Anda di halaman 1dari 20

PERTEMUAN 12.

PE RT E M UA N 1 2 MOTOR IN DU KSI

dESKRIPSI KOMPETENSI
1. Me n g i d e n t i f i k a s i
prinsip kerja, kon- 2. Mengidentifika-
si prinsip kerja dan 3. Menghitung slip,
frekuensi arus rotor,
struksi, jenis-jenis kontruksi generator putaran motor dan
dan aplikasi Motor dan membedakan starting. rugi-rugi
Listrik jenisnya sesuai fasa. dan efisiensi, torsi
poros motor induksi.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan prinsip kerja motor in- 6. Mengukur rugi besi motor induksi
duksi 3 fasa beserta parameter-parame- 3 fasa dengan percobaan beban nol.
ternya. 7. Mengukur rugi tembaga motor in-
2. Memahami cara timbulnya medan pu- duksi tiga fasa dengan percobaan ro-
tar pada motor induksi. tor block.
3. Memahami cara membalik arah putar 8. Mengukur rugi total motor induksi
motor induksi 3 fasa, dan penyebabnya. tiga fasa dengan percobaan berbeban.
4. Mengetahui pengertian slip motor in- 9. Mengitung parameter dan mencari
duksi dan pengaruhnya terhadap putaran nilai efisiensi motor induksi 3 fasa.
motor.
5. Mengetahui hubungan slip dengan
tegangan input motor induksi 3 fasa.

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 01


mATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Motor Induksi

M otor listrik merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengubah


energi listrik menjadi energi kinetik berupa putaran. Motor listrik banyak
digunakan pada skala industri hingga rumah tangga, seperti penggunaan
pada mesin cuci, kipas angin, pompa air dan lain-lain. Motor listrik meng-
gunakan prinsip induksi magnet sehingga biasa disebut motor induksi.
Motor induksi dikenal sebagai motor asinkron atau tak serempak dibagi
sesuai dengan jumlah fasanya, yaitu motor induksi satu fasa dan motor
induksi tiga fasa.

Penggunaan motor induksi banyak Selain hal diatas, perlu juga


digunakan mulai skala besar hingga skala diperhatikan hal-hal tidak mengun-
kecil karena motor induksi mempunyai tungkan dari motor induksi sebagai
keuntungan sebagai berikut: berikut:
1. Bentuknya sederhana, 1. Pengaturan kecepatan sangat mem-
kontruksinya cukup kuat. pengaruhi efisiensinya.
2. Biayanya murah dan dapat diandalkan. 2. Kecepatan akan berkurang apabila
3. Efisiensi tinggi pada keadaan normal. beban bertambah, torsi dipengaruhi
4. Perawatan yang minimum. oleh beban.
5. Pada saat beroperasi tidak memerlu- 3. Kopel mulanya lebih rendah daripa-
kan tambahan peralatan khusus. da mesin arus searah parallel.

Gambar 12.1
Motor Induksi

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 02


mATERI PEMBELAJARAN
B. Motor Induksi 3 Fasa

1. pRINSIP KERJA MOTOR INDUKSI 3 FASA


- Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa wa apabila kumparan stator dihubungkan
Kerja motor induksi berdasarkan prinsip kerja dengan catu daya tiga fasa, maka akan timbul
elektromagnet. Apabila sumber tegangan tiga arus bolak-balik (sinusoidal) dengan beda fasa
fasa dihubungkan pada kumparan medan (sta- masing-masing 120o listrik. Pada posisi perta-
tor), maka akan timbul medan putar dengan ma t1 fasa Ia berada di kutub positif dan Ib ser-
kecepatan Ns= (120.f)/p , dimana: ta Ic di kutub negatif dengan harga setengah
Ns = kecepatan medan putar stator/ kece- harga maksimum, kemudian pada t2 fasa Ia
patan sinkron (rpm/rotasi per menit) dan Ib berada pada kutub positif dengan harga
P = jumlah kutub setengah harga maksimum sementara fasa Ic
f = frekuensi (Hz) berada pada kutub negatif dan seterusnya (li-
hat gambar 12.2 (b)), maka (lihat gambar 12.2
(a)) yang menggambarkan arah fluks magnet
dan pada gambar 12.2 c – d diperlihatkan arah
putarannya.

Medan putar stator tersebut akan


memotong batang konduktor pada rotor. Aki-
batnya pada kumparan akan timbul tegangan
induksi, sebesar: E=4,44.f.N.θm (per fasa) .
Karena kumparan rotor merupakan rangkaian
tertutup, maka ggl akan menghasilkan arus.
Adanya arus listrik didalam medan magnet
Gambar 12.2 Prinsip Kerja Motor Induksi mengakibatkan rotor menerima gaya Lorentz
yang arahnya ditentukan Aturan Tangan Kiri.
Pada motor induksi, lilitan stator diberi Dengan demikian timbul kopel pada sumbu
arus listrik dari jala-jala sehingga dalam lili- rotor yang mempengaruhi putaran rotor. Bila
tan stator terbentuk medan magnet. Karena koper (torque) mula yang dihasilkan oleh gaya
jala-jala memberikan arus bolak-balik, maka pada rotor cukup besar untuk memikul ko-
medan magnet yang berbentuk akan beru- pel beban, rotor akan berputar searah dengan
bah-ubah atau berputar pada stator. Dilihat medan putar stator.
dari gambar 12.2 diatas, dapat dijelaskan bah-

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 03


Gambar 12.2 Diagram Prinsip Kerja Motor Induksi

Maka, syarat terben- Dimana: Sedangkan pada saat kondi-


tuknya tegangan induksi harus S = slip (dalam persentase) si sinkron (motor dalam
adalah perbedaan kecepatan Ns = kecepatan sinkron/kece- keadaan diam), diperoleh:
relatif antara kecepatan sink- patan medan putar stator
Ns - 0 × 100% = 100%
s =
ron (Ns) dengan kecepatan Nr = kecepatan putar rotor
Ns
berputar rotor (Nr) atau yang Harga slip motor induksi
disebut dengan Slip. Kecepa- bervariabel tergantung dari Jadi, harga slip motor induksi ada-
tan berputar rotor selalu lebih perubahan kecepatan putar lah 0% ≤ s ≤ 100%. Sedangkan
frekuensi putaran motor (rotor)
kecil dari medan putar stator. rotornya. Pada saat start, pu-
dipengaruhi oleh besarnya slip
Perbedaan kecepatan putar taran rotor (Nr) = 0 rpm, motor tersebut. Dari pernyataan
tergantung pada beban motor. sehingga didapat: tersebut diatas, dapat dilihat pada
Kecepatan relatif (slip) dapat saat start, s = 100% maka frekuensi
dituliskan sebagai berikut: Ns - 0 × 100% = 100%
s =
rotor dan stator sama, namun pada
Ns saat rotor berputar berlaku syarat:
Ns - Nr fr = s × fs.
s = × 100%
Ns

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 04


2. Kontruksi Motor Induksi 3 Fasa
Kontruksi motor induksi terdiri dari dua bagian utama, yaitu (1) stator, dan (2) rotor.

1
Stator yaitu bagian yang tidak berputar dari
motor (statis/diam). Stator terdiri dari al-
ur-alur tempat kawat kumparan. Gulungan
stator adalah gulungan tiga fasa yang den-
gan mengatur gulungan ini dapat menentu-
kan jumlah kutub dan kecepatan sinkron;
STATOR
Ns = 120 . f
p
Gambar 12.4
Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa

2
Rotor yaitu bagian yang berputar (rotasi).
Rotor memiliki kawat yang terbuat dari
tembaga atau aluminium. Berdasarkan
cara merangkai kawat rotor, terdapat 2 tipe
dasar, yaitu:
a. Rotor sangkar tupai (squirrel cage rotor);
ROTOR kawat pada rotor terdiri sari batang temba-
ga, aluminium atau alloy yang dimasukkan
kedalam alur-alur pada rotor. Ujung kawat
masing-masing dihubung singkat den-
gan “end ring”. Motor yang menggunakan Gambar 12.5
tipe rotor ini disebut Motor Induksi Rotor Gambaran Stator dan Rotor
Motor Induksi
Sangkar.
b. Rotor lilit/belitan (wound rotor); rotor
ini memiliki lilitan yang dihubungkan ke
slip ring dan umumnya disambung dengan
tahanan luar. Motor yang menggunakan
tipe rotor ini disebut Motor Induksi Rotor
Lilit atau Motor Induksi Slip Ring.

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 05


3. Rangkaian ekivalen motor induksi
Secara umum, proses induksi yang terjadi pada motor induksi hampir sama seperti pada
transformator yang memiliki beban resistif, sehingga penggambaran rangkaian ekivalen mo-
tor induksi dapat berdasarkan rangkaian ekivalen transformator. Rangkaian ekivalen tersebut
identik dengan stator sebagai sisi primer dan rotor sebagai sisi sekunder. Perbedaan antara
motor induksi dengan transformator adalah bahwa motor induksi adalah mesin listrik dina-
mis, sedangkan transformator adalah mesin listrik statis. Berikut gambaran umum rangkaian
ekivalennya:

Gambar 12.6
Rangkaian Ekivalen
Motor Induksi

Dari gambar diatas, dengan menganggap R2/S = 0, didapatkan persamaan:


v1= Es+ I1 (R1+jX1)
Er= I2+ z2= I2 (R2+jX2)
Diagram fasor untuk motor induksi adalah sebagai berikut:
Gambar 12.7 Diagram
Fasor Motor Induksi

Ketika motor diberi beban, maka akan mengalir arus I2 sebesar:

Er
I2 =
√(R₂)2 + (S . X₂)2

Dimana: S = slip

P E RT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 06


Persamaan diatas juga dapat ditulis sebagai berikut:

sEr
I2 =
√(R₂)2 + (S . X₂)2

R2 adalah komponen tetap (fixed) dan sX2 adalah komponen yang tidak tetap (variable). Reaktansi (X2 = 2πfL)
disisi rotor dipengaruhi oleh perbedaan frekuensi pada sisi stator, maka X2 dikalikan dengan slip.

Untuk mengetahui besarnya E1 maupun E2, didapat persamaan sebagai berikut:

E2 N1
E2 = E´1 = dan k =
k N2

Maka, rangkaian ekivalen rotor motor induksi akan menjadi:

Tegangan/ggl induksi (E2 = 4,44.N2.f.φmaks)


disisi rotor dipengaruhi oleh perbedaan
frekuensi dari sisi stator, maka ggl induksi
dikali dengan slip.

Atau :

Er
I2 =
√(R₂/s)2 + (X₂)2

Rangkaian ekivalen lain dari rotor motor induksi dapat digambarkan sebagai:

X2 adalah komponen tetap (fixed) sedangkan


R2/s adalah komponen yang dapat berubah
(variable), karena R2/s = R2 + R2(1/s-1),
dimana:
R2 = resistansi motor
R2(1/s-1) = resistansi beban (Rb), dengan
asumsi beban motor bersifat resistif.

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 07


Sehingga rangkaian ekivalen motor induksi yang dibebani dapat digambarkan sebagai berikut:

Kemudian dari gambar diatas, rangkaian ekivalen motor induksi yang dibebani per fasa dapat digambar lagi
menjadi sebagai berikut:

Atau :

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 08


4. Analisis Daya, Rugi dan Efisiensi
Motor induksi memiliki bagian-bagian yang bergerak atau berputar. Hal tersebut menyebabkan motor
induksi memiliki rugi gesek dan rugi angin. Sementara rugi-rugi lain yang terdapat pada motor induksi sama den-
gan rugi pada transformator, yaitu rugi besi pada stator (atau bagian primer) dan rotor (bagian sekunder), serta
rugi tembaga pada stator dan rotor.

Rugi inti atau rugi besi pada motor induksi tidak dipengaruhi oleh beban, begitu pula rugi gesek dan rugi
angin yang diakibatkan oleh adanya bagian yang bergerak atau berputar. Rugi pada inti motor terdiri dari rugi his-
terisis dan eddy current. Rugi tembaga terjadi pada lilitan kumparan dari motor yang berbentuk panas. Presentase
perbandingan rugi-rugi pada motor induksi digambarkan sebagai berikut:

Gambar 12.8 Presentase Rugi-Rugi


Motor Induksi

Sementara gambar aliran daya dari motor induksi digambarkan sebagai berikut:

Gambar 12.9 Aliran Daya


Motor Induksi 3 Fasa

P E RT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 09


Kita akan membahas satu persatu daya, rugi-rugi hing-
ga menemukan efisiensi motor induksi. Daya mekanik, atau daya yang dikonversikan
Aliran daya motor induksi: dari elektris ke mekanis dapat ditulis sebagai berikut:
1. Daya total yang masuk ke kumparan stator motor
induksi dirumuskan dengan: Pmek = Pcu - Ptr
Pmek = Ptr × [1 s- s ], atau:
Pmek = Pcu × [1-s],
Pin = √3.Vs.Is.cosφ

Keterangan: Sedangkan Pa&g adalah rugi angin dan gesek yang


Vs = Tegangan Sumber (Volt) disebabkan oleh gaya gesek yang terjadi pada bearing
Is = Arus Sumber (Ampere) dan kipas pendingin. Rugi ini bersifat linear atau tetap
cosφ = factor daya motor induksi karena tidak terpengaruhi sisi elektrik pada motor
induksi. Menurut S. Corino E Romero, nilai rugi-ru-
2. Dari gambar (12.9) diatas, dapat dilihat bahwa ter- gi gesek dan angin konstan pada nilai 5-15% dari ru-
dapat daya celah udara yang terjadi pada stator motor gi-rugi total sebuah motor induksi tergantung kondisi
induksi yang dirumuskan dengan: bearing dan kipas pendingin motor induksi.

Rugi lain-lain atau rugi stray merupakan rugi-rugi


Pcu = Pin - Pts - Pi
yang bersifat mekanis dan pengukurannya sangat su-
lit untuk diukur karena tidak ada persamaan elektris
Dimana: yang berhubungan dengan rugi-rugi tersebut. Ru-
Rugi tembaga stator: gi-rugi ini diantara lain rugi-rugi angin dan gesekan,
serta rugi-rugi stray.
Pts = 3.I12 . R1 Rugi-rugi ini tidak dapat di klasifikasikan dengan ru-
gi-rugi yang telah dijelaskan sebelumnya. Sampai saat
Rugi tembaga rotor: ini masih sangat sulit untuk mengukur rugi-rugi ini,
namun IEEE telah menetapkan standar besar rugi-ru-
Ptr= (Pin - Pts - Pi) x s gi ini yang dapat dilihat pada Tabel (12.1)

Rating Mesin Presentase Rugi Stray


terhadap Daya Output
Pi = 3.E12 / Rc = I12 . Rc 1-125 HP 1-90 kW 1,8%
125-500 HP 91-375 kW 1,5%
501-2499 HP 376-1850 kW 1,2%
atau, Ptr = 3.I22 . R1 = s . Pcu 2500 HP < 851 kW < 0,9%
Tabel 12.1 Presentase Rugi Stray terhadap Daya Output

Rugi inti motor atau rugi besi:


Keterangan:
Rc = tahanan inti
R1 = tahanan stator
R2 = tahanan rotor
I1 = Arus stator
I2 = Arus rotor
E1 = Tegangan induksi stator

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 10


Sehingga daya keluarannya:

Pout = Pin - ∑P
∑P = Pts + Pi + Ptr + Pa&g + Pstray
Besarnya kopel induksi:

Tind = atau Tind =

Besarnya kopel beban:

Tb =

Keterangan:
= kecepatan sudur stator
= kecepatan sudut rotor
ppd = satuan dalam putaran per detik /rpm
π = 3,14

Efisiensi motor induksi didefinisikan sebagai ukuran keefektifan motor induksi untuk
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik yang dinyatakan sebagai perbandingan/rasio
daya output dengan daya input. Definisi NEMA terhadap efisiensi energi adalah bahwa efisiensi
merupakan perbandingan atau rasio dari daya keluaran yang berguna terhadap daya input total dan
biasanya dinyatakan dalam persen. Juga sering dinyatakan dengan perbandingan antara keluaran
dengan keluaran dengan keluaran ditambah rugi-rugi. Adapun efisiensi motor induksi η yaitu:

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 11


IEEE mempunyai standar metode untuk mencari nilai effisiensi motor induksi. Tiap standar
memiliki metode yang berbeda, metode tersebut dapat dilihat pada Tabel (12.2).

No Metode Keterangan
1 A Pengukuran langsung pada masukan dan keluaran
2 B Pengukuran langsung pada masukan dan keluaran dengan
menghitung tiap rugi-rugi dan pengukuran tak langsung pada
rugi-rugi stray
3 C Menduplikat mesin dengan tiap rugi-rugi dan pengukuran tak
langsung pada rugi-rugi stray
4 E Pengukuran daya listrik saat ada beban dengan tiap-tiap rugi
yang ada dan pengukuran langsung rugi-rugi stray
5 E1 Pengukuran saya listrik saat ada beban dengan tiap rugi-rugi
yang ada dan asumsi nilai rugi stray
6 F Rangkaian ekivalen dengan pengukuran langsung pada rugi-rugi
stray
7 F1 Rangkaian ekivalen dengan asumsi pada rugi-rugi stray
8 C/F Rangkaian ekivalen yang dikalibrasikan pertitik beban metode C
dengan pengukuran tak langsung rugi-rugi stray
9 E/F Rangkaian ekivalen yang dikalibrasikan pertitik beban metode C
dengan pengukuran langsung rugi-rugi stray
10 E1/F1 Rangkaian ekivalen yang dikalibrasikan pertitik beban metode E
dengan asumsi rugi-rugi stray

Tabel 12.2 Metode Pencarian Efisiensi Motor Induksi.

Metode segregated loss adalah metode yang paling mudah untuk mengetahui efisiensi
motor induksi karena metode ini hanya memperkirakan (memisahkan) setiap komponen ru-
gi-rugi Pts , Ptr , Pi , Pa&g, Pstray . Metode ini sangat akurat (dengan error ± 2 %), meskipun be-
berapa sangat kompleks, sementara yang lain mengandalkan nilai empiris untuk memperkirakan
beberapa rugi-rugi.
Metode segregated loss memiliki beberapa standar, diantaranya Standar IEEE-112 metode
E1 dan Standar OHME (Ontario Hydro Modifield Method). IEEE Std-112 metode E1 merupakan
metode loss segregated yang banyak digunakan. Metode E1 menentukan nilai dengan menga-
sumsikan nilai rugi-rugi stray yang berbeda pada setiap ukuran motor yang berbeda. Metode E1
digunakan untuk pengujian pada saat berbeban.

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 12


mATERI PEMBELAJARAN
C. Menentukan Parameter Rangkaian

1. Uji Beban nol atau tanpa beban Reaktansi magnetansi (Xm) dapat dicari jika reaktansi
Percobaan beban nol digunakan untuk mengetahui primer X1 diketahui:
nilai arus magnetisasi dan rugi-rugi tanpa beban. Hal
ini dapat dilakukan dengan menghubungkan motor Ibn(jala-jala) =
induksi dengan tegangan dan frekuensi tertentu tanpa
dibebani, kemudian tegangan, arus dan daya input di-
ukur. Daya input pada beban nol merupakan sebagian Ibn =
kecil rugi tembaga stator, rugi inti dan rugi akibat gesek
dan angin (Pa&g).
Keterangan:
Xbn = Reaktansi beban nol

X1 = Reaktansi stator
X2 = Reaktansi rotor
Ibn = Arus beban nol
Vbn = Tegangan beban nol
Pinbn = Daya masukan beban nol
Slip yang terjadi umumnya sangat kecil (≤0,001) seh-
ingga I2 pada percobaan ini diabaikan.
Gambar 12.10 Rangkaian Percobaan Beban Nol. Dimana I1 = Ibn dan R1 dicari dengan uji tahanan
stator searah.
Dari data instrument ukur, dapat ditentukan parame-
ter per-fasa: 2. Uji tahanan stator arus searah
Uji ini digunakan untuk mengetahui nilai parame-
ter resistansi stator (primer) R1. Pada uji ini kumparan
Xbn = Vbn / Ibn ≈ X1 + Xm stator dialiri arus searah, sehingga suhunya mencapai
suatu nilai yang sama jika motor induksi beroperasi
pada kondisi normal (resistansi kumparan merupakan
fungsi suhu).

Gambar 12.11 Rangkaian Percobaan Tahanan


stator DC.

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 13


Pada percobaan ini, jika kumparan stator terhubung
bintang, maka arus akan melewati dua kumparan
dengan resistansi sebesar 2R1, sehingga:

atau

Sedangkan jika terhubung segitiga, maka arus akan Gambar 12.11 Rangkaian Percobaan Rotor Blok.
mengalir melewati ketiga kumparan tersebut, sehing-
ga: Persamaan yang digunakan dalam uji ini apabila tidak
diketahui jenis desain rotor pada motor induksi ada-
lah:

Nilai R1 yang didapat hanya merupakan nilai


pendekatan, karena pada kondisi operasi normal,
motor induksi diberi pasokan tegangan arus bo-
lak-balik yang dapat menimbulkan efek kulit (skin
effect) yang mempengaruhi nilai besarnya R1.

3. Uji rotor blok


Uji ini pada prinsipnya adalah seperti uji hubung
singkat pada transformator. Uji rotor blok ini digu-
nakan untuk mengetahui parameter motor induk-
si serta karakteristiknya. Percobaan rotor blok ini
dilakukan dengan menahan rotor agar tidak berpu- Keterangan:
tar dan pada saat itu nilai-nilai pada instrument ukur RRB = Resistansi pada saat rotor ditahan
dicatat. Pada uji ini, setelah frekuensi dan tegangan PRB = Daya pada saat rotor ditahan
diatur, serta rotor ditahan, arus yang mengalir pada XRB = Reaktansi rotor ditahan
motor harus segera distel pada nominalnya, data X1 = Reaktansi stator
daya masukan, tegangan dan arus yang terukur harus X2 = Reaktansi rotor
dengan segera dicatat sebelum rotor menjadi sangat VRB = Tegangan
panas. Sumber daya yang digunakan adalah sumber IRB = Arus rata-rata pada saat uji rotor ditahan
daya yang tegangan dan frekuensinya dapat disetel IRB(Fasa) = Arus rata-rata pada saat uji rotor ditahan
atau diatur (adjustable). (per-fasa)

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 14


Sementara, apabila diketahui kelas desain rotor pada motor induksi, nilai X1 dan X2 dapat disesuaikan
dengan table dibawah ini:

Desain Rotor X1 X2
Rotor Belitan 0,5XRB 0,5XRB
Kelas A 0,5XRB 0,5XRB
Kelas B 0,4XRB 0,6XRB
Kelas C 0,3XRB 0,7XRB
Kelas D 0,5XRB 0,5XRB

Tabel 12.3 Tabel Desain Rotor Motor Induksi.

Nilai XRB apabila diketahui desain rotor dan frekuensi uji dapat dicari dengan persamaan:

4. Uji Berbeban
Pengujian motor induksi berbeban dilakukan untuk mengetahui daya dari motor induksi serta karakteristi-
knya, termasuk rugi-rugi pada motor induksi, yaitu dengan memberikan beban pada rotor motor induksi. Pada
pengujian ini beban yang digunakan dapat berupa generator DC yang diberi beban resistif gambar (12.12) atau
menggunakan rem arus putar untuk mengetahui besar kopel dari motor induksi. Parameter yang diukur pada
pengujian ini antara lain arus input stator, daya input, dan kecepatan putaran rotor.

Gambar 12.12 Rangkaian Percobaan Berbeban.

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 15


Contoh 1
Berikut adalah data uji yang diambil dari sebah motor induksi 3 fasa 7,5 HP, 4 kutub, 220 Volt, 50 Hz, terhubung
delta, desain kelas C.

Uji tahanan DC : Vdc = 13,6 Volt Idc = 18 Ampere

Uji beban nol : Vbn = 220 Volt Ibn = 8,17 A


f = 50 Hz Pin = 420 Watt

Uji rotor ditahan : VRB = 25 Volt IRB = 27,9 A


fuji = 10 Hz Pin = 920 Watt

Terntukan nilai R1, R₂, X1, X₂, Xm!

Jawab: Dari uji beban nol, maka:


Karena terhubung ∆, maka dapat dicari R1 sebagai
berikut:

Dari uji rotor blok, maka:

Karena desain kelas C, maka X1 dan X2 sebagai fungsi Karena Zbn = X1 + Xm, maka:
dari XRB, adalah:

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 16


Contoh 1
Dari data karakteristik pada contoh 1 diatas, tentukan: Pcu, Pmek, Iin, Pout, dan efisiensi apabila slip motor 2,6%
dan data pada percobaan berbeban adalah:
Diketahui: Tamplate motor= 220 V, Vfasa 127 V, 50 Hz, 3 fasa 7,5 HP, I1 11,3 A, Pin 1000 W, dengan beban 0,88
N.m terhubung delta dan kecepatan 2950 rpm.
Jawab:

Menentukan daya masukan menggunakan persamaan (…)

Selanjutnya dari percobaan berbeban, dapat diketahui Sesuai dengan Tabel (…), maka dapat diasumsikan
rugi tembaga stator, dengan: bahwa rugi stray dan rugi a&g adalah:

Mencari rugi inti atau rugi besi dari persamaan (…) Setelah semua rugi-rugi diketahui, maka dapat diten-
tukan daya keluarannya, dengan:

Kemudian mencari rugi tembaga rotor, dengan: Maka dapat dicari efisiensi motor induksi dengan:

Kemudian mencari rugi tembaga rotor, dengan:

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 17


mATERI PEMBELAJARAN
D. Operasi Motor Induksi

A. Starting Direct on Line (DOL)


Starting Direct On Line atau pengasutan langsung
dilakukan untuk motor induksi dengan kapasitas ke-
cil, ataupun dengan pertimbangan besar arus asut yang
tinggi dan kejutan mekanisnya tidak akan mengganggu
terhadap jaringan listrik dan mesin itu sendiri.
B. Starting Tahanan Primer
Tahanan yang digunakan adalah jenis tahanan yang
dapat diatur nominalnya atau biasa menggunakan rheo-
stat. Sebelum menuju stator, arus listrik terlebih dahu-
lu mengalir pada rheostat yang berfungsi menurunkan
tegangan sekaligus arus yang mengalir pada motor.

Gambar 12.14 Starting Bintang Segitiga

D. Starting Autotransformator
Cara lain yang digunakan untuk menjalankan moto
rinduksi adalah dengan menggunakan komponen
bantu lain berupa autostarter/ autotransformer atau
kompensator. Rangkaian startingnya adalah sebagai
berikut:

Gambar 12.13 Starting Tahanan Primer

C. Starting Bintang – Segitiga


Metode starting ini adalah yang paling umum digu-
nakan untuk motor induksi tiga fasa dengan kapasitas
besar. Metode ini bertujuan untuk menghindari adanya
lonjakan arus start yang besar yang membahayakan ja-
Gambar 12.15 Rangkaian Starting Autotransformer.
ringan listrik. Pada saat start dihubung bintang maka
tegangan nya 1/3 atau 58% tegangan normal dan arus
jala-jala 1/3 arus pada saat motor terpasang dengan
tegangan penuh. Sewaktu motor berputar dengan ke-
cepatan cukup, saklar diubah menjadi hubungan delta.

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 18


E. Pengaturan kecepatan
Pengaturan kecepatan motor induksi dilakukan dengan beberapa cara. Mengacu pada slip motor induksi, maka
variable jumlah kutub dan frekuensi akan mempengaruhi kecepatan putar motor induksi. Berikut beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengatur kecepatan motor induksi.
1. Mengubah jumlah kutub motor.
Jumlah kutub motor induksi jenis saklar tupai dapat diubah dengan merencanakan kumparan stator sedemikian
rupa, sehingga dapat menerima tegangan masuk pada dua porsi kumparan yang berbeda, dengan perbandingan
1:2.

Gambar 12.15 Pengaturan kecepatan dnegan mengu-


bah jumlah kutub motor.

2. Mengubah frekuensi jaringan.


Selain jumlah kutub, pengubahan frekuensi juga dapat berpengaruh pada kecepatan putar motor induksi. Hal
yang perlu diperhatikan, bahwa dengan pengubahan frekuensi adalah kerapatan fluks yang ada harus diusahakan
tetap, agar kopel yang dihasilkanpun tidak berubah, untuk itu tegangan jaringan juga harus diubah seiring dengan
pengubahan frekuensi. Hal yang paling umum dalam penerapan cara ini adalah dengan menggunakan perangkat
yang disebut dengan inverter.
3. Mengubah tegangan jaringan.
Apabila tegangan jaringan diubah, maka sesuai dengan karakteristiknya, kopel-nya pun akan berubah, begitu pula
dengan kecepatan putarnya, namun daerah pengaturan yang dihasilkan tidak cukup lebar (sempit).
4. Mengubah resistansi rotor.
Seperti pada metode starting motor induksi, motor induksi jenis rotor belitan yang dihubungkan dengan tahanan
luar dapat diatur kecepatan putarnya, yaitu dengan mengubah nilai tahanan luar yang terhubung ke rotor, maka
besar kopel akan berubah, demikian pula dengan kecepatan putarnya. Kerugian pada pengaturan kecepatan jenis
ini adalah rendahnya efisiensi pada saat kecepatan putarnya dikurangi dan pengaturan kecepatan putarnya sangat
dipengaruhi oleh perubahan beban yang dipikulnya. Hal ini berlaku pula pada metode pengaturan dengan men-
gubah tegangan jaringan.
5. Mengubah besarnya slip.
Mengingat hubungan slip dengan daya listrik dan pengaruhnya terhadap tegangan dan kecepatan putar motor,
maka metode ini pada prinsipnya menggunakan metode tersebut dengan menggunakan suatu alat tambahan, baik
elektrik, maupun elektronik. Peralatan tersebut berupa sistem yang cukup rumit.
Dari sekian banyak metode pengaturan kecepatan motor induksi, cara nomor 2 adalah yang paling umum digu-
nakan, yaitu menggunakan inverter. Dengan menggunakan cara tersebut, daerah kecepatan putarnya cukup lebar.

P ERT E M UA N 1 2 MOTOR IND UKSI H A L A MAN 19

Anda mungkin juga menyukai