Motor induksi adalah motor listrik (ac) yang luas di gunakan penamaannya berasal dari
kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya,
dimana rotor motor bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotationg
magnetic field) yang dihasilkan oleh arus rotor
Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3 fase dan motor induksi 1 fase,
motor induksi 3 fase dioperasikan pada system tenaga 3 fase dan digunakan dalam berbagai
bidang industry dengan kapasitas yang besar. Motor induksi 1 fase dioperasikan pada system
tenaga 1 fase dan digunakan untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angina, lemari es,
pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi 1 fase mempunyai daya keluaran
rendah.
Data – data motor induksi mengenai daya, tegangan dan data lain yang berhubungan
dengan kerja motor induksi dibuat pada plat nama (name plate) motor induksi
Gambar 3.3 contoh data yang ada pada plat nama motor induksi
Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bagian – bagian sebagai
berikut:
a. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang
b. Inti stator dari besi lunak atau baja silicon
c. Alur, bahan yang sama dengan inti, dimana alur ini tempat meletakan betilan (kumparan
stator)
d. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
Tujuan dari rangka stator induksi yang di desain dengan baik yaitu:
Berdasarkan konstruksi rotor, maka motor induksi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
- Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage).
- Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)
Gambar 3.5 Gambaran sederhana bentuk alur / slot pada motor induksi
Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara stator dan
rotor, celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan rotor sehingga
menyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan rotor diatur agar
didapatkan hasil kerja motor yang optimum, jika celah udara antara stator dan rotor terlalu besar
maka akan mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya jika jarak antara cela
terlalu kecil / sempet maka menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin.
Gambar 3.6 Gambaran sederhana motor induksi dengan satu kumparan stator dan satu kumparan
rotor
Tanda silang (x) pada kumparan stator atau rotor pada gambar menunjukkan arah arus yang
melewati kumparan masuk ke dalam kertas (tulisan ini) sedangkan tanda titik (.) menunjukkan
bahwa arah arus keluar dari kertas.
1. Sumber 3 fase
Gambar 3.7 Bentuk hubungan sederhana kumparan motor induksi 3 fase dengan dua kutup stator
Motor induksi 3-fase mempunyai kumparan 3 fase yang terpisash antara satu sama
lainnya yang berjerak 120º yang dialiri arus listrik 3 fase berbeda fase 120º antar fasenya,
sehingga akan menghasilkan resultan fluks magnet yang berputar seperti kutup magnet actual
yang berputar secarra mekanik.
(a) (b,)
Gambar 3.8 fluks terjadi pada motor induksi 3 fase dari gambar 3,7
(a) Fluks yang terjadi pada kumparan 3 fase diasumsikan sinusoidal seperti pada gambar
3.8 (b) dengan arah fluks positif seperti gambar
Nilai fluks maksimum yang terjadi pada salah satu fasenya disebut φ m maka resultan
fluks φ m dapat diperoleh dengan melakukan penjumlahan vector dari masing – masing fluks φ1 ,
φ 2, dan akibat pengaruh 3 fasenya. Ini φ r dapat dihitung setiap 1/6 perioda dari gambar 3.8 a
dengan mengambil titik – titik 0,1,2 dan 3 maka akan diperoleh bentuk gambar perputaran fluks
stator.
Resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap sebesar (3/2) φm dan berputar searah jarum
jam dengan besar sudut 60º.
Fluks yang di hasilkan oleh kumparan a-a (fasa 1) pada saat “t” dapat dinyatakan dalam
koordinat polar,yaitu :
φ1 = φa cos φ (3.3)
Fluks yang dihasilkan oleh kumparan b-b (fasa 2) dan c-c (fasa 3) masing-masing adalah:
Karena amplitude fluks berubah menurut waktu secara sinusoid, maka amplitude amplitudo φa,
φb dan φc dapat dituliskan sebagai berikut.
φa = φmaks cos ωt (3.6)
φb = φmaks cos (ωt − 120 ˚) (3.7)
φc = φmaks cos (ωt − 240 ˚) (3.8)
Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut dan merupakan fungsi tempat (φ) dan waktu
(t), sehingga diperloleh:
φt(φ,t) = φm cos ωt cos φ + φm cos (φ − 120°) cos (ωt − 120°) + φm cos (φ − 240°) cos ( ωt −
240°)
Dengan memakai transformasi trigonometri dari :
cos α cos β = ½ cos (α − β) + ½ cos (α + β) (3.9)
didapat :
φt(φ,t) = ½φm cos (φ − ωt) + ½φm cos (φ + ωt) + ½φm cos (φ − ωt) + ½φm cos (φ + ωt − 240°) +
½φm cos (φ − ωt) + ½φm cos (φ + ωt − 480°)
Suku kedua, keempat, dan keenam saling menghapuskan, maka diperoleh:
φt (φ,t) = 1,5 φm cos (φ − ωt) (3.10)
Untuk motor kapasitor-start kapasitor run, motor ini dapat dikatakan bekerja seperti
motor induksi 2-fasa yang simetris karena motor ini bekerja dengan dua kumparannya
(kumparan bantu dan kumparan utama) mulai dari start sampai saat running (jalan).
Motor induksi 1-fase bekerja dengan satu kumparan stator pada saat running(jalan) dapat
dikatakan bekerja bukan berdasarkan medan putar, tapi bekerja berdasarkan gabungan medan
maju dan medan mundur. Jika salah satu medan tersebut dibuat lebih besar maka rotornya akan
berputar mengikuti medan ini.
Pada gambar 3.6(a) memperlihatkan bahwa fluks total dihasilkan sebesar Φm, . Φm adalah
akibat pengaruh dari masing – masing komponen fluks A dan B mempunyai nilai sama sebesar
Φm / 2 yang berputar dengan arah berlawanan. Setelah fluks A dan B berputar sebesar +θ dan –θ
(gambar 3.6 b) reseultan fluks yang terjadi menjadi 2 x (Φ m / 2) sin (2θ/2) = Φm sin θ. Setelah
seperempat lingkaran resultan fluks yang terjadi (gambar 3.6 c) menjadi nol karena fluks A dan
B mempunyai harga yang saling menghilangkan. Setengah lingkaran (gambar 3.6d) resultan
fluks A dan B akan menghasilkan -2 x (Φ m / 2) = - Φm ( arah berlawanan dengan gambar 3.6 a).
Setelah tiga perempat lingkaran (gambar 3.6e) resultan fluks A dan B yang terjadi kembali nol
karena masing masing fluks saling menghilangkan.
3.4 Slip
Rotor dari motor induksi berputar dengan kecepatan Nr, dan medan stator berputar
dengan Ns, maka perbedaan kecepatan relative antara kecepatan medan magnet putar stator
terhadap kecepatan rotor disebut kecepatan slip.
Kec.slip = Ns – Nr (3.11)
Ns−Nr
Kemudian slip (s) adalah S= (3.12)
Ns
Frekuensi yang dibangkitkan pada belitan rotor adalah
( N s−N r ) p (3.13)
f 2=
120
p= jumlah kutup magnet stator
Ns. p
f 1= (3.14)
120
Dari persamaan – persamaan diatas diperoleh:
f 2 ( Ns−Nr)
= . f 2=sf 1 (3.15)
f1 Ns
Besarnya GGL induksi efektif pada kumparan stator adalah:
E1 = 4,44 f1 N1 φm (3.16)
Besarnya GGL induksi efektif pada kumparan rotor adalah:
X2S = 2π f2 L2 (3.18)
= 2π s.f1 L2
= sX2
dengan :
X2S = reaktansi pada saat rotor berputar.
X2 = reaktansi pada saat rotor diam.
3.5 Arus Rotor
Lilitan rotor dihubung singkat dan tidak mempunyai
hubungan langsung dengan sumber, arusnya diinduksikan oleh fluks magnet bersama (φ) antara
stator dan rotor yang melewati celah udara, sehingga rotor ini bergantung kepada perubahan-
perubahan yang terjadi pada stator.
Jika tegangan sumber V1 diberikan ke stator, pada stator maka timbul tegangan E1 yang
diinduksikan oleh fluks-fluks tersebut yang menimbulkan tegangan E pada rotor, (E2 = E1 pada
saat rotor ditahan dan s E2 = E1 pada saat motor berputar dengan slip s). Besarnya rotor I2 akan
diimbangi dengan arus stator tapi dengan arah berlawanan agar fluks magnet bersama (φm) tetap
konstan.
Slip s, arus rotor ditentukan oleh s E2 (GGL rotor) dan Z2 (impedansi rotor), sehingga
diperoleh:
sE 2 sE 2 E2
I 2= = = (3.19)
Z2 2 2
√ [ 2] 2
r sE 2
+( )
√[ ]
r2
s
+( X 22)
Gambar 3.12 Rangkaian pengganti rotor motor induksi dengan tinjauan sederhana.
GGL induksi pada adalah sE2 = E1. Jika dibuat E1 = E2 maka unsur di rotor harus dibagi
r2
dengan “s”, sehingga dan sX2 menjadi X2. Selanjutnya dapat juga dibuatkan:
s
r2 (1−s )
=r 2+ r 2 (3.21)
s s
Dengan arus rotor I2 tetap sama dengan I2 sebelumnya, jika tahanan stator dinamakan = r1 dan
reaktansi induksi dari fluks bocor kumparan stator = X1, dapat dibuatkan rangkaian pengganti
motor induksi 3-fasa perfasa seperti gambar 3.13, rotor dilihat dari sisi stator diperoleh dengan Im
(tahanan karena pengaruh rugi-rugi inti) dan Xm (reaktansi induksi magnet) pada inti
Gambar 3.13 Rangkaian ekivalen motor induksi 3-fasa perfasa.
Gambar 3.16 perbandingan antara motor yang berefisiensi tinggi dengan motor standar
1. Saat motor start terdapat arus nyala awal tinggi dan torque rendah “pull-up torque”,
2. 80% kecepatan penuh, torque berada pada tingkat tinggi “pull out torque” dan arus mulai
turun,
3. Kecepatan penuh atau kecepatan sinkron, arus torque dan stator turun ke nol.