Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA

2.1 Pembagian kumparan pada alur stator


Stator merupakan bagian yang diam dan berfungsi sebagai tempat untuk
menghasilkan tegangan ac 3 fasa saat beroperasi sebagai generator. Untuk lebih mudah
memahami mengenai bagaimana proses pembangkitan tegangan ac 3 fasa pada stator
maka sebelumnya akan dibahas mengenai konstruksi stator dan pembagian kumparan di
alurnya.
Pada Gambar 2.1 ditunjukkan sebagai contoh konstruksi dari sebuah stator 12
alur yang diberi kumparan tiga fasa. Satu kumparan akan terdiri dari N lilitan,
sementara 1 lilitan akan terdiri dari 2 konduktor.

Gambar 2.1. Stator 12 alur yang diberi kumparan tiga fasa


Cara membagi kumparan fasa pada alur stator yang umum digunakan adalah
membagi kumparan menjadi tiga grup kumparan fasa (disimbolkan dengan a,b,c) secara
merata pada seluruh alur stator, Dimana ujung awal dari kumparan fasa a akan terpisah
dengan ujung awal kumparan fasa b dan c pada sudut yang sama besar yaitu 1/3 x
derajat lingkar dalam stator (1/3 x 360 0 = 120 0).
Hasilnya, pada stator 12 alur seperti pada Gambar 2.1, maka satu ujung awal
kumparan fasa akan terpisah sebesar 4 alur (1/3 x 12 alur) dengan ujung awal kumparan
fasa yang lain. Pada Gambar 2.1 terlihat bahwa ujung awal kumparan fasa a akan masuk
pada alur 1, ujung kumparan fasa c akan masuk pada alur 5 dan ujung kumparan fasa b
akan masuk pada alur 9.
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 14

Untuk memudahkan memahami konsep pembangkitan tegangan ac 3 fasa, maka


Gambar 2.1 di atas dapat disederhanakan lagi menjadi seperti yang terlihat pada
Gambar 2.2a dimana digambarkan tampak depan dari hubungan antara kumparan fasa a,
b, c dengan alur stator (digambarkan dengan lingkaran kecil) dan dengan jaringan 3
fasa (menuju beban listrik).

(a) (b)
Gambar 2.2. Hubungan kumparan fasa dengan alur stator dan jaringan ac 3 fasa
dari Gambar 2. 1 dan penyederhanaannya
Gambar 2.2a dapat lebih disederhanakan lagi untuk memudahkan melihat arah
polaritas tegangan/arus listrik yang akan dihasilkan tiap kumparan fasa, yaitu dengan
menggambarkan sebuah kumparan fasa sebagai ujung awal dan ujung akhirnya saja
dengan asumsi telah terbangkitkan tegangan ac tiga fasa yang polaritasnya digambarkan
sebagai arah tegangan/arus keluar kumparan (polaritas +) atau masuk kumparan
(polaritas -) yang masing-masing digambarkan dengan mata atau ekor anak panah
sebagaimana tampak pada Gambar 2.2b.
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 15

(a) Dengan rotor kutub menonjol (b) Dengan rotor silindris


Gambar 2.3. Penyederhanaan gambar lengkap generator sinkron 3 fasa

Untuk lebih lengkapnya, apabila rotor berikut kumparan medannya ikut


digambarkan, maka dari Gambar 2.2b tersebut akan diperoleh 2 gambar
penyederhanaan generator sinkron 3 fasa yaitu dengan rotor kutub menonjol maupun
dengan rotor silindris sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.3.

2.2. Pembangkitan tegangan ac 3 fasa


Berikut adalah penjelasan mengenai urutan proses terjadinya tegangan ac 3 fasa
pada kumparan stator. Apabila tegangan ac 3 fasa telah terinduksi maka dikatakan
bahwa pada saat itu generator sinkron tiga fasa telah dapat bekerja, adapun urutan
proses adalah sbb :
1. Suatu alat penggerak utama (prime mover), dapat berupa turbin air, turbin
uap/gas, ataupun motor bakar, dsb, mulai digerakkan sampai mencapai
kecepatan putaran nominal yang dibutuhkan oleh generator. Putaran poros
penggerak mula ini akan memutar rotor generator pada kecepatan
nominalnya.
2. Selanjutnya sumber tegangan dc pada sistem penguatan medan dinyalakan,
sehingga mengalir arus dc kepada kumparan medan rotor. Hasilnya, aliran
arus dc pada kumparan medan rotor akan menghasilkan adanya gaya gerak
magnet/medan magnet yang besarnya tetap (dc) pada kumparan medan rotor
yang akan menggerakkan aliran fluks magnet pada inti kutub rotor
bersirkulasi disekeliling rotor.
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 16

3. Fluks magnet dari kutub rotor ini akan melewati celah udara dan mencapai
permukaan dari stator berikut kumparan stator yang dililitkan di dalam inti
stator.

`
(a) (b)
Gambar 2.4. Perputaran rotor terhadap besar fluks rotor yang diterima
kumparan stator dalam suatu kurun waktu t (detik)

4. Putaran rotor akan menyebabkan fluks magnet yang diterima oleh kumparan
stator untuk tiap fasa (dengan N lilitan) bersifat berubah terhadap waktu
(d/dt), sehingga berdasarkan hukum Induksi Faraday, tegangan akan
terinduksi pada kumparan fasa stator sebesar :
d d ( N ) d
e  N   (volt) (2.1)
dt dt dt
Tanda (-) = merupakan hasil dari hukum Lenz yang menyatakan bahwa arah
polaritas dari tegangan/arus yang terinduksi pada kumparan
akan menghasilkan arah fluks yang berlawanan dengan arah
fluks yang menginduksikan tegangan tersebut.
 = N = pertalian fluks (flux linkage) dari N lilitan = banyak lilitan x besar
fluks yang ditangkap tiap lilitan untuk suatu saat
5. Pada generator sinkron (sebagai contoh digunakan rotor kutub menonjol
dengan 2 kutub) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.4a, apabila
dianggap sumbu horizontal (x) sebelah kanan sebagai posisi awal putaran
rotor (perubahan sudut putaran,  = 00 dan waktu putaran, t = 0 ) pada
generator sinkron, maka putaran rotor yang arahnya berlawanan putaran
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 17

jarum jam akan menyebabkan terinduksinya tegangan pada kumparan a(a –


a’) dengan persamaan:
d d ( N ) d ( N m cos t )
ea      N m sin t
dt dt dt
 2fN sin t  Em sin t (volt) (2.2)

6. Saat sudut  = t berubah mulai dari sudut 00 sampai 3600 akan diperoleh
perubahan besar tegangan terinduksi pada kumparan a – a’ untuk setiap saat
dalam 1 putaran, yaitu dalam bentuk satu siklus gelombang sinusoida
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Perubahan besar tegangan terinduksi pada kumparan a a’ untuk


setiap saat dalam 1 putaran (3600) dalam bentuk satu siklus
gelombang

7. Berdasarkan Gambar 2.4a, dapat dilihat bahwa posisi kumparan fasa b (b-b’)
dan c (c-c’) terpisah (terbelakang jika dipandang dari arah putaran rotor)
terhadap kumparan fasa a dengan besar derajat ruang masing-masing sebesar
1200 dan 2400, oleh karena itu maka persamaan tegangan sesaat yang
terinduksi pada kedua kumparan fasa tersebut :
 
eb  E m sin t  120 0 (volt) (2.3)

ec  E m sin t  240  (volt)


0
(2.4)
Akibatnya gelombang sinusoida dari tegangan yang terinduksi pada
kumparan fasa b, dan c pun masing-masing akan dimulai pada sudut t =
120 0, dan 240 0
setelah gelombang kumparan fasa a dimulai (t = 00),
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.6.
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 18

Gambar 2.6. Gelombang tegangan induksi pada kumparan fasa a, b, c


8. Gambar 2.6, menunjukkan bahwa generator sinkron 3 fasa telah bekerja
menghasilkan tiga buah gelombang sinusoida tegangan ac yang berbeda
sudut (fasa) sebesar 1200 satu sama lain, dari ketiga kumparan fasa a, b, dan
c yang terpasang pada kumparan stator.

2.3. Hubungan antara frekuensi tegangan dan kecepatan rotor


Pada generator sinkron 3 fasa, terdapat hubungan antara kecepatan putaran rotor
(n), jumlah kutub medan rotor (p), dan frekuensi dari tegangan ac 3 fasa yang terinduksi
pada kumparan stator.
Berdasarkan Gambar 2.4 dan 2.5, dapat dilihat apabila suatu kumparan fasa (aa’)
telah dilewati oleh 2 kutub medan yang berbeda (U dan S), maka pada kumparan
tersebut akan terinduksi tegangan ac sebesar 1 siklus gelombang sinusoida (dari 0 ke E m
(+) ke 0 ke Em (-) ke 0 volt).
Karena 1 siklus tegangan ac induksi dihasilkan oleh 1 pasang kutub (U dan S),
maka banyak siklus tegangan yang dihasilkan untuk 1 kali putaran rotor akan sama
dengan banyak jumlah pasang kutub (p/2) yang ada pada rotor. Apabila frekuensi (f)
dari tegangan dimaksudkan sebagai banyak siklus tegangan (cycle) yang terjadi selama
1 detik, dan kecepatan putar rotor (n) dinyatakan dalam satuan putaran/round per menit
(rpm), maka persamaan frekuensi tegangan dapat dinyatakan dgn :
f = siklus tegangan per detik (cycle per second)
= banyak siklus tegangan dihasilkan oleh 1 putaran rotor x banyak putaran
rotor per detik (rps)
= jumlah pasang kutub rotor x (banyak putaran rotor per menit : 60)
= p/2 x n/60 = pn/120 (Hz atau cps) (2.5)
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 19

Karena frekuensi tegangan yang digunakan suatu jaringan listrik umumnya sudah
ditentukan (di Indonesia digunakan 50 Hz), dan karena jumlah kutub rotor bernilai tetap
untuk suatu generator sinkron 3 fasa tertentu, maka kecepatan putar rotornya pun
menjadi akan bernilai tetap yaitu sebesar :
n = 120 f / p (rpm) (2.6)
Kecepatan yang sudah tetap ini disebut sebagai kecepatan sinkron dari suatu mesin
sinkron, baik saat beroperasi sebagai generator maupun motor.

2.4 Generator sinkron tiga fasa tanpa beban (beban nol)


Setelah generator sinkron dapat bekerja menghasilkan tegangan ac 3 fasa maka
pada saat masih dioperasikan pada kondisi tanpa beban (beban nol), tidak akan mengalir
arus beban dalam kumparan fasa stator. Diagram satu garis untuk tiap fasa generator
sinkron tanpa beban dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.7. Diagram satu garis untuk tiap fasa kumparan stator generator
sinkron tanpa beban
Dimana :
E0 = tegangan induksi kumparan fasa stator saat beban nol yang besarnya sama dengan
tegangan induksi maksimum kumparan fasa stator (Em) dengan persamaan :
Em  2fN (volt) (2.7)
Ra = tahanan kumparan fasa stator (ohm)
V = tegangan terminal kumparan fasa stator (volt)
Vf = tegangan sumber dc untuk menghasilkan medan rotor (volt)
If = arus medan rotor (ampere)
Rf = tahanan kumparan medan rotor (ohm)
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 20

Karena tidak ada arus I mengalir pada kumparan stator akan menyebabkan tidak
terjadinya jatuh tegangan V = I Ra pada kumparan stator sehingga tegangan pada
terminal (ujung) kumparan stator tiap fasa, V, akan sama besar dengan tegangan dalam
kumparan yaitu E0.

2.5 Generator sinkron tiga fasa saat berbeban


Saat generator sinkron tiga fasa diberi tiga beban listrik eksternal (diatur dengan
besar ketiganya seimbang arus tiap fasa sama besarnya), maka arus beban yang
mengalir pada kumparan stator akan menyebabkan timbulnya gaya gerak magnet
sekaligus aliran fluks di sekeliling kumparan stator. Fluks ini selanjutnya akan terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Fuks yang dapat berinteraksi/bergandengan dengan fluks medan rotor, F
disebut sebagai fluks jangkar (armature flux), a.
2. Fluks yang tidak dapat berinteraksi/bergandengan dengan fluks medan rotor, F
disebut sebagai fluks bocor (leakage flux), L.
Masing-masing fluks di atas akan dapat menghasilkan adanya suatu reaktansi induktif
yang akan dapat menimbulkan adanya jatuh tegangan pada kumparan stator.

2.5.1 Reaktansi bocor pada kumparan stator generator sinkron tiga fasa saat
berbeban.
Fluks bocor akan dapat menghasilkan adanya suatu tegangan induktansi diri
pada kumparan jangkar, sebesar :
dI
eL  L (volt) (2.8)
dt
dengan :
L = koefisien nilai induktansi diri dari kumparan jangkar yang disebabkan oleh
adanya fluks bocor, L pada kumparan jangkar (N) dibagi dengan besar
arus (I) yang mengalir pada kumparan jangkar
= (N x L)/I
dI/dt = perubahan besar aliran arus (ac) terhadap waktu yang mengalir pada
kumparan jangkar.
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 21

Tanda (-) = merupakan hasil dari hukum Lenz yang menyatakan bahwa arah polaritas
dari tegangan/arus yang terinduksi pada kumparan akan menghasilkan arah
fluks yang berlawanan dengan arah fluks yang menginduksikan tegangan
dan arus (I) tersebut.

Gambar 2.8. Fluks bocor pada kumparan jangkar stator


Karena tegangan induktansi diri ini memiliki polaritas yang berlawanan dengan
tegangan induksi saat beban nol, E0, (sumber arus penyebab adanya fluks bocor), maka
tegangan induktansi diri ini dapat dianggap sebagai suatu jatuh tegangan antara E 0
dengan tegangan terminal kumparan jangkar, V.
Untuk menyatakan fluks bocor sebagai komponen dari jatuh tegangan pada
kumparan jangkar, maka fluks bocor ini dapat dinyatakan sebagai suatu reaktansi
induktif. Hal ini karena fluks ini dihasilkan oleh suatu kumparan yang bersifat sebagai
sumber reaktansi induktif, sehingga fluks bocor dapat dinyatakan sebagai reaktansi
bocor, XL, sementara jatuh tegangan pada kumparan jangkar akibat adanya fluks bocor
dapat dinyatakan sebagai perkalian I x XL, dengan I adalah arus beban yang mengalir
pada kumparan jangkar.

2.5.2 Reaktansi jangkar pada kumparan stator generator sinkron tiga fasa saat
berbeban.
Interaksi antara fluks medan rotor dengan fluks jangkar disebut sebagai reaksi
jangkar. Reaksi jangkar ini sangat ditentukan oleh jenis beban yang terhubung ke
terminal kumparan jangkar generator sinkron, baik itu beban resistif murni, ataupun
beban induktif murni, atau gabungan keduanya.
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 22

Pada saat generator diberi beban resistif murni, reaksi jangkar yang terjadi
menghasilkan :
1. Arah aliran fluks jangkar akan berbeda sudut sebesar 900 (tegak lurus)
terhadap arah fluks medan, sehingga fluks jangkar bersifat
mendistorsi/memotong aliran fluks medan. Ini menyebabkan aliran fluks
medan menjadi menyimpang/membias dari arah seharusnya sehingga
kumparan stator akan menerima fluks medan dengan nilai yang berkurang
dari seharusnya.
2. Tegangan induksi pada kumparan jangkar stator pun menjadi berkurang dari
seharusnya, atau dikatakan telah terjadi jatuh tegangan akibat reaksi jangkar
pada beban resistif murni.
Pada saat generator diberi beban induktif murni, reaksi jangkar yang terjadi
menghasilkan :
1. Arah aliran fluks jangkar akan berlawanan arah terhadap arah fluks medan,
sehingga fluks jangkar bersifat mengurangi/memperlemah fluks medan. Ini
menyebabkan walaupun aliran fluks medan tetap pada arah seharusnya tetapi
nilainya berkurang sehingga kumparan stator juga akan menerima fluks
medan dengan nilai yang berkurang dari seharusnya.
2. Tegangan induksi pada kumparan jangkar stator pun menjadi berkurang dari
seharusnya, atau dikatakan telah terjadi jatuh tegangan akibat reaksi jangkar
pada beban induktif murni.
Jatuh tegangan yang terjadi karena reaksi jangkar (akibat adanya distorsi
ataupun pelemahan fluks medan oleh fluks jangkar) dapat dinyatakan dengan
keberadaan fluks jangkar, a. Untuk menyatakan fluks jangkar sebagai komponen dari
jatuh tegangan pada kumparan jangkar, maka fluks jangkar ini dapat dinyatakan sebagai
suatu reaktansi induktif, yaitu dinyatakan sebagai reaktansi jangkar, Xa, sementara jatuh
tegangan pada kumparan jangkar akibat adanya fluks jangkar (reaksi jangkar) dapat
dinyatakan sebagai perkalian antara I x Xa .
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 23

2.5.3 Diagram satu garis generator sinkron tiga fasa saat berbeban
Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pada saat telah
mengalir arus beban, maka akan terjadi pengurangan besar tegangan (jatuh tegangan)
dari E0 ke V. Jatuh tegangan (V) per fasa pada kumparan stator ini dapat terjadi antara
lain karena adanya :
1. Tahanan jangkar, nilainya V = I x Ra
2. Reaktansi bocor, nilainya V = I x XL
3. Reaktansi jangkar, nilainya V = I x Xa
Berdasarkan ketiga nilai jatuh tegangan per fasa pada kumparan stator ini maka diagram
satu garis untuk tiap fasa kumparan stator saat berbeban menjadi :

Gambar 2.9 Diagram satu garis untuk tiap fasa kumparan stator generator
sinkron berbeban

Xa dan XL dapat digabungkan menjadi suatu reaktansi sinkron, XS, sehingga total jatuh
tegangan pada kumparan stator akan menjadi :
V  IRa  jI ( X a  X L )  I ( Ra  jX S )  IZ S (volt) (2.9)
dimana Zs = impedansi sinkron generator sinkron saat berbeban.
PRINSIP KERJA GENERATOR SINKRON TIGA FASA 24

Pertanyaan :
1. Gambarkan hubungan antara kumparan tiga fasa dengan alur stator dari
generator sinkron 3 fasa dan jaringan tiga fasa
2. Jelaskan urutan proses sampai terinduksi suatu gaya gerak listrik pada konduktor
kumparan stator generator sinkron 3 fasa.
3. Gambarkan perubahan besar tegangan terinduksi pada kumparan a-a’generator
sinkron 2 kutub untuk setiap saat dalam 1 putaran (360 0) dalam bentuk satu
siklus gelombang sinusoidal.
4. Tuliskan persamaan dan gambarkan tiga buah gelombang tegangan induksi pada
kumparan fasa a, b, dan c generator sinkron 3 fasa.
5. Jelaskan urutan proses diperolehnya persamaan frekuensi tegangan ac generator
sinkron.
6. Sebut dan jelaskan 2 macam fluks yang dihasilkan kumparan jangkar saat
generator sinkron diberi beban listrik.
7. Jelaskan disertai gambar diagram satu fasa dan persamaan, 3 penyebab
terjadinya jatuh tegangan (V) per fasa pada kumparan stator generator sinkron.

Anda mungkin juga menyukai