque berada pada tingkat tinggi “pull out torque” dan arus mulai
turun,
3. Kecepatan penuh atau kecepatan sinkron, arus torque dan stator turun ke nol.

Gambar 3.18 Hubungan antara torsi dan slip motor induksi


- Hipersinkron (kecepatan melebihi kecepatan sinkron), slip negative (biasanya kecil),
mesin beroperasi sebagai generator induksi dengan torsi bekerja dengan arah berlawanan
dengan putaran medan putar.
- Pada kecepatan diantara standstill dan kecepatan sinkron, dengan slip positif antara 1 dan
0; mesin berputar pada keadaan tanoa beban sehingga slipnya kecil sekali, GGL kecil, Z 2
(rotor circuit impedance) hamper R murni dan arus cukup untuk membangkitkan torsi
dan memutar rotor
- Beban mekanik dipasang pada poros sehingga putaran rotor semakin lambat, slip naik,
GGL rotor naik (besar maupun frekuensinya), menghasilkan arus dan torsi lebih besar.
- Motor induksi diputar berlawanan dengan arah putaran medan putar maka menghasilkan
torsi yang bertindak seperti rem dan terjadi penyerapan tenaga mekanik. Contohnya
mesin dalam kondisi berputar dengan slip (s), lalu arah medan putar tiba tiba dibalik,
maka terjadi rotor mempunyai slup (2-s), kcepatan menurun menuju nol dan dobawa ke
kondisi standstill, cara ini disebut plugging.

3.10 Strategi dalam Penggunaan Motor yang lebih Efisien


3.10.1 Mengganti motor standar dengan motor yang lebih efisien
Perbaikan desain difokuskan pada penurunan kehilangan mendasar dari motor
termasuk penggunaan baja silicon dengan tingkat kehilangan medasar dari motor
termasuk penggunaan baja silicon dengan tingkat kehilangan yang rendah, inti yang
lebih panjang (untuk meningkatkan bahan aktif), kawat yang tebal (untuk
menurunkan tegangan), laminasi lebih tipis, ceelah udara antara stator dan rotor,
batang baja pada rotor sebagai pengganti alumunium, bearing lebih bagus dan fan
lebih kecil, dll. Efisensinya 3% - 7% lebih tinggi dibanding dengan motor standar.
Hasil dari modifikasi untuk meningkatkan kinerja, biaya untuk motor yang
energy efisiennya lebih besar daripada biaya motor standar. Biaya akan lebih tinggi
seringkali akan kembali dengan cepat penurunan biaya operasi, pada penggunaan
baru atau pada penggantian motor yang masa pakainya sudah abis.

Area Kehilangan Peningkatan Efisien


Energi (rugi-rugi)
1. Besi a. Gigunakan gauge, lebih tipis disebabka olehi hilangnya inti baja lebih
rendah menurunkan kehilangan ini baja yang lebih rendah
menurunkan kehilangan_arus eddy
b. Inti lebih panjang dirancang menggunakah panjang dirancang
menggunakan baja akan engurangi kehilangan karena masa jenis
(flux) operrati yang lebih rendah.
2. Pada stator Lebih banyak tembaga dan konduktor yang lebih besar meningkatkan
lintang stator, ini akan menurunkan tahanan (R) dari penggulungan dan
mengurangi kehilangan karena aliran arus (1)
3. Pada rotor Penggunaan batang konduktor rotor lebih besar meningkat potongan
lintang, dengan merendahkan tahanan konduktor (R) dan kehilangan
yang diakibatkan oleh aliran arus (I)
4. Gesekan & Menggunakan rancangan fan dengan kehilangan yang rendah
Pengulungan menurunkan kehilangan yang diakibatkan oleh pergerakan udara
5. Kehilangan Menggunakan rancangan yang sudah dioptimalkan dan prosedur
beban pengendalian kualitas yang ketat akan meminimalkan kehilangan beban
menyimpang yang menyimpang.
Table 2. Area Perbaikan Efisiensi yang digunakan pada Motor induksi
3.10.2 Mengoptimalkan pembebanan motor
Beban yang kurang mungkin merupakan penyebab yang paling umum ketidak
efisiensi dengan alasan – alasan:
- Pembuat peralatan cenderung menggunakan faktor keamanan yang besar jika
memilih motor
- Peralatan yang digunakan dibawah kemampuan yang semestinya
- Dipilih yang besar agar mencapai keluaran pada tingkat yang dikehendaki, jika
tegangan masuk rendah dalam keadaan tidak normal.
- Dipilih motor yang besar untuk penggunaan yang memerlukan torque penyalaan
awal yang tinggi akan tetapi lebih baik digunakan motor lebih kecil yang
direncanakan dengan torque tinggi.
Ukuran motor dipilih berdasarkan pada evaluasi beban dengan hati – hati. Jika mengganti
motor yang ukurannya berlebihan dengan motor yang lebih kecil, juga penting untuk
mempertimbangkan potensi pencapaian efisiensi. Motor yang besar memiliki efisiensi yang lebih
tinggi dari pada motor yang lebih kecil. Karena itu, penggantian motor yang beroperasi pada
kapasitas 60% - 70% atau lebih tinggi tidak direkomendasikan, maka tidak ada aturan ketat yang
memerintahkan pemilihan motor dan potensi penghematan perlu di evaluasi dengan dasar kasus
per kasus.
Untuk motor yang beroperasi konstan pada beban dibawah 40% nilai kapasitasnya,
pengukuran yang murah dan efektif dapat dioperasikan dalam mode bintang. Perubahan dari
operasi delta ke operasi bintang meliputi penyusunan kembali pemasangan kawat memasukan
daya tiga fase pada kotak terminal. Dalam mode bintang akan menurunkan tegangan dengan
faktor ‘√ 3’. Motor dalam mode bintang memiliki efisiensi dan faktor daya yang lebih tinggi jika
beroperasi pada beban penuh dari operasi pada beban sebagian dalam mode delta. Operasi motor
pada mode bintang hanya untuk penggunaan dimana permintaan torque ke kecepatan lebih
rendah pada beban yang berkurang.
Untuk penggunaan untuk kebutuhan torque awal yang tinggi dan torque yang berjalan
rendah, tersedia starter Delta – Bintang dapat membantu mengatasi torque awal yang tinggi.

3.10.3 Ukuran motor untuk beban yang bervariasi


Motor industri beroperasi pada kondisi beban bervariasi karena permintaan
proses. Praktek yang dilakukan dalam situasi seperti ini adalah memilih motor
berdasarkan antisipasi tertinggi, dalam hal ini membuat motor lebih mahal padahal
motor hanya beroperasi pada kapasitas penuh untuk penggunaan khusus. Berarti nilai
motor yang dipilih sedikit lebih rendah dari pada beban antisipasi tertinggi dan
terjadi beban berlebih untuk jangka waktu yang pendek, karena motor memang
dirangcang dengan faktor layanan (biasanya 15% diatas nilai beban) untuk menjamin
bahwa motor berkerja diatas nilai beban sekali-sekali tidak menyebabkan kerusakan
yang berarti. Resiko terbesar adalah pemanasan berlebih pada motor, yang
berpengaruh merugikan pada motor dan efisiensi dan meningkatkan boaya.
Pemanasan berlebih pada motor dapat terjadi dengan alasan sebagai berikut:
- Perubahan beban yang ekstrim, seperti seringnya jalan/berhenti, atau tinggi
beban awal
- Beban berlebihan yang sering dan/atau dalam jangka waktu yang lama
- Terbatasnya kemampuan motor dalam mendinginkan.

3.10.4 Memperbaiki kualitas daya


Kinerja motor dipengaruhi oleh kualitas daya yang masuk, yang ditentukan
oleh tegangan dan frekuensi yang lebih besar nilai yang diterima memiliki dampak
yang merugikan pada kinerja motor. Ketidakseimbangan tegangan bahkan dapat
lebih merugikan terhadap kinerja motor dan terjadi apabila tegangan tiga fase dari
motor tiga fase tidak sama. Disebabkan oleh perbedaan pasokan tegangan untuk
setiap fase pada tiga fase.
Ketidakseimbangan tegangan dapat diminimalisir dengan cara sebagai berikut.
1. Menyeimbangan setiap beban fase tunggal diantara seluruh tiga fase
2. Memisahkan setiap beban fase tunggal yang mengganggu keseimbangan
beban dan umpankan dari jalur/trafo terpisah.

3.10.5 Penggulungan Ulang Kumparan


Jumlah motor yang digulung ulang di beberapa industri lebih dari 50% dari
jumlah motor. Pengulungan motor dilakukan dengan hati-hati kadangkala dapat
menghasilkan motor dengan efisiensi yang sama dengan sebelumnya. Penggulungan
dapat mempengaruhi sejumlah faktor yang berkontribusi teradap memburuknya
efisiensi motor: desain slot dan gulungan, bahan gulungan, kinerja pengisolasi, dan
suhu operasi.
perubahan dalam celah udara dapat mempengaruhi faktor daya dan keluaran
torque, jika dilakukan dengan benar, efisiensi motor dapat terjaga setelah dilakukan
pegulungan ulang, dan dalam beberapa kasus, efisiensi bahkan ditingkatkan dengan
cara mengubah desain pengulungan. Dengan menggunakan kawat memiliki
penampangan lintang yang lebih besar, ukuran slot yang diperbolehkan, akan
mengurangi kehilangan stator sehingga meningkatkan efisiensi.
Indikator keberhasilan pengulungan ulang adalah perbandingan arus dan
tahanan stator tanpa beban perfase motor yang digulung ulang dengan arus dan
tahanan stator orisinil tanpa beban pada tegangan yang sama. Pada menggulung
ulang motor perlu memerhatikan hal-hal berikut:
a. Gunakan perusahaan yang bersertifikasi ISO 9000 atau anggota dari
Assosasi Layanan Peralatan Listrik,
b. Ukuran motor kurang dari 40 HP dan usianya lebih dari 15 tahun
(terutama motor yang sebelumnya sudah digulung ulang) sering memiliki
efisiensi yang lebih rendah daripada model yang tersedia saat ini yang
efisien energinya. Biasanya yang terbaik adalah menggantinya. Hamper
selalu terbaik mengganti motor biasa dengan beban dibawah 15 HP
c. Jika biaya pegulungan ulang melebihi 50% - 65% dari harga motor baru
yang efisien energinya, lebih baik membeli motor yang baru, karena
meningkatnya kehandalan dan efisiensi akan dengan cepat menutupi
pembayaran harga motor.

3.10.6 Koreksi faktor daya dengan memasang kapasitor


Kapasitor yang disambung secara parallel (shunt) dengan motor kadangkala
digunakan untuk memperbaiki faktor daya.
Kapasitor tidak akan memperbaiki faktor daya motor sendiri tetapi terminal
starter dimana tenaga dibangkitkan atau didistribusikan. Manfaat dari koreksi faktor
daya meliputi penurunan kebutuhan kVA, penurunan I2R pada kabel dibagian hulu
kapasitor, berkurangnya penurunan tegangan pada kabel dan kenaikan dalam
efisiensi keseluruhan sistem listrik pabrik.
Ukuran kapasitor yang digunakan tergantung pada kVA reaktif tanpa beban
(kVAR) yang ditarik oleh motor, tidak boleh melebihi 90% dari kVAR motor tanpa
beban, karena kapasitor yang lebih tinggi dapat mengakibatkan tingginya tegangan
dan motor akan terbakar. kVAR motor dapat ditentukan oleh pengujian motor tanpa
beban. Alternatif adalah menggunakan faktor daya motor standar untuk menentukan
ukuran kapasitor.

3.10.7 Meningkatkan perawatan


Perawatan yang buruk dapat meperburuk efisiensi motor karena umur motor
dan operasi yang tidak handal. Kehilangan resistansi pada motor, yang meningkat
dengan kenaikan suhu.
Kondisi ambien dapat memiliki pengaruh yang merusak pada kinerja motor.
Perawatan yang tepat diperlukan untuk menjaga kinerja motor. Sebuah daftar
perawatan yang baik akan meliputi:
1. Pemeriksaan motor secara teratur untk pemakaian bearings dan rumahnya
(untuk mengurangi kehilangan karena gesekan) dan untk kotoran/debu
pada saluran ventilasi motor (untuk menjamin pendinginan),
2. Pemeriksaan kondisi beban untuk meyakinkan motor tidak kelebihan atau
kekurangan beban,
3. Pemberian pelumas secara teratur,
4. Pemeriksaan secara berkala untuk sambungan motor yang benar dan
peralatan yang digerakkan,
5. Kawat pemasok dan kotak terminal dan pemasangannya benar
6. Penyediaan ventilasi yang cukup dan menjaga saluran pendingin motor
bersih untuk membantu penghilangan panas dan mengurangi kehilangan
yang berlebihan.
3.10.11 Membalik Arah Putaran Motor Induksi 3-fasa
Untuk membalik putaran motor dilaksanakan dengan menukar dua diantara
tiga kawat dari sumber tegangannya seperti pada gambar

Gambar 3.19 Cara membalik arah putaran motor induksi 3-fasa

3.10.12 Memilih Motor Listrik


Klasifikasi tiap motor listrik bias dibaca pada papan nama (name plate) yang
dipasang padanya sehingga untuk berbagai keperluan bias dipilih motor yang sesuai.
Di dalam pemakaian sederhana, klasifikasi motor hanya dikenal menurut:
1. Tenaga output motor (HP),
2. Sistem tegangan (searah, bolak-balik, ukurannya, fasenya),
3. Kecepatan motor (rendah, sedang, tinggi).

Klasifikasi motor ini sangatlah luas mencakup dalam:


1. Hal – hal yang dibutuhkan oleh mesin-mesin yang digerakkan (driven
machines) yang sesuai dengan tenaga dan torsi yang dibutuhkan
2. Karakteristik beban dan macam-macam kerja yang diperlukan
3. Konstruksi mesin-mesin yang digerakkan

Anda mungkin juga menyukai