2.1. Pendahuluan
Setiap pembicaraan mengenai mesin tak serempak , mau
tidak mau selalu akan diawali dengan sifat utama mesin ini:
Kekurangan
- Pengaturan perputarannya sulit
- Arus mula dapat mencapai 5 s/d 6 kali arus nominal (arus beban
penuh)
- Faktro kerja terbelakang dan rendah pada saat mesin berbeban
rendah
- Torsi start kecil dibanding motor DC
- Putaran akan turun bila beban bertambah
Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar
(fiuks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan. statornya. Medan putar ini
terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya fasa 3.
Hubungan dapat berupa hubungan bintang atau delta. Di sini akan dijelaskan
bagaimana terjadinya medan putar itu. Perhatikanlah gambar 4.3a sampai f
Misalkan kumparan a -a; b -b; c -c dihubungkan 3 fasa, dengan beda fasa masing-
masing 1200 (gambar 4.3a) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi arus
ia,ib,ic sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar 4.3b. Pada keadaan t1, t2, t3, dan t4,
fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing-masing' adalah
seperti gambar 4.3c, d, e, dan f.
Pada ti fluks resultan m.empunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan
oleh kumparan a -a; sedangkan pada t2, fluks resultannya Mempunyai arah sama
dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan c -c; dan untuk t3 fluks resultan
mempunyai arah sama dengan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b -b. Untuk t4,
finks resultannya berlawanan arah dengan finks resultan yang dihasilkan pada saat t1
keterangan ini akan iebih jelas pada analisa vektor.
Dari gambar c, d, e, dan f tersebut terlihat fluks resultan ini akan berputar satu kali. Oleh
karena itu untuk mesin dengan jumlah kutuib lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat
diturunkan sebagai berikut :
ns = 120.f
p
f = frekuensi
p = jumlah kutub
Aanalisis secara vektor
Dari gambar c, d, e, dan f tersebut terlihat fluks resultan ini akan berputar satu kali. Oleh
karena itu untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat
diturunkan sebagai berikut :
ns = 120.f
p
f = frekuensi
p = jumlah kutub
1. arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu lingkar sesuai
dengan perputaran sekrup (gambar 4.4).
2. kebesaran fluk yang ditimbulkan ini sebanding dengan arus yang mengalir.
Notasi yang dipakai untuk menyatakan positif atau negatifnya arus yang mengalir pada
kumparan a –a, b –b, dan c –c yaitu: harga positif, apabila tanda silang (x) terletak pada
pangka;l konduktor tersebut (titik a, b, c), sedangkan negatif apabila tanda titik
(.)terletak pada pangkal konduktor tersebut (gambar 4.5). maka diagram vektor untuk
fluks total pad keadaan t1, t2, t3, t4 dapat dilihat pada gambar 4.5.
Dari semua diagram vewktor di atas dapat pula diaihat bahwa fluks resultan berjalan
(berputar).
Fb cos (ø-120o)
Fc cos (ø-240o)
Karena amplitudo fluks berubah menurut waktu secara sinusoida, maka amplitudo Fa,
Fb, dan Fc dapat dituliskan :
Fa = Fmax cos wt
Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut, dan merupakan fungsi tempat (f) dan
waktu (t).
Ada beberapa prinsif kerja motor induksi:
120 f
Ns =
P
2. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
6. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk
memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.
batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator . Artinya agar tegangan
ns - nr
S = x 100 %
Ns
8. Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir
pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel
9. Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak
Slip
dari 100 % pada saat start sampai 0 % pada saat motor diam
Dengan demikian terlihat bahwa pada saat start dan rotor belum berputar frekuensi
pada stator dan rotor sama. Dalam keadaan rotor berputar, frekuensi arus rotor
E2s =
2. X2 = 2 Sf
X2s = SX2
X2s = adalah reaktansi pada saat rotor berputar
X2 = adalah reaktansi pada saat start (diam)
Rangkaian rotor
Setelah dibahas bahwa saat rotor berputar tegangan induksi rotor dan
R2/sS X2
R2 SX
2 I2
I2
E2
SE
2
(a) (b)
Atau
Dengan demikian rangkaian rotor digambarkan seperti terlihat pada gambar 4.7
I2
E2
Perhatikan bahwa:
I’2 R1 X1 R2 SX22
I1
I2 I0
V1 E1 SE2 I2
R Xm
c
demikian rangkaian motor induksi dapat dilukiskan seperti pada gambar 4.9.
Vektor diagram dapat dilihat pada gambar 4.10, sedangkan rangkaian
ekivalen motor induksi dapat dilukiskan sebagai dalam gambar 4.11. Vektotor
I2 = , dengan cos Φ = =
P = Tw = 3 E1 I2 cos f P = daya
T = kopel
w = kecepatan sudut
Maka T = = E1 P1 cos Φ
T = (1)
(2)
Tmaks = (3)
Dari persamaan (1) diketahui untuk harga S kecil maka S2(a2X2)2dapat diabaikan,
Dari persamaan (2) diketahui untuk memperoleh kopel maksimum pada saat start
Harga kopel maksimum dapat diubah dengan mengatur harga X2 atau tegangan
sumber V1. Lihat persamaan (3). Persamaan (1) dan (2) menunjukkan R2 tidak
mengubah harga kopel maksimum, melaikan hanya mengubah harga S pada saat